Anda di halaman 1dari 26

Asuhan Keperawatan HIV / AIDS Pada

Anak
Nama Kelompok: 2

Seltin Takaendengan
Suyanty
Merry Sumendap
Setia Astriani Paidjo
Sikrianingsi Tanda
Nova Anita Soputan Dosen Keperawatan
Fitrianti Berahima Anak : Ns Amatus Yudi
Norma Managin Ismanto
Marissia L.Bawonseet
Dewi Baluwo
Endang Dg Manese
Diah Puspitasari Malah

STIKES GRAHA MEDIKA


KOTAMOBAGU
TAHUN 2019
Definisi
AIDS adalah penyakit yang AIDS (Acquired
berat yang ditandai oleh immunodeficiency
kerusakan imunitas seluler syndrome) adalah
yang disebabkan oleh
kumpulan gejala penyakit
retrovirus (HIV) atau penyakit
fatal secara keseluruhan akibat menurunnya
dimana kebanyakan pasien system kekebalan tubuh
memerlukan perawatan secara bertahap yang
medis dan keperawatan disebabkan oleh infeksi
canggih selama perjalanan Human Immunodeficiency
penyakit. (Carolyn, virus (HIV). (Mansjoer,
M.H.1996:601) 2000:162)
Etiologi
• bayi yang lahir dari ibu dengan
pasangan biseksual,
• bayi yang lahir dari ibu dengan
Penyebab penyakit AIDS adalah pasangan berganti,
HIV yaitu virus yang masuk dalam • bayi yang lahir dari ibu atau
kelompok retrovirus yang pasangannya penyalahguna obat
biasanya menyerang organ-organ intravena,
vital sistem kekebalan tubuh • bayi atau anak yang mendapat
manusia. transfusi darah atau produk darah
berulang,
• anak yang terpapar pada infeksi HIV
dari kekerasan seksual (perlakuan
salah seksual), dan
1.   faktor risiko untuk tertular HIV • anak remaja dengan hubungan seksual
pada bayi dan anak adalah : berganti-ganti pasangan.
Lanjutan...
2.Cara Penularan  Selama persalinan (intrapartum)
Penularan HIV dari ibu kepada Selama persalinan bayi dapat
bayinya dapat melalui: tertular darah atau cairan
servikovaginal yang mengandung
 Dari ibu kepada anak dalam HIV melalui paparan trakeobronkial
kandungannya (antepartum) atau tertelan pada jalan lahir.
Ibu hamil yang terinfeksi HIV
dapat menularkan virus tersebut ke  Bayi baru lahir terpajan oleh cairan
bayi yang dikandungnya. Cara tubuh ibu yang terinfeksi
transmisi ini dinamakan juga
transmisi secara vertikal. Transmisi Pada ibu yang terinfeksi HIV,
dapat terjadi melalui plasenta ditemukan virus pada cairan vagina
(intrauterin) intrapartum, yaitu pada 21%, cairan aspirasi lambung pada
waktu bayi terpapar dengan darah bayi yang dilahirkan.
ibu.
Lanjutan...
 Bayi tertular melalui pemberian
ASI

