Anda di halaman 1dari 25

2

MAKALAH ARTIKEL BAHASA INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DISUSUN OLEH:

LARA DELVIA SYAFNITA

20200010

DOSEN PENGAMPU:

MIMI SRI IRFADILLA ,M.Pd

ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

2020/2021

3
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadapan tuhan yang maha esa,atas limpahan rahmat dan
karunianya telah memberikan kesempatan pada penulis umtuk menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak “tepat waktu.makalah ini disusun guna memenuhi
tugas dosen di universitas muhammadiyah sumatera barat.selain itu,penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu Mimi Sri Irfadilla
,M.Pd selaku dosen mata kuliah bahasa Indonesia .tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah.

Dalam penyusunan laporan ini,penulis menyadari bahwa masih terdapat bantak


kekurangan dan jauh dari kata sempurna,baik dari materi maupun penyajiannya.oleh karena
itu dengan segala kerendahan hati penulis mohon agar para pembaca dan dapat memberikan
saran dan kritik yang membangun sebagai bahan evaluasi.akhir kata,saya mengucapkan
terima kasih dan mohon maaf apabila ada kesalahan yang telah saya perbuat baik sengaja
maupun tidak sengaja.

Bukittinggi,8 Februari 2021

Penulis

4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................3
C. Manfaat..........................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
A. Konsep keperawatan Anak..........................................................................................5
B. Prinsip-prinsip Keperawatan Anak............................................................................5
C. Asuhan keperawatan....................................................................................................6
D. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak....................................................................7
E. Pengertian Hospitalisasi...............................................................................................8
F. Dampak Hospitalisasi Pada Anak...............................................................................8
G. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi..........................................................................9
H. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi..........................................................................9
I. Pencegahan Dampak Hospitalisasi............................................................................12
J. Konsep Diare Pada Anak...........................................................................................13
K. Peran Perawat dalam Pencegahan Penyakit............................................................19
BAB III....................................................................................................................................20
PENUTUP...............................................................................................................................20
A. Kesimpulan..................................................................................................................20
B. Saran.............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

5
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan anak adalah pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu
keperawatan anak.keperawatan anak berbentuk pelayanan secara bio-psiko-sosio dan
spiritual yang konperensif yang ditujukan pada anak usia 0-18 tahun dalam keadaan
sehat maupun sakit dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan .pelayanan
asuhan keperawatan yang diberikan melibatkan keluarga dan tenaga kesehatan lainnya
yang sesuai dengan lingkup kewenangan dan tanggung jawabnya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara professional maka perawat perlu
menerapkan dan meningkatkan proses pemberian asuhan keperawatan khususnya pada
pelaksaan asuhan atau implementasi keperawatan anak .implementasi keperawatan
merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien
/klien dari masalah status kesehatan yng dihadapi.dalam mencapai pelaksanaan asuhan
atau implementasi keperawatan anak perawat harus mempunyai kognitif
(intelektual),kemamouan dalam hubungan interpersonal dan keterampilan dalam
melakukan tindakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keperawatan anak?
2. Bagaimana prinsip prinsip keperawatan anak?
3. Apa pengertian asuhan keperawatan?
4. Bagaimana perkembangan dan pertumbuhan anak?
5. Apa pengertian hospitalisasi?
6. Apa dampak hospitalisasi pada anak ?
7. Bagaimana reaksi anak terhadap hospitalisasi ?
8. Apa Pencegahan Dampak Hospitalisasi ?
9. Bagaimana konsep diare pada anak ?
10. Apa saja peran perawat dalam pencegahan penyakit terhdap anak ?

6
C. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Makalah ini dapat sebagai masukan bagi rumah sakit dalam membuat keputusan
serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatannya khususnya untuk pasien anak
agar atraumatic care dapat diterapkan sehingga dapat mengurangi stres hospitalisasi
yang dirasakan anak selama dirawat dirumah sakit.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Makalah ini dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan rujukan untuk penelitian
selanjutnya yang terkait dengan cara untuk meningkatan keberhasilan penerapan
atraumatic care.

