Anda di halaman 1dari 8

Jurnal of Bionursing

Jurnal of Bionursing
2020, VOL. 2, NO. 1, 39–46
ARTIKEL

Gambaran Peran Perawat terhadap Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien di


Ruang ICU
Nurhanif1, Iwan Purnawani2, Sobihin3
1Mahasiswa Program Study Ners Universitas Jenderal Soedirman, 2Departemen Keperawatan Gawat Darurat, Jurusan
Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman. 3RSUD Banyumas

ABSTRACT
Background. ICU patients ' spirituality is very important. Spirituality will be the way the patient
searches for the meaning of life, including a disease-related affliction. In spiritual needs, nurses who
view the patient holistically play an important role.
Methods. This research is a phenomenologically approached qualitative descriptive form. While the
collection of participants by purposeful sampling method.
Results. The results of this study found the 8 themes of 5 special purposes. These themes are: 1)
definition of spirituality, 2) function of spirituality, 3) the factors of spiritual distres, 4) the
characteristics of patients with spiritual distres, 5) the act of independent nurse in fulfillment spiritual
needs, 6) the act of collaboration nurse in fulfillment spiritual needs, 7) the obstacles fulfillme. KEYWORDS
Conclusion. Eight topics describe nurses ' understanding of spirituality, nurses ' effort in meeting spirituality,
spiritual needs, obstacles in meeting spiritual needs, and awareness of the role of nurses in meeting the role of the nurse,
the spiritual needs of patients in the ICU. intensive care.

PENDAHULUAN terhadap Tuhan, merasa putus asa, dan


Manusia dipandang sebagai mahluk bio-psiko- mencemaskan masa lalu dan masa yang akan
sosial dan spiritual. Baik dalam keadaan sehat datang (Hamid, 2000). Masalah spiritual
maupun sakit, semua unsur tersebut harus tersebut menyebabkan pasien kehilangan
terpenuhi. Setiap tenaga kesehatan khususnya hubungan dengan Tuhan dan merasa hidupnya
perawat harus mampu memberikan pelayanan tidak berarti. Perasaan-perasaan tersebut
kesehatan secara komprehensif (Utami dan menyebabkan seseorang menjadi stres dan
Supratman, 2009). Dengan demikian penanganan depresi berat, sehingga terjadi penurunan
pasien harus memperhatikan pemenuhan unsur kekebalan tubuh yang akan memperberat
bio-psikososial dan spiritual. Namun sebagian kondisinya (Young dan Koopsen, 2005).
besar perawat lebih berfokus pada masalah fisik Perawat yang bekerja di ruangan ICU
pasien dan kurang memperhatikan kebutuhan mempunyai tiga tugas utama. Tugas utama
lainnya, salah satunya kebutuhan spiritual (Potter tersebut meliputi, life support, memonitor
dan Perry, 2005). keadaan pasien dan perubahan keadaan akibat
Kebutuhan spiritual pasien yang tidak terpenuhi, pengobatan serta mencegah komplikasi yang
akan mengakibatkan distres spiritual dan mungkin terjadi (Moseley et al, 2009). Perawat
perubahan perilaku yang maladaptif. Pasien di ruang ICU hanya berfokus pada tiga tugas
dengan distres spiritual akan merasa bersalah utama di ruang ICU tersebut, sehingga masalah
pada dirinya sendiri atas apa yang terjadi pada spiritual pasien sering terabaikan. Padahal
dirinya atau merasa tidak berharga, dan pasien yang dirawat di ICU bukan hanya
kehilangan arti hidup. Perubahan perilaku yang mengalami masalah fisik, psikis, dan sosial,
terjadi akibat tidak terpenuhinya kebutuhan tetapi juga mengalami masalah spiritualitas
spiritual diantaranya merasa tidak nyaman dalam (Boyle dan Andrews, 1989 dalam Carpenito,
keadaan kesadarannya, merasakan penyakit 2000).
sebagai hukuman, takut untuk tergantung pada Perawat merupakan tenaga kesehatan yang
orang lain, mengekspresikan perasaan ambivalen mendampingi pasien selama 24 jam. Perawat
mempunyai peran penting dalam pemenuhan

