Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN SISTEM IMUNOLOGI

DENGAN GANGGUAN HIV / AIDS

disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase keperawatan medikal bedah II

DI susun oleh :
LISDAYANTI
14420202158

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
A. Konsep penyakit Hiv Aids
1. Definisi
HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu
yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS. Sedangkan AIDS sendiri adalah
suatu sindroma  penyakit yang muncul secara kompleks  dalam waktu relatif
lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi
HIV.

AIDS (Acquired Immune Deficiency syndrome) merupakan kumpulan


gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma,
cairan vagina dan air susu ibu. Virus tersebut merusak kekebalan tubuh
manusia dan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh
sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.

2. Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL III,
LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus
( HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang
ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
Penularan virus ditularkan melalui :
a) Hubungan seksual (anal, oral, vagina) yang tidak terlindungi dengan
orang yang telah terinveksi HIV
b) Jarum suntik / tindik / tato yang tidak steril dan di pakai bergantian
c) Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus hiv
d) Ibu penderita hiv positif kepada bayinya ketika dalam kandungan,saat
melahirkan atau melalui air susu ibu ASI.
3. Manifestasi klinik
tanda dan gejala penyakit AIDS menyebar luas dan pada dasarnya
dapat mengenai semua sistem organ. Penyakit yang berkaitan dengan infeksi
HIV dan penyakit AIDS terjadi akibat infeksi dan efek langsung HIV pada
jaringan tubuh. Adanya HIV dalam tubuh seseorang tidak dapat dilihat dari
penampilan luar. Orang yang terinfeksi tidak akan menunjukan gejala
apapun dalam jangka waktu yang relatif lama (±7-10 tahun) setelah tertular
HIV. Masa ini disebut masa laten. Orang tersebut masih tetap sehat dan bisa
bekerja sebagaimana biasanya walaupun darahnya mengandung HIV. Masa
inilah yang mengkhawatirkan bagi kesehatan masyarakat, karena orang
terinfeksi secara tidak disadari dapat menularkan kepada yang lainnya. Dari
masa laten kemudian masuk ke keadaan AIDS dengan gejala sebagai
berikut:
1. Gejala mayor (umum terjadi) :
 Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
 Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
 Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
 Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
 Demensia/ HIV ensefalopati
2. Gejala Minor (umum tidak terjadi) :
 Batuk menetap lebih dari 1 bulan
 Dermatitis generalisata
 Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
 Kandidias orofaringeal
 Herpes simpleks kronis progresif
 Limfadenopati generalisata
 Retinitis virus Sitomegalo
Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research
(MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas
beberapa fase.
1. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan
tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip
flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan
pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak
mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat
menularkan virus kepada orang lain.
2. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9
tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan
penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai
memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar
getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat
badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek.
3. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau
lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan
infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.
4. Patofisiologi
Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara
darah, semen dan secret Vagina. Sebagaian besar ( 75% ) penularan terjadi
melalui hubungan seksual. HIV tergolong retrovirus yang mempunyai 
materi genetic RNA. Bilamana virus masuk kedalam tubuh penderita ( sel
hospes ), maka RNA virus diubah menjadi oleh ensim reverse transcryptase
yang dimiliki oleh HIV . DNA pro-virus tersebut kemudian diintegrasikan
kedalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen
virus.
HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang
mempunyai antigen pembukaan CD4, terutama sekali limfosit T4 yang
memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan system
kekebalan tubuh. Selain tifosit T4,virus juga dapat menginfeksi sel monosit
makrofag, sel Langerhans pada kulit, sel dendrit folikuler pada kelenjar
limfe, makrofag pada alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel
mikroglia otak Virus yang masuk kedalam limfosit T4 selanjutnya
mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya
menghancurkan sel limfosit itu sendiri.
Kejadian awal yang timbul setelah infeksi HIV disebut sindrom
retroviral akut atau Acute Roviral Syndrome. Sindrom ini diikuti oleh
penurunan CD4 (Cluster Differential Four) dan peningkatan kadar RNA Nu-
HIV dalam plasma. CD4 secara perlahan akan menurun dalam beberapa
tahun dengan laju penurunan CD4 yang lebih cepat pada 1,5 – 2,5 tahun
sebelum pasien jatuh dalam keadaan AIDS. Viral load ( jumlah virus HIV
dalam darah ) akan cepat meningkat pada awal infeksi dan kemudian turun
pada suatu level titik tertentu maka viral load secara perlahan meningkat.
Pada fase akhir penyakit akan ditemukan jumlah CD4 < 200/mm3 kemudian
diikuti timbulnya infeksi oportunistik, berat badan turun secara cepat dan
muncul komplikasi neurulogis. Pada pasien tanpa pengobatan ARV rata –
rata kemampuan bertahan setelah CD4 turun < 200/mm3 adalah 3,7 tahun.

