DISUSUN OLEH
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT , Atas rahmat dan berkahnya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “penyakit pneumonia pada balita ” tepat pada waktunya, dalam
penyusunan study case ini penulis mendapat banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh,
dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang
dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai
penyakit. Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius
yang disebut Acquaired immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang diakibatkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), yakni
retrovirus yang menyerang dan merusak sel-sel limfosit T-helper (CD4+) sehingga sistem
imun penderita turun dan rentan terhadap berbagai infeksi dan keganasan (Grant et al., 2017).
penyakit yang paling sering ditemukan pada penderita AIDS adalah sejenis radang paru-
paru yang langka, yang dikenal dengan nama pneumocystis carinii pneumonia (PCP), dan
sejenis kanker kulit yang langka yaitu kaposi’s sarcoma (KS). Biasanya penyakit ini baru
muncul dua sampai tiga tahun setelah penderita didiagnosis mengidap AIDS.Seseorang yang
telah terinfeksi HIV belum tentu terlihat sakit. Secara fisik akan sama dengan orang yang
tidak terinfeksi HIV (depkes, 2010).
HIV (human immunodeficiency virus) merupakan virus yang merusak sistem kekebalan
tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang
dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai
penyakit. ifeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius
yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah stadium akhir
dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang
sepenuhnya. HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan pathogen yang menyerang
sistem imun manusia, terutama semua sel yang memiliki penenda CD 4+ dipermukaannya
seperti makrofag dan limfosit T. (Kapita Selekta, 2014).
HIV adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS virus ini dikemukakan oleh
Montagnier, seorang ilmuan perancis (institute pasteur, paris 1983), Yang mengisolasi virus
dari seseorang penderita dengan gejala limfadenopati, sehingga pada waktu ditemukan
lymphodenophaty associated virus (LAV)(Tjokronegoro, 2003). HIV termasuk keluarga virus
retro, yaitu virus yang memasukkan materi ginetiknya dalam sel tuan rumah ketika
melakukan infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang
kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro-virus dan kemudian
melakukan replika (riono, 1999).
Secara struktural morfologinya, virus HIV sangat kecil sama halnya dengan virus-
virus lain, bentuk virus HIV terdiri atas sebuah silinder yang dikelilingi pembungkus lemak
yang melingkar-melebar. Dan pada pusat lingkaran terdapat untaian RNA atau ribonucleic
acid. Bedanya virus HIV dengan virus lain, HIV dapat memproduksi selnya sendiri dalam
cairan darah manusia, yaitu pada sel darah putih. Sel-sel darah putih yang biasanya dapat
melawan segala virus, lain halnya dengan virus HIV, virus ini justru dapat memproduksi sel
sendiri untuk merusak sel darah putih (Harahap, 2008: 42).
HIV dapat menyebabkan sistem imun mengalami beberapa kerusakan dan
kehancuran, lambatlaun sistem kekebalan tubuh manusia menjadi lemah atau tidak memiliki
kekuatan pada tubuhnya, maka pada saat inilah berbagai penyakit yang dibawa virus, kuman,
dan bakteri sangat mudah menyerang seseorang yang sudah terinfeksi HIV. Kemampuan HIV
untuk tetap tersembunyi inilah yang menyebabkannya virus ini tetap ada seumur hidup,
bahkan dengan pengobatan yang efektif (Gallant, 2010: 16).
terdapat 2 tipe HIV yang dibedakan secara genetik yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 adalah
virus yang umum ditemukan diseluruh belahan dunia baik di Afrika, Amerika, Eropa dan
Asia. HIV-1 di-klasifikasikan dalam tiga grup filogenetik utama, yaitu: grup M, N dan O
.Grup M dibagi lagi menjadi 9 subtipe filogenetik yaitu subtipe A, B, C, D, F, G, H, J dan K.
sedangkan tipe 2 (HIV-2), menyebabkan penyakit yang serupa dengan HIV-1. Namun
Patogenesisnya lebih rendah dibandingkan dengan HIV-1 (Mandal at. al, 2008).
AIDS (Acquired Immnune Deficiency Syndrome) adalah tahap lanjut
dari infeksi HIV yang menyebabkan beberapa infeksi lainnya. Virus akan
memperburuk sistem kekebalan tubuh dan penderita HIV/AIDS akan berakhir
dengan kematian dalam waktu 5-10 tahun kemudian jika tanpa pengobatan yang
cukup. (Najmah, 2016).