39
kebutuhan spiritual pasien (Nursalam, 2003). kondisi pasien itu sendiri dan yang berasal
Dalam menjalankan perannya perawat dapat dari lingkungan ICU. Penyebab dari kondisi
melakukan tindakan mandiri atau berkolaborasi pasien itu sendiri diantaranya karena kondisi
dengan pemuka agama atau rohaniawan (Potter pasien itu kritis, pasien merasa penyakitnya
dan Perry, 2005). Hal tersebut diperkuat tidak sembuh-sembuh, dan pasien
penelitian yang dilakukan oleh Romadoni (2011) membayangkan sesuatu hal yang buruk terjadi
menunjukkan bahwa perawat kurang berperan padanya. Sedangkan lingkungan ICU yang
dalam pemenuhan kebutuhan spiritual. Hal ini menyebabkan pasien mengamalami gangguan
disebabkan karena spiritual dianggap kurang spiritual adalah lingkungan yang
penting dan bukan prioritas, kesibukan di ruang menyeramkan, sunyi, suara-suara monitor,
ICU, perbedaan agama, menganggap agama lingkungan yang terlalu ramai, banyak
adalah hal privasi, dan kurang memahami tentang pengunjung, terdapat pasien ICU yang
konsep spiritual. meninggal dan ketakutan pada alat-alat yang
METODOLOGI PENELITIAN ada di ICU.
Desain penelitian ini adalah metode deskriptif Partisipan mengungkapkan ciri-ciri pasien
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. ICU yang mengalami gangguan spiritual
Sedangkan cara pemilihan partisipan dengan terlihat pada fisiologis, psikologis, verbal, dan
metode purposive sampling. Pengambilan data non verbal pasien. Fisiologis pasien yang
dilakukan dari bulan Desember 2013 sampai mengalami distres spiritual yaitu perubahan
Januari 2014 di ruang ICU RSUD dr. R. Goeteng denyut nadi dan tekanan darah. Ciri
Taroenadibrata Purbalingga. Metode psikologisnya yaitu cemas, gelisah dan panik.
pengumpulan data menggunakan teknik Verbalnya pasien terlihat berbicara sendiri,
wawancara secara mendalam. Selain itu peneliti banyak bicara, berbicara tidak nyambung,
juga menggunakan teknik triagulasi teknik bicaranya tidak jelas, berteriakteriak, tidak
observasi untuk menguji credibility. Selanjutnya mau berdoa, dan marah-marah. Sedangkan
data yang diperoleh akan dianalisis nonverbal pasien yang mengalami distres
menggunakan model analisa interaktif menurut spiritual diantaranya bingung dan tegang.
Milles dan Huberman. Dalam analisa ini ada Hasil penelitian ini menemukan gambaran
empat tahap yaitu pengumpulan data, reduksi peran perawat terhadap pemenuhan
data, penyajian data, dan penerikan kesimpulan. kebutuhan spiritual pasien yang mengalami
HASIL DAN PEMBAHASAN distres spiritual di ruang ICU. Peran tersebut
HASIL diantaranya tindakan mandiri perawat dan
Jumlah partisipan dalam penelitian ini ada 4 tindakan kolaborasi perawat. Peran perawat
perawat ICU RSUD dr. R. Goeteng dalam tindakan mandiri perawat itu
Taroenadibrata Purbalingga. Penelitian ini digambarkan oleh partisipan yaitu perawat
menghasilkan 8 tema utama yang selalu ke pasien apabila pasien membutuhkan,
menggambarkan suatu fenomena peran perawat menghadirkan seseorang yang berarti bagi
terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual pasien pasien misalkan keluarga, menjelaskan
di ruang ICU. tentang kondisi pasien, memotivasi,
Partisipan mengungkapkan pengetahuan mengajarkan pasien berdoa, membimbing
mereka tentang spiritual. Partisipan berdoa, mengingatkan ibadah,
mengungkapkan bahwa spiritual merupakan mempersiapkan alat ibadah. Untuk peran
hubungan manusia dengan penciptanya dan dalam tindakan kolaborasi perawat
keyakinan seseorang tentang agamanya. Fungsi digambarkan oleh partisipan seperti
spiritual yaitu untuk mengurangi kecemasan, berkolaborasi dengan petugas bimbingan
menenangkan pasien, menambah motivasi, dan rohani (bimroh) dan berkolaborasi dengan
mempercepat kesembuhan pasien. Selain itu keluarga pasien.
partisipan menyebutkan penyebab dari gangguan Partisipan mengemukakan beberapa
spiritual pasien ICU ada dua yaitu berasal dari hambatan yang dialami perawat dalam

