PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Typhoid merupakan permasalahan kesehatan penting dibanyak negara
berkembang. Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini
tiap tahunnya. DiIndonesia diperkirakan insiden demam typhoid adalah 300 –
810 kasus per 100.000 penduduk pertahun, dengan angka kematian 2%. Demam
typhoid merupakan salah satu dari penyakitinfeksi terpenting. Penyakit ini di
seluruh daerah di provinsi ini merupakan penyakit infeksiterbanyak keempat
yang dilaporkan dari seluruh 24 kabupaten. Di Sulawesi Selatan
melaporkandemam typhoid melebihi 2500/100.000 penduduk (Sudono,
2006).Demam tifoid atau typhus abdominalls adalah suatu infeksi akut yang
terjadi pada ususkecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi.
Typhi dengan masa tunas 6-14 hari.Demam tifoid yang tersebar di seluruh
dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan peroranganyang buruk merupakan
sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalahbaik. Di
Indonesia penderita Demam Tifoid cukup banyak diperkirakan 800 /100.000
penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang
tahun, tetapi terutama padamusim panas. Demam tifoid dapat ditemukan pada
semua umur, tetapi yang paling sering padaanak besar, umur 5- 9 tahun dan laki-
laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan 2-3: 1.12 Penularan
dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai
dapatmengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang
dikonsumsi kurangbersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid bila
terdapat demam terus-menerus lebihdari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan
obat demam dan diperkuat dengan kesan anak baring pasif, nampak pucat, sakit
perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari (BahtiarLatif, 2008).
1
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana konsep dasar penyakit dan konsep dasar asuhan keperawatan
typoid fever pada anak?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui seluk beluk tentang demam thypoid pada para pembaca
sehingga dapat menjadi referensi untuk pembelajaran atau upaya preventif
mencegah penyakit demam thypoid.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai berbagai hal yang
berhubungan dengan penyakit demam thypoid untuk diusahakan mencari
data-data beserta pemecahanya kemudian mencocokan berdasarkan teori
yang telah diperoleh dari kuliah maupun literature.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Demam typhoid (typoid fever) adalah penyakit infeksi yang biasanya
mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih dari 1 minggu,
gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyakit infeksi dari
salmonella (salmonellosis) ialah segolongan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh sejumlah besar spesies yang tergolong dalam genus
salmonella, biasanya mengenai saluran pencernaan (Hasan & Alatas, 1991),
pertimbangkan demam tifoid pada anak yang demam dan memiliki salah satu
tanda seperti diare (konstipasi), muntah, nyeri perut, dan sakit kepala (batuk).
Hal ini terutama bila demam telah berlangsung selama 7 hari atau lebih dan
penyakit lain sudah disisihkan (WHO,2005)
2. Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella
paratyphi dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif,
tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagela (bergerak
dengan rambut getar). Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di
alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri ini dapat mati
dengan pemanasan (suhu 600C) selama 15 – 20 menit, pasteurisasi,
pendidihan dan khlorinisasi (Rahayu E., 2013).
3
Manusia terinfeksi Salmonella typhi secara fekal-oral. Tidak selalu
Salmonella typhi yang masuk ke saluran cerna akan menyebabkan infeksi
karena untuk menimbulkan infeksi, Salmonella typhi harus dapat mencapai
usus halus. Salah satu faktor penting yang menghalangi Salmonella typhi
mencapai usus halus adalah keasaman lambung. Bila keasaman lambung
berkurang atau makanan terlalu cepat melewati lambung, maka hal ini akan
memudahkan infeksi Salmonella typhi (Salyers dan Whitt, 2002).
formaldehid.
atau pili dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu
4
protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap
5
3. Patofisiologi
6
menyebabkan endotoksin meningkat dan kuman merusak hepar sehingga
terjadi SGOT / SGPT meningkat. Kuman yang mencapai hipotalamus akan
menekan system syaraf termoregulator menyebabkan hipertermi sehingga
klien cepat lelah menjadi intoleransi aktifitas. Selain itu kuman pada organ
intestinal menyebabkan perdarahan usus, peritonitis sedangkan di
ekstraintestinal menyebabkan pneumoni serta meningitis.