Transmisi pasca persalinan sering


terjadi melalui pemberian ASI (Air
Ketuban pecah lebih dari 4 susu ibu). ASI diketahui banyak
jam sebelum persalinan akan mengandung HIV dalam jumlah
meningkatkan resiko transmisi cukup banyak. Konsentrasi
antepartum sampai dua kali median sel yang terinfeksi HIV
lipat dibandingkan jika pada ibu yang tenderita HIV
ketuban pecah kurang dari 4 adalah 1 per 10 4 sel, partikel
virus ini dapat ditemukan pada
jam sebelum persalinan.
componen sel dan non sel ASI.
Manifestasi Klinis
 Manifestasi nonspesifik berupa  : 
 gagal tumbuh
Manifestasi klinis infeksi HIV pada  berat badan menurun
anak bervariasi dari asimtomatis  anemia,
sampai penyakit berat yang dinamakan  panas berulang,
AIDS. AIDS pada anak terutama terjadi  limfadenopati, dan
pada umur muda karena sebagian
 hepatosplenomegali
besar (>80%) AIDS pada anak akibat
transmisi vertikal dari ibu ke anak. Lima
puluh persen kasus AIDS anak berumur Gejala yang menjurus kemungkinan
< l tahun dan 82% berumur <3 tahun. adanya infeksi HIV adalah adanya infeksi
Meskipun demikian ada juga bayi yang oportunistik, yaitu infeksi dengan
terinfeksi HIV secara vertikal belum kuman, parasit, jamur, atau protozoa
memperlihatkan gejala AIDS pada yang lazimnya tidak  memberikan
umur 10 tahun. penyakit pada anak normal.
Lanjutan..
Manifestasi klinis lainnya yang
sering ditemukan pada anak adalah Manifestasi klinis yang lebih tragis
pneumonia interstisialis limfositik, adalah yang dinamakan ensefalopati
yaitu kelainan yang mungkin langsung kronik yang mengakibatkan
disebabkan oleh HIV pada jaringan hambatan perkembangan atau
paru. kemunduran ketrampilan motorik
dan daya intelektual, sehingga
 Manifestasi klinisnya berupa terjadi retardasi mental dan motorik.
  hipoksia, Ensefalopati dapat merupakan
 sesak napas, manifestasi primer infeksi HIV. Otak
 jari tabuh, dan menjadi atrofi dengan pelebaran
 limfadenopati. ventrikel dan kadangkala terdapat
kalsifikasi. Antigen HIV dapat
 Secara radiologis terlihat adanya
ditemukan pada jaringan susunan
infiltrat retikulonodular difus
saraf pusat atau cairan
bilateral, terkadang dengan adenopati
serebrospinal.
di hilus dan mediastinum
PUSAT UNTUK KLASIFIKASI CONTROL PENYAKIT INFEKSI HIV PADA ANAK

Kelas P-O: infeksi intermediate

Bayi <15 bulan yang lahir dari ibu yang terinfeksi tetapi tanpa tanda infeksi HIV

Kelas P-1: infeksi asimtomatik

Anak yang terbukti terinfeksi, tetapi tampa gejala P-2; mungkin memiliki fungsi imun normal (P-1A)
atau abnormal (P-1B)

Kelas P-2: infeksi sitomatik

P-2A: gambaran demam nonspesifik (>2 lebih dari 2 bulan) gagal berkembang,   limfadenopati,
hepatomegali, splenomegali, parotitis, atau diare rekuren atau persistem yang tidak spesifik.

P-2B: penyakit neurologi yang progresif

P-2C: Pneumonitis interstisial limfoid

P-2D: infeksi oportunistik menjelaskan AIDS, infeksi bakteri rekuren, kandidiasis oral persisten,
stomatitis herpes rekuren, atau zoster multidermatomal.

P-2E: kanker sekunder, termasuk limfoma non-Hodgkin sel-B atau limforma otak

P-2F: penyakit end-organ HIV lain (hepatitis, karditis, nefropati, gangguan hematologi)
Patofisiologi