40
pemenuhan kebutuhan spiritual pasien ICU. suara monitor, lingkungan yang terlalu ramai,
Hambatan-hambatan tersebut berasal dari banyak pengunjung, terdapat pasien ICU yang
perawat ataupun dari pasien. Hambatan dalam meninggal dan ketakutan pada alat-alat yang
pemenuhan kebutuhan spiritual yang bersumber ada di ICU.
dari perawat sendiri diantaranya kesibukan Partisipan mengungkapkan ciri-ciri pasien
perawat, kekurangan tenaga perawat, dan ICU yang mengalami gangguan spiritual
kemampuan perawat. Sedangkan hambatan yang terlihat pada fisiologis, psikologis, verbal, dan
bersumber dari pasien itu sendiri diantaranya non verbal pasien. Fisiologis pasien yang
perbedaan keyakinan antara pasien dengan mengalami distres spiritual yaitu perubahan
perawat, jumlah pasien, kodisi pasien, tingkat denyut nadi dan tekanan darah. Ciri
kesadaran pasien, usia pasien, dan keadaan emosi psikologisnya yaitu cemas, gelisah dan panik.
pasien. Verbalnya pasien terlihat berbicara sendiri,
Kesadaran perawat akan peran perawat untuk banyak bicara, berbicara tidak nyambung,
memenuhi kebutuhan spiritual pasien ICU. bicaranya tidak jelas, berteriakteriak, tidak
Perawat sadar akan perannya dalam pemenuhan mau berdoa, dan marah-marah. Sedangkan
kebutuhan spiritual pasien, tetapi perawat merasa nonverbal pasien yang mengalami distres
keberatan apabila itu merupakan tanggung jawab spiritual diantaranya bingung dan tegang.
penuh dari perawat. Hal ini di karenakan Hasil penelitian ini menemukan gambaran
memang ada beberapa hambatan yang berasal peran perawat terhadap pemenuhan
dari perawat itu sendiri sehingga perawat tidak kebutuhan spiritual pasien yang mengalami
dapat melakukan pemenuhan kebutuhan spiritual distres spiritual di ruang ICU. Peran tersebut
secara maksimal. diantaranya tindakan mandiri perawat dan
PEMBAHASAN tindakan kolaborasi perawat. Peran perawat
Jumlah partisipan dalam penelitian ini ada 4 dalam tindakan mandiri perawat itu
perawat ICU RSUD dr. R. Goeteng digambarkan oleh partisipan yaitu perawat
Taroenadibrata Purbalingga. Penelitian ini selalu ke pasien apabila pasien membutuhkan,
menghasilkan 8 tema utama yang menghadirkan seseorang yang berarti bagi
menggambarkan suatu fenomena peran perawat pasien misalkan keluarga, menjelaskan
terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual pasien tentang kondisi pasien, memotivasi,
di ruang ICU. mengajarkan pasien berdoa, membimbing
Partisipan mengungkapkan pengetahuan berdoa, mengingatkan ibadah,
mereka tentang spiritual. Partisipan mempersiapkan alat ibadah. Untuk peran
mengungkapkan bahwa spiritual merupakan dalam tindakan kolaborasi perawat
hubungan manusia dengan penciptanya dan digambarkan oleh partisipan seperti
keyakinan seseorang tentang agamanya. Fungsi berkolaborasi dengan petugas bimbingan
spiritual yaitu untuk mengurangi kecemasan, rohani (bimroh) dan berkolaborasi dengan
menenangkan pasien, menambah motivasi, dan keluarga pasien.
mempercepat kesembuhan pasien. Selain itu Partisipan mengemukakan beberapa
partisipan menyebutkan penyebab dari gangguan hambatan yang dialami perawat dalam
spiritual pasien ICU ada dua yaitu berasal dari pemenuhan kebutuhan spiritual pasien ICU.
kondisi pasien itu sendiri dan yang berasal dari Hambatan-hambatan tersebut berasal dari
lingkungan ICU. Penyebab dari kondisi pasien perawat ataupun dari pasien. Hambatan dalam
itu sendiri diantaranya karena kondisi pasien itu pemenuhan kebutuhan spiritual yang
kritis, pasien merasa penyakitnya tidak sembuh- bersumber dari perawat sendiri diantaranya
sembuh, dan pasien membayangkan sesuatu hal kesibukan perawat, kekurangan tenaga
yang buruk terjadi padanya. Sedangkan perawat, dan kemampuan perawat.
lingkungan ICU yang menyebabkan pasien Sedangkan hambatan yang bersumber dari
mengamalami gangguan spiritual adalah pasien itu sendiri diantaranya perbedaan
lingkungan yang menyeramkan, sunyi, suara- keyakinan antara pasien dengan perawat,

