PENDAHULUAN
1
penyebaran kasus HIV/AIDS yang paling banyak yaitu LSL (lelaki suka lelaki)
(Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2016).
Berdasarkan masalah yang muncul di atas maka kelompok sepakat untuk
mendiskusikan Trend dan Issue HIV AIDS dengan judul resiko tinggi terjadinya
infeksi HIV/ AIDS pada homoseksual.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
(1986) nama virus dirubah menjadi HIV.Dalam bentuknya yang asli merupakan
partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke
sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai
reseptor untuk virus HIV yang disebut CD 4. Didalam sel limposit T, virus
dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama
dalam sel dalam keadaan inaktif. Walaupun demikian, virus dalam tubuh
pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat
ditularkan selama hidup penderita tersebut(Nursalam, 2011).
Bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV
termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih,
sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai desinfektan seperti eter,
aseton, alkohol, dll, tetapi relatif resisten terhadap radiasi dan sinar
utraviolet.Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah
mati diluar tubuh. HIV juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel
glia jaringan otak (Nursalam, 2011).
c. Manifestasi Klinis
Menurut Setianti (2015) tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada
penderita AIDS umumnya sulit dibedakan karena bermula dari gejala klinis
umum yang didapati pada penderita penyakit lainnya. Secara umum dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1) Rasa lelah dan lesu
2) Berat badan menurun secara drastis
3) Demam yang sering dan berkeringat waktu malam
4) Mencret dan kurang nafsu makan
5) Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
6) Pembengkakan leher dan lipatan paha
7) Radang paru
8) Kanker kulit
d. Cara Penularan HIV/AIDS
Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu
penyakit yaitu sumber infeksi, vehikulum yang membawa agent, host yang
rentan, tempat keluar kuman dan tempat masuk kuman (port’d entrée). Virus
4
HIV sampai saat ini terbukti hanya menyerang sel Lymfosit T dan sel otak
sebagai organ sasarannya. Virus HIV sangat lemah dan mudah mati diluar tubuh.
Sebagai vehikulum yang dapat membawa virus HIV keluar tubuh dan
menularkan kepada orang lain adalah berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh yang
terbukti menularkan diantaranya cairan sperma, cairan vagina atau servik dan
darah penderita. Banyak cara yang diduga menjadi cara penularan virus HIV,
namun hingga kini cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui :
1. Transmisi Seksual
Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupun
Heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi.
Penularan ini berhubungan dengan semen dan cairan vagina atau serik.
Infeksi dapat ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV kepada pasangan
seksnya. Resiko penularan HIV tergantung pada pemilihan pasangan seks,
jumlah pasangan seks dan jenis hubungan seks. Orang yang sering
berhubungan seksual dengan berganti pasangan merupakan kelompok
manusia yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV.
a. Homoseksual
Didunia barat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat promiskuitas
homoseksual menderita AIDS, berumur antara 20-40 tahun dari semua
golongan rusial. Cara hubungan seksual anogenetal merupakan
perilaku seksual dengan resikotinggi bagi penularan HIV, khususnya
bagi mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi cairan sperma dari
seseorang pengidap HIV. Hal ini sehubungan dengan mukosa rektum
yang sangat tipis dan mudah sekali mengalami pertukaran pada saat
berhubungan secara anogenital.
b. Heteroseksual
Cara penularan utama melalui hubunganheteroseksual pada
promiskuitas dan penderita terbanyak adalah kelompokumur seksual
aktif baik pria maupun wanita yang mempunyai banyak pasangan dan
berganti-ganti.