5. Komplikasi
a) Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,
nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
1) Kandidiasis oral
Kandidiasis oral adalah suatu infeksi jamur, hampir terdapat
secara universal pada semua penderita AIDS serta keadaan yang
berhubungan dengan AIDS. Infeksi ini umumnya mendahului
infeksi serius lainnya. Kandidiasi oral ditandai oleh bercak-bercak
putih seperti krim dalam rongga mulut. Tanda –tanda dan gejala
yang menyertai mencakup keluhan menelan yang sulit serta nyeri
dan rasa sakit di balik sternum (nyeri retrosternal). Sebagian pasien
juga menderita lesi oral yang mengalami ulserasi dan menjadi
rentan terutama terhadap penyebaran kandidiasis ke sistem tubuh
yang lain.
2) Sarcoma Kaposi
Sarcoma Kaposi (dilafalkan KA- posheez), yaitu kelainaan
malignitas yang berkaitan dengan HIV yang sering ditemukan ,
merupakan penyakit yang melibatkan lapisan endotil pembuluh
darah dan limfe.
b) Neurologik
1) kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia,
dan isolasi social.
2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek :
sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik,
dan maranik endokarditis.
4) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c) Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d) Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk,
nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas.
e) Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek
nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f) Sensorik
1) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri
6. Pemeriksaan penunjang
Pada daerah di mana tersedia laboratorium pemeriksaan anti-HIV,
penegakan diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan serum atau cairan tubuh
lain (cerebrospinal fluid) penderita.
a) ELISA (enzyme linked immunosorbent assay)
ELISA digunakan untuk menemukan antibodi, Kelebihan teknik
ELISA yaitu sensitifitas yang tinggi yaitu 98,1 %-100% (Kresno).
Biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan setelah infeksi. Tes ELISA
telah menggunakan antigen recombinan, yang sangat spesifik terhadap
envelope dan core.
b) Western Blot
Western blot biasanya digunakan untuk menentukan kadar relatif dari
suatu protein dalam suatu campuran berbagai jenis protein atau molekul
lain. Biasanya protein HIV yang digunakan dalam campuran adalah
jenis antigen yang mempunyai makna klinik, seperti gp120 dan gp41.
Western blot mempunyai spesifisitas tinggi yaitu 99,6% - 100%.
Namun pemeriksaan cukup sulit, mahal membutuhkan waktu sekitar 24
jam
c) PCR (Polymerase Chain Reaction)
Kegunaan PCR yakni sebagai tes HIV pada bayi, pada saat zat antibodi
maternal masih ada pada bayi dan menghambat pemeriksaan secara
serologis maupun status infeksi individu yang seronegatif pada
kelompok risiko tinggi dan sebagai tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab
sensitivitas ELISA rendah untuk HIV-2 (Kresno, 2001). Pemeriksaan
CD4 dilakukan dengan melakukan imunophenotyping yaitu dengan flow
cytometry dan cell sorter. Prinsip flowcytometry dan cell sorting
(fluorescence activated cell sorter, FAST) adalah menggabungkan
kemampuan alat untuk mengidentifasi karakteristik permukaan setiap
sel dengan kemampuan memisahkan sel-sel yang berada dalam suatu
suspensi menurut karakteristik masing-masing secara otomatis melalui
suatu celah, yang ditembus oleh seberkas sinar laser. Setiap sel yang
melewati berkas sinar laser menimbulkan sinyal elektronik yang dicatat
oleh instrumen sebagai karakteristik sel bersangkutan. Setiap
karakteristik molekul pada permukaan sel manapun yang terdapat di
dalam sel dapat diidentifikasi dengan menggunakan satu atau lebih
probe yang sesuai. Dengan demikian, alat itu dapat mengidentifikasi
setiap jenis dan aktivitas sel dan menghitung jumlah masing-masing
dalam suatu populasi campuran.