41
jumlah pasien, kodisi pasien, tingkat kesadaran motivasi, dan mempercepat kesembuhan
pasien, usia pasien, dan keadaan emosi pasien. pasien. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan
Kesadaran perawat akan peran perawat untuk oleh Pulchaski et al (2004) pada individu yang
memenuhi kebutuhan spiritual pasien ICU. menderita suatu penyakit, spiritualitas
Perawat sadar akan perannya dalam pemenuhan merupakan sumber koping bagi individu.
kebutuhan spiritual pasien, tetapi perawat merasa Spiritualitas membuat individu memiliki
keberatan apabila itu merupakan tanggung jawab keyakinan dan harapan terhadap kesembuhan
penuh dari perawat. Hal ini di karenakan penyakitnya, mampu menerima kondisinya,
memang ada beberapa hambatan yang berasal sumber kekuatan, dan dapat membuat hidup
dari perawat itu sendiri sehingga perawat tidak individu menjadi lebih berarti.
dapat melakukan pemenuhan kebutuhan spiritual Partisipan mengungkapkan fungsi spiritual
secara maksimal. mengurangi kecemasan dan menenangkan
DISKUSI pasien ini serupa dengan apa yang dijelaskan
Partisipan mengungkapkan pengetahuan Pulchaski et al (2004) yaitu spiritual
mereka tentang spiritual. Menurut partisipan merupakan sumber koping dan mampu
spiritual merupakan hubungan manusia dengan menerima kondisinya. Dimana apabila
penciptanya dan keyakinan seseorang tentang seseorang mampu menerima dan mempunyai
agamanya. Hal serupa juga di jelaskan oleh koping yang baik maka dia akan lebih tenang
Buzan dan Tony (2003) spiritual dapat dan tentunya kecemasan terhadap apa yang
didefinisikan sebagai makna, transenden, akan terjadi pada dirinya berkurang.
harapan, cinta, kualitas, hubungan, dan Sedangkan pernyataan partisipan tentang
eksistensi. Hubungan manusia dengan fungsi spiritual menambah motivasi ini juga
penciptanya dan keyakinan seseorang tentang serupa dengan apa yang dijelaskan oleh
agamanya termasuk dalam kata transsenden yang Pulchaski et al (2004) yaitu individu yang
berarti bahwa ada hubungan antara yang diatas menderita suatu penyakit, spiritualitas
(Tuhan) dengan yang di bawah (manusia) atau membuat individu memiliki keyakinan dan
hubungan manusia dengan penciptanya. harapan terhadap kesembuhan penyakitnya,
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Hamid sumber kekuatan, dan dapat membuat hidup
(2000) bahwa sebagian orang mendefinisikan individu menjadi lebih berarti. Hal serupa
spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya juga jelaskan oleh Abernethy (2000 dalam
dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Hawari, 2005) dalam penelitiannya bahwa
Banyak faktor yang mempengaruhi definisi dari spiritualitas dapat meningkatkan imunitas
setiap individu misalkan budaya, perkembangan, seseorang terhadap penyakit sehingga dapat
pengalaman hidup dan ide-ide mereka sendiri mempercepat penyembuhan bersamaan
tentang hidup. Banyak orang sulit untuk dengan terapi medis yang diberikan.
membedakan antara spiritual dan religius. Kedua Partisipan dalam penelitian ini
istilah tersebut digunakan secara bertukaran dan mengungkapkan bahwa penyebab dari distres
pastinya ada hubungannya. Seseorang spiritual pasien ICU itu ada dua yaitu
menjalankan ibadah mengikuti ritual tertentu penyebab dari pasien itu sendiri dan yang
sebagai ekspresi terhadap aspek spiritualitas, berasal dari lingkungan ICU. Penyebab dari
namun kedua konsep tersebut tidak sama. pasien itu sendiri diantaranya karena kondisi
Sebagai contoh seseorang yang tidak mempunyai pasien itu kritis, pasien merasa penyakitnya
keyakinan keagamaan tetapi mereka mempunyai tidak sembuh-sembuh, dan pasien
asa, harapan, cinta, dan pandangan hidup. Jadi membayangkan sesuatu hal yang buruk terjadi
religi merupakan suatu bagian dari spiritual padanya. Sedangkan lingkungan ICU yang
tetapi keduanya mempunyai arti yang berbeda. menyebabkan pasien mengamalami distres
Partisipan mengungkapkan pengetahuan spiritual adalah lingkungan yang
mereka tentang fungsi spiritual yaitu mengurangi menyeramkan, sunyi, suara-suara monitor,
kecemasan, menenangkan pasien, menambah lingkungan yang terlalu ramai, banyak

