Anda di halaman 1dari 27

KEPERAWATAN ANAK I

Asuhan Keperawatan HIV / AIDS


Pada Anak

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1.Amelia Sari
2. Ezra Ledya Sinaga
3.Marya Agustina
4.M.Abdul Karim
5.Nurtri Arbina Oktoviana RG
6.Suvma Ayu Pirli
Dosen Pembimbing : Aguscik

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2013-1014

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Asuhan Keperawatan HIV / AIDS Pada
Anak
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Palembang,

Mei 2014

Penyusun

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 2

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan..................................................................................................................4
1.2 Tujuan Makalah ............................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi AIDS..........................................................................................................................6
2.2 Definisi HIV.................................................................................................................6
2.3 Etiologi.........................................................................................6
2.4 Manifestasi Klinis.....................................................................................7
2.5 Patofisiologi .................................9
2.6 Pathway............................................11
2.7 Komplikasi .....................12
2.8 Pemeriksaan Penunjang ...................................................................13
2.9 Penatalaksanaan..........................................................14
ASUHAN KEPERAWATAN HIV / AIDS PADA ANAK
2.10 Pengkajian .................................................................16
2.11 Diagnosa Keperawatan .............17
2.12 Intervensi Dan Rasional......................................................22
BAB III PENUTUP
Kesimpulan Dan Saran...................................................................................................................26
DaAFTAR PUSTAKA......27

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diperkirakan bahwa, untuk waktu mendatang yang dapat diduga, sedikitnya 500.000
bayi akan terlahir terinfeksi HIV setiap tahun, kebanyakan dalam negara penghasilan rendah
dengan epidemi generalized. Penularan HIV dari ibu-ke-bayi bertanggung jawab untuk
hampir semua 2,3 juta (1,7-3,5 juta) anak di bawah usia 15 tahun yang diperkirakan hidup
dengan HIV, hampir 90 persen di Afrika sub-Sahara. Diperkirakan bahwa, dari anak tersebut,
780.000 membutuhkan terapi antiretroviral (ART), dan bahwa, pada 2006, 380.000 anak di
bawah usia 15 tahun meninggal karena alasan terkait AIDS. Walaupun ada peningkatan 40
persen dalam jumlah anak yang menerima ART pada 2006, hanya 6 persen orang yang
memakai ART secara global adalah anak, sementara 14 persen mereka yang membutuhkan
ART adalah anak. Program nasional yang mampu melaporkan berdasarkan usia menunjukkan
bahwa sangat sedikit anak yang mendapatkan ART adalah di bawah usia 2 tahun.
ART dan pengobatan untuk infeksi oportunistik yang terjangkau semakin tersedia
tetapi hal ini memberi sedikit manfaat pada bayi bila mereka tidak dapat didiagnosis secara
dini. Kebanyakan anak yang terinfeksi HIV meninggal di bawah usia 2 tahun dan kurang
lebih 33 persen meninggal di bawah usia 1 tahun [3-5]. Sayangnya menafsirkan hasil dari tes
darah (antibodi) dipakai untuk orang dewasa yang tersedia paling luas adalah sulit untuk bayi
di bawah usia 9-12 bulan. Hasil antibodi-negatif memberi kesan bahwa bayi tidak terinfeksi.
Hasil antibodi-positif tidak memastikan bayi terinfeksi karena antibodi ibu pada anak yang
terlahir oleh ibu terinfkesi HIV dapat ditahan; oleh karena itu, tes virologis adalah cara yang
dibutuhkan untuk mendiagnsosis HIV pada bayi. Penyusuan, walau terkait dengan ketahanan
hidup yang lebih baik, menempatkan bayi dalam risiko tertular HIV selama masa penyusuan,
walau bayi tidak terinfeksi pada awal
B. Tujuan Makalah
1. Tujuam Umum
Mahasiswa/mahasiswi dapat membuat asuhan keperawatan pada anak dengan HIV/AIDS
2. Tujuan Khusus
a.

Mahasiswa/mahasiswi mengerti tentang definisi HIV

b. Mahasiswa/mahasiswi mengerti tentang etiologi HIV


c.

Mahasiswa.mahasiswi mengerti tentang manifestasi klinik HIV

d. Mahasiswa/mahasiswi mengerti tentang patofisiologi HIV


Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 4

e.

Mahasiswa/mahasiswi mengerti tentang pemeriksaan HIV

f.

Mahasiswa/mahasiswa mampu memgkaji pasien HIV

g. Mahasiswa/mahasiswi mampu membuat intervensi pada pasien HIV

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 5

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang
disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan
pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan penyakit.
(Carolyn, M.H.1996:601)
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit
akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi
Human Immunodeficiency virus (HIV). (Mansjoer, 2000:162)
Jadi HIV adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah
putih Infeksi oleh HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara
progresif, menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama pada
orang dewasa).
B. Etiologi
Penyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok
retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia.
Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi patogen di dalam darah,
dan penularan masa perinatal.
1.

faktor risiko untuk tertular HIV pada bayi dan anak adalah :

a)

bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual,

b) bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan berganti,


c) bayi yang lahir dari ibu atau pasangannya penyalahguna obat intravena,
d) bayi atau anak yang mendapat transfusi darah atau produk darah berulang,
e) anak yang terpapar pada infeksi HIV dari kekerasan seksual (perlakuan salah seksual), dan
f)

anak remaja dengan hubungan seksual berganti-ganti pasangan.

