Anda di halaman 1dari 6

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita BPH merujuk pada
teori menurut Smeltzer dan Bare (2002) , Tucker dan Cannobio (2008) ada berbagai macam,
meliputi :
a. Demografi
Kebanyakan menyerang pada pria berusia diatas 50 tahun. Ras kulit hitam memiliki resiko
lebih besar dibanding dengan ras kulit putih. Status social ekonomi memili peranan penting
dalam terbentuknya fasilitas kesehatan yang baik. Pekerjaan memiliki pengaruh terserang
penyakit ini, orang yang pekerjaanya mengangkat barang-barang berat memiliki resiko lebih
tinggi..
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien BPH keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia, urgensi, disuria,
pancaran melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, hesistensi ( sulit memulai miksi),
intermiten (kencing terputus-putus), dan waktu miksi memanjang dan akhirnya menjadi
retensi urine.
c. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah memilki riwayat infeksi saluran kemih (ISK), adakah riwayat mengalami kanker
prostat. Apakah pasien pernah menjalani pembedahan prostat / hernia sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit BPH.
e. Pola kesehatan fungsional
1) Eliminasi
Pola eliminasi kaji tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu, menetes, jumlah
pasien harus bangun pada malam hari untuk berkemih (nokturia), kekuatan system
perkemihan. Tanyakan pada pasien apakah mengedan untuk mulai atau mempertahankan
aliran kemih. Pasien ditanya tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat
dari prostrusi prostat kedalam rectum.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Kaji frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan, jumlah minum tiap hari, jenis
minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang mengganggu nutrisi seperti anoreksia, mual,
muntah, penurunan BB.
3) Pola tidur dan istirahat
Kaji lama tidur pasien, adanya waktu tidur yang berkurang karena frekuensi miksi yang
sering pada malam hari ( nokturia ).
4) Nyeri/kenyamanan
Nyeri supra pubis, panggul atau punggung, tajam, kuat, nyeri punggung bawah
5) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Pasien ditanya tentang kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, penggunaan alkhohol.
6) Pola aktifitas
Tanyakan pada pasien aktifitasnya sehari – hari, aktifitas penggunaan waktu senggang,
kebiasaan berolah raga. Pekerjaan mengangkat beban berat. Apakah ada perubahan sebelum
sakit dan selama sakit. Pada umumnya aktifitas sebelum operasi tidak mengalami gangguan,
dimana pasien masih mampu memenuhi kebutuhan sehari – hari sendiri.
7) Seksualitas
Kaji apakah ada masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampua seksual akibat adanya
penurunan kekuatan ejakulasi dikarenakan oleh pembesaran dan nyeri tekan pada prostat.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Meliputi informasi tentang perasaan atau emosi yang dialami atau dirasakan pasien sebelum
pembedahan dan sesudah
pembedahanpasien biasa cemas karena kurangnya pengetahuan terhadapperawatan luka
operasi.

3.2. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan pada penyakit BPH menurut Carpenito (2007) danTucker dan
Cannobio (2008) adalah :
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan peregangan dari terminal saraf, distensi kandung kemih,
infeksi urinaria, efek mengejan saat miksi sekunder dari pembesaran prostat dan obstruksi
uretra.
b. Retensi urin akut/kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran prostat,
dekompensasi otot destrusor, ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi dengan
adekuat.
c. Ansietas/cemas berhubungan dengan krisis situasi, perubahan status kesehatan, kekhawatiran
tentang pengaruhnya pada ADL atau menghadapi prosedur bedah.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi.
2. Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan spasme kandung kemih dan insisi sekunder pada
pembedahan
b. Retensi urin berhubungan dengan obstruksi mekanik: bekuan darah, edema, trauma, prosedur
bedah, tekanan dan iritasi kateter.
c. Resiko perdarahan berhubungan dengan insisi area bedah vaskuler ( tindakan pembedahan) ,
reseksi bladder, kelainan profil darah.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama pembedahan, kateter, irigasi
kandung kemih.
e. Resiko terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan impoten akibat dari
pembedahan.

3.3.Intervensi
Diagnosa
No Tujuan & Kriteria Hasil
Keperawatan
1. Retensi urin Tujuan:
akut/kronis Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24jam pasien tidak terjadi retensi urin
berhubungan Kriteria hasil:
dengan obstruksi Pasien menunjukkan residu pasca berkemih
mekanik, kurang dari 50 ml, dengan tidak adanya tetesan ataukelebihan cairan.
pembesaran
prostat,
dekompensasi
otot destrusor,
ketidakmampuan
kandung kemih
untuk
berkontraksi
dengan adekuat.