42
pengunjung, tetangga sebelah meninggal dan harus peka terhadap keluhan klien yang
ketakutan pada alat-alat yang ada diruang ICU. menjadi manifestasi verbalisasi tentang
Hal tersebut serupa dengan penjelasan Hamid kematian atau merasa tidak berharga dan
(2000) bahwa krisis dan perubahan merupakan kehilangan arti hidup. Perubahan perilaku
faktor yang mempengaruhi spiritual seseorang. merupakan manifestasi gangguan fungsi
Krisis sering dialami ketika seseorang spiritual. Mungkin pasien akan merasa marah
menghadapi penyakit, penderitaan, proses atau cemas saat mengetahui hasil pemeriksaan
penuaan, kehilangan dan bahkan kematian, mungkin saja sedang menderita distress
khususnya pada klien dengan penyakit terminal spiritual. Hal serupa juga disebutkan dalam
atau prognosis yang buruk. Perubahan dalam NANDA (2005) bahawa manifestasi dari
kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut distres spiritual salah satunya adalah cemas.
merupakan pengalaman spiritual selain juga Ciri-ciri non verbal pasien yang mengalami
pengalaman yang bersifat fisikal dan emosional. distres spiritual di ruang ICU. Partisipan
Penelitian ini menemukan ciri-ciri pasien yang menyebutkan pasien yang mengalami distres
mengalami distres spiritual akan terlihat pada spiritual terlihat pada nonverbal yaitu terlihat
perubahan denyut nadi dan tekanan darah. Hal ini bingung dan tegang. Hal ini serupa dengan
serupa dengan yang dijelaskan oleh Sherwood yang di jelaskan oleh Hamid (2000) bahwa
(2010) bahwa saat terjadi stres maka akan pasien yang mengalami distres spiritual akan
merangsang kelenjar adrenal untuk mengalami perubahan perilaku dari yang
mengeluarkan eprineprin dan noreprineprin yang adaptif kemal adaptif. Jadi pasien saat terjadi
akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh distres spiritual akan mengalami pandangan
darah. Pembuluh darah yang mengalami makna hidupnya, sehingga pasien akan
vasokontriksi akan menyebabkan tekanan darah merenungi dirinya sendiri.
meningkat dan heartrate juga meningkat. Peran perawat dalam tindakan mandiri
Ciri-ciri psikologis pasien yang mengalami perawat digambarkan oleh partisipan yaitu
distres spiritual di ruang ICU. Partisipan perawat selalu ke pasien apabila pasien
menyebutkan pasien yang mengalami distres membutuhkan, menghadirkan seseorang yang
spiritual akan cemas, gelisah dan panik. Hal berarti bagi pasien, menjelaskan tentang
tersebut serupa dengan penjelasan dari Hamid kondisi pasien, memotivasi, mengajarkan
(2000) yaitu seseorang yang mengalami pasien berdoa, membimbing berdoa,
gangguan spiritualitas maka akan mengingatkan ibadah, mempersiapkan alat
mengekspresikan distres yang dialaminya untuk ibadah. Hal ini serupa dengan yang dijelaskan
mendapatkan bantuan. Pasien akan merasa oleh Potter dan Perry (2005) dalam memenuhi
cemas karena penyakitnya yang tidak sembuh- kebutuhan spiritual pasien perawat harus
sembuh dan krisis. melakukan tindakan :
Ciri-ciri verbal pasien yang mengalami distres a. Memposisikan kehadiran perawat
spiritual di ruang ICU. Partisipan menyebutkan b. Hasil penelitian ini menggambarkan
pasien yang mengalami distres spiritual akan tindakan perawat yang selalu ke pasien
berbicara sendiri, banyak bicara, saat berbicara apabila pasien membutuhkan,
tidak nyambung, bicaranya tidak jelas, berteriak- menunjukkan bahwa perawat telah mampu
teriak, tidak mau berdoa dan marah-marah. Hal memposisikan kehadirannya untuk pasien.
ini sesuai dengan apa yang di jelaskan Hamid Perawat selalu menghadirkan diri ke
(2000) yaitu seseorang yang mengalami pasien sebagai salah satu bentuk caring
gangguan spiritualitas maka akan perawat terhadap pasien.
memverbalisasikan distres yang dialaminya atau c. Mendukung hubungan yang
mengekspresikan kebutuhan untuk mendapatkan menyembuhkan
bantuan. Biasanya klien akan minta didatangkan d. Hasil penelitian menggambarkan bahwa
pemuka agama untuk mengunjunginya dan perawat telah menghadirkan keluarga
berdoa untuk kesembuhannya. Sebagai perawat untuk mendampingi pasien. Tindakan