7
BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep keperawatan Anak
Keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada keluarga
(family centered care), pencegahan terhadap trauma (atrumatic care), dan manajemen
kasus. Dalam dunia keperawatan anak, perawat perlu memahami, menginggat adanya
beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan dikarenakan anak bukan
miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik (Hidayat, 2005).
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak bagian
dari keluarga, dalam keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal
atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong,Perry & Hockenbery, 2002).
Sebagai perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan anak, harus mampu
memfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa
pemberian tindakan keperawatan langsung maupun pemberian pendidikan kesehatan
pada anak. Selain itu, keperawatan anak perlu memperhatikan kehidupan sosial, budaya
dan ekonomi keluarga karena tingkat sosial, budaya dan ekonomi dari keluarga dapat
menentukan pola kehidupan anak selanjutnya faktor-faktor tersebut sangat menentukan
perkembangan anak dalam kehidupan di masyarakat.
B. Prinsip-prinsip Keperawatan Anak
Di antara prinsip dalam asuhan keperawatan anak tersebut adalah:
1. anak bukan miniature orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik. Prinsip dan
pandangan ini mengandung arti bahwa tidak boleh memandang anak dari ukuran
fisik saja sebagaimana orang dewasa melainkan anak sebagai individu yang unik
yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan.
Pola-pola inilah yang harus dijadikan ukuran, bukan hanya bentuk fisiknya saja
tetapi kemampuan dan kematangannya.
2. anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan
tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memilik berbagai kebutuhan
yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia tumbuh kembang.
Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seperti kebutuhan nutrisi dan
cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat, tidur, dan lain-lain. Selain kebutuhan fisiologis
tersebut, anak juga sebagai individu yang juga membutuhkan kebutuhan psikologis,

8
sosial, dan spiritual. Hal tersebut dapat terlihat pada tahap usia tumbuh kembang
anak. Pada saat yang bersamaan perlu memandang tingkat kebutuhan khusus yang
dialami oleh anak.
3. pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit. Upaya
pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak, mengingat anak adalah
generasi penerus bangsa.
4. keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif dalam
memberikan asuhan keperawatan anak.
5. praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk
mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan hidup,
dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik)
dan aspek hukum (legal).
6. tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau
kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai mahluk biopsikososial dan
spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat.
7. pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus pada ilmu
tumbuh kembang sebab ilmu tumbuh kembang ini yang akan mempelajari aspek
kehidupan anak. suhan keperawatan Anak

9
C. Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien /pasien di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai
suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,bersifat humanistic,dan
berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang
ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus- menerus serta berkesinambungan dalam rangka
pemecahan masalah kesehatan pasien/klien,di mulai dari pengkajian (pengumpulan
data,analisis data,dan penentuan masalah) diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan
penilaian tindakan keperawatan.
Asuhan keperawatan di berikan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien.
Menurut A Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis
meliputi oksigen,cairan,nutrisi, kebutuhan rasa aman dan perlindungan,kebutuhan rasa
cinta dan saling memiliki,kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi
diri.Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa asuhan keperawatan
merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan kepada pasien yang
berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan yang di mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang
optimal.
D. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang
diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang
menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun
psikososial. Namun, sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua
yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau seluruhnya karena adanya multiflikasi sel-sel tubuh dan juga karena
bertambah besarnya sel. Adanya multiflikasi dan pertambahan ukuran sel berarti ada
pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi,
yaitu bertemunya sel telur dan sperma hingga dewasa (IDAI, 2000). Jadi,
pertumbuhan lebih ditekankan pada bertambahnya ukuran fisik seseorang, yaitu
menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti bertambahnya ukuran berat
badan, tinggi badan dan lingkar kepala. Pertumbuhan pada masa anak-anak
mengalami perbedaan yang bervariasisesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara
umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki. Kematangan

10
pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian secara
berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah.
2. Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan
sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya
yang terorganisasi (IDAI, 2000). Dengan demikian, aspek perkembangan ini bersifat
kualitatif, yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing bagian tubuh.