2. Cara Penularan
Penularan HIV dari ibu kepada bayinya dapat melalui:
a) Dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum)
Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus tersebut ke bayi yang
dikandungnya. Cara transmisi ini dinamakan juga transmisi secara vertikal. Transmisi dapat
terjadi melalui plasenta (intrauterin) intrapartum, yaitu pada waktu bayi terpapar dengan
darah ibu.
Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 6

b) Selama persalinan (intrapartum)


Selama persalinan bayi dapat tertular darah atau cairan servikovaginal yang
mengandung HIV melalui paparan trakeobronkial atau tertelan pada jalan lahir.
c)

Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi
Pada ibu yang terinfeksi HIV, ditemukan virus pada cairan vagina 21%, cairan aspirasi
lambung pada bayi yang dilahirkan. Besarnya paparan pada jalan lahir sangat dipengaruhi
dengan adanya kadar HIV pada cairan vagina ibu, cara persalinan, ulkus serviks atau vagina,
perlukaan dinding vagina, infeksi cairan ketuban, ketuban pecah dini, persalinan prematur,
penggunaan elektrode pada kepala janin, penggunaan vakum atau forsep, episiotomi dan
rendahnya kadar CD4 pada ibu.
Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan akan meningkatkan resiko
transmisi antepartum sampai dua kali lipat dibandingkan jika ketuban pecah kurang dari 4
jam sebelum persalinan.

d) Bayi tertular melalui pemberian ASI


Transmisi pasca persalinan sering terjadi melalui pemberian ASI (Air susu ibu). ASI
diketahui banyak mengandung HIV dalam jumlah cukup banyak. Konsentrasi median sel
yang terinfeksi HIV pada ibu yang tenderita HIV adalah 1 per 10 4 sel, partikel virus ini
dapat ditemukan pada componen sel dan non sel ASI. Berbagai factor yang dapat
mempengaruhi resiko tranmisi HIV melalui ASI antara lain mastitis atau luka di puting, lesi
di mucosa mulut bayi, prematuritas dan respon imun bayi. Penularan HIV melalui ASI
diketahui merupakan faktor penting penularan paska persalinan dan meningkatkan resiko
tranmisi dua kali lipat.
C. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis infeksi HIV pada anak bervariasi dari asimtomatis sampai penyakit
berat yang dinamakan AIDS. AIDS pada anak terutama terjadi pada umur muda karena
sebagian besar (>80%) AIDS pada anak akibat transmisi vertikal dari ibu ke anak. Lima
puluh persen kasus AIDS anak berumur < l tahun dan 82% berumur <3 tahun. Meskipun
demikian ada juga bayi yang terinfeksi HIV secara vertikal belum memperlihatkan gejala
AIDS pada umur 10 tahun.
Gejala klinis yang terlihat adalah akibat adanya infeksi oleh mikroorganisme yang ada
di lingkungan anak. Oleh karena itu, manifestasinya pun berupa manifestasi nonspesifik
berupa :
a.

gagal tumbuh
Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 7

b.

berat badan menurun,

c.

anemia,

d.

panas berulang,

e.

limfadenopati, dan

f.

hepatosplenomegali
Gejala yang menjurus kemungkinan adanya infeksi HIV adalah adanya infeksi
oportunistik, yaitu infeksi dengan kuman, parasit, jamur, atau protozoa yang lazimnya
tidak memberikan penyakit pada anak normal. Karena adanya penurunan fungsi imun,
terutama imunitas selular, maka anak akan menjadi sakit bila terpajan pada organisme
tersebut, yang biasanya lebih lama, lebih berat serta sering berulang. Penyakit tersebut antara
lain kandidiasis mulut yang dapat menyebar ke esofagus, radang paru karenaPneumocystis
carinii, radang paru karena mikobakterium atipik, atau toksoplasmosis otak. Bila anak
terserang Mycobacterium tuberculosis, penyakitnya akan berjalan berat dengan kelainan luas
pada paru dan otak. Anak sering juga menderita diare berulang.
Manifestasi klinis lainnya yang sering ditemukan pada anak adalah pneumonia
interstisialis limfositik, yaitu kelainan yang mungkin langsung disebabkan oleh HIV pada
jaringan paru. Manifestasi klinisnya berupa

a.

hipoksia,

b.

sesak napas,

c.

jari tabuh, dan

d.

limfadenopati.

e.

