Anda di halaman 1dari 82

Asuhan Keperawatan HIV / AIDS,

DHF, SLE Pada Anak


Definisi
HIV : Human Immunodeviciency Virus
A : Acquired : Didapat, Bukan penyakit
keturunan
I : Immune : Sistem kekebalan tubuh
D : Deficiency : Kekurangan
S : Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit
HIV adalah virus yang menumpang hidup dan merusak system kekebalan
tubuh. Sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah
kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virusHIV.
(Brunner&Suddarth, 2013; edisi 8)

AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada


seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan
tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun,
penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya (Laurentz,2005).
Berikut adalah perbedaan HIV dan AIDS :
No HIV AIDS
1. HIV yang merupakan singkatan dari AIDS yang merupakan kependekan dari
Human Immunodeficiency Virus adalah Acquired Immune Deficiency Syndrome
virus penyebab AIDS. adalah sindroma menurunnya kekebalan
tubuh yang disebabkan oleh HIV.

2. Virus ini menyerang dan merusak sistem Virus ini telah menyerang sistem
kekebalan tubuh. kekebalan tubuh yang rusak, kemudian
menyerang tubuh kembali dengan
penyakit yang ada di sekitar seperti TBC,
Diare , Sakit kulit, dan sebagainya.
3. Penderitanya akan tampak sehat dalam Penderitanya akan kehilangan berat
kurun waktu kira-kira 5 sampai 10 badan secara drastis, diare yang
tahun. berkelanjutan, pembengkakan pada leher
atau ketiak, batuk terus menerus.
Etiologi
Penyebab penyakit AIDS • bayi yang lahir dari ibu dengan
pasangan biseksual,
adalah HIV yaitu virus yang • bayi yang lahir dari ibu dengan
masuk dalam kelompok pasangan berganti,
retrovirus yang biasanya • bayi yang lahir dari ibu atau
pasangannya penyalahguna obat
menyerang organ-organ intravena,
vital sistem kekebalan • bayi atau anak yang mendapat
tubuh manusia. transfusi darah atau produk darah
berulang,
• anak yang terpapar pada infeksi HIV
1.   faktor risiko untuk dari kekerasan seksual (perlakuan
salah seksual), dan
tertular HIV pada bayi dan • anak remaja dengan hubungan seksual
anak adalah : berganti-ganti pasangan.
Lanjutan...
2.Cara Penularan
Penularan HIV dari ibu kepada bayinya dapat melalui:

 Dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum)


 Selama persalinan (intrapartum) Selama persalinan bayi
dapat tertular darah atau cairan servikovaginal yang
mengandung HIV melalui paparan trakeobronkial atau
tertelan pada jalan lahir.
 Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi
Lanjutan...
 Bayi tertular melalui pemberian ASI

Transmisi pasca persalinan sering terjadi melalui pemberian ASI (Air


susu ibu). ASI diketahui banyak mengandung HIV dalam jumlah
cukup banyak. Konsentrasi median sel yang terinfeksi HIV pada ibu
yang tenderita HIV adalah 1 per 10 , partikel virus ini dapat
ditemukan pada componen sel dan non sel ASI.
PUSAT UNTUK KLASIFIKASI CONTROL PENYAKIT INFEKSI HIV PADA ANAK

Kelas P-O: infeksi intermediate

Bayi <15 bulan yang lahir dari ibu yang terinfeksi tetapi tanpa tanda infeksi HIV

Kelas P-1: infeksi asimtomatik

Anak yang terbukti terinfeksi, tetapi tampa gejala P-2; mungkin memiliki fungsi imun normal (P-1A)
atau abnormal (P-1B)

Kelas P-2: infeksi sitomatik

P-2A: gambaran demam nonspesifik (>2 lebih dari 2 bulan) gagal berkembang,   limfadenopati,
hepatomegali, splenomegali, parotitis, atau diare rekuren atau persistem yang tidak spesifik.

P-2B: penyakit neurologi yang progresif

P-2C: Pneumonitis interstisial limfoid

P-2D: infeksi oportunistik menjelaskan AIDS, infeksi bakteri rekuren, kandidiasis oral persisten,
stomatitis herpes rekuren, atau zoster multidermatomal.

