OLEH:
rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
materinya.
dan pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-
hari
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
A. Simpulan.....................................................................................................16
B. Saran............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasien kritis dengan perawatan di ruang ICU (Intensive Care Unit)
memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi.Mengenali ciri-ciri dengan
cepat dan penatalaksanaan dini yang sesuai pada pasien beresiko kritis
atau pasien yang berada dalam keadaan kritis dapat membantu mencegah
perburukan lebih lanjut dan memaksimalkan peluang untuk sembuh
(Gwinnutt, 2006 dalam Jevon dan Ewens, 2009).Comprehensive Critical
Care Department of Health-Inggris merekomendasikan untuk memberikan
perawatan kritis sesuai filosofi perawatan kritis tanpa batas (critical care
without wall), yaitu kebutuhan pasien kritis harus dipenuhi di manapun
pasien tersebut secara fisik berada di dalam rumah sakit (Jevon dan
Ewens, 2009). Hal ini dipersepsikan sama oleh tim pelayanan kesehatan
bahwa pasien kritis memerlukan pencatatan medis yang
berkesinambungan dan monitoring penilaian setiap tindakan yang
dilakukan.Dengan demikian pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan
intensif oleh karena dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang
terjadi atau terjadinya penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya (Rab,
2007).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamanakah konsep dasar keperawatan kritis?
2. Bagaiaman perspektif keperawatan kritis?
3. Apa saja trend issue dalam keperawatan kritis?
4. Apa saja etik legal dalam keperawatan kritis?
5. Bagaimana tindakan caring dalam keperawatan kritis?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep dasar keperawatan kritis
2. Mengetahui perspektif keperawatan kritis
3. Mengetahui trend dan issue dalam keperawatan kritis
4. Mengetahui etik legal dalam keperawatan kritis
5. Mengetahui tindakan caring dalam keperawatan kritis
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
pertukaran gas, pola nafas tidak efektif, gangguan perfusi jaringan, lalu
dapat dilanjutkan dengan mengidentifikasi alternatif diagnosa keperawatan
untuk meningkatkan keamanan, kenyamanan (contoh: resiko infeksi, resiko
trauma/injury, gangguan rasa nyaman dan diagnosa keperawatan untuk
mencegah, komplikasi (contoh: resiko konstifasi, resiko gangguan integritas
kulit). Perencanaan tindakan mencakup 4(empat) umsur kegiatan yaitu
observasi/monitoring, terapi keperawatan, pendidikan dan tindakan
kolaboratif. Pertimbangan lain adalah kemampuan untuk melaksanakan
rencana dilihat dari keterampilan perawat, fasilitas, kebijakan dan standar
operasional prosedur. Perencanaan tindakan perlu pula diprioritaskan
dengan perencanaan ini adalah untuk membuat efisiensi sumber-sumber,
mengukur kemampuan dan mengoptimalkan penyelesaian
masalah.Ditujukan pada penerimaan dan adaptasi pasien secara konstan
terhadap status yang selalu berubah.
5. Intervensi
Semua tindakan dilakukan dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap
klien sesuai dengan rencana tindakan. Hal ini penting untuk mencapai
tujuan. Tindakan keperawatan dapat dalam bentuk observasi, tindakan
prosedur terntentu, tindakan kolaboratif dan pendidikan kesehatan. Dalam
tindakan perlu ada pengawasan terus menerus terhadap kondisi klien
termasuk evaluasi prilaku.
Ditujukan terapi gejala-gejala yang muncul pertama kali untuk pencegahan
krisis dan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama sampai dapat
beradaptasi dengan tercapainya tingkat kesembuhan yang lebih tinggi atau
terjadi kematian.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah kelima dalam proses keperawatan dan merupakan
dasar pertimbangan yang sistematis untuk menilai keberhasilan tindkan
keperawatan dan sekaligus dan merupakan alat untuk melakukan pengkajian
ulang dalam upaya melakukan modifikasi/revisi diagnosa dan tindakan.