43
yang dilakukan oleh keluarga seperti spiritual yang berkaitan dengan religi perawat
mendoakan dan memotivasi pasien. Hal dapat berkolaborasi dengan rohaniawan untuk
tersebut telah menunjukkan bahwa perawat menuntun pasien berdoa, menjalankan ritual
membantu pasien untuk menemukan hal-hal sebagaimana semestinya menurut
yang dapat di jadikan sebagai harapan. keyakinannya.
Harapan tersebut salah satunya adalah Ada beberapa hambatan yang dialami perawat
kehadiran keluarga. dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien
e. Memberikan dukungan ICU. Hambatan-hambatan tersebut berasal
f. Dari hasil penelitian digambarkan bahwa dari perawat ataupun dari pasien. Hambatan
perawat menjelaskan tentang kondisinya serta dalam pemenuhan kebutuhan spiritual yang
memotivasi pasien. Menjelaskan tentang bersumber dari perawat sendiri diantaranya
kondisi pasien dan memotivasi pasien kesibukan perawat, kekurangan tenaga
merupakan bentuk dari dukungan yang perawat, dan kemampuan perawat.
dilakukan oleh perawat. Dukungan yang Sedangkan hambatan yang bersumber dari
diberikan oleh perawat dapat memberikan pasien itu sendiri diantaranya perbedaan
kepercayaan yang membuat pasien lebih keyakinan antara pasien dengan perawat,
bersemangat. jumlah pasien, kodisi pasien, tingkat
a. Menganjurkan berdoa kesadaran pasien, usia pasien, dan keadaan
Hasil penelitian menggambarkan bahwa perawat emosi pasien.
telah menganjurkan pasien berdoa dan juga Inaniyah (2008) menjelaskan intervensi
membimbing pasien berdoa. Perawat selalu perawat dalam pemenuhan kebutuhan
nganjurkan pasien berdoa sesuai dengan spiritual pasien belum dapat dilakukan secara
keyakinannya. Bukan hanya itu apabila optimal karena adanya faktor penghambat
keyakinan pasien berbeda, maka perawat yang berasal dari perawat, situasi ruang
melibatkan keluarga untuk berdoa. Terkadang perawatan yang sibuk oleh tugas rutinitas, dan
keluarga menghadirkan rohaniawan sendiri adanya petugas kerohanian.
apabila memang keyakinan pasien itu berbeda Di ruang ICU RSUD dr. R. Goetheng
dengan perawat. Taroenadibrata Purbalingga hanya terdapat 10
b. Mendukung Ritual perawat. Di setiap shiftnya hanya ada 2
Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa perawat pelaksana sedangkan tempat tidur 5.
perawat mendukung ritual pasien untuk Apabila tempat tidur terisi penuh maka
beribadah. Tindakan mendukung ritual oleh perawat sangat sibuk dalam tugas asuhan
perawat disebutkan seperti mengingatkan sholat keperawatan. Sehingga jumlah perawat dan
dan juga mempersiapkan alat ibadah misalkan jumlah pasien menjadi suatu kendala dalam
tasbih ataupun yang lainnya. pemenuhan kebutuhan spiritual di ruangan
Selain itu dalam menjalankan perannya perawat tersebut. Berdasarkan perhitungan jumlah
juga berperan dalam tindakan kolaborasi perawat tenaga perawat menurut Douglas (1984 dalam
digambarkan oleh partisipan yaitu berkolaborasi Nursalam, 2003) ruang ICU idelnya satu
dengan pembimbing rohani yang di tempat perawat menangani satu pasien.
penelitian disebut sebagai bimroh dan Notoatmodjo (2003) bahwa tingkat
berkolaborasi dengan keluarga. Hal tersebut pengetahuan seseorang akan mempengaruhi
serupa dengan yang dijelaskan oleh Hamid seseorang untuk melakukan tindakan.
(2000) bahwa tindakan yang harus dilakukan Seseorang yang telah memahami suatu materi
perawat adalah memberikan asuhan keperawatan maka orang tersebut harus mampu
dalam pemenuhan kebutuhan spiritual. Apabila menjelaskan, memberi contoh atau
perawat kurang mantap, bisa berkolaborasi mempraktikkan dan menyimpulkan dari
dengan keluarga klien untuk memberikan pemahamannya. Romadoni (2011) juga
support sistem. Ketika pemberian support dari menyebutkan bahwa pemahaman konsep
keluarga belum cukup untuk mengatasi distres spiritual yang kurang menjadi kendala dalam