2. Nyeri akut Tujuan :


berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24jam nyeri hilang, terkontrol
dengan Kriteria hasil :
peregangan dari pasien melaporkan nyeri hilang dan terkontrolpasien tampak rileks, mampu untuk tidu
terminal saraf, dengan tepat.
distensi kandung
kemih, infeksi
urinaria, efek
mengejan saat
miksi sekunder
dari pembesaran
prostat dan
obstruksi uretra.

3. Resiko Tujuan :
perdarahan Tidak terjadi perdarahan
berhubungan Kriteria Hasil :
dengan insisi
1) Pasien tidakmenunjukkan tanda – tanda perdarahan
area bedah2) Tanda – tanda vital dalam batas normal .
vaskuler (
3) Urine lancar lewat kateter
tindakan
pembedahan) ,
reseksi bladder,
kelainan profil
darah.

4. Resiko infeksi Tujuan :


berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24jam pasien tidak menunjukkan tand
dengan prosedur infeksi
invasif: alat Kriteria hasil :
selama 1. Pasien tidak mengalami infeksi.
pembedahan, 2. Tanda – tanda vital dalam batas normal dan tidak ada tanda – tanda syok.
kateter, irigasi
kandung kemih.

5. Ansietas/cemas Tujuan :
berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24jam pasien tampak rileks.
dengan krisis Kriteria hasil :
situasi, menyatakan pengetahuan yang akurat tentangsituasi, menunjukkan rentang tepat tentan
perubahan status dan penurunan rasa takut
kesehatan,
kekhawatiran
tentang
pengaruhnya
pada ADL atau
menghadapi
prosedur bedah.
6. Kurang Tujuan :
pengetahuan Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan prognosisnya.
tentang kondisi Kriteria Hasil :
dan kebutuhan Melakukan perubahan pola hidup danberpartisipasi dalam program pengobatan
pengobatan
berhubungan
dengan
kurangnya
informasi.

7. Resiko terhadap Tujuan :


disfungsi seksual Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi
berhubungan Kriteria hasil :
dengan Menyatakan pemahaman situasional individu,menunjukan pemecahan masa
ketakutan menunjukkanrentang yang tepat tentang perasaan dan penurunanrasa takut.
impoten akibat
dari
pembedahan.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
BPH (benign prostatic hyperplasia) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh faktor
penuaan, dimana prostat mengalami pembesaran memanjang keatas kedalam kandung kemih
dan menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium uretra.
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti etiologi/penyebab terjadinya BPH,
namun beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitanya dengan peningkatan
kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses menua. Terdapat perubahan mikroskopik pada
prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang,
akan terjadi perubahan patologik anatomi yang ada pada pria usia 50 tahun, dan angka
kejadiannya sekitar 50%, untuk usia 80 tahun angka kejadianya sekitar 80%, dan usia 90
tahun sekitar 100% (Purnomo, 2011)

4.2. Saran
Sebagai tenaga keperawatan hendaknya memberikan suhan keperawatan dengan
semaksimal mungkin agar klien mendapatkan perawatan yang baik dan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S dan Bare, B. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth,
Edisi 8, Volume 2, Alih bahasa oleh Kuncara..(dkk). Jakarta : EGC
Baradero, M dan Dayrit, M. 2007. Seri Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Reproduksi
& Seksualitas. Jakarta: EGC
Sjamsuhidayat, R. dan De Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Copy Editor: Adinda
Candralela. EGC : Jakarta
Purnomo, B. 2011. Dasar-dasar Urologi,. Jakarta: Sagung Seto
Susan Maertin Tucker, Marry M. Cannobio, dkk. 2008. Standar Perawatan Pasien volume 2.
Jakarta : EGC
Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan / Lynda Juall Carpenito ; Editor Edisi Bahasa
Indonesia, Monica Ester, Edisi 8. Jakarta: EGC
Amanda Tamalia D, 2012, Asuhan Keperawatan pada Tn. M Dengan Benigna Prostathiperplasia (
Bph ) Post Operasi Open Prostatektomy Suprapubik di Ruang Anggrek RSUD Tugurejo
Semarang Universitas Muhammadiyah Semarang. Thesis, Universitas Muhammadiyah
Surakarta. diakses 13-11-2015 dari http://eprints.ums.ac.id/20433/
Mina Nurul. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Tn. I Dengan Gangguan Sistem Perkemihan: Post
Operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) Hari Ke-0 Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit
Umum Daerah Pandanarang Boyolali. Thesis, Universitas Muhammadiyah
Surakarta. diakses 13-11-2015 darihttp://eprints.ums.ac.id/20515/
Sari, Farida Kumala. 2010. Perbedaan Angka Kejadian Benign Prostatic Hyperplasia pada Usia
Antara 50-59 Tahun Dengan Usia diatas 60 Tahunpada Pemeriksaan
Ultrasonografi di Rs. Pku (Pembina Kesejahteraan Umat) Muhammadiyah
Surakarta. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. diakses 14–11-2015
dari http://eprints.ums.ac.id/9300/

Anda mungkin juga menyukai