Evaluasi dapat dilakukan setiap akhir tindakan pemberian asuhan yang
disebut sebagai evaluasi proses dan evaluasi hasil yang dilakukan untuk
5
menilai keadaan kesehatan klien selama dan pada akhir perawatan. Evaluasi
dicatatan perkembangan klien.
Dilakukan secara cepat, terus menerus dan dalam waktu yang lama untuk
mencapai keefektifan masing-masing tindakan/ terapi, secara terus-menerus
menilai kriteria hasil untuk mengetahui perubahan status pasien.Dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pasien kritis prioritas pemenuhan
kebutuhan tetap mengacu pada hirarki kebutuhan dasar Maslow dengan
tidak meninggalkan prinsip holistic bio-psiko-sosio dan
spritual.Keperawatan kritis harus menggunakan proses keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan :
a. Data akan dikumpulkan secara terus – menerus pada semua pasien yang
sakit kritis dimanapun tempatnya.
b. Indentifikasi masalah/kebutuhan pasien dan prioritas harus didasarkan
pada data yang dikumpulkan.
c. Rencana asuhan keperawatan yang tepat harus diformulasikan.
d. Rencana asuhan keperawatan harus diimplementasikan menurut prioritas
dari identifikasimasalah atau kebutuhan.
e. Hasil dari asuhan keperawatan harus dievaluasi secara terus – menurus.
7. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah catatan yang berisi data pelaksanaan tindakan
keperawatan atau respon klien terhadap tindakan keperawatan sebagai
petanggungjawaban dan pertanggunggugatan terhadap asuhan keperawatan
yang dilakukan perawat kepada pasien dari kebijakan.Dokumentasi
keperawatan merupakan dokumentasi legal dalam sistem pelayanan
keperawatan, karena melalui pendokumentasikan yang baik, maka informasi
mengenai keadaan kesehatan klien dapat diketahui secara
berkesinambungan.
B. Perspektif Keperawatan Kritis
Ilmu perawatan kritis adalah bidang keperawatan dengan suatu fokus pada
penyakit yang kritis atau pasien yang tidak stabil. Perawat kritis dapat
ditemukan bekerja pada lingkungan yang luas dan khusus, seperti departemen
keadaan darurat dan unit gawat darurat (Wikipedia, 2013). Keperawatan kritis
6
adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang menghadapi secara
rinci dengan manusia yang bertanggung jawab atas masalah yang mengancam
jiwa.Perawat kritis adalah perawat profesional yang resmi yang bertanggung
jawab untuk memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarga-keluarga
mereka menerima kepedulian optimal (American Association of Critical-Care
Nurses).
Kritis adalah penilaian dan evaluasi secaracermat dan hati-hati terhadap
suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan
keluar.Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang
keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia terhadap masalah
yang mengancam hidup.
Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan
pasien yang berkualitas tinggi dan konperhensif.Untuk pasien yang kritis,
waktu adalah vital. Proses keperawatan memberikan suatu pendekatan yang
sistematis, dimana perawat keperawatan kritis dapat mengevaluasi masalah
pasien dengan cepat.
Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan masalah yang
meliputi pengkajian, analisa, perencanaan ,implementasi, dan evaluasi. The
American Asosiation of Critical care Nurses (AACN) menyusun standar
proses keperawatan sebagai asuhan keperawatan kritikal.