P-2E: kanker sekunder, termasuk limfoma non-Hodgkin sel-B atau limforma otak

P-2F: penyakit end-organ HIV lain (hepatitis, karditis, nefropati, gangguan hematologi)
pathofisiologi
Tanda & Gelaja :
Semua tanda & gejala yang berkaitan dengan
penurunan sistem imun

Penyakit infeksi yang mengenai


semua sistem tubuh
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa
seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit
kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak
merah di tubuh

 Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan


gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama
lebih dari 3 bulan.
STADIUM HIV – AIDS
1. Stadium awal infeksi : mirip gejala influensa : demam,
lemah lesu, nyeri sendi, pembesaran kelenjar, hilang
dengan sendirinya

2. Stadium tanpa gejala : tidak ada gejala tetapi


antibodi dalam darah ( + ). Berlangsung 5 – 7 th
setelah terinfeksi

3. Stadium ARC ( AIDS Related Complex ) : jika ada


2/lebih gejala klinis terjadi selama 3 bulan & ada
kelainan pemeriksaan lab/ radiologi :
• Demam terus menerus
• BB turun > 10 % dlm waktu 3 bulan
• Diare terus menerus tanpa sebab yang jelas
• Batuk & sesak > sebulan
• Kulit gatal & ada bercak
• Perdarahan yang tidak diketahui sebabnya

4. Stadium AIDS : kekebalan tubuh semakin rusak


& infeksi oportunistik ( TBC, candidiasis,
Limpoma, sarkoma kaposi & gejala persyarafan
yang kronik )
Infeksi Oportunistik :
• Sistem Respirasi : Pneumonia, TBC,
• Sistem gastrointestinal: kandidiasis oral, diare kronis,
hepatitis ( virus, bakteri )
• Reproduksi: HPV, kandidiasis, Herpes
• Neurologi: Ensepalitis,Meningitis, Dimensia, Neuropati
• Dermatologi : kandidiasis, Herpes, dermatitis

Fase Lanjut :
Keganasan : sarkoma kaposi, CMV
Manifestasi Klinis
 Manifestasi nonspesifik berupa  : 
 gagal tumbuh
Manifestasi klinis infeksi HIV pada  berat badan menurun
anak bervariasi dari asimtomatis  anemia,
sampai penyakit berat yang dinamakan  panas berulang,
AIDS. AIDS pada anak terutama terjadi  limfadenopati, dan
pada umur muda karena sebagian
 hepatosplenomegali
besar (>80%) AIDS pada anak akibat
transmisi vertikal dari ibu ke anak. Lima
puluh persen kasus AIDS anak berumur Gejala yang menjurus kemungkinan
< l tahun dan 82% berumur <3 tahun. adanya infeksi HIV adalah adanya infeksi
Meskipun demikian ada juga bayi yang oportunistik, yaitu infeksi dengan
terinfeksi HIV secara vertikal belum kuman, parasit, jamur, atau protozoa
memperlihatkan gejala AIDS pada yang lazimnya tidak  memberikan
umur 10 tahun. penyakit pada anak normal.
Lanjutan..
Manifestasi klinis lainnya yang
sering ditemukan pada anak adalah Manifestasi klinis yang lebih tragis
pneumonia interstisialis limfositik, adalah yang dinamakan ensefalopati
yaitu kelainan yang mungkin langsung kronik yang mengakibatkan
disebabkan oleh HIV pada jaringan hambatan perkembangan atau
paru. kemunduran ketrampilan motorik
dan daya intelektual, sehingga
 Manifestasi klinisnya berupa terjadi retardasi mental dan motorik.
  hipoksia, Ensefalopati dapat merupakan
 sesak napas, manifestasi primer infeksi HIV. Otak
 jari tabuh, dan menjadi atrofi dengan pelebaran
 limfadenopati. ventrikel dan kadangkala terdapat
kalsifikasi. Antigen HIV dapat
 Secara radiologis terlihat adanya
ditemukan pada jaringan susunan
infiltrat retikulonodular difus
saraf pusat atau cairan
bilateral, terkadang dengan adenopati
serebrospinal.
di hilus dan mediastinum
Gambar penderita HIV/AIDS

