Di susun oleh :
GERINA WIRDAYANTI
RINI PUSPITA ANGGRAINI
TINGKAT : II D
Dosen Pebimbing : Rehana, S.pd., M.Kes
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya jualah kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini selain sebagai pemenuhan tugas
keperawatan anak pemunuhan nilai perbaikan juga sebagai informasi tambahan bagi mahasiswa
dan mahasisiwi mengenai Konsep perspektif keperawatan anak.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada guru pembimbing mata kuliah keperawatan
anak ibu Rehana yang telah membantu kami dan membimbing kami dalam penyusunan makalah
ini. Selanjutnya kepada kakak-kakak tingkat 2 dan teman-teman yang senantiasa memberikan
dukungannya kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Sebagai penulis kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Kritik dan saran yang
bersifat membangun akan kami pertimbangkan dengan sebaik-baiknya demi kesempurnaan
makalah ini dimasa mendatang.Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca,Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Cover Depan
...........................................................................................
Kata Pengantar
........................................................................................... 2
Daftar Isi
...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
-
Latar Belakang
...........................................................................................
Tujuan
...........................................................................................
...........................................................................................
.............................................................................. 7
...............................................................................
................................................................................ 9
............................................. 10
................................................................... 11
................................................................... 12
................................................................... 12
...................................................................
29
.................................................................. 31
.................................................................
37
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar. Anak sebagai
klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai mahluk unik yang
memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa.
Setiap perawat perlu memahami perspektif keperawatan anak sehingga dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada anak selalu berpegang pada prinsip perawatan anak. Perspektif
keperawatan anak merupakan landasan berpikir bagi seorang perawat anak dalam melaksanakan
pelayanan keperawatan terhadap klien anak maupun keluarganya. Isi bahasan perspektif
keperawatan anak mencakup perkembangan keperawatan anak, falsafah keperawatan anak, dan
peran perawat anak.
Untuk dapat memahami perkembangan keperawatan anak, kita diajak untuk mempelajari
evolusi kesehatan anak dan keperawatan anak.
Sebelum abad ke-19 : kesehatan anak kurang mendapat perhatian dari berbagai pihak,jumlah
tenaga kesehatan terutama dokter dan bidan sangat sedikit sementara epidemic terjadi dibanyak
tempat dan tidak ada kontrol
B. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Dasar dan Perspektif Keperawatan Anak
A. Pengertian Anak
Menurut UU RI No. IV th 1979 ttg kesejahteraan anak, disebutkan bahwa anak adalah
seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah Sedangkan menurut UU RI
No. I th 1974 Bab IX ps 42 disebutkan bahwa anak yang sah adalah yang dilahirkan dalam atau
sebagai perkawinan yang sah.
Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian anak adalah
seseorang yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah yang belum mencapai usia
21 tahun dan belum menikah.
B. Prinsip Keperawatan Anak
Dalam keperawatan anak, perawat harus mengetahui bahwa prinsip keperawatan anak
adalah:
a. Anak bukan miniatur orang dewasa.
b. Anak sebagai individu unik & mempunyai kebutuhan sesuai tahap perkembangan.
c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada pencegahan & peningkatan derajat kesh, bukan
mengobati anak sakit.
d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan anak
sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif dalam memberikan askep anak.
e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak & keluarga untuk mencegah,
mengkaji, mengintervensi & meningkatkan kesejahteran dengan menggunakan proses
keperawatan yang sesuai dengan moral (etik) & aspek hukum (legal).
f. Tujuan keperawatan anak & remaja adalah untuk meningkatkan maturasi / kematangan.
g. Berfokus pada pertumbuhan & perkembangan.
C. Tujuan Keperawatan Anak
Mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan serta tingkat kesehatan anak setinggi
mungkin yang bisa dicapai oleh setap anak dalam sistem keluarga.
Optimal: pencapaian yang tertinggi yang bisa dicapai setiap anak pada setiap aspek tumbuh
kembangnya (kemandirian dan bergaul, motorik halus, berbahasa dan bernalar serta motorik
kasar).
Untuk mencapai tujuan tersebut: keperawatan memandang fenomena/paradigma keperawatan
manusia, lingkungan, sehat keperawatan seecara spesifik.
D. Filosofi Keperawatan Anak
Keyakinan atau pandangan yang dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
kepada anak yang berfokus pada keluarga (family centerede care), pencegahan terhadap trauma
(atraumatic care) dan manajemen kasus.
1. Konsep dasar Family Centerede care
Memberdayakan (enable)
Perawat menciptakan kesempatan dan cara bagi semua anggota keluarga untuk
menampilkan kemampuan dan keterampilan yang ada dan untuk mendapatkan
5
kemampuan dan keterampilan baru yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan anak
dan keluarga.
Memperkokoh
Interaksi perawat dengan keluarga yang sedemikian rupa sehingga keluarga
mempertahankan/mendapatkan perasaan mengontrol kehidupannya dan aspek
perubahan positif sebagai hasil dari perilaku perbantuan.
Peran perawat: Mendukung dan memperkokoh kemampuan keluarga untuk
memelihara dan meningkatkan perkembangan anggotanya.
Orangtua diperlakukan sebagai mitra sejajar dengan perawat dan mempunyai peran
dalam memutuskan apa yang penting bagi dirinya dan keluarga.
Kemitraan mengimplikasikan bahwa mitra merupakan kemampuan yang menjadi
lebih mampu dengan cara berbagi ilmu, keterampilan dan sumber hubungan kemitraan
ini menguntungkan semua pihak.
Kolaborasi dipandang sebagai suatu rentang.
Perawat bisa membantu keluarga termasuk keluarga dengan riwayat masih pribadi.
4. Atraumatic Care
Pemberian asuhan pelayanan terapeutik pada setting, personal dan intervensi yang digunakan
untuk mengurangi atau meminimalkan distress psikologis dan fisik yang dialami anak yang
sakitdan keluarganya pada sistem pelayanan kesehatan.