Secara radiologis terlihat adanya infiltrat retikulonodular difus bilateral, terkadang dengan
adenopati di hilus dan mediastinum.
Manifestasi klinis yang lebih tragis adalah yang dinamakan ensefalopati kronik yang
mengakibatkan hambatan perkembangan atau kemunduran ketrampilan motorik dan daya
intelektual, sehingga terjadi retardasi mental dan motorik. Ensefalopati dapat merupakan
manifestasi primer infeksi HIV. Otak menjadi atrofi dengan pelebaran ventrikel dan
kadangkala terdapat kalsifikasi. Antigen HIV dapat ditemukan pada jaringan susunan saraf
pusat atau cairan serebrospinal.

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 8

PUSAT UNTUK KLASIFIKASI CONTROL PENYAKIT INFEKSI HIV PADA


ANAK
Kelas P-O: infeksi intermediate
Bayi <15 bulan yang lahir dari ibu yang terinfeksi tetapi tanpa tanda infeksi HIV
Kelas P-1: infeksi asimtomatik
Anak yang terbukti terinfeksi, tetapi tampa gejala P-2; mungkin memiliki fungsi
imun normal (P-1A) atau abnormal (P-1B)
Kelas P-2: infeksi sitomatik
P-2A:

gambaran

demam

nonspesifik

(>2

lebih

dari

bulan)

gagal

berkembang, limfadenopati, hepatomegali, splenomegali, parotitis, atau diare rekuren


atau persistem yang tidak spesifik.
P-2B: penyakit neurologi yang progresif
P-2C: Pneumonitis interstisial limfoid
P-2D: infeksi oportunistik menjelaskan AIDS, infeksi bakteri rekuren, kandidiasis
oral persisten, stomatitis herpes rekuren, atau zoster multidermatomal.
P-2E: kanker sekunder, termasuk limfoma non-Hodgkin sel-B atau limforma otak
P-2F: penyakit end-organ HIV lain (hepatitis, karditis, nefropati, gangguan
hematologi)

D. Patofisiologi
HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang
bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup limfosit penolong dengan
peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga meperlihatkan pengurangan
bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi HIV yang
menyebabkan penurunan sel CD4.
HIV secara istimewa menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang
bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup linfosit penolong dengan

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 9

peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga memperlihatkan pengurangan


bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit.
Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4 ini tidak pasti,
meskipun kemungkinan mencakup infeksi litik sel CD4 itu sendiri; induksi apoptosis melalui
antigen viral, yang dapat bekerja sebagai superantigen; penghancuran sel yang terinfeksi
melalui mekanisme imun antiviral penjamu dan kematian atau disfungsi precursor limfosit
atau sel asesorius pada timus dan kelenjar getah bening. HIV dapat menginfeksi jenis sel
selain limfosit.
Infeksi HIV pada monosit, tidak seperti infeksi pada limfosit CD4, tidak
menyebabkan kematian sel. Monosit yang terinfeksi dapat berperang sebagai reservoir virus
laten tetapi tidak dapat diinduksi, dan dapat membawa virus ke organ, terutama otak, dan
menetap di otak. Percobaan hibridisasi memperlihatkan asam nukleat viral pada sel-sel
kromafin mukosa usus, epitel glomerular dan tubular dan astroglia. Pada jaringan janin,
pemulihan virus yang paling konsisten adalah dari otak, hati, dan paru. Patologi terkait HIV
melibatkan banyak organ, meskipun sering sulit untuk mengetahui apakah kerusakan
terutama disebabkan oleh infeksi virus local atau komplikasi infeksi lain atau autoimun.
Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir, meskipun priode
inkubasi atau interval sebelum muncul gejala infeksi HIV, secara umum lebih singkat pada
infeksi perinatal dibandingkan pada infeksi HIV dewasa. Selama fase ini, gangguan regulasi
imun sering tampak pada saat tes, terutama berkenaan dengan fungsi sel B;
hipergameglobulinemia dengan produksi antibody nonfungsional lebih universal diantara
anak-anak yang terinfeksi HIV dari pada dewasa, sering meningkat pada usia 3 sampai 6
bulan.
Ketidakmampuan untuk berespon terhadap antigen baru ini dengan produksi
imunoglobulin secara klinis mempengaruhi bayi tanpa pajanan antigen sebelumnya,
berperang pada infeksi dan keparahan infeksi bakteri yang lebih berat pada infeksi HIV
pediatrik. Deplesi limfosit CD4 sering merupakan temuan lanjutan, dan mungkin tidak
berkorelasi dengan status simtomatik. Bayi dan anak-anak dengan infeksi HIV sering
memiliki jumlah limfosit yang normal, dan 15% pasien dengan AIDS periatrik mungkin
memiliki resiko limfosit CD4 terhadap CD8 yang normal. Panjamu yang berkembang untuk
beberapa alasan menderita imunopatologi yang berbeda dengan dewasa, dan kerentanan
perkembangan system saraf pusat menerangkan frekuensi relatif ensefalopati yang terjadi
pada infeksi HIV anak.

