Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERSPEKTIF KEPERAWATAN HIV/AIDS


TREND ISSUE KEPERAWATAN HIV/AIDS

Oleh :

1. PUTU CANDRA PRADNYASARI (P07120216041)


2. NI PUTU RIKA UMI KRISMONITA (P07120216042)
3. I KOMANG SUTHA JAYA (P07120216043)
4. DEWA AYU PUTRI WEDA DEWANTI (P07120216044)
5. KADEK MEISA RUSPITA DEWI (P07120216045)

PROFESI NERS

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa

kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah

berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun

materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh

lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-

hari

.Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah

ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu

kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 28 Juni 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan data Dirjen PP & PL Kemenkes RI tahun 2016,
masalah HIVAIDS Triwulan IV (Oktober sampai Desember) jumlah
penderita HIV sebanyak 13.287 orang. Berdasarkan kelompok umur,
persentase kasus HIV tahun 2016 didapatkan tertinggi pada usia 25 –
49tahun (68%), diikuti kelompok umur 20–24tahun (18,1%), dan
kelompok umur50 tahun (6,6%). Persentase faktor risiko HIV tertinggi
adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual (53%), LSL (Lelaki
Seks Lelaki) (35%), lain-lain (11%) dan penggunaan jarum suntik tidak
steril pada penasun (1%).Sedangkan jumlah penderita AIDS sebanyak
3.812 orang. Berdasarkan kelompok umur, persentase kasus AIDS tahun
2016 didapatkan tertinggi pada usia 30-39 tahun (35,3%), diikuti
kelompok umur 20-29 tahun (32,3%) dan kelompok umur 40-49 tahun
(16,2%). Persentase faktor risiko AIDS tertinggi adalah hubungan seks
berisiko pada heteroseksual (71,9%), homoseksual (Lelaki Saks Lelaki)
(21,3%), perinatal (3,6%), dan penggunaan jarum suntik tidak steril pada
penasun (2,5%). Rasio HIV dan AIDS antara laki laki dan perempuan
adalah 2:1 (Kemenkes, 2016).
Kasus HIV/AIDS di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun
1987 sampai Desember 2016, kasus HIV/AIDS tersebar di 407 (80%) dari
507 kabupaten/kota di seluruh provinsi Indonesia. Provinsi pertama kali
ditemukan adanya HIV-AIDS adalah Provinsi Bali, sedangkan yang
terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi Baret pada Tahun
2012.Prevelensi HIV/AIDS pada tahun 2016 cenderung meningkat dari
tahun sebelumnya. Persentase AIDS pada laki-laki sebanyak 67,9% dan
perempuan 31,5%. Sementara itu 0,6% tidak melaporkan jenis kelamin.
Jumlah AIDS terbanyak dilaporkan dari Jawa Timur (16.911), Papua
(13.398), DKI Jakarta (8.648), Bali (6.803), Jawa Tengah (6.444), Jawa

1
Barat (5.251), Sumatera Utara (3.897), Sulawesi Selatan (2.812),
Kalimantan Barat (2.567), dan NTT (1.954). Faktor risiko penularan
terbanyak melalui heteroseksual (67,8%), penasun (10,5%), diikuti
homoseksuai (4,1%), dan penularan melalui peninatal (3%)(Kemenkes RI,
2016). Pada tahun 2016 trend penyebaran kasus HIV/AIDS yang paling
banyak yaitu LSL (lelaki suka lelaki) (Dinas Kesehatan Kota Semarang,
2016).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi dari HIV/AIDS ?
2. Apa saja etiologi dari HIV/AIDS ?
3. Apa saja manifestasi dari HIV/AIDS ?
4. Bagaimana cara penularan dari HIV/AIDS ?
5. Bagaimana trend dan isu keperawatan HIV/AIDS di Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari HIV/AIDS
2. Untuk mengetahui etiologi dari HIV/AIDS
3. Untuk mengetahui manifestasi dari HIV/AIDS
4. Untuk mengetahui cara penularan dari HIV/AIDS
5. Untuk mengetahui trend dan isu keperawatan HIV/AIDS

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perspektif Keperawatan HIV/AIDS

1. Konsep HIV/AIDS

1) Definisi
HIV (  Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat
menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan
cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi
DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk
pro virus dan kemudian melakukan replikasi. AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau efek dari perkembang
biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup.Virus HIV membutuhkan
waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat
berbahaya.Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya
sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel
darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV(Widoyono,2005).
Human Immunodefisiency Virus (HIV) adalah virus yang
menyebabkan kerusakan sistem imun dan mneghancurkannya. HIV
menginfeksi tubuh dengan periode inkubasi yang panjang sehingga
menyebabkan timbulnya tanda & gejala AIDS (Nursalam, 2011).
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome ) dapat diartikan
sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya
kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodefisiency
Virus) yang termasuk famili retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir
dari infeksi HIV (Setiati, 2015).

2) Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus
yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama

3
kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis (1983) dengan
nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di
Amerika Serikat (1984) mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas
kesepakatan internasional (1986) nama virus dirubah menjadi HIV.Dalam
bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat
berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus
ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus
HIV yang disebut CD 4. Didalam sel limposit T, virus dapat berkembang
dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dalam
keadaan inaktif. Walaupun demikian, virus dalam tubuh pengidap HIV
selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat
ditularkan selama hidup penderita tersebut(Nursalam, 2011).
Bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka
HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air
mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai
desinfektan seperti eter, aseton, alkohol, dll, tetapi relatif resisten terhadap
radiasi dan sinar utraviolet.Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen,
air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV juga ditemukan dalam sel
monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak (Nursalam, 2011).

3) Manifestasi Klinis
Menurut Setianti (2015) tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada
penderita AIDS umumnya sulit dibedakan karena bermula dari gejala
klinis umum yang didapati pada penderita penyakit lainnya. Secara umum
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Rasa lelah dan lesu
2) Berat badan menurun secara drastis
3) Demam yang sering dan berkeringat waktu malam
4) Mencret dan kurang nafsu makan
5) Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
6) Pembengkakan leher dan lipatan paha
7) Radang paru

4
8) Kanker kulit

4) Cara Penularan HIV/AIDS


Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan
suatu penyakit yaitu sumber infeksi, vehikulum yang membawa agent,
host yang rentan, tempat keluar kuman dan tempat masuk kuman (port’d
entrée). Virus HIV sampai saat ini terbukti hanya menyerang sel Lymfosit
T dan sel otak sebagai organ sasarannya. Virus HIV sangat lemah dan
mudah mati diluar tubuh. Sebagai vehikulum yang dapat membawa virus
HIV keluar tubuh dan menularkan kepada orang lain adalah berbagai
cairan tubuh. Cairan tubuh yang terbukti menularkan diantaranya cairan
sperma, cairan vagina atau servik dan darah penderita. Banyak cara yang
diduga menjadi cara penularan virus HIV, namun hingga kini cara
penularan HIV yang diketahui adalah melalui :
1. Transmisi Seksual
Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupun
Heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering
terjadi. Penularan ini berhubungan dengan semen dan cairan vagina atau
serik. Infeksi dapat ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV kepada
pasangan seksnya. Resiko penularan HIV tergantung pada pemilihan
pasangan seks, jumlah pasangan seks dan jenis hubungan seks. Orang
yang sering berhubungan seksual dengan berganti pasangan merupakan
kelompok manusia yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV.
a. Homoseksual
Didunia barat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat promiskuitas
homoseksual menderita AIDS, berumur antara 20-40 tahun dari semua
golongan rusial. Cara hubungan seksual anogenetal merupakan perilaku
seksual dengan resikotinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi mitra
seksual yang pasif menerima ejakulasi cairan sperma dari seseorang
pengidap HIV. Hal ini sehubungan dengan mukosa rektum yang sangat
tipis dan mudah sekali mengalami pertukaran pada saat berhubungan
secara anogenital.

5
b. Heteroseksual
Cara penularan utama melalui hubunganheteroseksual pada
promiskuitas dan penderita terbanyak adalah kelompokumur seksual aktif
baik pria maupun wanita yang mempunyai banyak pasangan dan berganti-
ganti.
2. Transmisi Non Seksual
a. Transmisi Parental
Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya(alat
tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalah gunaannarkotik
suntik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secarabersama-
sama. Disamping dapat juga terjadi melaui jarum suntik yangdipakai oleh
petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih dahulu.
b. Darah/Produk Darah
Transmisi melalui transfusi atau produk darah terjadi di negara –
negarabarat dan di negara – negara lainnya. Misalnya pada saat donor
darah, darah tidak di periksa terlebih dahulu dan ternyata darah terinfeksi
HIV maka akan mudah terinfeksi HIV. Resiko tertular infeksi/HIV lewat
trasfusi darah adalah lebihdari 90%.
c. Transmisi Transplasental
Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai
resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan
dan sewaktu menyusui. Penularan melalui air susu ibu termasuk penularan
dengan resiko rendah (Nursalam, 2011).