Tujuan utama pemberian atraumatic care :
Mencegah atau menekan perpisahan anak dari keluarga
Mencegah atau mengurangi cedera tubuh dan nyeri
6
Lingkungan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kondisi sehat maupun sakit serta status
kesehatan. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan berupa lingkungan Internal
dan lingkungan external . Lingkungan Internal yang mempengaruhi kesehatan seperti tahap
perkembangan, latar belakang intelektual, persepsi terhadap fungsi fisik, faktor Emosional, dan
spiritual. SEdangkan lingkungan external yang mempengaruhi status kesehatan antara lain
keluarga, sosial ekonomi, budaya.
d. Keperawatan
Merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif meliputi biologi,
psikologis, social dan spiritual yang ditujukan pada individu, keluarga, masyarakat dan
kelompok khusus yang mengutamakan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
yang diberikan dalam kondisi sehat maupun sakit.
Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga merupakan sasaran dalam
pelayanan keperawatan Sehingga perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan harus
memandang anak sebagai individu yang unik yang memiliki kebutuhan tersendiri sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangannya.
F. Ruang Lingkup Keperawatan Anak
Dalam memberikan askep pada anak harus berdasarkan kebutuhan dasar anak yaitu :
kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan seperti asuh, asih dan asah.
1. Kebutuhan asuh
Kebutuhan dasar ini merupakan kebutuhan fisik yang harus dipenuhi dalam pertumbuhan dan
perkembangan. Kebutuhan ini dapat meliputi kebutuhan akan nutrisi atau gizi, kebutuhan
pemberian tindakan keperawatan dalam meningkatkan dan mencegah terhadap penyakit,
kebutuhan perawatan dan pengobatan apabila anak sakit, kebutuhan akan tempat atau
perlindungan yang layak dan lain-lain.
2. Kebutuhan asih
Kebutuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang pada anak atau memperbaiki
psikologi anak.
3. kebutuhan asah
kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pada anak, untuk mencapai
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dan sesuai dengan usia tumbuh kembang.
G. Peran Perawat Anak
a. Pemberi perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan kepada individu,
keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah yang terjadi mulai dari masalah
yang bersifat sederhana sampai yang kompleks. Contoh peran perawat sebagai pemberi
perawatan adalah peran ketika perawat memenuhi kebutuhan dasar seperti memberi makan,
membantu pasien melakukan ambulasi dini.
b. Sebagai Advocat keluarga
Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien dan keluarga
dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan daninfo rmasi yang
diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya. Peran perawat sebagai advocate keluarga dapt ditunjukkan dengan
memberikan penjelasan tentang prosedur operasi yang akan di lakukan sebelum pasien
melakukan operasi.
8
c. Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan kepada
klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya. Salah satu aspek yang perlu
diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku
merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai
pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan
tentang penanganan diare merupakan salah satu contoh peran perawat sebagai pendidik ( health
educator ).
d. Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap
keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan dasar dalam
perencanaan tindakan keperawatan. Konseling diberikan kepada individu, keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah
difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola
interaksi).
e. Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya mengidentfikasi
pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap pelayanan yang
diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari berbagai
professional pemberi palayanan kesehatan. Sebagai contoh, perawat berkolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan diet yang tepat pada anak dengan nefrotik syndrome. Perawat
berkolaborasi dengan dokter untuk menentukan dosis yang tepat untuk memberikan Antibiotik
pada anak yang menderita infeksi
f. Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam ilmu keperawatan
karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap rangsangan dari lingkunganya.
Kegiatan ini dapat diperoleh diperoleh melalui penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah
melakukan evalusai, mengukur kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana
efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakan
orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu
mengikuti perkembangan memanfaatkan media massa atau media informasi lain dari berbagai
sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelitian dalam rangka mengembagkan ilmu
keperawatan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan.
H. Program dan kebijakan pemerintah terhadap kesejahteraan anak
Kualitas kehidupan anak Indonesia saat ini tentunya menentukan kualitas generasi Indonesia
masa depan. Oleh karena itu, keberadaan sistem perlindungan sosial yang komprehensif dan
inklusif termasuk untuk anak-anak keluarga miskin dan rentan akan membantu Indonesia
mencapai bonus demografi dalam 10-15 tahun yang akan datang dan pembangunan yang lebih
berkualitas yang juga menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang lebih berkualitas.
Payung hukum terkait adalah UU No.40/2004 Tentang Sistem Kemanan Nasional, UU No.11
/2009 Tentang Kesejahteraan Sosial, dan Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) yang baru saja rampung. Pemerintah berupaya menyusun Sistem Jaminan Perlindungan
Sosial Terpadu. Untuk BPJS, targetnya BPJS kesehatan pada 2014 dan BPJS ketenagakerjaan
pada 2015. Diharapkan pada 2029, jaminan sosial ini dapat terintegrasi secara penuh, papar
9
Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, Prof. Dr. Armida S Alisjahbana, SE-MA saat
menyampaikan sambutannya dalam pertemuan kemitraan yang bertema Strategi Menuju Sistem
Perlindungan Sosial Terpadu untuk Anak dan Keluarga di Indonesia di Ruang Serba Guna
Gedung Bappenas (29/5).
Untuk itu, kata Ibu Armida, perlu disiapkan tahapan-tahapannya termasuk transformasinya.
Dalam acara yang diselenggarakan melalui kerja sama Bappenas dengan Pusat Studi Kajian
Perlindungan Anak Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia dengan
dukungan USAid tersebut, Ibu Armida menyatakan bahwa Bappenas sebagai lembaga
perencana, memformulasikan hal yang sangat penting yang harus didukung oleh berbagai kajian
yang didasarkan pengalaman.