E. Pengertian Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana
atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan
orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian
ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh stress (Supartini,
2004). Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih,
takut, dan rasa bersalah (Wong, 2000). Perasaan tersebut dapat timbul karena
menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman
dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya, dan sesuatu yang
dirasakannya menyakitkan. Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua
menjadi stres pula, dan stres orang tua akan membuat tingkat stres anak semakin
meningkat (Supartini, 2000).
F. Dampak Hospitalisasi Pada Anak
Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua
tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyaknya faktor, baik faktor
dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru, maupun
lingkungan keluarga yang mendampingi selama perawatan. Keluarga sering merasa
cemas dengan perkembangan keadaan anaknya, pengobatan, dan biaya perawatan.
Meskipun dampak tersebut tidak bersifat langsung terhadap anak, secara fisiklogis anak
akan merasakan perubahan perilaku dari orang tua yang mendampingi selama perawatan
(Marks, 1998). Anak menjadi semakin stres dan hal ini berpengaruh pada proses
penyembuhan, yaitu menurunnya respon imun. Hal ini telah dibuktikan oleh Robert
Ader (1885) bahwa pasien yang mengalami kegoncangan jiwa akan mudah terserang
penyakit, karena pada kondisi stress akan terjadi penekanan system imun (Subowo,
1992). Pasien anak akan merasa nyaman selama perawatan dengan adanya dukungan
social keluarga, lingkungan perawatan yang terapeutik, dan sikap perawat yang penuh

11
dengan perhatian akan mempercepat proses penyembuhan. Berdasarkan hasil
pengamatan penulis, pasien anak yang dirawat di rumah sakit masih sering mengalami
stres hospitalisasi yang berat, khususnya takut terhadap pengobatan, asing dengan
lingkungan baru, dan takut terhadap petugas kesehatan. Fakta tersebut merupakan
masalah penting yang harus mendapatkan perhatian perawat dalam pengelolah asuhan
keperawatan (Nursalam, 2005)

G. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi


Seperti telah dikemukakan di atas, anak akan menunjukkan berbagai perilaku
sebagai reaksi terhadap pengalaman hospitalisasi. Reksi tersebut bersifat individual, dan
sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya
terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia, dan baik faktor dari petugas (perawat,
dokter, dan tenaga kesehatan lainnya),lingkungan baru, maupun lingkungan keluarga
yang mendampingi selama perawatan. Keluarga sering merasa cemas dengan
perkembangan keadaan anaknya, pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun dampak
tersebut tidak bersifat langsung terhadap anak, secara fisiklogis anak akan merasakan
perubahan perilaku dari orang tua yang mendampingi selama perawatan (Marks, 1998).
Anak menjadi semakin stres dan hal ini berpengaruh pada proses penyembuhan, yaitu
menurunnya respon imun. Hal ini telah dibuktikan oleh Robert Ader (1885) bahwa
pasien yang mengalami kegoncangan jiwa akan mudah terserang penyakit, karena pada
kondisi stress akan terjadi penekanan system imun (Subowo, 1992).
Pasien anak akan merasa nyaman selama perawatan dengan adanya dukungan
social keluarga, lingkungan perawatan yang terapeutik, dan sikap perawat yang penuh
dengan perhatian akan mempercepat proses penyembuhan. Berdasarkan hasil
pengamatan penulis, pasien anak yang dirawat di rumah sakit masih sering mengalami
stres hospitalisasi yang berat, khususnya takut terhadap pengobatan,Nasing dengan
lingkungan baru, dan takut terhadap petugas kesehatan. Fakta tersebut merupakan
masalah penting yang harus mendapatkan perhatian perawat dalam pengelolah asuhan
keperawatan (Nursalam, 2005)

H. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi


Seperti telah dikemukakan di atas, anak akan menunjukkan berbagai perilaku
sebagai reaksi terhadap pengalaman hospitalisasi. Reksi tersebut bersifat individual, dan

12
sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya
terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia, dan Universitas muhammadiyah
sumatera barat kemampuan koping yang dimilikinya. Pada umumnya, reaksi anak
terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan
rasa nyeri. Berikut ini reaksi anak terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit sesuai
dengan tahapan perkembangan anak.

1. Masa Bayi (0 sampai 1 tahun)

Masalah yang utama terjadi adalah karena dampak dari perpisahan dengan
orang tua sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang.
Pada anak usia lebih dari enam bulan terjadi stranger anxiety atau cemas apabila
berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya dan cemas karena perpisahan.
Reaksi yang sering muncul pada anak usia ini adalah menangis, marah,
danNbanyak melakukan gerakan sebagai sikap stranger anxiety. Bila ditinggalkan
ibunya, bayi akan merasakan cemas karena perpisahan dan perilaku yang
ditunjukkan adalah dengan menangis keras. Respons terhadap nyeri atau adanya
perlukaan biasanya menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak, dan ekspresi
wajah yang tidak menyenangkan.