15
KANDIDIASIS PSEUDOMEMBRAN

16
JAMUR MULUT: CANDIDIASIS

17
Oral Bacterial Infections

Mycobacterium Tuberculosis

Oral Syphilis
18
HERPES DI KULIT 19
HERPES KULIT
20
Herpes di dubur

21
Penyakit Jengger ayam
di vagina (Condiloma)

22
Infeksi virus herpes simplek

23
Virus varisela zoster
(Herpes zoster)

24
Pemeriksaan Penunjang
  Tes untuk diagnose infeksi HIV  Tes antigen P 24 (polymerase
Menurut Hidayat (2008) diagnosis chain reaction) atau PCR . Bila
HIV dapat tegakkan dengan pemeriksaan pada kulit, maka
menguji HIV. Tes ini meliputi dideteksi dengan tes antibodi
 ELISA, latex (biasanya digunakan pada bayi
agglutination  Penilaian Elisa dan lahir dengan ibu HIV. (positif
latex agglutination dilakukan untuk protein virus yang bebas)
untuk mengidentifikasi adanya
infeksi HIV atau tidak, bila
dikatakan positif HIV harus  Kultur HIV(positif; kalau dua kali
dipastikan dengan tes western uji-kadar secara berturut-turut
blot. mendeteksi enzim reverse
 Western blot ( positif) transcriptase atau antigen p24
dengan kadar yang meningkat)
Lanjutan...
 Tes untuk deteksi gangguan system imun.
 LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami
penurunan)
 CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan
kemampuan untuk bereaksi terhadap antigen)
 Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
 Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan
dengan berlanjutnya penyakit).
 adar immunoglobulin (meningkat)
Penatalaksanaan
 Perawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi
HIV antara lain:
 Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup
sehat dan mencegah kemungkinan terjadi infeksi
 Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta
keganasan yang ada.
 Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti
golongan dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang
dapat menghambat enzim RT dengan berintegrasi ke DNA
virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV
 Mengatasi dampak psikososial
PENATALAKSANAAN
•Symtomatik
•ARV ( Anti Retro Virus )
– Pemberian ARV bertujuan untuk : mengendalikan replikasi HIV,
memelihara dan meningkatkan fungsi imunologis, meningkatkan
sel CD4, menurunkan komplikasi HIV
– Pemberian ARV harus memperhatikan stadium klinis dan
jumlah sel CD4 (untuk penderita dewasa) sebagai berikut:
1. Stadium lanjut ( AIDS ) tanpa memikirkan jumlah sel CD4
atau limfosit total.
2. Stadium klinis III dengan jumlah sel CD4 <350/mmk untuk

mendukung pengambilan keputusan.


3. Stadium klinis I atau II dengan jumlah sel CD4 <200/mmk
atau limfosit total < 1.200/mmk.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian 4.      Riwayat Kesehatan
1.    Idensitas klien meliputi: a. Riwayat Kesehatan
nama/nama panggilan,tempat Sekarang
tanggal lahir/usia, jenis kelamin, b. Riwayat Kesehatan Lalu
agama, paendidikan, alamat, (khusus untuk anak 0-5
tanggal masuk, tanggal pengkajian. tahun)
         Prenatal Care
  Pemeriksaan kehamilan
2.  Identitas penanggungjawab          Keluhan selama hamil 
  Riwayat terkena sinar  tidak
3.    Keluhan Utama ada
Orangtua klien mengeluhkan   Kenaikan berat badan
anaknya batuk- batuk disertai sesak selama hamil
napas.   Imunisasi
Lanjutan..
 Post Natal
 Kondisi Bayi : BB lahir.. kg, PB..  cm
 Natal   Kondisi anak saat lahir: baik/tidak
 Penyakit  yang pernah dialami …
setelah imunisasi
 Tempat melahirkan
  Kecelakaan yang pernah dialami:
 Lama dan jeni ada/tidak ada
persalinan 
  Imunisasi
  Penolong persalinan     Alergi
 komplikasi selama persalinan  Perkembangan anak  dibanding
ataupun setelah persalinan saudara-saudara 
(sedikit perdarahan daerah
vagina).
Lanjutan..
5.  Riwayat Kesehatan Keluarga 8.      Riwayat Nutris
Adakah anggota keluarga   yang
mengidap HIV : missal, ibu.
a. Pemberian ASI
6.      Riwayat Imunisasi
1. Pertama kali di susui : berapa jam
Jenis imunisasi apa saja yang pernah
setelah lahir
diberikan, waktu pemberian dan reaksi
setelah pemberian. Missal; imunisasi 2.  Cara Pemberian      : Setiap Kali
BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis. menangis dan tanpa menangis
7.      Riwayat Tumbuh Kembang 3.  Lama Pemberin      : berapa menit
a)  Tinggi Badan : PB lahir .. cm, PB 4.  Diberikan sampai usia berapa
masuk RS :.. Cm
b)   Perkembangan tiap tahap ( berapa
b.  Pemberian Susu Formula :missal;
bulan)
SGM
Berguling, duduk, merangkak, berdiri,
berjalan, senyum kepada orang lain,
bicara pertama kali, berpakaian tanpa c.    Pola perubahan nutrisi tiap tahap
bantuan . usia  sampai nutrisi saat ini
Lanjutan...
4. Riwayat Psiko Sosial 10.  Reaksi Hospitalisasi
a)  Pengalaman Keluarga tentang Sakit dan
a)  Anak tinggal di mana, keadaan
rawat inap
Lingkungan, fasilitas rumah.
b)  Pemahaman anak tentang sakit dan
b)   Hubungan antar anggota rawat Inap
kelurga  baik
11.  Aktivitas sehari-hari
Kaji sebelum sakit dirumah dan selama
c)  Pengasuh anak adalah  orang dirawat dirumah sakit tentang: nutrisi,
tua, pengasuh,dll cairan, eliminasi, istirahat/tidur,
personal hygiene, aktivitas/mobilisasi,
rekreasi.
9. Riwayat spiritual
Kegiatan ibadah, tempat ibadah. 12.  Pemeriksaan Fisik
Diagnosa Keperawatan