Semoga dapat memberikan kontribusi bagi strategi pembangunan sistem yang terpadu bagi
perlindungan anak, ucap Ibu Armida. Sehingga, lanjutnya, dapat mendorong terbentuknya
kemitraan dan kerja sama antara pembuat kebijakan, akademisi, lembaga mitra pembangunan
dari unsur masyarakat secara lebih terstruktur untuk memperbaiki program yang ada dan
mengembangkan program terkait lainnya. Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan
UKM Kementerian PPN/Bappenas, Dr. Ir. Ceppie Kurniadi Sumadilaga, M.A saat
menyampaikan laporan pelaksanaan pada acara tersebut mengharapkan agar seminar satu hari ini
dapat membangun pemahaman yang sama akan pentingnya sistem perlindungan anak dalam
keluarga yang dapat dijadikan referensi bagi pengembangan kebijakan perlindungan anak.
Tujuannya, dihasilkannya kebijakan perlindungan sosial yang menyeluruh dan berkelanjutan
untuk meningkatkan kesejahteraan anak.
Kerja sama ini memiliki potensi dalam mengumpulkan kekuatan-kekuatan sektoral dalam
sebuah bentuk yang terukur untuk membangun program-program yang ditunjang oleh buktibukti yang kuat berkaitan dengan meningkatkan kesejahteraan anak dan menyatukan keluarga,
pungkas Pak Ceppie.
I. Isu Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Anak
Disamping implementasi yang masih amat kurang, ternyata kecenderungan yang tampak,
masalah anak saat ini masih dilihat bukan karena masalah yang krusial signifikan, melainkan
hanya karena "sedang musim dibicarakan". Hal ini dibenarkan Prof.Dr.Emil Salim, "Anak
kadang memang tak masuk agenda politik dan partai politik serta tak pernah dibicarakan di
DPR, karena tak bisa dijadikan tenaga pendukung politik.
Isu anak dinilai tak menarik (non-marketable) dan sering tidak diacuhkan karena dianggap
"biayanya melebihi manfaat kegunaannya".
Adanya Komisi Nasional Perlindungan Anak sebetulnya diharapkan banyak pihak untuk
membantu menjembatani loby kepada pihak lain akan pentingnya masalah anak. Akan tetapi
menurut Maria Hartiningsih jurnalis harian Kompas yang sudah lebih dari 10 tahun malang
melintang mengungkap masalah anak di Indonesia, "Sekarang kita sudah punya Komisi
Nasional Perlindungan Anak, tapi efektifitas dan kerjanya saya ragukan. Apa yang sudah
dilakukan mereka nggak jelas ? Saya masih melihat komisi ini masih mencari bentuk dan
belum tahu apa yang seharusnya dikerjakan".
Pengakuan serupa dilontarkan oleh DR.Irwanto, mantan Ketua I Komisi Nasional
Perlindungan. "Pada era reformasi sekarang ini tentunya kita tidak bisa melapor yang baik10
baik saja kepada PBB, kita harus berangkat dari realitas. Saat ini ada 7 juta usia pendidikan
dasar yang terancam putus sekolah. Ada sekian juta yang mengalami gizi buruk. Kenyataan
ini ditambah dengan kerusuhan yang berakibat paling buruk bukan pada laki-laki justru pada
anak-anak dan perempuan. Kita juga telah mencoba menerapkan KHA akan tetapi tidak
semuanya berhasil. Itu adalah kenyataan yang dapat kita laporkan kepada masyarakat", ujar
Prof.Dr.Yaumil Agoes Achir, salah satu pemerhati anak.
Ditambahkannya guna mendapatkan hak dalam mengenyam pendidikan maka pemerintah
mencoba menyalurkannya dengan Jaring Pengaman Sosial yang pada waktu krisis ekonomi
dan itu menurun angka partisipasi kasarnya dimana sebelum krisis
Konsep tumbuh kembang anak
A. Pengertian Tumbuh Kembang Anak
1. Pertumbuhan (Growth)
Berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ
maupun individu yang bias diukur dengan ukuran berat (kg/gr) atau ukuran panjang
(meter/centimeter) (Soetjiningsih: 1998).
Perubahan ukuran atau nilai-nilai yang memberikan ukuran tertentu dalam kedewasaan
(Richard & Victor : 1992).
Menurut Whaley dan wong, pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah dan ukuran sel
tubuh yang ditunjukan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh (
supartini, Yupi : 2004).
2. Perkembangan (Development)
Menurut Whaley dan wong, perkembangan menitik beratkan pada perubahan yang terjadi
secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ketingkat yang paling tinggi dan kompleks
melalui proses maturasi dan pembelajaran (Supartini, Yupi :2004).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematanagan
(soetjiningsih : 1998).
Mencakup aspek-aspek lain dari deferensiasi bentuk termasuk perubahan emosi atau social
yang sangat ditentukan oleh interaksi dengan lingkungan (Richard & Victor : 1992).
B. Pola-Pola Tumbuh Kembang
1. Directional trends
a. Cephalocaudal kepal : mengalami perkembangan pertama, lebih besar dan bersifat kompleks.
Semakin kearah tubuh bagian bawah semakion kecil terbentuk pada tahap selanjutnya.
Misalnya bayi terlebih dulu bias mengontrol kepalanya dari pada ekstremitasnya.
b. Proximodistal : perkembngan dimulai dari pusat tubuh (midline) kebagian yang menjauhi
tubuh (perifer).
c. Differentition : Perkembangan dari ysng sederhana kefungsi dan aktivitas yang lebih
kompleks. Perkembangan ini mencakup fisik, mental, social dan emosionnal.
2. Sequential ternds
Perkembngan ini sesuai dengan prinsip dan kontinyu dimana anak akan memulai tahap
perkembangan. Setiap tahapan awal akan mempengaruhi tahapan berikutnya. Hal ini dapat
11
dilihat darikemampuan motorik. Misalmya bayi akan beklajar mengarak sebelum berdiri dan
berjalan.