C. Trend Dan Issue Keperawatan Kritis
Perkembangan yang pesat di bidang teknologi dan pelayanan kesehatan
cukup berkontribusi dalam mempersingkat waktu perawatan pasien di rumah
sakit.Using the Tele-ICU Care Delivery Model to Build Organizational
Performance, (Rufo, 2011). Merupakan paradigma baru dalam model
pemberian perawatan saat ini telah bergeser ke arah perbaikan kualitas hidup
pasien dan keamanan perawatan pasien. Tele-health terintegrasi adalah salah
satu contohnya. Dengan menggunakan perangkat mobile dan keahlian dari
dokter yang berpengalaman dapat dihubungkan ke lokasi terpencil, sehingga
pemberi asuhan keperawatan didaerah terpencil sekarang dapat menerima
bantuan untuk manajemen pasien secara langsung melalui metode ini. Tele-
ICU adalah salah satu contoh dari penerapan model teknologi yang
7
mempercepat pemecahan masalah klinis dan pengambilan keputusan,
sehingga mempercepat pemberian perawatan kritis dan akhirnya
meningkatkan hasil yang diharapkan. Konsep Tele-ICU memberikan manfaat
bagi tim perawatan untuk memperoleh kemudahan dalam pengawasan pasien
jarak jauh, tidak untuk mengendalikan atau mengganggu, tetapi untuk
mendukung dan meningkatkan kualitas perawatan. Saat pasien kritis keluarga,
tim ICU dan tele-ICU dapat berbagi pengalaman, berkolaborasi untuk
menemukan solusi, dan pemahaman melalui tele-ICU, serta belajar bagaimana
bersama tim dapat meningkatkan perawatan pasien
D. Etik Legal Keperawatan Kritis
Perawat ruang intensif atau kritis harus memberikan palayanan
keperawatan yang mencerminkan pemahaman akan aspek etika dan legal
kesehatan. Perawat ruang kritis harus bekerja sesuai dengan aturan yang ada
(standar rumah sakit / standar pelayanan maupun asuhan keperawatan).Etik
ditujukan untuk mengukur prilaku yang diharapkan dari manusia, sehingga
jika manusia tersebut merupakan suatu kelompok tertentu atau profesi tertentu
seperti profesi keperawatan, maka aturannya merupakan suatu kesepakatan
dari kelompok tersebut yang disebut kode etik.
Suatu pekerjaan sebagai seorang perawat rumah sakit ataupun bagian dari
staf pramedik tidak membuat perawat bisa menghindari tanggung jawab dan
kewajiban mematuhi hukum dalam setiap tindakan atau pelayanan
keperawatan yang dilakukan.Kumpulan hukum atau peraturan keperawatan
yang telah dikembangkan dikenal sebagai standar pelayanan keperawatan.
Standar pelayanan keperawatan ditentukan dengan pengambilan keputusan
akan tindakan profesional yang paling tepat dilakukan untuk mengatasi
masalah yang ada.Etika keperawatan merujuk pada standar etik yang
menentukan dan menuntun perawat dalam praktek sehari-hari (Fry, 1994)
1. Jujur terhadap pasien
2. Menghargai pasien
3. Beradvokasi atas nama pasien
Aspek advokasi dibagi menjadi 3 model yaitu:
8
a. Right protection Modelmerupakan peran perawat dalam menjaga hak
pasien selama mendapatkan perawatan
b. Value Based Decision Modelmerupakan peran perawat dalam
memberikan informasi pada pasien dalam proses pengambilan
keputusan
c. Respect for Persons Modelmerupakan peran perawat dalam menjaga
kehormatan dan privasi pasien dalam proses keperawatan (Jaya
Kuruvilla,Essentials of Critical Care Nursing,2007: 9)
E. Isu tentang legal dan etik keperawatan yang berkembang dalam
masyarakat saat ini.
1. Contoh Kasusnya :
Kelalaian dalam tindakan keperawatan , dimana tidak terpenuhi nya hak –
hak Klien, seperti hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan yang
maksimal dan bermutu. Kasus yang biasa terjadi adalah kesalahan pemberian
obat, hal ini dikarenakan begitu banyaknya jumlah obat yang beredar metode
pemberian yang bervariasi. Kelalaian yang sering terjadi, diantaranya
kegagalan membaca label obat, kesalahan menghitung dosis obat, obat
diberikan kepada pasien yang tidak tepat, kesalahan mempersiapkan
konsentrasi, atau kesalahan rute pemberian.Beberapa kesalahan tersebut akan
menimbulkan akibat yang fatal, bahkan menimbulkan kematian, dan sudah
menjadi kepercayaan masyarakat, kesalahan pemberian obat seperti ini akan
menjadi rahasia oleh perawat – perawat lain, demi menjaga hubungan
Kesejawatan antara anggota Profesi serta menjaga nama baik instansi
pelayanan kesehatan terkait.