HIV secara khusus menginfeksi Mekanisme infeksi HIV yang


limfosit dengan antigen menyebabkan penurunan sel CD4
permukaan CD4, yang bekerja ini tidak pasti, meskipun
sebagai reseptor viral. Subset kemungkinan mencakup infeksi
limfosit ini, yang mencakup litik sel CD4 itu sendiri; induksi
limfosit penolong dengan peran apoptosis melalui antigen viral,
kritis dalam mempertahankan yang dapat bekerja sebagai
responsivitas imun, juga superantigen; penghancuran sel
meperlihatkan pengurangan yang terinfeksi melalui mekanisme
bertahap bersamaan dengan imun antiviral penjamu dan
perkembangan penyakit. kematian atau disfungsi precursor
Mekanisme infeksi HIV yang limfosit atau sel asesorius pada
menyebabkan penurunan sel CD4. timus dan kelenjar getah bening.
Komplikasi
 Neurologik
 ensefalopati HIV atau disebut pula
sebagai kompleks dimensia AIDS
(ADC; AIDS dementia complex).
 Oral Lesi Manifestasi dini mencakup gangguan
Karena kandidia, herpes daya ingat, sakit kepala, kesulitan
berkonsentrasi, konfusi progresif,
simplek, sarcoma Kaposi, HPV
perlambatan psikomotorik, apatis
oral, gingivitis, peridonitis dan ataksia. stadium lanjut
Human Immunodeficiency Virus mencakup gangguan kognitif global,
(HIV), leukoplakia oral, nutrisi, kelambatan dalam respon verbal,
dehidrasi, penurunan berat gangguan efektif seperti pandangan
badan, keletihan dan cacat. yang kosong, hiperefleksi paraparesis
Kandidiasis oral ditandai oleh spastic, psikosis, halusinasi, tremor,
inkontinensia, dan kematian.
bercak-bercak putih seperti krim
 dll
dalam rongga mulut.
Pemeriksaan Penunjang
  Tes untuk diagnose infeksi HIV  Tes antigen P 24 (polymerase
Menurut Hidayat (2008) diagnosis chain reaction) atau PCR . Bila
HIV dapat tegakkan dengan pemeriksaan pada kulit, maka
menguji HIV. Tes ini meliputi dideteksi dengan tes antibodi
 ELISA, latex (biasanya digunakan pada bayi
agglutination  Penilaian Elisa dan lahir dengan ibu HIV. (positif
latex agglutination dilakukan untuk protein virus yang bebas)
untuk mengidentifikasi adanya
infeksi HIV atau tidak, bila
 Kultur HIV(positif; kalau dua kali
dikatakan positif HIV harus
dipastikan dengan tes western
uji-kadar secara berturut-turut
blot. mendeteksi enzim reverse
transcriptase atau antigen p24
 Western blot ( positif)
dengan kadar yang meningkat)
Lanjutan...
 Tes untuk deteksi gangguan system imun.
 LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami
penurunan)
 CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan
kemampuan untuk bereaksi terhadap antigen)
 Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
 Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan
dengan berlanjutnya penyakit).
 adar immunoglobulin (meningkat)
Penatalaksanaan
 Perawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi
HIV antara lain:
 Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup
sehat dan mencegah kemungkinan terjadi infeksi
 Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta
keganasan yang ada.
 Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti
golongan dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang
dapat menghambat enzim RT dengan berintegrasi ke DNA
virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV
 Mengatasi dampak psikososial
Lanjutan..
 Pengobatan b)      Obat profilaksis lain adalah
preparat nistatin untuk
antikandida, pirimetamin untuk
a)      Pengobatan medikamentosa toksoplasma, preparat sulfa untuk
mencakupi pemberian obat-obat malaria, dan obat lain yang
profilaksis infeksi oportunistik yang diberikan sesuai kondisi klinis yang
tingkat morbiditas dan mortalitasnya ditemukan pada penderita.