3. Development pace
Kecepatan perkembangan setiap anak berbeda. Perkembangana palaing cepat sebelum dan
sesudah lahir sampai dengan easrly childhood, kemudian akan meningkatkan kembali setelah
masda adolesense dan berhenti pada masa early adulthood.
4. Sensitive periods
Periode dimana individu lebih mudah dipengaruhi oleh hal-hal baik yang positif atau
negative dari linhkungan. Misalnya pada masa perkembangan fetus dimana fisiologinya akan
mudah dipengaruhi oleh berbagai factor.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
yang sebenarnya tidak sesuai dengan yang dikehendaki oleh alam. Menginjak minggu kedua,
bayi yang semula tampak enggan menyusu menjadi mengisap lebih kuat dan lebih lama. Pada
saat berumur 2 minggu dan kontrol pertama ke dokter, berat badan, tinggi badan, dan lingkar
kepala bayi akan diukur untuk memantau pertumbuhannya.
Perkembangan bayi terjadi secara berangsur-angsur, berkesinambungan, namun tidak seragam
antara satu bayi dengan bayi yang lainnya. Selama 2 minggu pertama, bayi menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk tidur, ia hanya terbangun jika merasa tidak nyaman atau lapar.
Namun dalam minggu-minggu selanjutnya, bayi akan terlihat lebih aktif, gerakan lengan dan
tungkai menjadi lebih terarah dan halus, reaksi terhadap rangsang yang diberikan lebih
memadai, dan sudah dapat tersenyum.
Pada saat lahir, bayi sangat sensitif terhadap cahaya. Secara umum, pada usia 2 minggu bayi
mulai dapat melihat obyek berjarak 20-30 cm. Sekitar akhir bulan pertama, bayi sudah dapat
melihat obyek berjarak hampir 1 meter, sudah dapat melihat mainan berwarna yang digerakgerakkan di depan wajahnya dan ia terutama lebih menyukai benda dengan warna yang terang
seperti kuning terang, serta dapat mengikuti gerakan wajah orangtuanya. Kadangkala kedua
bola mata bayi tampak seperti juling. Kondisi ini normal karena otot-otot penggerak bola
matanya masih dalam perkembangan dan akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa
bulan. Bola mata bayi yang bergerak-gerak dengan sangat cepat ke kanan dan ke kiri bila ia
akan tidur juga merupakan kondisi normal. Demikian pula jika salah satu atau kedua matanya
nampak berair karena saluran matanya belum sempurna. Namun jika mata bayi selalu tampak
tidak sejajar dengan arah yang menetap, mata berair dengan berlebihan, atau bola mata yang
bergerak-gerak terjadi pada anak besar, perlu dikonsultasikan kepada dokter.
Fungsi pendengaran sudah berkembang cukup matang dalam bulan pertama. Bayi sering
terkejut bila ada suara keras yang mendadak terdengar, ia lebih senang pada suara yang
lembut daripada suara ramai yang berisik. Bayi akan memperhatikan apabila diajak bicara,
bahkan mengenali suara atau cerita yang pernah didengarnya. Bayi juga sudah dapat
merasakan kasih sayang dengan perlakuan yang lembut.
Penciuman telah berkembang sejak lahir. Bayi sejak lahir telah mengenali bau yang
disukainya sehingga merasa nyaman jika ia mencium bau badan ibunya.
Penampilan fisik: Kepala besar, mandibula kecil, muka bundar, dada bundar, penampang A-P
kurang mendatar, perut besar / buncit, ekstrimiti pendek, titik tengah tubuh di umbilikus.
Antropometri :
1. Berat badan lahir sekitar 3000 g, 95%: 2500-4500 g
2. Panjang badan lahir sekitar 50 cm, 95%: 45-55 cm
3. Lingkaran kepala: 34-35 cm
Fisiologi :
1. Frekuensi pernafasan: 35-50 kali/minit (kurang daripada 60 kali/menit
2. Frekuensi denyutan jantung: 120-160 kali/menit
3. Gerakan untuk memenuhi keperluan
4. Memutar kepala kearah puting susu (rooting reflex)
5. Menangis ketika lapar
6. Menghisap (sucking reflex)
7. Menelan (swallowing reflex)
8. Terkejut (moro reflex)
9. Buang air besar: 3-5 kali/hari, 24 jam pertama: hitam (mekonium), hari 3-4, peralihan ke
warna coklat kehijauan
13
c. Keperluan kalori kalori/kg berat badan/hari 110 kalori/kg berat badan/hari pada akhir minggu
pertama
d. Keperluan cairan
1. Hari pertama: 60 mL/kg berat badan/hari
2. Hari kedua: 90 mL/kg berat badan/hari
3. Hari ketiga: 120 mL/kg berat badan/hari
e. Darah
1. Hemoglobin: 17-19 g/dL
2. Hematokrit: 52%
3. Leukosit: 10 000-14 000/mm
Dalam tahap ini bayi memiliki kemajuan tumbuh kembang yang sangat pesat. Bayi pada usia
1-3 bulan mulai bisa mengangkat kepala,mengikuti objek pada mata, melihat dengan tersenyum
dll. Bayi pada usia 3-6 bulan mulai bisa mengangkat kepala 90, mulai bisa mencari benda-benda
yang ada di depan mata dll. Bayi usia 6-9 bulan mulai bisa duduk tanpa di topang, bisa tengkurap
dan berbalik sendiri bahkan bisa berpartisipasi dalam bertepuk tangan dll. Bayi usia 9-12 bulan
mulai bisa berdiri sendiri tanpa dibantu, berjalan dengan dtuntun, menirukan suara dll. Perawat
disini membantu orang tua dalam memberikan pengetahuan dalam mengontrol perkembangan
lingkungan sekitar bayi agar pertumbuhan psikologis dan sosialnya bisa berkembang dengan
baik.