Dalam contoh diatas, maka ditinjau dari beberapa komponen isu etik dan
Legal keperawatan, berdasarkan :
9
c. Advokasi : Perawat tidak membela atau mendukung hak – hak pasien.
Penyelesaian :
10
Pada pasien pasca bedah disarankanuntuk melakukan ambulasi.Perawat
secara drastis menganjurkan pasien melakukan mobilisasi berjalan,padahal
disaat itu pasien mengalami demam,denyut nadi cepat ,dan mengeluh nyeri
abdomen.Perawat melakukan ambulasi pada pasien sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah dibuat tanpa mengkaji terlebih dahulu kondisi
pasien .Pasien kemudian bangun dan berjalan,pasien mengeluh pusing dan
jatuh sehingga mengalami trauma kepala.
Penyelesaian :
Penyelesaian :
11
Seharusnya pasien juga menjaga kerahasiaan yang terjadi pada pasien, dan
menghormati haknya dalam menentukan kehidupannya.
12
a) Sentuhan berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan ini.
Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan
memberikan rasa aman kepada klien. Prosedur dilakukan secara hati-hati dan
atas pertimbangan kebutuhan klien.
b) Sentuhan pelayanan (caring)
Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan klien,
memijat punggung klien, menempatkan klien dengan hati-hati, atau terlibat
dalam pembicaraan (komunikasi non-verbal). Sentuhan ini dapat
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan klien, meningkatkan harga diri,
dan memperbaiki orientasi tentang kanyataan (Boyek dan Watson, 1994).
c) Sentuhan perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk
melindungi perawat dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan
perlindungan adalah mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga
dan mengingatkan klien agar tidak terjatuh.Sentuhan dapat menimbulkan
berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan secara bijaksana.
3. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan
merupakan kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan
perawat. Mendengarkan membantu perawat dalam memahami dan mengerti
maksud klien dan membantu menolong klien mencari cara untuk mendapatkan
kedamaian.
4. Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien.
Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat
keputusan klinis. Memahami klien merupakan pemahaman perawat terhadap
klien sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya. Pemahaman klien
merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga, antara klien dan perawat
terjalin suatu hubungan yang baik dan saling memahami.
5. Caring dalam spiritual
13
Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan
fisik seseorang. Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik, baik melalui
hubungan intrapersonal atau hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal
atau hubungan dengan orang lain dan lingkungan, serta transpersonal atau
hubungan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien dapat
memahami satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang
baik dengan melakukan hal seperti, mengerahkan harapan bagi klien dan
perawat; mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit, atau perasaan yang
diterima klien; membantu klien dalam menggunakan sumber daya sosial,
emosional, atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring menghubungkan
manusia dengan manusia, roh dengan roh.
6. Perawatan keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi
keperawatan sering bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi
informasi dengan perawat untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan.
Menjamin kesehatan klien dan membantu keluarga untuk aktif dalam proses
penyembuhan klien merupakan tugas penting anggota keluarga. Menunjukkan
perawatan keluarga dan perhatian pada klien membuat suatu keterbukaan yang
kemudian dapat membentuk hubungan yang baik dengan anggota keluarga
klien (Rangkuti, 2012).