tinggi. Riset yang luas telah
dilakukan dan menunjukkan c)      Pengobatan penting adalah
kesimpulan rekomendasi pemberian pemberian antiretrovirus atau ARV.
kotrimoksasol pada penderita HIV Riset mengenai obat ARV terjadi
yang berusia kurang dari 12 bulan sangat pesat, meskipun belum ada
dan siapapun yang memiliki kadar yang mampu mengeradikasi virus
CD4 < 15% hingga dipastikan bahaya dalam bentuk DNA proviral pada
infeksi pneumonia akibat parasit stadium dorman di sel CD4
Pneumocystis jiroveci dihindari. memori.
Lanjutan..
 Pencegahan b)  Saat melahirkan. Penggunaan
antiretroviral(Nevirapine) saat
Penularan HIV dari ibu ke bayi persalinan dan bayi baru
dapat dicegah melalui : dilahirkan dan persalinan
sebaiknya dilakukan dengan
metode sectio caesar karena
a)   Saat hamil. Penggunaan terbukti mengurangi resiko
antiretroviral selama penularan sebanyak 80%.
kehamilan yang bertujuan agar
vital load rendah sehingga
jumlah virus yang ada di dalam c)  Setelah lahir. Informasi yang
darah dan cairan tubuh kurang lengkap kepada ibu tentang
efektif untuk menularkan HIV. resiko dan manfaat ASI
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian 4.      Riwayat Kesehatan
1.    Idensitas klien meliputi: a. Riwayat Kesehatan
nama/nama panggilan,tempat Sekarang
tanggal lahir/usia, jenis kelamin, b. Riwayat Kesehatan Lalu
agama, paendidikan, alamat, (khusus untuk anak 0-5
tanggal masuk, tanggal pengkajian. tahun)
         Prenatal Care
  Pemeriksaan kehamilan
2.  Identitas penanggungjawab          Keluhan selama hamil 
  Riwayat terkena sinar  tidak
3.    Keluhan Utama ada
Orangtua klien mengeluhkan   Kenaikan berat badan
anaknya batuk- batuk disertai sesak selama hamil
napas.   Imunisasi
Lanjutan..
 Post Natal
 Kondisi Bayi : BB lahir.. kg, PB..  cm
 Natal   Kondisi anak saat lahir: baik/tidak
 Penyakit  yang pernah dialami …
setelah imunisasi
 Tempat melahirkan
  Kecelakaan yang pernah dialami:
 Lama dan jeni ada/tidak ada
persalinan 
  Imunisasi
  Penolong persalinan     Alergi
 komplikasi selama persalinan  Perkembangan anak  dibanding
ataupun setelah persalinan saudara-saudara 
(sedikit perdarahan daerah
vagina).
Lanjutan..
5.  Riwayat Kesehatan Keluarga 8.      Riwayat Nutris
Adakah anggota keluarga   yang
mengidap HIV : missal, ibu.
a. Pemberian ASI
6.      Riwayat Imunisasi
1. Pertama kali di susui : berapa jam
Jenis imunisasi apa saja yang pernah
setelah lahir
diberikan, waktu pemberian dan reaksi
setelah pemberian. Missal; imunisasi 2.  Cara Pemberian      : Setiap Kali
BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis. menangis dan tanpa menangis
7.      Riwayat Tumbuh Kembang 3.  Lama Pemberin      : berapa menit
a)  Tinggi Badan : PB lahir .. cm, PB 4.  Diberikan sampai usia berapa
masuk RS :.. Cm
b)   Perkembangan tiap tahap ( berapa
b.  Pemberian Susu Formula :missal;
bulan)
SGM
Berguling, duduk, merangkak, berdiri,
berjalan, senyum kepada orang lain,
bicara pertama kali, berpakaian tanpa c.    Pola perubahan nutrisi tiap tahap
bantuan . usia  sampai nutrisi saat ini
Lanjutan...
4. Riwayat Psiko Sosial 10.  Reaksi Hospitalisasi
a)  Pengalaman Keluarga tentang Sakit dan
a)  Anak tinggal di mana, keadaan
rawat inap
Lingkungan, fasilitas rumah.
b)  Pemahaman anak tentang sakit dan
b)   Hubungan antar anggota rawat Inap
kelurga  baik
11.  Aktivitas sehari-hari
Kaji sebelum sakit dirumah dan selama
c)  Pengasuh anak adalah  orang dirawat dirumah sakit tentang: nutrisi,
tua, pengasuh,dll cairan, eliminasi, istirahat/tidur,
personal hygiene, aktivitas/mobilisasi,
rekreasi.
9. Riwayat spiritual
Kegiatan ibadah, tempat ibadah. 12.  Pemeriksaan Fisik
Diagnosa Keperawatan