Phatway
7
4. Manifestasi Klinik
Menurut Ngastiyah (2005: 237), typoid pada anak biasanya lebih ringan
daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi
terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari.
Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak
badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian
menyusul gejala klinis yang biasanya ditemukan, yaitu:
3. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten
dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur
naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan
malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.
5. Gangguan Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang
terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan). Gejala lain yang juga dapat ditemukan, pada
punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik
kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada
minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan
epistaksis.
6. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam typoid, akan tetap
berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu
8
badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps
terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat
dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan leukosit
c. Biakan darah
9
baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia
berlangsung.
d. Uji Widal
10
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari
flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal
dari simpai kuman)
6. Komplikasi
11
6) Tulang: Osteomielitis, periostitis, epondilitis, dan arthritis.
7) Neuropsikiatrik: Delirium, meningiemus, meningitis, polinefritis,
perifer, sindrom guillan-barre, psikosis dan sindrom katatonia.
Pada anak-anak dengan demam paratefoid, komplikasi lebih jarang
terjadi. Komplikasi lebih sering terjadi pada keadaan tak semua
berat dan kelemahan umum, bila perawatan pasien kurang
sempurna.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksaan anak dengan demam tifoid menurut WHO (2005) adalah:
a. Obati dengan kloramfenikol (50-100 mg/kg BB/ hari dibagi dalam 4 dosis
per oral atau intravena) selama 10-14 hari, tetapi untuk bayi muda perlu
dipertimbangkan secara lebih spesifik;
b. Apabila tidak diberikan kloramfenikol, dipakai amoksilin 100 mg/kg BB/
hari per oral atau ampisilin intravena selama 10 hari, atau kotrimoksazole
48 mg/ kgBB/ hari (dibagi 2 dosis) per oral selama 10 hari
c. Apabila kondisi klinis tidak ada perbaikan, gunakan generasi ketiga
sefalosporin seperti sefriakson (80 mg/kg IM atau IV, sekali sehari selama
5-7 hari) atau seiksim oral (20 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 10
hari). Perawatan penunjang di lakukan bila anak demam ( >39 oC),
berikan paracetamol dan lakukan pemantauan terhadap tanda komplikasi.
B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan
diagnosa medik.
b. Keluhan utama
12
Keluhan utama berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,
pusing dan kurang bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama
selama masa inkubasi).
c. Suhu tubuh. Pada kasus pada kasus yang khas, demam berlangsung
selama 3 minggu, bersifat febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali.
Selama minggu pertama, suhu tubuh akan berangsur angsur membaik
setiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada
sore dan malam hari. Pada minggu ke dua, pasien terus berada dalam
keadaan demam. Saat minggu ke tigasuhu berangsur turun dan normal
kembalimpada akhir minggu ke tiga.
d. Kesadaran. Umumnya kesadaran pasien menurun walauopun tidan
seberapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen: jarang terjadi stupor,
koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat mendapat
pengobatan). Selain gejala-gejala tersebut, ,mungkin dapat di temukan
gejala lainnya. Seperti pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan
raseola (bintik-bintik kemerahan karena emboli kapiler kulit yang dapatdi
temukan pada minggu pertama demam), kadang ditemukan juga
bradikardi dan eptistaksis pada anak yang lebih besar.
e. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan
muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak
makan sama sekali.
2) Pola eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama.
Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna
urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam thypoid
terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar
dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan
tubuh.
13
3) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar
tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
4) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
5) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit
anaknya.
6) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan
umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham
pada klien.
7) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di
rumah sakit dan klien harus bed rest total.
8) Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan nampak cemas
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 410C,
muka kemerahan.
2) Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
3) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan
gambaran seperti bronchitis.