Menurut Leddy & Pepper (1993), perilaku seorang perawat yang caring
terhadap klien, misalnya menjadi pendengar yang baik memberi arti bagi
pasien :bahwa pasien merasa dihargai oleh perawat dan perawat menaruh
perhatian kepada pasien. Tanpa menjadi pendengar yang baik, klien tidak
akan terbuka, merasa tidak dihargai, dan tidak akan puas. Dengan demikian
sikap care perawat saat berkomunikasi ialah :
1. Berhenti berbicara atau paling tidak berbicara apabila klien tidak berbicara
dan jangan memotong pembicaraan klien.
2. Menjauhkan distraksi.
3. Melihat klien pada saat berbicara.
4. Memerhatikan hal-hal yang utama.
14
5. Mengevaluasi bagaimana penerimaan pesan yang sudah diberikan.
6. Mengkaji apa yang diabaikan dalam komunikasi tersebut.
7. Mengevaluasi intensitas emosi yang ditunjukkan klien(Sitorus, 2009, p. 9).
Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan
memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien.
Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam
melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien
dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa
memberikan pelayanan kesehatan yang tepat.
Sikap perawat yang care akan membantu klien mengerti masalahnya
sehingga dapat mengatasinya. Hal itu dilakukan dengan mengidentifikasi
masalah dan penyebabnya bersama klien, menjelaskan kecenderungan yang
mungkin terjadi, menjelaskan tujuan berbagai tindakan, dan bertanggung
jawab atas asuhan klien. Sikap yang care juga akan menigkatkan kepercayaan
klien dan mengurangi kecemasan klien. Kedua hal tersebut dapat menguatkan
mekanisme koping klien sehingga memaksimalkan proses penyembuhan.
Perawat yang caring juga akan menghargai klien dengan menunjukkan
komitmennya untuk mengerti, menerima klien, dan meningkatkan
kemampuan klien untuk bertanggung jawab atas dirinya sehingga identitas diri
klien meningkat. Caring yang berarti memlihara (nurturing) dan membantu
orang lain menjadi komponen utama praktik keperawatan professional.
Caring dalam praktik keperawatan dapat dilakukan dengan
mengembangkan hubungan saling percaya antara perawat dan klien.
Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi
untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Perawat bertindak dengan cara
yang terbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan
klien. Ramah berarti penerimaan positif terhadap orang lain yang sering
diekspresikan melalui bahasa tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka,
ekspresi wajah, dan lain-lain.
Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan
biofisik, psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan
kebutuhan yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat
15
yang selanjutnya. Perawat juga harus memberikan informasi kepada klien.
Perawat bertanggungjawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Perawat kritis adalah perawat profesional yang resmi yang
bertanggung jawab untuk memastikan pasien dengan sakit kritis dan
keluarga-keluarga mereka menerima kepedulian optimal (American
Association of Critical-Care Nurses). Perkembangan yang pesat di
bidang teknologi dan pelayanan kesehatan cukup berkontribusi dalam
mempersingkat waktu perawatan pasien di rumah sakit. Dengan
menggunakan perangkat mobile dan keahlian dari dokter yang
berpengalaman dapat dihubungkan ke lokasi terpencil, sehingga
pemberi asuhan keperawatan didaerah terpencil sekarang dapat
menerima bantuan untuk manajemen pasien secara langsung melalui
metode ini. Tele-health terintegrasi adalah salah satu contohnya.
B. Saran
dengan kualitas penelitian yang lebih baik maka makalah ini dapat di
16
G. SOAL
17
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/243508922/Bab-II-Prespektif-Kep-Kritis#scribd (Dia
kses tanggal 9/9/2015)
Laura A. 1997. Pengkajian Keperawatan Kritis Edisi: 2. Jakarta: EGC
Morton, Patricia Gonce, dkk. 2011. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan
Holistik. Jakarta: EGC
Tabrani. 2007. Agenda gawat darurat (Critical Care). P. T Alumni: Bandung
2014. Critical Care Nursing.
Http://www.en.wikipedia.org/wiki/Critical_care_nursing (Diakses tanggal
9/9/2015)
https://www.academia.edu/17473705/KONSEP_CARING
18