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 10

. Pathway
Kuman mengeluarkan endotoksin
Etiologi ( retro virus )

Penurunan sel

merangsang zat pirogen oleh

Cd4Kandidiasis

leukosit
Melepas zat prostglandiN E2

Invasi virus
ke dlm tubuh
Menfinfeksi bronkus

Masuk Ke Sirkulasi

pirogenendokrin)

(pirogen leukosi &

masuk ke sal.gastrointestinal

mencapai

hipotalamus
Aktivitas bronkus berkurang
hipertemi

Penumpukan secret

pe gerak peristaltic usus

Batuk inefektif
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Diare
Intake tidak
adekuat
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

tidak nafsu
makan
Lemah. lesu

Pengembangan ekspansi paru


sesak nafas

Pola napas tidak efektif

F. Komplikasi

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 11

1.

Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis
Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat
badan, keletihan dan cacat. Kandidiasis oral ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krim
dalam rongga mulut. Jika tidak diobati, kandidiasis oral akan berlanjut mengeni esophagus
dan lambung. Tanda dan gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan yang sulit dan
rasa sakit di balik sternum (nyeri retrosternal).

2.

Neurologik

a) ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia AIDS (ADC; AIDS dementia
complex). Manifestasi dini mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan
berkonsentrasi, konfusi progresif, perlambatan psikomotorik, apatis dan ataksia. stadium
lanjut mencakup gangguan kognitif global, kelambatan dalam respon verbal, gangguan
efektif seperti pandangan yang kosong, hiperefleksi paraparesis spastic, psikosis, halusinasi,
tremor, inkontinensia, dan kematian.
b) Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam, sakit kepala, malaise, kaku
kuduk, mual, muntah, perubahan status mental dan kejang-kejang. diagnosis ditegakkan
dengan analisis cairan serebospinal.
3.

Gastrointestinal

a) Wasting syndrome kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang diperbarui untuk penyakit
AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB > 10% dari BB awal, diare yang
kronis selama lebih dari 30 hari atau kelemahan yang kronis, dan demam yang kambuhan
atau menetap tanpa adanya penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala ini.
b) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma
Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
c) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan
anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
d) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat
infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal, gatal-gatal dan diare.
4. Respirasi
Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea), batuk-batuk, nyeri
dada, hipoksia, keletihan dan demam akan menyertai pelbagi infeksi oportunis, seperti yang
disebabkan oleh Mycobacterium Intracellulare (MAI), cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides.
5. Dermatologik
Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 12

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi
otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder
dan sepsis. Infeksi oportunis seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan disertai dengan
pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak integritas kulit.
moluskum kontangiosum merupakan infeksi virus yang ditandai oleh pembentukan plak
yang disertai deformitas. dermatitis sosoreika akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan
indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah.penderita AIDS juga dapat memperlihatkan
folikulitis menyeluruh yang disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan
dermatitis atopik seperti ekzema dan psoriasis.
6. Sensorik
a) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata : retinitis sitomegalovirus
berefek kebutaan
b) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek
nyeri yang berhubungan dengan mielopati, meningitis, sitomegalovirus dan reaksi-reaksi
obat.

G. Pemeriksaan penunjang
1. Tes untuk diagnose infeksi HIV
Menurut Hidayat (2008) diagnosis HIV dapat tegakkan dengan menguji HIV. Tes ini
meliputi
a)

ELISA, latex agglutination Penilaian Elisa dan latex agglutination dilakukan untuk
mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak, bila dikatakan positif HIV harus dipastikan
dengan tes western blot.

b) Western blot ( positif)


c) Tes antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR . Bila pemeriksaan pada kulit, maka
dideteksi dengan tes antibodi (biasanya digunakan pada bayi lahir dengan ibu HIV. (positif
untuk protein virus yang bebas)
d) Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi enzim reverse
transcriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat)
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
a) LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan)
b) CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi terhadap antigen)
c) Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 13

d) Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan dengan berlanjutnya penyakit).


e)

Kadar immunoglobulin (meningkat)

H. Penatalaksanaan
1.

Perawatan

Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain:
a) Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah
kemungkinan terjadi infeksi
b) Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada.
c)

Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan dideosinukleotid, yaitu
azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT dengan berintegrasi ke DNA virus,
sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV

d) Mengatasi dampak psikososial


e) Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan prosedur
yang dilakukan oleh tenaga medis
f)

Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus selalu memperhatikan
perlindungan universal (universal precaution)
2.

Pengobatan

a) Pengobatan medikamentosa mencakupi pemberian obat-obat profilaksis infeksi oportunistik


yang tingkat morbiditas dan mortalitasnya tinggi. Riset yang luas telah dilakukan dan
menunjukkan kesimpulan rekomendasi pemberian kotrimoksasol pada penderita HIV yang
berusia kurang dari 12 bulan dan siapapun yang memiliki kadar CD4 < 15% hingga
dipastikan bahaya infeksi pneumonia akibat parasit Pneumocystis jiroveci dihindari.
Pemberian Isoniazid (INH) sebagai profilaksis penyakit TBC pada penderita HIV masih
diperdebatkan. Kalangan yang setuju berpendapat langkah ini bermanfaat untuk menghindari
penyakit TBC yang berat, dan harus dibuktikan dengan metode diagnosis yang handal.
Kalangan yang menolak menganggap bahwa di negara endemis TBC, kemungkinan infeksi
TBC natural sudah terjadi. Langkah diagnosis perlu dilakukan untuk menetapkan kasus mana
yang memerlukan pengobatan dan yang tidak.
b) Obat profilaksis lain adalah preparat nistatin untuk antikandida, pirimetamin untuk
toksoplasma, preparat sulfa untuk malaria, dan obat lain yang diberikan sesuai kondisi klinis
yang ditemukan pada penderita.
Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 14