2. Transmisi Non Seksual
a. Transmisi Parental
5
Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya(alat
tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalah
gunaannarkotik suntik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar
secarabersama-sama. Disamping dapat juga terjadi melaui jarum suntik
yangdipakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih dahulu.
b. Darah/Produk Darah
Transmisi melalui transfusi atau produk darah terjadi di negara –
negarabarat dan di negara – negara lainnya. Misalnya pada saat donor
darah, darah tidak di periksa terlebih dahulu dan ternyata darah
terinfeksi HIV maka akan mudah terinfeksi HIV. Resiko tertular
infeksi/HIV lewat trasfusi darah adalah lebihdari 90%.
c. Transmisi Transplasental
Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak
mempunyai resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil,
melahirkan dan sewaktu menyusui. Penularan melalui air susu ibu
termasuk penularan dengan resiko rendah (Nursalam, 2011).
6
Juni 2008 adalah sebesar 429 orang dan 128 orang remaja mengidap
AIDS/IDU. Hal ini akan sangat mengancam masa depan bangsa dan negara
ini. Diharapkan dengan metode Peer Group dapat menurunkan angka
kejadian, karena diyakini bahwa kelompok remaja ini lebih mudah saling
mempengaruhi.
2) One Day Care
Merupakan sistem pelayanan kesehatan dimana pasien tidak memerlukan
perawatan lebih dari satu hari. Setelah menjalani operasi pembedahan dan
perawatan, pasien boleh pulang. Biasanya dilakukan pada kasus minimal.
Berdasarkan hasil analisis beberapa rumah sakit, di Indonesia didapatkan
bahwa metode one day care ini dapat mengurangi lama hari perawatan
sehingga tidak menimbulkan penumpukkan pasien pada rumah sakit
tersebut dan dapat mengurangi beban kerja perawat. Hal ini juga dapat
berdampak pada pasien dimana biaya perawatan dapat ditekan seminimal
mungkin.
b. Isu Etik Dalam Keperawatan HIV/AIDS Di Indonesia
1) Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk
memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya
saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk menyiarkan konsultasi
antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai peralatan
video conference (bagian integral dari telemedicine atau telehealth).
Telenursing membantu pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi
aktif dalam perawatan, terutama sekali untuk self management pada
penyakit kronis. Hal itu memungkinkan perawat untuk menyediakan
informasi secara akurat dan tepat waktu dan memberikan dukungan secara
langsung (online). Kesinambungan pelayanan ditingkatkan dengan
memberi kesempatan kontak yang sering antara penyedia pelayanan
kesehatan dan pasien dan keluarga-keluarga merek.
Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak negara,
terkait dengan beberapa faktor seperti mahalnya biaya pelayanan
kesehatan, banyak kasus penyakit kronik dan lansia, sulitnya mendapatkan
pelayanan kesehatan di daerah terpencil, rural, dan daerah yang
7
penyebaran pelayanan kesehatan belum merata. Dan keuntungannya,
telenursing dapat menjadi jalan keluar kurangnya jumlah perawat
(terutama di negara maju), mengurangi jarak tempuh, menghemat waktu
tempuh menuju pelayanan kesehatan, mengurangi jumlah hari rawat dan
jumlah pasien di RS, serta menghambat infeksi nosokomial.
2) Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka.
Beberapa klinisi menganjurkan pemakaian tap water untuk mencuci awal
tepi luka sebelum diberikan NaCl 0,9 %. Hal ini dilakukan agar kotoran-
kotoran yang menempel pada luka dapat terbawa oleh aliran air. Kemudian
dibilas dengan larutan povidoneiodine yang telah diencerkan dan
dilanjutkan irigasi dengan NaCl 0,9%. Akan tetapi pemakaian prosedur ini
masih menimbulkan beberapa kontroversi karena kualitas tap water yang
berbeda di beberapa tempat dan keefektifan dalam pengenceran betadine.
3) Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter. Ada beberapa pendapat
bahwa perawatan luka adalah kewenangan medis, akan tetapi dalam
kenyataannya yang melakukan adalah perawat sehingga dianggap sebagai
area abu-abu. Apabila ditinjau dari bebarapa literatur, perawat mempunyai
kewenangan mandiri sesuai dengan seni dan keilmuannya dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kerusakan integritas
kulit.
c. Komunitas HIV/AIDS Di Indonesia
KOMUNITAS BERBAGI HIDUP (KBH) adalah komunitas yang terdiri
atas orang dewasa dengan status ODHA dan anak-anak yang terpapar HIV
serta orang-orang yang peduli terhadap HIV-AIDS. Upaya keseharian yang
dilakukan adalah mempersiapkan mental para ODHA dan anak-anak yang
terpapar HIV untuk menyongsong hari depan mereka..
Pada awal nya organisasi ini didirikan oleh para pemuda gereja yang
aktif dalam kegiatan di Komisi Pemuda PGI Wilayah DKI Jakarta. Di bawah
payung Komisi Pemuda PGI Wilayah DKI Jakarta, KBH mampu merangkul
kaum muda gereja untuk peduli terhadap kesulitan hidup yang dihadapi para
ODHA. Alhasil, kepedulian tersebut membawa dampak positif di mana para
ODHA merasakan sentuhan kasih dari KBH karena KBH menerima mereka
8
dengan tidak memberi stigma dan tidak melakukan diskriminasi. Para ODHA
merasa dihargai keberadaannya sebagai manusia yang memiliki dejarat yang
sama di mata Tuhan. Syukur lah, hal itu tidak hanya dirasakan oleh para
ODHA yang beragama Kristen, tetapi juga mereka yang beragama lain. Di
situlah KBH menjadi organisasi yang bersifat lintas agama.
KBH tidak hanya melakukan kegiatan sosialiasi, penyampaian informasi,
dan edukasi tentang HIV/AIDS, tetapi juga telah menjangkau kegiatannya
dengan melakukan pendidikan dan pendampingan kepada anak-anak yang
terpapar HIV dan ODHA melalui kegiatan sekolah ceria. Melalui dukungan
dan kerjasama dengan RPK dan Lentera Anak Pelangi dari Unika Atmajaya,
Sekolah Ceria dapat dijalankan satu kali sebulandi gedung RPK lantai 3.
Sekolah Ceria sudah berjalan 2 tahun lebih sejak 2009 hingga 2012, tetapi pada
2011 mengalami kevakuman selama 1 tahun karena ada renovasi gedung RPK
di lantai 3.
BANDA ACEH - Dalam sepuluh tahun terakhir sejak 2004 hingga
Oktober 2014, HIV/AIDS di Aceh mencapai 303 kasus. Dari jumlah tersebut,
94 penderitanya meninggal dunia. Sedangkan kabupaten/kota tertinggi
terjangkitnya virus itu adalah Aceh Utara dengan 33 kasus, disusul Aceh
Tamiang 32 kasus, Bireuen dan Banda Aceh masing-masing 27 kasus, dan
Lhokseumawe 23 kasus.
Sekretaris Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Aceh, dr Ormaia
Nja’ Oemar MKes mengatakan, HIV/AIDS banyak terjadi akibat
penyimpangan seksual yang dilakukan lelaki saat bertugas di luar daerah dan
kemudian ditularkan ke istrinya melalui hubungan seksual. Sehingga, virus itu
tidak hanya berdampak pada istri tapi juga anak yang sedang dikandung atau
disusui.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Human Immunodefisiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan
kerusakan sistem imun dan mneghancurkannya. HIV menginfeksi tubuh dengan
periode inkubasi yang panjang sehingga menyebabkan timbulnya tanda & gejala
AIDS (Nursalam, 2011).
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome ) dapat diartikan sebagai
kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh
akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodefisiency Virus) yang termasuk
famili retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV (Setiati, 2015).
3.2 Saran
Setelah mengetahui pengetahuan tentang Trend dan Isu Keperawatan
HIV/AIDS yang telah diuraikan dalam makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu
memahaminya, karena sangat penting dalam bidang.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi
pembaca, baik bagi tenaga kesehatan dan khususnya bagi mahasiswa keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan secara professional.
10
DAFTAR PUSTAKA
11