Berikut tahapan pertumbuhan bayi pada setiap usianya :
1. Usia 1 bulan
Di hari-hari pertama setelah kelahiran, bayi belum bisa membuka matanya. Namun
setelah berjalan beberapa hari kemudian, ia akan bisa melihat pada jarak 20 cm.
Bulan pertama ini bayi akan memulai adaptasinya dengan lingkungan baru.
Memiliki gerakan refleks alami.
Memiliki kepekaan terhadap sentuhan.
Secara refleks kepalanya akan bergerak ke bagian tubuh yang disentuh.
Sedikit demi sedikit sudah bisa tersenyum.
Komunikasi yang digunakan adalah menangis. Arti dari tangisan itu sendiri akan Anda
ketahui setelah mengenal tangisannya, apakah ia lapar, haus, gerah, atau hal lainnya.
Peka terhadap sentuhan jari yang disentuh ke tangannya hingga ia memegang jari
tersebut.
Tiada hari tanpa menghabiskan waktunya dengan tidur.
2. Usia 2 bulan
Sudah bisa melihat dengan jelas dan bisa membedakan muka dengan suara.
Bisa menggerakkan kepala ke kiri atau ke kanan, dan ke tengah.
Bereaksi kaget atau terkejut saat mendengar suara keras.
3. Usia 3 bulan
Sudah mulai bisa mengangkat kepala setinggi 45 derajat.
Memberikan reaksi ocehan ataupun menyahut dengan ocehan.
Tertawanya sudah mulai keras.
14
c) Perubahan Sensori
d) Kematangan Sistem
e) Saluran Pernafasan
g) Kulit
h) Mekanisme Pertahanan
b) Motorik Halus
Kemampuan manual dalam keterampilan atau ketangkasan.
3. Perkembangan Psikososial
Menurut Sigmund Freud, pada fase ini tergolong dalam fase anal dimana pusat
kesenangan anak pada perilaku menahan faeses bahkan kadangkala anak bermain-main dengan
faesesnya. Anak belajar mengidentifikasi tentang perbedaan antara dirinya dengan orang lain
disekitarnya. Konflik yang sering terjadi adalah adanya oedipus complex atau katarsis yaitu
17
dimana seorang anak laki-laki menyadari bahwa ayahnya lebih kuat dan lebih besar
dibandingkan dirinya. Sedangkan pada wanita disebut dengan elektra complex.
Erickson menggolongkan tahap ini dalam fase otonomi vs guilt, (inisiatif vs rasa
malu dan bersalah). Perkembangan ini berpusat pada kemampuan anak untuk mengontrol tubuh
dan lingkungannya.
Adapun Piaget bahwa saat ini merupakan fase preoperasional dimana sifat egosentris
sangat menonjol. Pada fase ini sering ditemukan ketidakmampuan untuk menempatkan diri
sendiri ditempat orang lain. Kohlberg menggolongkan masa ini dalam fase konvensional. Anak
mulai belajar baik dan buruk, benar atau salah melalui budaya sebagai dasar peletakan nilai
moral. Kohlberg menggolongkan fase ini dalam 3 tahap, yaitu egosentris; kebaikan seperti apa
yang saya mau, orientasi hukuman dan ketaatan, baik dan buruk sebagai konsekuensi tindakan,
dan tahapan yang terakhir adalah inisiatif; anak menjalankan aturan sebagai sesuatu yang
menyenangkan dirinya. Komunikasi, adanya rasa ingin tahu yang besar dan belum fasihnya
kemampuan bahasa. Sehingga pada saat memberikan penjelasan kepada anak toddler gunakanlah
kata-kata yang sederhana dan singkat.
4. Kemampuan Sosial
b) Ritualisme
Merasa aman jika ada orang tua sehingg sering melakukan kegiatan yang
beresiko
Rasa aman berubah jika masuk rumah sakit
6. Perkembangan Ego
Diri dengan yang lain dan meluaskan kepercayaan pada yang lain
Sadar akan kemampuan dan kapasitas diri
Kegagalan yang berlebihan menjadikan ragu-ragu
7. Kesuksesan Otonomi
18
Bermain, sibling rivalry, toilet training dan suksesnya interaksi dengan seseorang
yang berarti. Pengaruh permainan sangatlah penting pada masa ini, yaitu berpengaruh dalam
perkembangan intelektual dimana dengan melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap alat
permainan, mulai mengambangkan otonomi dalam permainan, dan belajar memecahkan
masalah. Tak kalah penting pula pengaruh terhadap perkembangan moral, yaitu anak akan
mempelajari nilai benar dan salah dalam permainan sehingga mereka dapat diterima
lingkungannya. Permainan yang tepat adalah solitary play (12 tahun) dan parallel play (23
tahun).
8. Perkembangan Kognitif (Piaget)
a) Fase Sensori Motorik
3)
4)
5)
6)
Organisasi global : perubahan pada satu bagian akan merubah seluruh bagian
Centration : fokus lebih dari 1 aspek daripada kemungkinan alternatif lain
Animisme : membedakan aktifitas hidup pada obyek mati
Irreversibility : ketidakmampuan memutarbalikkan dan merubah tindakan
fisik yang dilakukan
7) Magical : percaya bahwa pikiran mempunyai kekuatan dan berakibat sesuatu
8) Ketidakmampuan untuk menghemat : tidak mampu berfikir bahwa sesuatu
dapat berubah ukuran, bentuk, volume, panjang
19
9. Perkembangan Moral
20
21
Gigi susu mulai tanggal, memilki 10-11 gigi permanen pada usia 8 tahun dan
kira-kira 26 gigi permanen saat usia 12 tahun
Pertumbuhan otak tengkorak lebih melambat
Ugly Ducking Stage; gigi tampak terlalu besar bagi wajah
22
Kardiovaskuler :
Tumbuh paling lambat daripada organ yang lain sehingga apabila jika olah raga
terlalu berat akan mengganggu pertumbuhan
Lebih baik dalam melokalisir infeksi dan memproduksi antigen dan antibody
Proses osifikasi terus terjadi tapi tidak diikuti dengan mineralisasi sehingga
tulang menjadi rapuh (peka terhadap tekanan maupun tarikan) untuk itu postur
tubuh harus tetap dijaga
6. Perkembangan Kognitif
Anak memiliki kemampuan untuk menghubung-hubungkan kejadian dan tindakan
repersentatif mental secara verbal dan simbol-simbol yang dibantu oleh kepercayaan.