c) Pengobatan penting adalah pemberian antiretrovirus atau ARV. Riset mengenai obat ARV
terjadi sangat pesat, meskipun belum ada yang mampu mengeradikasi virus dalam bentuk
DNA proviral pada stadium dorman di sel CD4 memori. Pengobatan infeksi HIV dan AIDS
sekarang menggunakan paling tidak 3 kelas anti virus, dengan sasaran molekul virus dimana
tidak ada homolog manusia. Obat pertama ditemukan pada tahun 1990, yaitu Azidothymidine
(AZT) suatu analog nukleosid deoksitimidin yang bekerja pada tahap penghambatan kerja
enzim transkriptase riversi. Bila obat ini digunakan sendiri, secara bermakna dapat
mengurangi kadar RNA HIV plasma selama beberapa bulan atau tahun. Biasanya
progresivitas penyakti HIV tidak dipengaruhi oleh pemakaian AZT, karena pada jangka
panjang virus HIV berevolusi membentuk mutan yang resisten terhadap obat.
3. Pencegahan
Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui :
a)

Saat hamil. Penggunaan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan agar vital load
rendah sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk
menularkan HIV.

b)

Saat melahirkan. Penggunaan antiretroviral(Nevirapine) saat persalinan dan bayi baru


dilahirkan dan persalinan sebaiknya dilakukan dengan metode sectio caesar karena terbukti
mengurangi resiko penularan sebanyak 80%.

c)

Setelah lahir. Informasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko dan manfaat ASI

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 15

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Idensitas klien meliputi: nama/nama panggilan,tempat tanggal lahir/usia, jenis kelamin,
agama, paendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian.
2. Identitas penanggungjawab
3. Keluhan Utama
Orangtua klien mengeluhkan anaknya batuk- batuk disertai sesak napas.
4. Riwayat Kesehatan
a.

Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien terus batuk batuk sejak satu minggu yang lalu, kemudian dua hari yang lalu mulai
disertai sesak napas.klien juga terkena diare dengan frekuensi BAB cukup tinggi.sejak
semalam klien demam dan di perparah lagi klien tidak mau menyusu, karena itu orang tua
klien membawanya ke rumah sakit.

b. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak 0-5 tahun)


a)

Prenatal Care
Pemeriksaan kehamilan
Keluhan selama hamil
Riwayat terkena sinar tidak ada
Kenaikan berat badan selama hamil
Imunisasi

b) N a t a l
Tempat melahirkan
Lama dan jenis persalinan
Penolong persalinan
komplikasi selama persalinan ataupun setelah persalinan (sedikit perdarahan daerah vagina).
c)

Post Natal
Kondisi Bayi : BB lahir.. kg, PB.. cm
Kondisi anak saat lahir: baik/tidak
Penyakit yang pernah dialami setelah imunisasi
Kecelakaan yang pernah dialami: ada/tidak ada
Imunisasi
Alergi
Perkembangan anak dibanding saudara-saudara
Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 16

5.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Adakah anggota keluarga yang mengidap HIV : missal, ibu.

6. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi apa saja yang pernah diberikan, waktu pemberian dan reaksi setelah
pemberian. Missal; imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
a)

Tinggi Badan : PB lahir .. cm, PB masuk RS :.. Cm

b) Perkembangan tiap tahap ( berapa bulan)


Berguling, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, senyum kepada orang lain, bicara pertama
kali, berpakaian tanpa bantuan .
8. Riwayat Nutrisi
a.

Pemberian ASI

1.

Pertama kali di susui : berapa jam setelah lahir

2.

Cara Pemberian

: Setiap Kali menangis dan tanpa menangis

3.

Lama Pemberin

: berapa menit

4.

Diberikan sampai usia berapa


b.

Pemberian Susu Formula :missal; SGM

c.

Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

4. Riwayat Psiko Sosial


a)

Anak tinggal di mana, keadaan Lingkungan, fasilitas rumah

b) Hubungan antar anggota kelurga baik


c)

Pengasuh anak adalah orang tua, pengasuh,dll

9. Riwayat spiritual
Kegiatan ibadah, tempat ibadah.
10. Reaksi Hospitalisasi
a)

Pengalaman Keluarga tentang Sakit dan rawat inap

b)

Pemahaman anak tentang sakit dan rawat Inap

11. Aktivitas sehari-hari


Kaji sebelum sakit dirumah dan selama dirawat dirumah sakit tentang: nutrisi, cairan,
eliminasi, istirahat/tidur, personal hygiene, aktivitas/mobilisasi, rekreasi.
12. Pemeriksaan Fisik
a.