B. Trend dan Issue Keperawatan HIV/AIDS

1. Trend Dalam Keperawatan HIV/AIDS Di Indonesia


Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam
berbagai bidang yang meliputi.
1) Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja dengan Peer Group
Remaja merupakan masa dimana fungsi reproduksinya mulai
berkembang, hal ini akan berdampak pada perilaku seksualnya. Salah

6
satu perilaku seksual yang rentan akan memberikan dampak terjadinya
HIV/AIDS yaitu seks bebas. Saat ini sedang dikembangkan model
”peer group” sebagai salah satu cara dalam meningkatkan pemahaman
dan pengetahuan remaja akan kesehatan reproduksinya dengan
harapan suatu kelompok remaja akan dapat mempengaruhi kelompok
remaja yang lain. Metode ini telah diterapkan pada lembaga
pendidikan, baik oleh Depkes maupun lembaga swadaya masyarakat.
Adapun angka kejadian AIDS pada kelompok remaja hingga Juni
2008 adalah sebesar 429 orang dan 128 orang remaja mengidap
AIDS/IDU. Hal ini akan sangat mengancam masa depan bangsa dan
negara ini. Diharapkan dengan metode Peer Group dapat menurunkan
angka kejadian, karena diyakini bahwa kelompok remaja ini lebih
mudah saling mempengaruhi.
2) One Day Care
Merupakan sistem pelayanan kesehatan dimana pasien tidak
memerlukan perawatan lebih dari satu hari. Setelah menjalani operasi
pembedahan dan perawatan, pasien boleh pulang. Biasanya dilakukan
pada kasus minimal. Berdasarkan hasil analisis beberapa rumah sakit,
di Indonesia didapatkan bahwa metode one day care ini dapat
mengurangi lama hari perawatan sehingga tidak menimbulkan
penumpukkan pasien pada rumah sakit tersebut dan dapat mengurangi
beban kerja perawat. Hal ini juga dapat berdampak pada pasien
dimana biaya perawatan dapat ditekan seminimal mungkin.

2. Isu Etik Dalam Keperawatan HIV/AIDS Di Indonesia


1) Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk
memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh.
Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk
menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua
negara dan memakai peralatan video conference (bagian integral dari
telemedicine atau telehealth).

7
Telenursing membantu pasien dan keluarganya untuk
berpartisipasi aktif dalam perawatan, terutama sekali untuk self
management pada penyakit kronis. Hal itu memungkinkan perawat
untuk menyediakan informasi secara akurat dan tepat waktu dan
memberikan dukungan secara langsung (online). Kesinambungan
pelayanan ditingkatkan dengan memberi kesempatan kontak yang
sering antara penyedia pelayanan kesehatan dan pasien dan keluarga-
keluarga merek.
Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak
negara, terkait dengan beberapa faktor seperti mahalnya biaya
pelayanan kesehatan, banyak kasus penyakit kronik dan lansia,
sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, rural,
dan daerah yang penyebaran pelayanan kesehatan belum merata.
Dan keuntungannya, telenursing dapat menjadi jalan keluar
kurangnya jumlah perawat (terutama di negara maju), mengurangi
jarak tempuh, menghemat waktu tempuh menuju pelayanan
kesehatan, mengurangi jumlah hari rawat dan jumlah pasien di RS,
serta menghambat infeksi nosokomial.
2) Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada
luka.
Beberapa klinisi menganjurkan pemakaian tap water untuk mencuci
awal tepi luka sebelum diberikan NaCl 0,9 %. Hal ini dilakukan agar
kotoran-kotoran yang menempel pada luka dapat terbawa oleh aliran
air. Kemudian dibilas dengan larutan povidoneiodine yang telah
diencerkan dan dilanjutkan irigasi dengan NaCl 0,9%. Akan tetapi
pemakaian prosedur ini masih menimbulkan beberapa kontroversi
karena kualitas tap water yang berbeda di beberapa tempat dan
keefektifan dalam pengenceran betadine.
3) Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter. Ada beberapa
pendapat bahwa perawatan luka adalah kewenangan medis, akan
tetapi dalam kenyataannya yang melakukan adalah perawat sehingga
dianggap sebagai area abu-abu. Apabila ditinjau dari bebarapa

8
literatur, perawat mempunyai kewenangan mandiri sesuai dengan
seni dan keilmuannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan kerusakan integritas kulit.