Pada tahap ini Piaget menggambarkan: Concrete Operation mulai terjadi pada anak usia
7-11 tahun;
24
Identity : sesuatu tidak ditambah atau dikurangi hanya bentuknya saja yang
berubah
Reversibility : sesuatu dapat berubah kembali ke bentuk asalnya,
kemampuan memahami 2 dimensi pada saat yang sama dan memahami
perubahan satu dimensi
Reciprocity
Keterampilan klasifikasi:
7. Perkembangan Bahasa
Anak usia sekolah mulai menguasi berbagai keterampilan linguistic. Anak usia
SD mulai belajar tentang tata bahasa yang benar dan lebih kompleks sehingga
mereka bisa membenarkan jika ada-ada hal-hal yang salah. Kemampuan katakata juga dimiliki pada anak usia sekolah termasuk kata sifat, kata keterangan,
kata penghubung, kata depan dan kata abstrak
Mempunyai kemampuan memakai kalimat majemuk dan gabungan
Metlinguistik awarenes : memiliki kemampuan untuk berpikir tentang bahasa
dan berpendapat
Mulai mengerti tentang perubahan makna dan bahasa/peribahasa
8. Perkembangan Psikoseksual
Karakteristik perkembangan berdasarkan usia; pada usia 7 tahun:
Minat seks menrun dan kurang eksplorasi, perhatian kepada lawan jenis
meningkat dimulai dari perasaan cinta terhadapa anak laki-laki atau sebaliknya
25
Lebih suka berdiskusi dengan teman sebaya tentang topic seksual, memisahkan
jenis kelamin dalam permainan aktifitas
Minat terhadap tubuh dan penampilan meningkat, banyak anak mulai berkencan
dan berhubungan dengna lawan jenis dalam aktifitas kelompok
Khawatir tentang penampilannya, tekanan sosial agar tetap langsing dan menarik
merupakan sumber stress
9. Perkembangan Sosial
Anak merasa nyaman bila bersama orang tua dan keluarga, merasa lebih percaya diri,
emosi berkurang dan lebih dapat melihat segala sesuatu secara realistik. Energinya banyak
digunakan untuk mengeksplorais lingkungan dan keluarganya untuk meningkatkan hubungan
interpersonal, untuk meningkatkan pemahamannya dan memuaskan keingintahuan tentang dunia.
Pengaruh teman sebaya dapat mendorong mereka untuk lebih mandiri. Dorongan dari per group
memberikan rasa aman pada mereka untuk mendukung perkembangan mandirinya. Perbedaan
jenis kelamin, kemaskulinan dan kefemininan mulai berperan dalam hubungan sosial. Anak lakilaki bermain dngan anak laki-laki . Anak perempuan bermain dengan anak perempuan. Pada
akhir usia sekolah perbedaan itu semakin nyata.
10. Perkembangan Psikososial
Middle childhood merupakan periode laten dimana merupakan masa tenang antara fase
oedipal dengan fae erotism pada remaja. Sense of insutry dapat berkemang bila didukung
motivasi dari dalam dan luar.
Instrinsik:
Ekstrinsik:
26
Remaja adalah individu baik perempuan maupun laki-laki yang berada pada masa/usia
antara anak-anak dan dewasa. Batasan remaja dalam hal ini adalah usia 10 tahun s/d 19 tahun
menurut klasifikasi World Health Organization (WHO). Sementara United Nations (UN)
menyebutnya sebagai anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam
batasan kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun.
Individu pada masa tersebut akan mengalami situasi pubertas di mana ia akan mengalami
perubahan yang mencolok secara fisik maupun emosional/psikologis. Secara psikologis masa
remaja merupakan masa persiapan terakhir dan menentukan untuk memasuki tahapan
perkembangan kepribadian selanjutnya yaitu menjadi dewasa.
1. Perubahan yang Terjadi pada Remaja
Remaja akan mengalami perubahan-perubahan yang cukup mencolok dibandingkan masa
sebelumnya yaitu masa anak-anak. Perubahan tersebut meliputi perubahan fisik, baik yang bisa
dilihat dari luar maupun yang tidak kelihatan. remaja juga mengalami perubahan emosional yang
kemudian tercermin dalam sikap dan tingkah lakumu. Perkembangan kepribadian pada masa ini
dipengaruhi tidak saja oleh orang tua dan lingkungan keluarga, tetapi juga lingkungan sekolah
maupun teman-teman pergaulan di luar sekolah. Disamping itu pengaruh lain yang berasal dari
pesatnya kemajuan teknologi informasi baik media cetak maupun media ekektronika. Wawasan
dan pengetahuan tentang hal-hal tersebut akan mempengaruhimu dalam proses mencari jati diri.
27
4. Perubahan Emosional/Psikologis
28
2. Bahaya Psikologis
Bahaya dalam berbicara. Bicara merupakan sarana komunikasi yang penting bagi
kehidupan sosial maka anak-anak yang tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain
akan mengalami hambatan sosial dan akhirnya menjadi rendah diri.
Bahaya emosional. Bahaya emosional di masa kanak-kanak yang besar pada emosi
yang kurang baik dan penyesuaian pribadi dan sosial.