Keadaan umum: composmetis, stupor, semi koma, koma.


Ekspresi wajah, penampilan ( berpakaian)

b. Tanda-tanda vital meliputi: suhu, nadi, pernapasan. Tekanan darah


Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 17

c. Antropometri meliputi: panjang badan, berat badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala,
lingkar dada, lingkar abdomen.
d. Head To Toe
1) Kulit : Pucat dan turgor kulit agak buruk
2) Kepal dan leher : Normal tidak ada kerontokan rambut, warna hitam dan tidak ada
peradangan
3) Kuku : Jari tabuh
4)

Mata / penglihatan :Sklera pucat dan nampak kelopak mata cekung

5) Hidung

:Tidak ada Peradangan, tidak ada reaksi alergi, tidak ada polip, dan fxungsi

penciuman normal
6) Telinga :Bentuk simetris kanan/kiri, tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan
7)

Mulut dan gigi: Terjadi peradangan pada rongga mulut dan mukosa, terjadi Peradangan dan
perdarahan pada gigi ,gangguan menelan(-), bibir dan mukosa mulut klien nampak kering
dan bibir pecah-pecah.

8)

Leher: Terjadi peradangan pada eksofagus.

9)

Dada : dada masih terlihat normal

10) Abdomen : Turgor jelek ,tidak ada massa, peristaltik usus meningkat dan perut mules dan
mual.
11) Perineum dan genitalia : Pada alat genital terdapat bintik-bintik radang
12) Extremitas atas/ bawah : Extremitas atas dan extremitas bawah tonus otot lemah akibat tidak
ada energi karena diare dan proses penyakit.
e.

Sistem Pernafasan
-

Hidung : Simetris, pernafasan cuping hidung : ada, secret : ada

Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe di sub


mandibula.

Dada

o Bentuk dada

: Normal

o Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal

: 1:1

o Gerakan dada

: simetris, tidak terdapat retraksi

o Suara nafas

: ronki

o Suara nafas tambahan

: ronki

Tidak ada clubbling finger

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 18

f.

Sistem kardiovaskuler :

Conjungtiva

: Tidak anemia, bibir : pucat/cyanosis, arteri carotis : berisi reguler , tekanan

vena jugularis : tidak meninggi


-

Ukuran Jantung : tidak ada pembesaran

Suara jantung : Tidak ada bunyi abnormal

Capillary refilling time > 2 detik

g.

Sistem pencernaan:

Mulut : terjadi peradangan pada mukosa mulut

Abdomen : distensi abdomen, peristaltic meningkat > 25x/mnt akibat adanya virus yang
menyerang usus

Gaster : nafsu makan menurun, mules, mual muntah, minum normal,

Anus : terdapat bintik dan meradang gatal

h.

Sistem indra

1) Mata : agak cekung


2) Hidung : Penciuman kurang baik,
3) Telinga:
-

Keadaan daun telinga : kanal auditorius kurang bersih akibat benyebaran penyakit

Fungsi pendengaran kesan baik

i.

Sistem Saraf

1. Fungsi serebral:
-

Status mental : Orientasi masih tergantung orang tua

Bicara : -

Kesadaran : Eyes (membuka mata spontan) = 4, motorik (bergerak mengikuti perintah) = 6,


verbal (bicara normal) = 5

2. Fungsi kranial :
Saat pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda kelainan dari Nervus I Nervus XII.
3. Fungsi motorik : Klien nampak lemah, seluruh aktifitasnya dibantu oleh orang tua
4.

Fungsi sensorik : suhu, nyeri, getaran, posisi, diskriminasi (terkesan terganggu)

5. Fungsi cerebellum : Koordinasi, keseimbangan kesan normal


6.

Refleks : bisip, trisep, patela dan babinski terkesan normal.

j. Sistem Muskulo Skeletal


1) Kepala : Betuk kurang baik, sedikit nyeri
2) Vertebrae: Tidak ditemukan skoliosis, lordosis, kiposis, ROM pasif, klien malas bergerak,
aktifitas utama klien adalah berbaring di tempat tidur.
Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 19

3) Lutut : tidak bengkak, tidak kaku, gerakan aktif, kemampuan jalan baik
4) Tangan tidak bengkak, gerakan dan ROM aktif
k.

Sistem integumen

warna kulit pucat dan terdapat bintik-bintik dengan gatal, turgor menurun > 2 dt,

suhu meningkat 39 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill
time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.

l.

Sistem endokrin

Kelenjar tiroid tidak nampak, teraba tidak ada pembesaran

Suhu tubuh tidak tetap, keringat normal,

Tidak ada riwayat diabetes

m. Sistem Perkemihan
-

Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam), frekuensi berkurang.

Tidak ditemukan odema

Tidak ditemukan adanya nokturia, disuria , dan kencing batu

n. Sistem Reproduksi
Alat genetalia termasuk glans penis dan orificium uretra eksterna merah dan gatal
o. Sistem Imun
-

Klien tidak ada riwayat alergi

Imunisasi lengkap

Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca tidak ada

Riwayat transfusi darah ada/tidak ada

B. Diagnosa Keperawatan
1.

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret

2.