AIDS merupakan sumber penyakit yang ditimbulkan oleh virus HIV. AIDS
berasal dari benua Afrika dan merupakan suatu penyakit menular yang dengan
cepat menyebar ke seluruh dunia, terutama melalui hubungan seksual. Sampai saat
ini belum diketahui ada vaksin maupun obat yang dapat menanggulangi penyakit
ini, angka kematian AIDS ini sangat tinggi hampir semua penderita penyakit
meninggal dunia dalam waktu lima tahun sesudah menunjukkan gejala pertama(Saydam,
2012).
AIDS adalah singkatan Acquired Immuno Defficiency Syndrome, yang berarti
sindroma (kumpulan gejala) akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang
didapat (bukan penyakit keturunan). AIDS kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh
menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi HIV. HIV cenderung
menyerang jenis sel tertentu, terutama sekali sel darah putih limfosit T4 yang
memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem
kekebalan tubuh. Selain limfosit T4, HIV dapat juga menginfeksi sel Langerhans
pada kulit, menginfeksi kelenjar limfe, alveoli paru-paru, retina, serviks uteri dan
otak. Virus yang masuk ke dalam limfosit T4 kemudian mengadakan replikasi sehingga
menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri. HIV juga
mempunyai tat, yaitu salah satu dari sejumlah gen yang dapat mengatur replikasi
maupun pertumbuhan sel yang baru. Tat dapat mempercepat replikasi virus
sedemikian hebatnya sehingga terjadi penghancuran limfosit T4 secara besarbesaran
yang pada akhirnya menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi turun
atau lemah. Penurunan sistem kekebalan tubuh ini menyebabkan timbulnya
berbagai infeksi oportunistik dan keganasan kondisi ini disebut AIDS (Pinem, 2012).
2.2 Etiologi
HIV ialah retrovirus yang disebut lymphadenophaty associated virus (LAV)
atau human T-cell leukemia virus 111 (HTLV-111) yang juga disebut human T-cell
lymphotrophic virus (retrovirus). LAV ditemukan oleh Montagnier dkk pada tahun 1983 di
Prancis, sedangkan HTLV-111 ditemukan oleh Gallo di Amerika Serikat pada tahun
berikutnya. Virus yang sama ini ternyata banyak ditemukan di Afrika Tengah. Sebuah
penelitian pada 200 monyet hijau afrika, 70% dalam darahnya mengandung virus tersebut
tanpa menimbulkan penyakit. Nama lain virus tersebut adalah HIV.
HIV terdiri atas HIV-1 dan HIV-2 terbanyak karena HIV-1 terdiri atas dua untaian
RNA dalam inti protein yang dilindungi envelope lipid asal sel hospes. Virus AIDS bersifat
limpotropik khas dan mempunyai kemampuan untuk merusak sel darah putih spesifik yang
disebut limfosit T-helper atau limfosit pembawa factor T4 (CD4). Virus ini dapat
mengakibatkan penurunan jumlah limfosit T-helper secara progresif dan menimbulkan
imunodefisiensi, yang selanjutnya terjadi infeksi sekuder atau oportunistik oleh kuman,
jamur, virus, dan parasit serta neoplasma. Sekali virus AIDS menginfeksi seseorang, virus
tersebut akan berada dalam tubuh korban seumur hidup. Badan penderita akan mengalami
reaksi terhadap invasi virus AIDS dengan jalannya membentuk antibody spesifik, yaitu
antibody HIV yang agaknya tidak dapat menetralisasi virus tersebut dengan cara yang biasa
sehingga penderita merupakan individu yang infektif dan berbahaya yang dapat menularkan
virusnya pada orang lain disekelilingnya. Kebanyakan orang yang terinfeksi oleh virus AIDS
hanya sedikit yang menderita sakit atau sama sekali tidak sakit, akan tetapi hanya pada
beberapa orang perjalanan sakit dapat berlangsung dan berkembang menjadi AIDS yang full-
blown.. (Manan 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Arriza, B. K., Dewi, E. K., & Kaloeti, D. V. S. (2011). Memahami rekonstruksi kebahagiaan
pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Jurnal Psikologi Undip, 10,(2).
Octavianty, L., Rahayu, A., Rosadi, D., & Rahman, F. (2015). Pengetahuan, Sikap dan
Pencegahan HIV/AIDS Pada Ibu Rumah Tangga. KEMAS: Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 11(1), 53-58.
Setiati, Siti. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta:
InternaPubishing.