44
pemenuhan kebutuhan spiritual. tidakan mandiri atau berkolaborasi dengan
Penelitian menemukan bahwa jumlah pasien pemuka agama atau rohaniawan. Seorang
menjadi kendala dalam pemenuhan kebutuhan perawat yang memahami konsep atau dimensi
spiritual karena diruangan hanya ada dua perawat dari keperawatan spiritual telah memahami
shift sedangkan jumlah tempat tidur pasien ada bahwa sebenarnya kebutuhan spiritual pasien
lima. Berdasarkan perhitungan jumlah tenaga bukan hanya berorientasi pada religiusnya
perawat menurut Douglas (1984 dalam saja, tetapi juga tentang kaidahkaidah arti
Nursalam, 2002) ruang ICU idelnya satu perawat kehidupan pasien. Dengan demikian
menangani satu pasien. pemenuhan kebutuhan spiritual pasien ICU
Romadoni (2011) yang menyebutkan hambatan adalah tangguang jawab perawat bukanlah
dalam pemenuhan kebutuhan spiritual salah seorang pemuka agama atau rohaniawan.
satunya yaitu perbedaan agama antara pasien Namun kenyataannya pemenuhan kebutuhan
dengan perawat. Dimana perawat tidak bisa spiritual pasien dilimpahkan kepada
memberikan motivasi seperti yang selama ini dia rohaniawan (Potter dan Perry, 2005).
yakini. Spiritualitas bukan menjadi prioritas KESIMPULAN
pertama dalam penanganan pasien gawatdarurat Delapan tema yang dihasilkan
dan kritis, sehingga kondisi pasien menjadi menggambarkan pemahaman perawat tentang
kendala bagi perawat dalam pemenuhan spiritual, upaya yang dilakukan perawat
kebutuhan spiritual pasien. dalam pemenuhan kebutuhan spiritual,
Padmosantjojo (2000) menjelaskan penurunan hambatan dalam pemenuhan kebutuhan
kesadaran adalah keadaan dimana pasien tidak spiritual, dan kesadaran perawat akan
sadar sehingga tidak mampu memberikan perannya dalam pemenuhan kebutuhan
respons yang normal terhadap stimulus. spiritual pasien ICU.
Sehingga seseorang sulit untuk mengetahui DAFTAR PUSTAKA
respon pasien tersebut. Buzan & Tony. (2003). The Power Of Spiritual
Usia merupakan faktor yang mempengaruhi Intelegence, Sepuluh Cara Jadi Orang
spiritual. Pada usia lansia berarti seseorang telah Cerdas Secara Spiritual. Jakarta: PT
melewati beberapa tahapan perkembangan, Gramedia Pustaka Utama.
begitu juga dengan spiritual seseorang juga ikut Carpenito, L. J. (2000). Diagnosa
berkembang. Spiritual seseorang akan Keperawatan Aplikasi pada Praktik
tergantung bagaimana perkembangan spiritual Klinik . Edisi 6. Jakarta : EGC.
saat masa anak-anak sampai dewasa. Seorang Goleman, D. 2002. Kecerdasan Emosional.
lansia lebih kuat mempertahankan keyakinan Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.
yang dipercayainya selama ini (Hamid, 2000). Hamid, A.Y.S. (1999). Buku ajar aspek
Emosi seseorang yang tidak stabil maka akan spiritual dalam keperawatan. Jakarta :
menyebabkan seseorang susah untuk berpikir Widya medika. Hamid, A.Y.S. (2000).
secara tenang. Bisanya seseorang yang dalam Buku ajar aspek spiritual dalam
keadaan labil lebih memandang dirinya sendiri keperawatan. Jakarta: Widya Medika.
dan lebih susah untuk menerima masukan Hawari, D. (2005). Dimensi religi dalam
(Goleman, 2002). praktik dan psikologi. Jakarta: Balai
Ada dua partisipan yang sadar akan perannya Penerbit FKUI.
dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien hal Inaniyah. (2008). Pemahaman Perawat
ini serupa dengan penjelasan Nursalam (2003) Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
bahwa perawat merupakan tenaga kesehatan Klien pada Pasien lansia di RSU Mardi
yang mendampingi pasien selama 24 jam. Lestari kabupaten Sragen. Undergraduate
Perawat mempunyai peran penting dalam thesis, Universitas Diponegoro.
pemenuhan kebutuhan spiritual pasien. Dalam
menjalankan perannya perawat dapat melakukan