1.  Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi


secret.

2.  Pola napas tidk efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

3.  Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari hipotalamus


sekunder terhadap reaksi antigen dan antibody

4.  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemasukan dan


pengeluaran sekunder karena kehilangan nafsu makan dan diare

5.        Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kekambuhan penyakit, diare, kehilangan nafsu makan,
kandidiasis oral. 
No Dx. Kep Tujuan dan Intervensi Rasional
 criteria hasil
1 Bersihan jalan nafas Tupan: 1. Auskultasi area Penurunan aliran
tidak efektif Jalan nafas kembali paru,catat area udara terjadi pada area
berhubungan dengan efektif/normal penurunan/tidak ada konsolidasi dengan cairan.
akumulasi secret Tupen : setelah dilakukan aliran udara dan bunyi
tindakan selama 1x24 jam napas adventisius
anak menunjukan yang
efektif dengan criteria hasil: 2. kaji ulang tanda-tanda Pernapasan dangkal dan
-Mempertahankan vital (irama dan gerakan dada tidak
kepatenan jalan napas frekuensi, serta simetris terjadi karena
dengan bunyi napas gerakan dinding dada) ketidaknyaman gerakan
bersih/jelas. dinding dada.
- Klien merasa nyaman
3. Bantu pasien latihan Napas dalam
ketika bernapas
napas sering. memudahkan ekspansi
-     Tidak ada sekret
maksimum paru/jalan
napas lebih kecil
2. Pola napas Tupan : pola napas 1. Kaji frekuensi 1. Kecepatan
tidak efektif kembali efektif kedalaman biasanya
berhubungan Tupen : setelah pernapasandan meningkat.
dengan dilakukan tindakan ekpansi paru.
penurunan selama 2x24 jam pola
ekspansi paru napas kembali norma 2. Catat upaya 2. Dispnue dan
l, dengan criteria pernapasa terjadi
hasil: peningkatan kerja
-  klien Menunjukan nafas.
pola nafas efektif 3. Auskuttsi bunyi
3.      Bunyi nafas
dengan frekuensi dan napas dan catat
menurun / tidak ada
kedalaman dalam adanya bunyi
bila jalan nafas
rentang normal seperti ronkhi.
obstruktif sekunder
-  klien mengatakan
terhadap
tidak sesak lagi.
pendarahan.
3 Hipertermi Tupan : suhu tubuh klien 1. Pertahankan Lingkungan yang sejuk
berhubungan kembali normal lingkungan sejuk,  membantu menurunkan
dengan Tupen : setelah dilakukan dengan menggunakan suhu tubuh dengan cara
 pelepasan pyrogen tindakan selama 1x24 jam piyama dan selimut radiasi.
dari hipotalamus suhu tubuh menurun dengan yang tidak tebal.
sekunder terhadap criteria;
reaksi antigen dan -     Anak akan 2.  Pantau suhu tubuh 2. Peningkatan suhu
antibody mempertahankan anak setiap 1-2 jam, secara tiba-tiba akan
suhu tubuh yang normal bila terjadi mengakibat an kejang.
-     Klien mampu peningkatan secara
menunjukkan TTV yang tiba-tiba.
normal :
-     suhu 36’50C,
-      Nadi : 80x/m, 3. Beri 3.     Antimikroba mungkin