1.  Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi


secret.

2.  Pola napas tidk efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

3.  Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari hipotalamus


sekunder terhadap reaksi antigen dan antibody

4.  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemasukan dan


pengeluaran sekunder karena kehilangan nafsu makan dan diare

5.        Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kekambuhan penyakit, diare, kehilangan nafsu makan,
kandidiasis oral. 
No Dx. Kep Tujuan dan Intervensi Rasional
 criteria hasil
1 Bersihan jalan nafas Tupan: 1. Auskultasi area Penurunan aliran
tidak efektif Jalan nafas kembali paru,catat area udara terjadi pada area
berhubungan dengan efektif/normal penurunan/tidak ada konsolidasi dengan cairan.
akumulasi secret Tupen : setelah dilakukan aliran udara dan bunyi
tindakan selama 1x24 jam napas adventisius
anak menunjukan yang
efektif dengan criteria hasil: 2. kaji ulang tanda-tanda Pernapasan dangkal dan
-Mempertahankan vital (irama dan gerakan dada tidak
kepatenan jalan napas frekuensi, serta simetris terjadi karena
dengan bunyi napas gerakan dinding dada) ketidaknyaman gerakan
bersih/jelas. dinding dada.
- Klien merasa nyaman
3. Bantu pasien latihan Napas dalam
ketika bernapas
napas sering. memudahkan ekspansi
-     Tidak ada sekret
maksimum paru/jalan
napas lebih kecil
2. Pola napas Tupan : pola napas 1. Kaji frekuensi 1. Kecepatan
tidak efektif kembali efektif kedalaman biasanya
berhubungan Tupen : setelah pernapasandan meningkat.
dengan dilakukan tindakan ekpansi paru.
penurunan selama 2x24 jam pola
ekspansi paru napas kembali norma 2. Catat upaya 2. Dispnue dan
l, dengan criteria pernapasa terjadi
hasil: peningkatan kerja
-  klien Menunjukan nafas.
pola nafas efektif 3. Auskuttsi bunyi
3.      Bunyi nafas
dengan frekuensi dan napas dan catat
menurun / tidak ada
kedalaman dalam adanya bunyi
bila jalan nafas
rentang normal seperti ronkhi.
obstruktif sekunder
-  klien mengatakan
terhadap
tidak sesak lagi.
pendarahan.
3 Hipertermi Tupan : suhu tubuh klien 1. Pertahankan Lingkungan yang sejuk
berhubungan kembali normal lingkungan sejuk,  membantu menurunkan
dengan Tupen : setelah dilakukan dengan menggunakan suhu tubuh dengan cara
 pelepasan pyrogen tindakan selama 1x24 jam piyama dan selimut radiasi.
dari hipotalamus suhu tubuh menurun dengan yang tidak tebal.
sekunder terhadap criteria;
reaksi antigen dan -     Anak akan 2.  Pantau suhu tubuh 2. Peningkatan suhu
antibody mempertahankan anak setiap 1-2 jam, secara tiba-tiba akan
suhu tubuh yang normal bila terjadi mengakibat an kejang.
-     Klien mampu peningkatan secara
menunjukkan TTV yang tiba-tiba.
normal :
-     suhu 36’50C,
-      Nadi : 80x/m, 3. Beri 3.     Antimikroba mungkin

-      P : 20x / m dn antimikroba/antibiotik disarankan untuk


-      TD : 110/80 mmHg jika disaranka. mengobati organisme
penyebab.
4 Kekurangan Tupan: keseimbangan 1. Ukur dan catat Dokumentasi yang akurat
volume cairan pemasukan dan akan membantu dalam
 cairan  tubuh adekuat pengeluaran. Tinjau mengidentifikasi
berhubungan Tupen : ulang catatan intra pengeluaran cairan.
dengansekunder setelah dilakukan tindakan operasi.
karena kehilangan selama 1x24 jam kebutuhan
nafsu makan dan cairan dapat terpenuhi 2. Pantau tanda-tanda Hipotensi, takikardia,
diare dengan criteria: vital. peningkatan pernapasan
-     Tidak ada tanda-tanda Mengindikasikan
3. Letakkan pasien pada
dehidrasi. kekurangan cairan.
posisi yang sesuai,
-     turgor kulit normal, 3.      Elevasi kepala dan
tergantung pada
membran mukosa lembab posisi miring akan
kekuatan pernapasan..
-     dan pengeluaran urine mencegah terjadinya
yan sekunder aspirasi dari muntah.
4. Kolaborasi, berikan
 
cairan parenteral,
produksi darah dan
atau plasma
ekspander.
5 Perubahan nutrisi Tupan: Pasien mendapatkan 1. Berikan makanan dan 1.    Untuk memenuhi
kurang dari nutrisi yang Optimal kudapan tinggi kalori kebutuhan tubuh
kebutuhan tubuh Tupen:  setelah dilakukan dan protein.
berhubungan tindakan selama 1x24 jam
dengankekambuha kebutuhan nutrisi klien
2.    Beri makanan yang 2.    Untuk mendorong agar
n penyakit, diare, terpenuhi. dengan kriteria
kehilangan nafsu hasil: disukai anak anak mau makan

makan, kandidiasis -  anak mengkonsumsi


oral jumlah nutrien yang cukup
3. Perkaya makanan 3.    Untuk memaksimalkan
-  Nafsu menyusu meningkat
dengan suplemen kualitas  asupan makanan
-  BB meningkat atau
nutrisi.
normal sesuai umur

  Kolaboratif : obat anti Untuk mengobati


jamur sesuai instruksi kandidiasis oral
TERIMA KASIH
-

Anda mungkin juga menyukai