45
Moseley, J. Sole, M. Klein. D,G. (2009). dimensi perawatan paliatif : laporan dari
Introduction to Critical Care Nursing. Konferensi Konsensus . J Palliat Med .
Elsevier Science Health Science Division. Romadoni, S. (2011). Pemenuhan Kebutuhan
NANDA. (2005). Nursing Diagnoses: Spiritual Oleh Perawat Di Ruang General
Definitions & Classification 2005- 2006. Intensive Care Unit RSUP Dr. Hasan
Philadelphia: NANDA International. Sadikin Bandung. Bandung : Unpad.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Sherwood, L. (2010). Human psikology: the
perilaku kesehatan. Jakarta: PT Rineka blood vassel and blood pressure. 7 th ed.
Cipta. Canada: Brooks/ Cole Engage Learning.
Nursalam. (2003). Manajemen keperawatan Sugiyono. (2005). Memahami penelitian
aplikasi dalam praktik keperawatan kualitatif. Bandung: Alfabeta.
profesional. Jakarta: Salemba Medika. Utami, Y. W. & Supratman. (2009). Hubungan
Padmosantjojo. (2000). Keperawatan bedah Antara Pengetahuan Dengan Sikap Perawat
saraf. Jakarta: Bagian bedah saraf FKUI. Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005). Fundamental Pasien Di RSUD Sukoharjo.
keperawatan. Jakarta: Salemba medika. Young, C. & Koopsen, C. (2005). Spirituality
Puchalski, C., et al. (2009). Meningkatkan and Health and healing. Thorofare, Nj :
kualitas pelayanan spiritual sebagai Slack Incorporate
.

46

Anda mungkin juga menyukai