-      P : 20x / m dn antimikroba/antibiotik disarankan untuk


-      TD : 110/80 mmHg jika disaranka. mengobati organisme
penyebab.
4 Kekurangan Tupan: keseimbangan 1. Ukur dan catat Dokumentasi yang akurat
volume cairan pemasukan dan akan membantu dalam
 cairan  tubuh adekuat pengeluaran. Tinjau mengidentifikasi
berhubungan Tupen : ulang catatan intra pengeluaran cairan.
dengansekunder setelah dilakukan tindakan operasi.
karena kehilangan selama 1x24 jam kebutuhan
nafsu makan dan cairan dapat terpenuhi 2. Pantau tanda-tanda Hipotensi, takikardia,
diare dengan criteria: vital. peningkatan pernapasan
-     Tidak ada tanda-tanda Mengindikasikan
3. Letakkan pasien pada
dehidrasi. kekurangan cairan.
posisi yang sesuai,
-     turgor kulit normal, 3.      Elevasi kepala dan
tergantung pada
membran mukosa lembab posisi miring akan
kekuatan pernapasan..
-     dan pengeluaran urine mencegah terjadinya
yan sekunder aspirasi dari muntah.
4. Kolaborasi, berikan
 
cairan parenteral,
produksi darah dan
atau plasma
ekspander.
5 Perubahan nutrisi Tupan: Pasien mendapatkan 1. Berikan makanan dan 1.    Untuk memenuhi
kurang dari nutrisi yang Optimal kudapan tinggi kalori kebutuhan tubuh
kebutuhan tubuh Tupen:  setelah dilakukan dan protein.
berhubungan tindakan selama 1x24 jam
dengankekambuha kebutuhan nutrisi klien
2.    Beri makanan yang 2.    Untuk mendorong agar
n penyakit, diare, terpenuhi. dengan kriteria
kehilangan nafsu hasil: disukai anak anak mau makan

makan, kandidiasis -  anak mengkonsumsi


oral jumlah nutrien yang cukup
3. Perkaya makanan 3.    Untuk memaksimalkan
-  Nafsu menyusu meningkat
dengan suplemen kualitas  asupan makanan
-  BB meningkat atau
nutrisi.
normal sesuai umur

  Kolaboratif : obat anti Untuk mengobati


jamur sesuai instruksi kandidiasis oral
ASUHAN KEPERAWATAN DHF
PENGERTIAN DHF
Demam berdarah dengue adalah
suatu penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue (arbovirus)
yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).
Etiologi
• genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae.
• Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN2,
DEN-3, DEN-4 yang semua nya dapat
menyebabkan demam dengue atau demam
berdarah dengue.
• Keempat serotype ini ditemukan di Indonesia
dengan DEN-3 merupakan serotype
terbanyak.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
• DEMAM ( 2-7 HARI )
• PERDARAHAN ( HARI KE-2 dan 3 )
• Hepatomegali ( penurunan fungsi hari)
• Renjatan ( SYOK ) biasanya terjadi pada hari ke
3 ( kegagalan sirkulasi )
Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO,
1997) :

Derajat 1:
Derajat 2 :
Demam disertai gejala tidak
Seperti derajat 1, disertai
khas dan satu-satunya
perdarahan spontan di kulit
manifestasi perdarahan adalah
dan perdarahan lain.
uji torniquet.

Derajat 3:
Didapatkan kegagalan sirkulasi,
yaitu nadi cepat dan lemah, Derajat 4:
tekanan nadi menurun (20 mmHg Syok berat, nadi tidak dapat
atau kurang) atau hipotensi, diraba dan tekanan darah
sianosis di sekitar mulut kulit tidak terukur.
dingin dan lembab, tampak
gelisah.
Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan darah rutin (hb,ht, trombosit)


• Pemeriksaan hapusan darah tepi
• Pemeriksaan hemostasis
• Pemeriksaan serologi
• Pemeriksaan isolasi virus
• Pemeriksaan Radiologi
Penatalaksanaan

 Terapi DBD bersifat suportif dan simtomatis.