Pola napas tidk efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

3.

Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari hipotalamus sekunder terhadap


reaksi antigen dan antibody

4.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemasukan dan pengeluaran sekunder


karena kehilangan nafsu makan dan diare

5.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekambuhan penyakit,
diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral.

C. Intervensi Keperawatan

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 20

No

Dx. Kep

Tujuan dan

Intervensi

Rasional

criteria hasil
1

Bersihan jalan Tupan:

1. Auskultasi

nafas

tidak Jalan nafas kembali

efektif

efektif/normal

berhubungan

Tupen

dengan

dilakukan

akumulasi

selama 1x24 jam anak

secret

menunjukan

setelah
tindakan

area
1. Penurunan
aliran
paru,catat
area
udara terjadi
pada
penurunan/tidak
area
konsolidasi
ada aliran udara
dengan cairan.
dan bunyi napas
adventisius

yang

2. kaji ulang tanda-

efektif dengan criteria

tanda vital (irama

hasil:

dan

- Mempertahankan
kepatenan jalan napas

serta

frekuensi,
gerakan

dinding dada)

dengan bunyi napas

Pernapasan dangkal
dan

gerakan

tidak simetris terjadi


karena
ketidaknyaman
gerakan

bersih/jelas.

dada

dinding

dada.

- Klien merasa nyaman


ketika bernapas
- Tidak ada sekret

3. Bantu
latihan

pasien
3. Napas
dalam
napas
memudahkan

sering.

ekspansi maksimum
paru/jalan

napas

lebih kecil
4. Penghisapan
sesuai indikasi

4. Merangsang
atau

batuk

pembersihan

jalan napas secara


mekanik
5. Berikan

cairan
5. Cairan (khususnya
sedikitnya 2500
yang
hangat)
ml/hari (kecuali
memobilisasi
dan
kontraindikasi)
mengeluar-kan
secret

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 21

6. berikan obat yang


6. alat

untuk

dapat meningkatkan menurunkan spasme


efektifnya

jalan bronkhus

nafas (seperti

dengan

memobilisasi sekret.

bronchodilator
2.

Pola
napas

Tupan : pola napas


tidak kembali efektif
:

frekuensi
1. Kecepatan biasanya

kedalaman

efektif

Tupen

setelah

berhubungan

dilakukan

dengan

selama 2x24 jam pola

penurunan

napas kembali norma

ekspansi paru

l,

tindakan

dengan

1. Kaji

meningkat.

pernapasandan
ekpansi paru.
2. Catat

upaya
2. Dispnue dan terjadi

pernapasa

peningkatan kerja

criteria

nafas.

hasil:
- klien
pola

3.
Menunjukan
nafas

efektif

3. Auskuttsi

bunyi
3. Bunyi nafas

napas dan catat menurun / tidak ada

dengan frekuensi dan

adanya

kedalaman

seperti ronkhi.

dalam

bunyi bila jalan nafas


obstruktif sekunder

rentang normal
- klien

terhadap

mengatakan

pendarahan.

tidak sesak lagi.


4. Tinggikan kepala
4. Duduk tinggi
dan
bantu memungkinkan
mengubah posisi. ekspansi paru
memudahkan
pernafasan.

5. Observasi

5.
pola

Kongesti alveolar

dan mengakibatkan
batuk kering / iritasi.
karaktrer secret.
batuk

6.
Memaksimalkan
6. Berkan
Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

oksigen
Page 22

tambahan

bernafas dan
menurunkan kerja
nafas.

Hipertermi

Tupan : suhu tubuh

berhubungan

klien kembali normal

lingkungan

dengan

Tupen

sejuk,

pelepasan

dilakukan

pyrogen

1.

setelah
tindakan

tubuh

sekunder

dengan criteria;

yang

membantu

dengan menurunkan

suhu

tubuh dengan cara

dan radiasi.

selimut

yang

tidak tebal.
akan

antigen

dan mempertahankan

antibody

suhu tubuh

yang

2.

normal
- Klien

sejuk

piyama

menurun

terhadap reaksi- Anak

Lingkungan

menggunakan

dari selama 1x24 jam suhu

hipotalamus

Pertahankan

mampu

menunjukkan

Pantau

suhu2. Peningkatan

suhu

tubuh

anak secara tiba-tiba akan

setiap 1-2 jam, mengakibat

TTV

bila

yang normal :

an

terjadi kejang.

peningkatan

- suhu 3650C,

secara tiba-tiba.

- Nadi : 80x/m,
- P : 20x / m dn

3.

- TD : 110/80 mmHg

Beri

3. Antimikroba

antimikroba/anti mungkin disarankan


biotik

jika untuk

disaranka.

mengobati

organisme penyebab.
4.

4.