3. Komunitas HIV/AIDS Di Indonesia


Komunitas Berbagi Hidup (KBH) adalah komunitas yang terdiri
atas orang dewasa dengan status ODHA dan anak-anak yang terpapar
HIV serta orang-orang yang peduli terhadap HIV-AIDS. Upaya
keseharian yang dilakukan adalah mempersiapkan mental para ODHA
dan anak-anak yang terpapar HIV untuk menyongsong hari depan
mereka..
Pada awal nya organisasi ini didirikan oleh para pemuda gereja
yang aktif dalam kegiatan di Komisi Pemuda PGI Wilayah DKI Jakarta.
Di bawah payung Komisi Pemuda PGI Wilayah DKI Jakarta, KBH
mampu merangkul kaum muda gereja untuk peduli terhadap kesulitan
hidup yang dihadapi para ODHA. Alhasil, kepedulian tersebut membawa
dampak positif di mana para ODHA merasakan sentuhan kasih dari KBH
karena KBH menerima mereka dengan tidak memberi stigma dan tidak
melakukan diskriminasi. Para ODHA merasa dihargai keberadaannya
sebagai manusia yang memiliki dejarat yang sama di mata Tuhan. Syukur
lah, hal itu tidak hanya dirasakan oleh para ODHA yang beragama
Kristen, tetapi juga mereka yang beragama lain. Di situlah KBH menjadi
organisasi yang bersifat lintas agama.
KBH tidak hanya melakukan kegiatan sosialiasi, penyampaian
informasi, dan edukasi tentang HIV/AIDS, tetapi juga telah menjangkau
kegiatannya dengan melakukan pendidikan dan pendampingan kepada
anak-anak yang terpapar HIV dan ODHA melalui kegiatan sekolah ceria.
Melalui dukungan dan kerjasama dengan RPK dan Lentera Anak Pelangi
dari Unika Atmajaya, Sekolah Ceria dapat dijalankan satu kali sebulandi
gedung RPK lantai 3. Sekolah Ceria sudah berjalan 2 tahun lebih sejak
2009 hingga 2012, tetapi pada 2011 mengalami kevakuman selama 1
tahun karena ada renovasi gedung RPK di lantai 3.

9
Banda Aceh, dalam sepuluh tahun terakhir sejak 2004 hingga
Oktober 2014, HIV/AIDS di Aceh mencapai 303 kasus. Dari jumlah
tersebut, 94 penderitanya meninggal dunia. Sedangkan kabupaten/kota
tertinggi terjangkitnya virus itu adalah Aceh Utara dengan 33 kasus,
disusul Aceh Tamiang 32 kasus, Bireuen dan Banda Aceh masing-
masing 27 kasus, dan Lhokseumawe 23 kasus.
Sekretaris Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Aceh, dr
Ormaia Nja’ Oemar MKes mengatakan, HIV/AIDS banyak terjadi akibat
penyimpangan seksual yang dilakukan lelaki saat bertugas di luar daerah
dan kemudian ditularkan ke istrinya melalui hubungan seksual. Sehingga,
virus itu tidak hanya berdampak pada istri tapi juga anak yang sedang
dikandung atau disusui.

10
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

HIV ( Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat


menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika
melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari
RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan
rumah, membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi. AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau efek
dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup.Virus
HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang
mematikan dan sangat berbahaya.Penyakit AIDS disebabkan oleh
melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya
dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh
Virus HIV
B. Saran

Hasil penulisan makalah ini memberikan informasi mengenai

perspektif dan trend serta issue keperawata HIV/AIDS. Sehingga asuhan

keperawatan kepada lansia dapat dimaksimalkan. Jika ditemukan

artikel/jurnal/sumber yang terbaru dengan kualitas penelitian yang lebih

baik maka makalah ini dapat di upgrade sebagai jurnal dalam ilmu

keperawatan HIV/AIDS.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam., Kurniawati &Ninuk Dian. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien


Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.
Widoyono.2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan pencegahan dan
pemberantasannya.. Jakarta: Erlangga Medical
Setiati, Siti. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta:
InternaPubishing.

12

Anda mungkin juga menyukai