 Penatalaksanaan ditujukan untuk
mengganti kehilangan cairan akibat
kebocoran plasma
 Dalam pemberian terapi cairan, hal
terpenting yang perlu dilakukan adalah
pemantauan baik secara klinis maupun
laboratoris
Kebutuhan cairan
Tabel 1
Berat badan waktu Jmlh cairan ml/kg bb
masuk hari
<7 220

7-11 165

12-18 132

> 18 88
Tabel 2

BB/kg Jmlh cairan ml/kgBB hari

10 100 per kg BB

10-20 1000+50 x Kg

> 20 1500+20 x Kg
ASUHAN KEPERAWATAN DHF
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan
kematian anak, remaja dan dewasa (Effendy, 1995).
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati,
mual dan nafsu makan menurun.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri
otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah,
panas, mual, dan nafsu makan menurun.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang
lain sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah
penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides
aigepty.
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air
bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum
burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang
dibersihkan.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
8. Pengkajian Per Sistem
1. Sistem Pernapasan yaitu Sesak, perdarahan melalui hidung,
pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris,
perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
2. Sistem Persyarafan yaitu Pada grade III pasien gelisah dan
terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi
DSS
3. Sistem Cardiovaskuler yaitu Pada grde I dapat terjadi
hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada
grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah,
hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada
grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
4. Sistem Pencernaan yaitu Selaput mukosa kering, kesulitan
menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa,
pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu
makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat
hematemesis, melena.
5. Sistem perkemihan yaitu Produksi urine menurun, kadang
kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat
kencing, kencing berwarna merah.
6. Sistem Integumen. Yaitu Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit
kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet,
terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan
spontan pada kulit.
B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko defisit cairan b.d pindahnya cairan intravaskuler ke


ekstravaskuler.
2. Hipertermie b.d proses infeksi virus dengue.
3. Resiko syok hypovolemik b.d perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak adekuat akibat
mual dan nafsu makan yang menurun.
5. Resiko terjadi perdarahan b.d penurunan factor-faktor
pembekuan darah (trombositopeni).
6. Kecemasan orang tua b.d kondisi anak.
C. Intervensi Keperawatan

1. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya


cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
• Tujuan : Tidak terjadi defisit voume cairan
• Kriteria : Input dan output seimbang, Vital sign dalam batas
normal, Tidak ada tanda presyok, Akral hangat, Capilarry refill <>
• Intervensi :
• 1. Awasi vital sign tiap 3 jam/sesuai indikasi
• Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan
intravaskuler
• 2. Observasi capillary Refill
• Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
3. Observasi intake dan output. Catat warna urine /
konsentrasi, BJ
Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan
peningkatan BJ diduga dehidrasi.
4. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari
( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh
peroral
5. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh,
untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.
SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
Definisi
Systemic lupus erytematosus (SLE) atau lupus eritematosus sistemik (LES)
adalah penyakit radang atau inflamasi multisistem yang penyebabnya diduga
karena adanya perubahan sistem imun (Albar, 2003).

SLE termasuk penyakit collagen-vascular yaitu suatu kelompok penyakit yang


melibatkan sistem muskuloskeletal, kulit, dan pembuluh darah yang
mempunyai banyak manifestasi klinik sehingga diperlukan pengobatan yang
kompleks. Etiologi dari beberapa penyakit collagen-vascular sering tidak
diketahui tetapi sistem imun terlibat sebagai mediator terjadinya penyakit
tersebut (Delafuente, 2002)

Suatu penyakit auotoimun kronik yang melibatkan berbagai organ dengan


manifestasi klinis yang bervariasi dari yang ringan sampai berat. (kapita
selekta 2000).
Etiologi
1. Faktor genetik
 Kerabat dekat (first degree relative) 10 – 20 %
 Kembar identik 24 – 69 %
 Kembar non-identik 2–9%
2. Faktor lingkungan
 Sinar UV
 Induksi obat
 Makanan seperti wijen (alfafa sprouts)
 Infeksi virus dan bakteri
Klasifikasi
 Discoid Lupus
 Lesi berbentuk lingkaran atau cakram dan ditandai oleh batas eritema
yang meninggi, skuama, sumbatan folikuler, dan telangiektasia.
 kulit kepala, telinga, wajah, lengan, punggung, dan dada.
 Atrofi dan jaringan parut & sifatnya menetap
 Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
 inflamasi multisistem yang disebabkan oleh banyak faktor, yang
mempengaruhi setiap sistem tubuh
 muskuloskeletal, kulit, sistem ginjal, saraf, dan kardiovaskular.
 Lupus yang diinduksi oleh obat
 Induksi obat tertentu khususnya pada asetilator lambat yang
mempunyai gen HLA DR-4
 Hidroklorida hydralazine, hidroklorida procainamide, penisilin,
hydrazide asam isonikotinat, klorpromazin, phenytoin, dan kinidina .
Pathway SLE Gangguan Respon Imun