2. Masa Todler (2 sampai 3 tahun)

Anak usia todler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber


stresnya. Sumber stres yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respons
perilaku anak sesuai dengan tahapannya,yaitu tahap protes, putus asa, dan
pengingkaran (denial). Pada tahap protes, perilaku yang ditunjukkan adalahmenangis
kuat, menjerit memanggil orang tua atau menolak perhatian yang diberikan orang
lain. Pada tahap putus asa, perilaku yang ditunjukkan adalah menangis berkurang,
anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat untuk bermain Universitas Sumatera
Barat dan makan, sedih, dan apatis. Pada tahap pengingkaran, perilaku yang
ditunjukkan adalah secara samar mulai menerima perpisahan, membina hubungan
secara dangkal, dan anak mulai terlihat menyukai lingkungannya. Oleh karena
adanya pembatasan terhadap pergerakannya, anak akan kehilangan kemampuannya
untuk mengontrol diri dan anak menjadi tergantung pada lingkungannya. Akhirnya,
anak akan kembali mundur pada kemampuan sebelumnya atau regresi.

13
3. Masa prasekolah (3 sampai 6 tahun)

Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan
yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu lingkungan
rumah, permainan, dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap perpisahan yang
ditunjukkan anak usia prasekolah adalah dengan menolak makan, sering bertanya,
menangis walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas
kesehatan. Perawatan di rumah sakit juga membuat anak kehilangan control
terhadap dirinya. Perawatan di rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan
aktivitas anak sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri. Perawatan di rumah
sakit sering kali dipersepsikan anak prasekolah sebagai hukuman sehingga anak
akan merasa malu, bersalah, atau takut. Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul
karena anak menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya.
Oleh karena itu, hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak,
ekspresi verbal dengan mengucapkan katakata marah, tidak mau bekerja sama
dengan perawat, dan ketergantungan pada orang tua.

4. Masa Sekolah (6 sampai 12 tahun)

Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan


lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok sosialnya dan
menimbulkan kecemasan. Kehilangan control juga terjadi akibat dirawat di rumah
sakit karena adanya pembatasan aktivitas. Kehilangan control tersebut berdampak
pada perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya karena
ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan
adanya kelemahan fisik. Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan ditunjukkan
dengan ekspresi baik secara verbal maupun nonverbal karena anak sudah mampu
mengomunikasikannya. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol perilakunya
jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir dan/atau menggigit dan memegang
sesuatu dengan erat.

5. Masa Remaja (12 sampai 18 tahun)

Anak usia remaja memersepsikan perawatan di rumah sakit menyebabkan


timbulnya perasaan cemas karena harus berpisah dengan teman sebayanya. Apabila
harus dirawat di rumah sakit, anak akan merasa kehilangan dan timbul perasaan

14
cemas karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktivitas di rumah sakit membuat
anak kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menjadi bergantung pada keluarga
atau petugas kesehatan di rumah sakit. Reaksi yang sering muncul terhadap
pembatasan aktivitias ini adalah dengan menolak perawatan atau tindakan yang
dilakukan padanya atau anak tidak mau kooperatif dengan petugas kesehatan atau
menarik diri dari keluarga, sesama pasien, dan petugas kesehatan (isolasi). Perasaan
sakit karena perlukaan atau pembedahan menimbulkan respons anak bertanya-tanya,
menarik diri dari lingkungan, dan/atau menolak kehadiran orang lain
(Supartini,2004) .

I. Pencegahan Dampak Hospitalisasi


Dirawat di rumah sakit bisa menjadi sesuatu yang menakutkan dan
pengalaman yang mengerikan bagi anak-anak. Anak seringkali mengalami hal-hal yang
tidak menyenangkan selama di rumah sakit, mulai dari lingkungan rumah sakit yang
asing, serta pengobatan maupun pemeriksaan yang kadang kala menyakitkan bagi si
anak. Oleh karena itu, peran perawat sangat diperlukan dalam upaya pencegahan dampak
tersebut.

1. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga

Dampak perpisahan dari keluarga, anak mengalami gangguan psikologi seperti


kecemasan, ketakutan, kurangnya kasih sayang, gangguan ini akan menghambat
proses penyembuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
anak.

2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak

Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak mampu
mandiri dalam kehidupannya. Anak akan selalu berhati-hati dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, selalu bersikap waspada dalam segala hal. Serta pendidikan
terhadap kemampuan dan keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan anak.

3. Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis)

Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam


keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan
secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai teknik misalnya distraksi,

15
relaksasi, imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan
nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan anak.

4. Tidak melakukan kekerasan pada anak


Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat
berarti dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada saat anak dalam proses
tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan terhambat,
dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena akan
memperberat kondisi anak.
5. Modifikasi Lingkungan Fisik
Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat meningkatkan
keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu
berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya .

J. Konsep Diare Pada Anak


1. Pengertian Diare Pada Anak
Diare didefinisikan sebagai suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya yang diakibatkan karena adanya peningkatan volume
cairan dan frekuensi dengan atau tanpa lender darah,lebih dari 3x/hari (Hidayat,
2005). Menurut Ngastiyah (2005) diare merupakan salah satu penyakit dari sistem
gastrointestinal atau penyalit lain diluar saluran pencernaan dikarenakan keadaan
frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak
dengan konsistensi feses encer dapat berwarna hijau dan dapat pula bercampur
lendir atau darah. Diare merupakan penyakit yang terjadi karena adanya perubahan
konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar dimana feses lebih berair atau
bila buang air besar 3x atau lebih,atau buang air besar berair tapi tidak berdarah
dalam waktu 24 jam (Depkes,2009). Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa diare adalah suatu keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB
lebih dari biasanya > 3x/hari disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau
berair dengan atau tanpa darah dan tanpa lendir.
2. Klasifikasi Diare Pada Anak

Menurut WHO (2005) diare dapat diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:

a. Diare akut yaitu diare yang berlangsung < 14 hari.


16
b. Disentri yaitu diare yang disertai dengan darah.
c. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung > 14 hari.
d. Diare yang disertai dengan malnutrisi berat (Simatupang,2004).

Menurut Ahlquist dan Camilleri (2005), diare dibagi menjadi akut apabila
kurang dari 2 minggu, persisten jika berlangsung selama 2-4 minggu, dan kronik jika
berlangsung lebih dari 4 minggu. Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah agen
penyebab infeksi dan akan disertai oleh muntah, demam dan nyeri pada abdomen.
10% lagi disebabkan oleh pengobatan, intoksikasi, iskemia dan kondisi lain berbeda
dengan diare akut, penyebab diare kronik lebih disebabkan oleh penyebab non
infeksi seperti alergi dan lain-lain.

3. Mekanisme Terjadinya Diare pada Anak


Lebih dari 90% kasus diare akut adalah disebabkan oleh agen infeksius
(Ahlquist dan Camelleri, 2005), dimana proses terjadinya gastroentritis dapat
disebabkan oleh agen infeksius yang diawali dengan mikroorganisme yang masuk
kedalam saluran pencernaan dan berkembnag biak dalam usus sehingga merusak sel
mukoa pada usus dan merusak kerja dari usus tersebut. Sehingga terjadilah
perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam
absorbsi cairan dan elektrolit atau dengan kata lain dikarenakan adanya bakteri
sehingga menyebabkan sistem transpor aktif dalam usus mengalami iritasi yang
kemudian menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. Faktor
malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi, dimana kegagalan ini
akan menyebakan tekanan osmotic meningkat dan terjadi pergeseran air dan
elektrolit kerongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi
gastroentritis. Menurut Hidayat (2008), faktor makanan dapat terjadi apabila toksin
yang ada tidak mampu diserap dengan baik sehinggga terjadi peningkatan dan
penurunan peristaltik dan menyebabkan penurunan penyerapan makanan.
4. Gejala Diare Pada Anak
Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah bayi dan anak menjadi gelisah
dan cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, kemudian timbul diare. Tinja akan menjadi cair dan mungkin disertai dengan
lendir ataupun darah. Warna tinja lamakelaman bisa menjadi kehijau-hijauan karena
tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya terlihat lecet karena
seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat banyaknya asam