4) Sistem kardiovaskuler
14
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin
rendah.
5) Sistem integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak
kusam
6) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas),
mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak
enak, peristaltik usus meningkat.
7) Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi
lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut
kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
2. Diagnosa keperawatan
a. Hipertemia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thyposa
b. Resiko deficit volume cairan beerhubungan dengan pemasukan yang
kurang, mual, muntah/pegeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh
c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia atau
output yang berlebihan akibat diare
d. Gangguan pola defeksi: diare berhubungan dengan proses peradangan
pada dinding usus halus
e. Resiko tinggi trauma fisik berhubungan dengan gangguan mental,
delirium/psikosis
f. Perubahan pola defeksi: konstipasi berhubungan dengan proses
peradangan pada dinding usus halus
15
3. Rencana Keperawatan
N DIAGNOSA NOC NIC
O
1 Hipertemia Thermoregulation Fever Treatment
berhubungan Kriteria Hasil: a. Monitor suhu
dengan proses a. Suhu tubuh dalam sesering mungkin
infeksi rentang normal b. Monitor IWL
salmonella b. Nadi dan RR c. Monitor warna dan
thyposa dalam rentang suhu kulit
normal d. Monitor tekanan
Definisi: suhu c. Tidak ada darah, nadi dan RR
tubuh naik di perubahan warna e. Monitor penurunan
atas rentang kulit dan tidak ada tingkat kesadaran
normal pusing, merassa f. Monitor WBC, Hb,
nyaman dan Hct
g. Monitor intake dan
output
h. Kolaborasi
pemberian anti
piretik
i. Berikan
pengobatan untuk
mengatasi
penyebab demam
j. Selimuti pasien
k. Lakukan tepid
sponge
l. Kolaborasi dengan
dokter mengenai
pemberian cairan
intravena sesuai
program
m. Kompres pasien
pada lipat paha dan
aksila
n. Tingkatkan
sirkulasi udara
o. Berikan
pengobatan untuk
mencegah
terjadinya
menggigil.
16
Temperature
Regulation
a. Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
b. Rencanakan
monitoring suhu
secara continue
c. Monitor TD, nadi
dan RR
d. Monitor warna dan
suhu kulit
e. Monitor tanda-
tanda hipertermi
dan hipotermi
f. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
g. Selimuti pasien
cara mencegah
keletihan akibat
panas
h. Diskusikan tentang
pentingnya
pengaturan suhu
dan kemungkinan
efek negative dari
kedinginan.
i. Beritahukan
tentang indikasi
terjadinya keletihan
dan penanganan
emergency yang
diperlukan
j. Ajarkan indikasi
dari hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
k. Berikan anti piretik
jika perlu.
17
b. Catat adanya
flultuasi
tekanan darah
c. Monitor VS
pasien saat
pasien
berbaring,
duduk, atau
berdiri
d. Auskultasi TD
pada kedua
lengan an
bandingkan
e. Monitor TD,
Nadi, Suhu,
dan RR,
sebelum,
selama, dan
setelah aktivitas
f. Monitor
kualitas dari
nadi
g. Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan
h. Monitor
sianosis perifer
i. Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
j. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
18
pemasukan yang Kriteria Hasil: b. Pertahankan
kurang, mual, a. Mempertahankan catatan intake
muntah/pegeluar urine output sesuai dan output yang
an yang dengan usia dan BB, akurat
berlebihan, diare, BJ urine normal, HT c. Monitor status
panas tubuh normal hidrasi
b. Tekanan darah, nadi (kelembaban
Definisi: suhu tubuh dalam bats membrane
penurunan cairan normal mukosa, nadi
intavaskuler, c. Tidak ada tanda-tanda adekuat, tekanan
interstisial, dan dehidrasi, elastisitas darah ortostatik)
atau intrasellular. turgor kulit baik, jika diperlukan
Ini mengarah ke membrane mukosa d. Monitor vital
dehidrasi, lembab, tidak ada rasa sign
kehilangan haus yang berlebihan. e. Monitor
cairan dengan masukan
pengeluaran makanan/cairan
sodium dan hitung
intake kalori
harian
f. Lakukan terapi
IV
g. Monitor status
nutrisi
h. Berikan cairan
i. Berikan cairan
IV pada suhu
suhu ruangan
j. Dorong
masukan oral
k. Berikan
penggantian
nasogatrikk
sesuai output
l. Dorong
keluarga untuk
membantu
pasien makan
m. Tawarkan snack
(jus buah, buah
segar)
n. Kolaborasi
dokter jika tanda
cairan
19
berlebihan
muncul
memburuk
o. Atur
kemungkinan
tranfusi
p. Persiapan untuk
tranfusi
20
makanan harian.
i. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
j. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
k. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam
batas normal
b. Monitor adanya
penurunan berat
badan
c. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
d. Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan
e. Monitor lingkungan
selama makan
f. Jadwalkan
pengobatan dan
perubahan
pigmentasi
g. Monitor turgor kulit
h. Monitor
kekeringan, rambut
kusam, dan mudah
patah
i. Monitor mual dan
muntah
j. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
21
k. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
l. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
m. Monitor kalori dan
intake nutrisi
n. Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
o. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
22
i. Hubungi dokter jika
ada kenanikan
bising usus
j. Instruksikan pasien
untukmakan rendah
serat, tinggi protein
dan tinggi kalori jika
memungkinkan
k. Instruksikan untuk
menghindari
laksative
l. Ajarkan tehnik
menurunkan stress
m. Monitor persiapan
makanan yang aman
23
pasien.
g. Membatasi
pengunjung
h. Memberikan
penerangan yang
cukup
i. Menganjurkan
keluarga untuk
menemani pasien.
j. Mengontrol
lingkungan dari
kebisingan
k. Memindahkan
barang-barang yang
dapat
membahayakan
l. Berikan penjelasan
pada pasien dan
keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit.
24
usus/peritonitis
f. Jelaskan etiologi
dan rasionalisasi
tindakan
terhadap pasien
g. Identifikasi
faktor penyebab
dan kontribusi
konstipasi
h. Dukung intake
cairan
i. Kolaborasikan
pemberian
laksatif
25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Demam typhoid (typoid fever) adalah penyakit infeksi yang biasanya
mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih dari 1 minggu,
gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyakit infeksi dari
salmonella (salmonellosis) ialah segolongan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh sejumlah besar spesies yang tergolong dalam genus salmonella, biasanya
mengenai saluran pencernaan (Hasan & Alatas, 1991),
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella
paratyphi dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif,
tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagela (bergerak
dengan rambut getar). Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam
bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan
pemanasan (suhu 600C) selama 15 – 20 menit, pasteurisasi, pendidihan dan
khlorinisasi (Rahayu E., 2013).
B. SARAN
1. Bagi penyusun, agar lebih giat lagi dalam mencari referensi-referensi dari
sumber rujukan, karena dengan semakin banyak sumber yang di dapat
semakin baik makalah yang dapat disusun.
2. Bagi Institusi, agar dapat menyediakan sumber-sumber bacaan baru,
sehingga dapat mendukung proses belajar mengajar.
3. Bagi pembaca, agar dapat memberikan masukan yang bersifat membangun
demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.
26
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan keperawatan bayi dan anak (untuk perawat dan bidan)
Edisi 1.
Jakarta: Salemba Medika
Herdman t. Heather. 2010. Diagnosis keperawatan. Jakarta : egc
Wong, dona l. 2008. Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta : egc
Sodikin, 2011. Asuhan keperawatan anak: Gangguan system gastrointestinal dan
hepatobilier. Jakarta: salemba medika
NANDA. 2010. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009 - 2011.
Jakarta: EGC
NANDA. 2012. Diagnose keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:
EGC
Riyadi Sujono, Suharsono.2010. Asuhan Keperawatan Anak Pada Sakit. Yogyakarta:
Gosyen Publishing
27