Stimulasi Antigen
(Bahan kimia, DNA Bakteri, Antigen Virus, Fosfolipid, Protein, DNA & RNA)

Aktifasi Sel T

Memproduksi Sitokin
Fungsi sel T Supresor menjadi Abnormal

Sel B Terangsang

Produksi Autoantibodi yang pathogen

Penumpukan kompleks Imun

Kerusakan jaringan

SENDI SSP JANTUNG GINJAL

Degrasi jaringan Mengendap pada Arteri Antibodi membentuk


Depresi komplek dengan DNA
Psikosis
Terbentuk endapan pada sendi
Kejang Inflamasi pada
Arteriole Terminalis Degrasi jaringan
Atralgia
Neuropati Sensorimotor
Athritis Mengendap di
Perikarditis Membran Basal Glomerulus
Pembengkakan pada sendi
Filtrasi terganggu
Nyeri tekan
Nyeri saat bergerak Proteinuria
Kaku sendi pada pagi hari Hematuri
Tanda dan Gejala

Gambar : Tanda dan Gejala pada SLE


(Sumber : A Patient Care Guide for Nurses and Other Health Professionals3rd Edition- http://www.niams.nih.gov
Tanda dan Gejala …
1. Nyeri Otot dan sendi 2. Ruam kupu-kupu

Gambar 1 & 2 : Nyeri sendi dan otot & Ruam kupu-kupu (Butterfly Ruam) pada pendeerita LUPUS
(Sumber : A Visual Guide to Understanding Lupus - Reviewed by Rinku Chatterjee, MD on September 28, 2011. WebMD, LLC )
Tanda dan Gejala …
3. ulkus/sariawan mukosa mulut 4. Perubahan pada kuku

Gambar 3 & 4 : Ulkus/ sariawan pada mukosa mulut & Perubahan pada kuku penderita LUPUS
(Sumber : A Visual Guide to Understanding Lupus - Reviewed by Rinku Chatterjee, MD on September 28, 2011. WebMD, LLC )
Tanda dan Gejala …
5. Fenomena Raynaud 6. Rambut Rontok

Gambar 5 & 6 : Fenomena Raynaud & Rambut Rontok penderita LUPUS


(Sumber : A Visual Guide to Understanding Lupus - Reviewed by Rinku Chatterjee, MD on September 28, 2011. WebMD, LLC )
Tanda dan Gejala …

7. Demam & kelelahan


8. Photosensitif
9. Hematuri
10. Pleuritis / effusi pleura
11. Gangguan Neurologik : Depresi & Psikosis
12. Gangguan Hematologi : Anemia, lekopenia ringan,
trombositopenia
Komplikasi
Gagal Ginjal
Kerusakan Jaringan Otak

Infeksi Sekunder
Pemeriksaan Penunjang
 Uji imunofluroresensi ANA : POSITIF

 CBC (Complete Blood Cell Count) : Anemia, Lekopenia,


Trombositopenia.
 ESR (Erithrocyte Sedimen Rate) : LED
 Urinalysis : Protein +, Eritrosit +

 X-ray dada : Effusi Pleura


 (biopsi) untuk mengetahui fungsi hati dan ginjal
Pengobatan
Prinsip Dasar Pengobatan :
1. Monitoring teratur
2. Istirahat cukup
3. Fotoproteksi
4. Atasi infeksi
5. Rencanakan kehamilan/hindari kehamilan  
ASUHAN KEPERAWATAN
SYSTEMIC LUPUS ERYTEMATOSUS
(SLE)
Pengkajian

1. Riwayat keluarga : ada yg menderita LUPUS


2. Riwayat kesehatan saat ini : Demam, kelelahan, lemah, nyeri
sendi
3. Sistem Integumen
 Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau
leher
 Ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta
pipi.
 Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
4. Sistem Kardiovaskuler
 Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura
 Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis (pada
ujung jari tangan, siku, jari kaki )
Pengkajian …