17
laktat yang berasal dari laktosa yang tidak adapat diabsorbsi oleh usus halus selama
diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
oleh lambung yang turut meradang atau akibat keseimbangan asam-basa dan
elektrolit (Kliegman, 2006). Bila anak telah banyak kehilangan air dan elektrolit,
terjadilah gelaja dehidrasi.berat badan menurun, turgor lkulit berkurang, dan
ubunubun menjadi cekung (pada bayi), turgor kulit berkurang, selaput lender pada
bibir, mulut serta kulit tampak kering dan terjadi keram abdomen (Suraatmaja,
2009).
5. Komplikasi yang Terjadi Pada Anak
Menurut Depkes RI (1999). Mengatakan pada kasus penderita diare, penderita
banyak sembuh tanpa mengalami komplikasi, akan tetapi ada juga sebagian yang
mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelaianan elektrolit atau pengobatan yang
diberikan, seperti hiponatremia akibat kekurangan asupan cairan yang tidak
mengandung natrium, dan banyak terjadi pada kasus gizi buruk, pada hipernatremia
ini sendiri sering terjadi pada bayi baru lahir sampai udsia 1 tahun (khususnya bayi
berumur kurang dari 6 bulan) yang disertai muntah atau cairan yang diminum
mengandung terlalu banyak natrium. Pada Hipokalsemia terjadi jika penggantian
kalium selama dehidrasi tidak cukup, sehingga menyebabkan terjadinya kekurangan
kalium yang mana dapat menyebabkan kelemahan pada tungkai, ileus, kerusakan
pada ginjal dan aritmia jantung, dan berdampak terjadinya asidosis metabolik yang
ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnya basa cairan ekstraseluler, dan
sebagai kompensasi terjadi alkalosis resiratorik, yang ditandai dengan pernapasan
yang dalam dan cepat. Selain itu dapat juga menyebabkan komplikasi ileus paralitik
yang diakibatkan karena penggunaan obat antimotilitis sehingga menyebabkan
muntah, distensi abdomen dan berkurangnya peristaltik usus.
6. Cara merawat diare pada anak
Menurut Departemen kesehatan (1999) dalam membuat pedoman tatalaksana
diare yang dijelaskan bahwa, tahap pertama adalah menilai derajat dehidrasi dan
tahap kedua menentukan rencana pengobatan. Derajat dehidrasi ditentukan
berdasarkan hasil pengkajian fisik yang meliputi keadaan umum, kondisi mata, air
mata, mulut dan lidah, rasa haus dan turgor kulit. Hasil penilaian dari derajat
dehidrasi dijadikan dasar untuk menentukan rencana pengobatan. Perilaku yang
harus dilakukan oleh masyarakat, kader dan orang tua bila anaknya sedang
menderita diare adalah pertama bagaimana melakukan perawatan saat diare
18
berlangsung di rumah tangga dan bagaimana cara mencegah penyakit diare.
Perawatan anak diare dapat dilakukan sendiri oleh keluarga dan apabila perawatan
tidak berhasil dan menunjukkan kondisi yang tidak membaik maka bisa membawa
anak ke fasilitas kesehatan. Beberapa hal yang harus dilakukan keluarga menurut
(Depkes, 1999) adalah:
a. Beri lebih banyak minum cairan yang ada di rumah tangga, yaitu air tajin, air
teh, kuah sayur, air sup dan oralit.
b. Teruskan pemberian makanan
c. Bawa anak ke sarana kesehatan untuk mendapatkan pertolongan lanjutan, bila
anak tidak membaik selama 3 hari atau ada salah satu tanda berikut: diare terus
menerus, muntah berulang-ulang, rasa haus yang nyata, tidak \bisa
makan/minum, demam dan ada darah dalam tinja.
7. Penatalaksanaan Diare pada Anak
Departemen kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi
semua kasus diare yang diderita oleh anak balita yang dirawat dirumah maupun
sedang dirawat di rumah sakit (Depkes RI, 1999), yaitu :
a. Pemberian cairan atau rehidrasi
Pada klien diare yang harus diperhatikan adalah terjadinya kekurangan
cairan atau dehidrasi, pada anak-anak tanpa tanda-tanda dehidrasi memerlukan
tambahan cairan dan garam untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit
yang diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCL, dan Na, HCO, K,
dan Glukosa, untuk GE akut diatas umur 6 bulan dengan kategori dehidrasi
ringan/sedang kadar natrium 50-60Meq/l dapat dibuat sendiri dengan
menggunakan larutan garam dan gula. Untuk pemberian cairan parenteral itu
sendiri jumlah yang akan diberikan tergantung dari berat badan atau ringannya
dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
berat badannya jika berat badan anak diketahui maka hal ini digunakan untuk
menentukan jumlah larutan yang tepat dan jika berat badan anak tidak
diketahui maka penentuan jumlah cairan ditentukan berdasarkan usia anak
(Jurrfie,2011).
b. Pemberian zinc
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
pemberian zinc yang dilakukaan diawal masa diare selama 10 hari kedepan
19
secara signifikan dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Dan
pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorbsi air dan elektrolit pada
usus halus, meningkatkan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brus
border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan
pathogen usus (Juffrie,2011).Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut
meskipun anak telah sembuh dari diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat
dilarutkan dengan air matang, ASI atau oralit. Untuk anak-anak yang lebih
besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit
(Juffrie,2011).
c. Pemberian ASI, makanan dan pengobatan dietetic
Pemberian ASI tetap harus dilakukan sesuai dengan umur anak dengan
waktu yang sama pada waktu anak yang sehat untuk mencegah kehilangan
berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang. Dan dapat dilakukan dengan
cara pengobatan dietetik yaitu pengobatan dengan pemberian makanan dan
minuman khusus pada klien dengan tujuan penyembuhan dan menjaga
kesehatan, seperti contoh pemberian susu formula yang mengnadung laktosa
rendah dan asam lemak tidak jenuh contoh LLM, makanan setengah padat
seperti (bubur, makanan padat nasi tim). Prinsip pengobatan dietetik dapat
disingkat O-B-E-S-E yaitu Oralit, Breast Feeding, Early Feeding,
Stimulaneously with Education (Suraatmaja, 2009).
d. Pengobatan kausal
Pada pengobatan ini dapat diberikan setelah diketahui penyebab yang
pasti, jika diare penyakit parental, diberikan antibiotika sistemik, jika terdapat
infeksi parental, antibiotik dapat diberikan sesuai dengan pemeriksaan lab
penunjang seperti ditemukannya bakteri patogen.
e. Pengobatan simtomatik
Pengobatan ini bertujuan untuk menghentikan diare secara tepat seperti
antispasmodik dan obat ini meskipun sering digunakan tetapi tidak mempunyai
keuntungan yang praktis dan tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut
pada anak (Subagyo B & Santoso NB, 2010).
8. Pencegahan Diare Pada Anak
Menurut Subagyo B & Santoso NB, ( 2010) upaya pencegahan diare dapat
dilakukan dengan cara mencegah penyebayaran kuman pathogen yang disebarkan
melaui fekal-oral dan bisa dilakukan pemutusan penyebaran kuman dengan cara
20
pemberian ASI dengan benar, memperbaiki makanan dan penyimpanan makanan
pendamping ASI dengan benar, penggunaan air bersih yang cukup, membudayakan
kebiasaan cuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum makan,
penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga, dan
membuang tinja bayi dengan benar. Adapun cara-cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat mengurangi resiko diare antara lain :
pemberian ASI paling tidak sampai 2 tahun, meningkatkan nilai gizi makanan
pendamping ASI dan memberikan makan dalam jumlah yang cukup untuk
memperbaiki status gizi anak, dan imunisasi campak (Subagyo, 2008).
9. Faktor-faktor Terjadinya Diare Pada Anak
Faktor resiko dari penyebab terjadinya diare yang telah kita ketahui yaitu
melalui 4 F (Finger, Flies, Fluid, Food), Diare dapat dikatakan sebagai masalah
pediatrik sosial karena diare merupakan salah satu penyakit utama yang terdapat
dinegara berkembang dimana ada faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada
balita itu sendiri yaitu diantaranya faktor penyebab (Agent), penjamu (Host), dan
faktor lingkungan (environmet), (Subagyo, 2008). Adapun faktor resiko terjadinya
diare yaitu :
a. Faktor Orang Tua
Orang tua sangat penting berperan dalam pencegahan dan perawatan anak
dengan diare, dimana faktor yang mempengaruhinya adalah umur ibu, tingkat
pendidikan, pengetahuan ibu terhadap pentingnya hidup sehat dan pencegahan
terhadap penyakit. Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang
merupakan penyakit yang masih banyak terjadi pada masa kanak-kanak dan
bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian
anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran orang
tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru
yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh
atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare sehingga beresiko
mengalami dehidrasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan,
( Notoatmodjo, 2007) : Umur, Bertambahnya umur seseorang dapat
berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya akan tetapi pada
umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau
mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Lingkungan, Lingkungan
memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat
21
mempelajari hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam
lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh
pada cara berpikir seseorang, (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan, Pendidikan
adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau
meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat
berdiri sendiri. Selain itu tingkat pendidikan juga dapat menentukan mudah atau
tidaknya kemampuan seseorang dalam menyerap dan memahami pengetahuan
yang mereka peroleh.
b. Faktor Lingkungan
Penularan penyakit diare sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana
sebagian besar penularan melalui faecal-oral yang sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan sarana air bersih dan jamban yang sesuai dengan standar kesehatan.
Daerah yang kumuh yang padat penduduk, kurangnya air bersih dengna sanitasi
yang jelek akan mengakibatkan penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat
shigellosis yaitu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi dapat
berlangsung sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang berumur
6 bulan sampai 3 tahun (Depkes, 1999).
c. Hygene dan kebersihan diri
Perilaku hygene dan kebersihan ibu dan anak mempunyai pengaruh
terhadap pencegahan terjadinya diare pada bayi dan balita, salah satu perilaku
hidup bersih dan sehat yang sering dilakukan adalah mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan pada anak dan juga setelah anak buang air besar
(Hira,2002). Tangan yang kotor dan kuku panjang merupakan sarana
berkembang biaknya agen kuman dan bakteri terutama penyebab penyakit diare.
Banyak penyakit mudah ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau
dari tangan kemulut.