Bahaya social. Berhubungan dengan sikap yang digunakan oleh anak-anak dalam
menghadapi lingkungan luar atau lingkungan sosialnya.
Bahaya bermain. Faktor yang mempengaruhi bahaya bermain adalah teman dan
mainan yang di pakai oleh anak itu sendiri.
Bahaya dalam perkembangan konsep. Ketidaktepatan konsep-konsep yang dipelajari
selama masa kanak-kanak sangat berbahaya karena kesalahan konsep seringkali
berurat berakar sebelum diketahui oleh orang dewasa.
29
dibuat. Tentunya dengan cara yang baik dan tidak menyalahkan anak. Buatlah anak tenang
dengan memeluknya dari belakang, berikanlah pelukan dan biarkan ia merasakan kasih sayang
orang tuanya.
3. Toilet Training
Penggunaan toilet pada anak sebaiknya dilatih sejak dini. Namun, tidak jarang ditemui
orang tua yang seakan-akan 'tidak mau repot' menemani anaknya ke toilet atau membawa
anaknya ke toilet lalu menyuruh anaknya agar buang air kecil di selokan depan rumah, atau
mungkin di balik pohon.
Menggunakan toilet memang harus didasarkan pada kesabaran orang tua dalam
melakukan pelatihan ini. Adanya kemauan dari orang tua untuk melatih anak merupakan poin
besar kesuksesan latihan menggunakan toilet.
Selain itu ada juga faktor psikis si anak agar dia siap menggunakan toilet. Anak tentunya
sudah harus bisa mengenali sensasi buang air agar anak tahu kapan ia harus menggunakan toilet.
Sensasi buang air kecil akan lebih mudah dikenali karena sering terjadi, tetapi sensasi untuk
buang air besar kurang dikenali anak karena waktunya tidak sesering buang air kecil.
Buat pula latihan menggunakan toilet menjadi menyenangkan, misalnya dapat kita temui
pispot beraneka warna dan bentuk yang menarik bagi anak-anak sehingga membuat anak betah
duduk atau jongkok di atas pispot. Hal ini dapat dilakukan sampai buang air anak selesai, untuk
itulah diperlukan kesabaran dan kreativitas orang tua agar anak tidak bosan. Bagi orang tua,
berilah cukup waktu untuk perkembangan anak agar tidak terjadi penyesalan kemudian.
4. Regresi
Regresi merupakan kemunduran yang terjadi pada perkembangan anak. Misalnya pada
anak yang sudah tidak pernah mengompol, tiba-tiba anak kembali mengompol. Orang tua jangan
langsung memarahi anak atas apa yang ia lakukan. Kondisi regresi ini dapat menjadi tanda
terjadinya stres pada anak sehingga anak merasa cemas atas dirinya dan merasa tidak nyaman
atau tidak percaya diri atas kemampuan dirinya. Stres pada anak dapat terjadi dan bisa berasal
dari lingkungan atau masalah yang ia hadapi.
Untuk mengetahui masalah apa yang terjadi pada anak, orang tua dapat menanyakan
secara personal pada anak. Tanyakan apakah ada hal yang mengganggu pikirannya atau ada
masalah apa yang sedang ia hadapi. Dengan mengetahui masalah yang terjadi pada anak, stres
pada anak dapat dihadapi dan perkembangan anak dapat meningkat kembali.
Masalah Tumbuh Kembang Anak Prasekolah
1. Masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang sering muncul pada anak prasekolah seperti; diare, cacar air,
difteri, dan campak.
2. Hubungan keluarga
31
Pada usia prasekolah biasanya anak merasa cemburu dengan kehadiran anggota keluarga
baru (adik). Anak merasa tidak diperhatikan lagi oleh orang tua sehingga anak sering membuat
olah untuk mendapatkan perhatian orang tua.
a. Bahaya fisik
1) Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang menghasilkan
ketrampilan tertentu.
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik namun kecelakaan dianggap
sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan berbahaya bagi
psikologisnya sehingga anak akan takut terhadap kegiatan fisik. Jika hal ini
terjadi bisa berkembang menjadi masa malu.
2) Keracunan
Pada dasarnya usia prasekolah suka mencoba segala sesuatu yang dia lihat
tanpa mengetahui apakah itu berbahaya atau tidak.
b. Bahaya Psikologis
Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu berprestasi. Rasa
bersalah dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi, lebih pemarah,
mengalami regresi, yaitu kembali ke perkembangan sebelumnya, misalnya
mengompol dan menghisap jempol.
c. Gangguan tidur
Mimpi buruk adalah mimpi menakutkan yang terjadi selama tidur REM (rapid eye
movement). Seorang anak yang mengalami mimpi buruk biasanya akan benarbenar terbangun dan dapat mengingat kembalimimpinya secara terperinci.
Mimpi buruk yang terjadi sewaktu-waktu adalah hal yang normal, dan satusatunya tindakan yang perlu dilakukan orang tua adalah menenangkan anak.
Tetapi mimpi buruk yang sering terjadi adalah abnormal dan bisa menunjukkan
masalah psikis.
Pengalamam yang menakutkan (termasuk cerita menakutkan atau film tentang
kekerasan di televisi) bisa menyebabkan terjadinya mimpi buruk. Hal ini terutama
sering ditemukan pada anak-anak yang berumur 3-4 tahun, karena mereka belum
bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan.
Teror dimalam hari adalah suatu keadaan dimana sesaat setelah tertidur anak
setengah terbangun dengan kecemasan yang luar biasa. Anak tidak dapat
mengingat kembali apa yang telah dialaminya.