5. Sistem Muskuloskeletal
 Pembengkakan sendi
 Nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak
 Rasa kaku pada pagi hari
6. Sistem pernafasan
 Pleuritis atau efusi pleura
7. Sistem Renal
 Edema dan hematuria
8. Sistem saraf
 Gangguan Neurologis : kejang
 Depresi
 Psokosa
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d inflamasi dan kerusakan jaringan

2. Keletihan b.d peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri, depresi

3. Gangguan integritas kulit b.d penurunan rentang gerak, kelemahan


otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan daya tahan fisik.

4. Kerusakan mobilitas fisik b.d perubahan dan ketergantungan fisaik


serta psikologis yang diakibatkan penyakit kronik

5. Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi barier kulit,


penumpukan kompleks imun
Intervensi
Dx.1
Tujuan : perbaikan dalam tingkat kennyamanan
Intervensi :
1. Laksanakan sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanan
(kompres panas /dingin, masase, perubahan posisi, istirahat; kasur
busa, bantal penyangga, bidai, teknik relaksasi, aktivitas yang
mengalihkan perhatian)
2. Berikan preparat antiinflamasi, analgesik seperti yang dianjurkan
3. Sesuaikan jadwal pengobatan untuk memenuhi kebutuhan pasien
terhadap penatalaksanaan nyeri
4. Dorong pasien untuk mengutarakan perasaannya tentang rasa nyeri
serta sifat kronik penyakitnya
Intervensi …
Dx.1
Tujuan : perbaikan dalam tingkat kennyamanan
Intervensi :
5. Laksanakan sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanan
Jelaskan patofisiologik nyeri dan membantu pasien untuk
menyadari bahwa rasa nyeri sering membawanya kepada metode
terapi yang belum terbukti manfaatnya
6. Bantu dalam mengenali nyeri kehidupan seseorang yang membawa
pasien untuk memakai metode terapi yang belum terbukti
manfaatnya.
7. Lakukan penilaian terhadap perubahan subjektif pada rasa nyeri
Evaluasi
 Skala nyeri normal dan nyeri berkurang
 Aktivitas sehari - hari teratur sesuai kebutuhan dan di
sesuaikan dengan kondisi klien
 Klien dapat melakukan imobilisasi dalam memenuhi
kegiatan sehari harinya
 Integritas kulit kembali normal (Elastis, Halus dan
bersih)
 Klien mengerti dan menerima terhadap penyakitnya
Kesimpulan & Saran
 Kesimpulan :
Sistemisc Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakti radang multisistem
yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin
akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh
terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh adapun tanda dan
gejalanya seperti sistem muskuloskeletal, sistem integumen, sistem
kardiak, sistem pernapasan,, sistem perkemihan dan sistem saraf. Beberapa
prinsip dasar tindakan pencegahan eksaserbasi pada SLE, yaitu :
 Monitoring teratur 
 Penghematan energi dengan istirahat terjadwal dan tidur cukup
 Fotoproteksi dengan menghindari kontak sinar matahari atau dengan pemberian sun
screen lotion untuk mengurangi kontak dengan sinar matahari
 Atasi infeksi dengan terapi pencegahan pemberian vaksin dan antibiotik yang adekuat
 Rencanakan kehamilan/hindari kehamilan .
Kesimpulan & Saran …
 Saran :

Sebagai tenaga propesional tindakan perawat dalam penanganan masalah


keperawatan khususnya Sistemics Lupus Erythematosus (SLE) harus di
bekali dengan pengetahuan yang luas dan tindakan yang di lakukan harus
rasional sesuai gejala penyakit
DAFTAR PUSTAKA

1. A Visual Guide to Understanding Lupus - Reviewed by Rinku


Chatterjee, MD on September 28, 2011. WebMD, LLC

2. Smeltzer, S. 1997. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-


Surgical Nursing. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Alih
bahasa: Andri H.2002. Jakarta: EGC.

3. Williams, L. 2007. Understanding Medical Surgical Nursing


Third Edition.Philadelpia: F. A. Davis Company.

4. Port, Mattson. 2006. Essential of Pathophysiology second


edition. USA:Lippincott Williams & Wilkins

Anda mungkin juga menyukai