K. Peran Perawat dalam Pencegahan Penyakit


1. Pencegahan primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab,
lingkungan dan faktor penjamu. Untuk faktor penyebab dilakukan berbagai upaya
agar mikroorganisme penyebab diare dihilangkan, dengan cara peningkatan air
bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan lingkungan biologis dilakukan untuk

22
memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari pejamu maka
dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah menderita
diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini
dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya efek samping
dan komplikasi. Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan
pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan
oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang dan dapat
diberikan pengobatan seperti kemoteraeutika yang memberantas penyebab diare
seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan
spasmolitik yang membnatu menghilangkan kejang pada perut.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami
kecacatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare
diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkai
ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat efek samping
dari penyakit diare. Dengan cara menkonsumsi makanan bergizi dan menjaga
keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita dengan
tetap memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental kepada
anak.

23
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada keluarga
(family centered care), pencegahan terhadap trauma (atrumatic care), dan manajemen
kasus. Dalam dunia keperawatan anak, perawat perlu memahami, menginggat adanya
beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan dikarenakan anak bukan
miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik.

Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik


keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien /pasien di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai
suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,bersifat humanistic,dan
berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini penyusunmenyadari masih banyak kekurangan dan


kesalahan.Oleh karena itupenyusun mengharapakan kritik dan saran bagi para pembaca
demi penyempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.Kepada para pembaca ,
perbanyaklah dan perluaslah pengetahuan dan wawasan kita dengan rajin membaca
.Jangan pernah merasa puas denzgn ilmu yang sudah kta miliki karena ilmu pengetahuan
semakin hari semakin meningkatseiring dengan perkembangan zaman.

24
DAFTAR PUSTAKA

Nining, Yuliastati. 2016. Keperawatan Anak. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.

Nasir, Abdul dan Abdul Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa:

Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.

Ahmad, Nur. 2015. Mengasah Potensi Kepribadian Anak Melalui Pendekatan

Komunikasi Positif. Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal

Volume 3 Nomor 1 Tahun 2015. Kudus: Sekolah Tinggi Agama Islam ,Negeri Kudus.

25

Anda mungkin juga menyukai