Tidur sambil berjalan adalah suatu keadaan dimana dalam keadaan tertidur anak
bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan-jalan. Teror dimalam hari dan tidur
sambil berjalan biasanya berlangsung selama tidur dalam (Non REM) dan terjadi
dalam 3 jam pertama setelah anak tertidur. Tiap episode berlangsung dari
beberapa detik sampai beberapa menit. Teror dimalam hari sifatnya dramatis
karena anak menjerit-jerit dan panik, keadaan ini paling sering ditemukan pada
anak yang berumur 3-8 tahun.
Untuk anak yang susah tidur bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
1) Ajak anak kembali ketempat tidurnya.
2) Berikan cerita yang pendek.
3) Tawari untuk ditemani oleh boneka atau selimut kesayangannya.
32
mampu bersikap asertif (dapat mengungkapkan hak dan keinginannya tanpa mengganggu hak
dan kepentingan orang lain). Ajarkan juga sikap menolak atau berkata tidak pada hal-hal yang
dianggap melanggar nilai keluarga dan social.
4. Perilaku Tampak Kasa.
Hal ini dapat disebabkan oleh banyak hal. Menurut Audre Ricker (pakar pendidikan) dan
Carolyn Crowder (pakar psikolog anak), sikap kasar seorang anak muncul karena ia ingin
dianggap berarti, contoh dari teman-teman atau orangtua dan pengaruh media massa (games,
televisi, film, internet dan lainnya). Orangtua tentunya perlu mengamati terlebih dahulu
penyebab atau pada situasi apa perilaku tersebut muncul. Bila karena media massa, ya seleksi
dan batasi setiap tayangan yang ditonton anak, begitu seterusnya. Perlu diingat, pada usia ini
anak memang dalam masa belajar untuk meregulasi diri dan emosi. Oleh karenanya, peran
orangtua penting untuk terus mendampingi dan mengajarkan hal yang baik kepada anak.
5. Egois
Sebenarnya fase egosentris anak dimulai di usia 2 sampai 7 tahun. Mengingat begitu,
mungkin saja sifat ini tetap muncul di usia lebih dari range tersebut, yang diakibatkan oleh
pengasuhan yang kurang tepat, misalnya kelewat memanjakan anak , sehingga sifat yang
seharusnya di usia lebih dari range hilang, malah tetap ada, bahkan semakin menjadi. Karena itu,
orangtua tetap perlu mengajarkan pentingnya berbagi seperti di usia sebelumnya, entah makanan
atau mainan. Karena hal itu, bisa mengembangkan sifat yang lebih positif. Hindari membela
anak terlalu berlebihan. Jika dia bersalah, katakana salah, demikia juga jika ia benar.
Masalah Tumbuh Kembang Remaja
1. Permasalahan Berkaitan dengan Perkembangan Fisik dan Motorik
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik
pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak
sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat
menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang
tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya
pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan
perilaku seksual.
2. Permasalahan Berkaitan dengan Perkembangan Kognitif dan Bahasa
Pada masa remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual yang
pesat. Namun ketika, si remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan
intelektual, terutama melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi intelektualnya tidak
akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama remaja awal merupakan masa
terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan
kesempatan dan sarana dan pra sarana, menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai
bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing
34
merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang. Namun
dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing tentunya akan
sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya. Terhambatnya
perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspekaspek perilaku dan kepribadian lainnya.
3. Permasalahan Berkaitan dengan Perkembangan Perilaku Sosial, Moralitas dan
Keagamaan
Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai
dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer
group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai
isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh rekan
sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki kehormatan
dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya,
namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di
sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja awal akan ditandai adanya
keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan
dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang tua,
terutama secara ekonomis. Sejalan dengan pertumbuhan organ reproduksi, hubungan sosial yang
dikembangkan pada masa remaja ditandai pula dengan adanya keinginan untuk menjalin
hubungan khususdengan lain jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus tindakan
penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada masa remaja juga ditandai dengan
adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma yang ada, jika tidak
terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan
lingkungannya.
4. Permasalahan berkaitan dengan perkembangan kepribadian, dan emosional
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha
pencarian identitas pun banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku
imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami
krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian
yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya.
35
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pertumbuhan (growth) adalah merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di seluruh
bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan mensintesis protein-protein baru,
menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan atau sebagian. Dalam
pertumbuhan manusia juga terjadi perubahan ukuran, berat badan, tinggi badan, ukuran tulang
dan gigi, serta perubahan secara kuantitatif dan perubahan fisik pada diri manusia itu. Dalam
pertumbuhan manusia terdapat peristiwa percepatan dan perlambatan. Peristiwa ini merupakan
kejadian yang ada dalam setiap organ tubuh.
Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,yaitu secara
bertahap,berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan
untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial maupun spiritual ( Supartini, 2000).
Perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah
sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkatkan dan meluasnya kapasitas seseorang melalui
pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan (maturation), dan pembelajaran (learning).
Perkembangan manusia berjalan secara progresif, sistematis dan berkesinambungan dengan
perkembangan di waktu yang lalu. Perkembangan terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi
kematangan organ mulai dari aspek fisik, intelektual, dan emosional. Perkembangan secara fisik
yang terjadi adalah dengan bertambahnya sempurna fungsi organ. Perkembangan intelektual
ditunjukan dengan kemampuan secara simbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain,
berhitung. Perkembangan emosional dapat dilihat dari perilaku sosial lingkungan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
http://semi-yanto.blogspot.com/2011/07/pertumbuhan-dan-perkembangan-manusia.html
http://community.um.ac.id/showthread.php?75057-Hakikat-pertumbuhan-danperkembangan-peserta-didik.
Mansjoer arif 2001. kapita selekta kedokteran. Jakarta : Media aesculapius edisi III
Pertumbuhan
dan
perkembangan.
Diakses
tanggal
20
April
2009
dari
www.bintangbangsaku.com
Optimalkan tumbuh kembang anak usia dini. Diakses tanggal 22 April 2009 dari www.scribd.com
37