Berikan

Kompres

kompres dengan efektif


suhu

37

pada anak

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

hangat

mendingin-

oC kan tubuh melalui


cara konduksi

Page 23

5. Kolaboratif
Beri

5. Antipiretik

seperti

antipiretik asetaminofen

sesuai petunjuk

(Tylenol),

efektif

menurunkan demam

Kekurangan

Tupan: keseimbangan 1. Ukur dan catat Dokumentasi

yang

volume

cairan

pemasukan

akan

cairan

tubuh adekuat

pengeluaran. Tinjau membantu

berhubungan

Tupen :

ulang catatan intra mengidentifikasi

dengansekunde setelah
r

dilakukan operasi.

dalam

pengeluaran cairan.

karena tindakan selama 1x24

kehilangan
nafsu

dan akurat

jam kebutuhan cairan 2.

makan dapat

dan diare

Pantau

tanda- Hipotensi,

terpenuhi tanda vital.

takikardia,

dengan criteria:

peningkatan

- Tidak ada tanda-tanda

pernapasan

dehidrasi.
- turgor kulit normal,
membran

mukosa

lembab

3. Letakkan pasien
2. Mengindikasikan
pada posisi yang kekurangan cairan.
sesuai, tergantung
3. Elevasi kepala dan

- dan pengeluaran urine


yan sekunder

pada

kekuatan posisi miring akan

pernapasan.

mencegah terjadinya
aspirasi dari muntah.

4. Pantau suhu kulit,


palpasi

Kulit yang dingin/

denyut lembab, denyut yang

perifer.

lema.

4. Kolaborasi, berikan Mengindikasikan


cairan

parenteral, penurunan Sirkulasi

produksi darah dan perifer.


atau
ekspander.
5.

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

plasma
5. Gantikan kehilangan
cairan

yang

telah

didokumen-tasikan

Page 24

Perubahan

Tupan:

Pasien

nutrisi kurang mendapatkan

nutrisi

1. Berikan makanan1. Untuk


dan

kudapan kebutuhan tubuh

dari kebutuhan yang Optimal

tinggi kalori dan

tubuh

Tupen: setelah

protein.

berhubungan

dilakukan

dengankekamb

selama

tindakan
1x24

uhan penyakit, kebutuhan

jam

klien

kehilangan

dengan kriteria hasil:

makan, - anak

makanan2. Untuk

yang disukai anak agar

nutrisi

diare,

nafsu

2. Beri

memenuhi

mendorong
anak

mau

makan

terpenuhi.
3. Perkaya makanan3. Untuk

mengkonsumsi

kandidiasis

jumlah nutrien yang

oral

cukup
- Nafsu

dengan suplemen memaksimalkan


nutrisi.

kualitas asupan
makanan

menyusu
4. Berikan makanan

meningkat
- BB meningkat atau
normal sesuai umur

ketika

anak

sedang

mau

makan

dengan

baik

Ketika

anak

mau

makan adalah
kesempatan

yang

berharga

bagi

perawat

maupun

orang tua.

Dapat

menarik

kreativitas untuk minat

anak untuk

5. Gunakan

mendorong anak.

makan

dan

menghabis-kan porsi
makanan

6. Pantau
badan
Pertumbuha

berat
berat6. Pemantauan
dilakukan
dan badan
sehingga

intervensi

terpenuhi
mengobati
7. Kolaboratif : obat7. Untuk
anti jamur sesuai kandidiasis oral
instruksi
Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 25

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang
disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan
pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan penyakit.
(Carolyn, M.H.1996:601)
Penyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok retrovirus
yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakit ini
dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi patogen di dalam darah, dan
penularan masa perinatal. Manifestasi klinis lainnya yang sering ditemukan pada anak
adalah pneumonia interstisialis limfositik, yaitu kelainan yang mungkin langsung disebabkan
oleh HIV pada jaringan paru.
Komplikasi Oral Lesi: Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. Pemeriksaan peniunjang seperti; Tes
untuk diagnose infeksi HIV
1. ELISA, latex agglutination
2. Western blot ( positif)
3. Tes antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR
4. Kultur HIV
B.

Saran

1. Memberikan support kepada penderita HIV agar tidak putus asa dalam menjalani hidup.
2. Mencegah penyebaran HIV dengan pemeriksakan kesehatan anda dan anak secara rutin.
3. Dan kita sebagai perawat terus memberikan asuhan keperawatan kepada penderita agar cepat
sembuh dalam pengobatan

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 26

Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S,
EGC, Jakarta

Kuswayan. 2009. Apa itu HIV/AIDS?. http://www.kswann.com/WhatisHIVAIDS.pdf. Lamongan, 10


Desember 2010. 13.00 WIB (access online)

Yati, Ida. 2010. AIDS pada ibu hamil. http://www.docstoc.com/docs/. Lamongan, 10 Desember 2010.
13.10 WIB (access online)

Administrator. 2010. Pencegahan dan Penatalaksanaan Infeksi HIV (AIDS) pada kehamilan.
http://www.mkb-online.org/. Lamongan, 10 Desember 2010. 13.30 WIB (access online)

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak

Page 27

Anda mungkin juga menyukai