7. Penatalaksanaan

A. Non Farmakologi
1. Fisik
Aspek fisik pada PHIV ( pasien terinfeksi HIV ) adalah pemenuhan
kebutuhan fisik sebagai akibat dari tanda dan gejala yang terjadi.
Aspek perawatan fisik meliputi :
a) Universal Precautions
Universal precautions adalah tindakan pengendalian infeksi
sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk
semua pasien setiap saat, pada semua tempat pelayanan dalam
rangka mengurangi risiko penyebaran infeksi.
Selama sakit, penerapan universal precautions oleh perawat,
keluraga, dan pasien sendiri sangat penting. Hal ini di tunjukkan
untuk mencegah terjadinya penularan virus HIV.
Prinsip-prinsip universal precautions meliputi:
1). Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh
menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan, masker,
kacamata pelindung, penutup kepala, apron dan sepatu boot.
Penggunaan alat pelindung disesuakan dengan jenis tindakan
yang akan dilakukan.
2). Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan,
termasuk setelah melepas sarung tangan.
3). Dekontaminasi cairan tubuh pasien.
4). Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi
semua alat kedokteran yang dipakai (tercemar).
5). Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan.
6). Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara
benar dan aman.
2. Peran perawat dan pemberian ARV
a) Manfaat penggunaan obat dalam bentuk kombinasi adalah:
 Memperoleh khasiat yang lebih lama untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya resistensi.
 Meningkatkan efektivitas dan lebih menekan aktivitas
virus. Bila timbul efek samping, bisa diganti dengan obat
lainnya, dan bila virus mulai rasisten terhadap obat yang
sedang digunakan bisa memakai kombinasi lain.
b) Efektivitas obat ARV kombinasi:
 AVR kombinasi lebih efektif karena memiliki khasiat
AVR yang lebih tinggi dan menurunkan viral load lebih
tinggi dibandingkan dengan penggunaan satu jenis obat
saja.
 Kemungkinan terjadi resistensi virus kecil, akan tetapi bila
pasien lupa minum dapat menimbulkan terjadinya
resistensi.
 Kombinasi menyebabkan dosis masing-masing obat lebih
kecil, sehingga kemungkinan efek samping lebih kecil.
3. Pemberian nutrisi
Pasien dengan HIV/ AIDS sangat membutuhkan vitamin dan
mineral dalam jumlah yang lebih banyak dari yang biasanya
diperoleh dalam makanan sehari- hari. Sebagian besar ODHA akan
mengalami defisiensi vitamin sehingga memerlukan makanan
tambahan HIV menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan
penyerapan nutrient. Hal ini berhubungan dengan menurunnya atau
habisnya cadangan vitamin dan mineral dalam tubuh. Defisiensi
vitamin dan mineral pada ODHA dimulai sejak masih dalam
stadium dini. Walaupun jumlah makanan ODHA sudah cukup dan
berimbang seperti orang sehat, tetapi akan tetap terjadi defisiensi
vitamin dan mineral.
4. Aktivitas dan istirahat
 Manfaat olah raga terhadap imunitas tubuh
Hamper semua organ merespons stress olahraga. Pada
keadaan akut , olah raga akan berefek buruk pada kesehatan,
olahraga yang dilakukan secara teratur menimbulkan adaptasi
organ tubuh yang berefek menyehatkan
 Pengaruh latihan fisik terhadap tubuh
5. Perubahan system tubuh
Olahraga meningkatkan cardiac output dari 5 i/menit menjadi 20
1/menit pada orang dewasa sehat. Hal ini menyebabkan
peningkatan darah ke otot skelet dan jantung.
 Sistem pulmoner
Olahraga meningkatkan frekuensi nafas, meningkatkan
pertukaran gas serta pengangkutan oksigen, dan penggunaan
oksigen oleh otot.
 Metabolisme
Untuk melakukan olah raga, otot memerlukan energi. Pada olah
raga intensitas rendah sampai sedang, terjadi pemecahan
trigliserida dan jaringa adiposa menjadi glikogen dan FFA (free
fatty acid). Pada olahraga intensitas tinggi kebutuhan energy
meningkat, otot makin tergantung glikogen sehingga
metabolisme berubah dari metabolisme aerob menjadi anaerob
6. Psikologis (strategi koping)
Mekanisme koping terbentuk melalui proses dan mengingat. Belajar
yang dimaksud adalah kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi)
pada pengaruh internal dan eksterna
7. Sosial
Dukungan social sangat diperlukan PHIV yang kondisinya sudah
sangat parah. Individu yang termasuk dalamdan memberikan
dukungan social meliputi pasangan (suami/istri), orang tua, anak,
sanak keluarga, teman, tim kesehatan, atasan, dan konselor.
B. Farmakologi
Belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga pencegahan infeksi HIV
perlu dilakukan. Pencegahan berarti tidak kontak dengan cairan tubuh
yang tercemar HIV
1) Pengendalian Infeksi Oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi
yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi
penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan
perawatan kritis.
2) Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang
efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim
pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang
jumlah sel T4 nya < 3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien
dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif
asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3.
3) Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas sistem imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi
virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah : didanosine, ribavirin,
diedoxycytidine, dan recombinant CD 4 dapat larut.
4) Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
5) Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan-
makanan sehat, hindari stress, gizi yang kurang, alkohol dan obat-
obatan yang mengganggu fungsi imun.
6) Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel
T dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus
(HIV).

8. Prognosis
Sebagian besar HIV/AIDS berakibat fatal. Sekitar 75% pasien yang
didiagnosis AIDS meninggal tiga tahun kemudian. Penelitian melaporkan
ada 5% kasus pasien terinfeksi HIV yang tetap sehat secara klinis dan
imunologis.
B. Konsep Asuhan keperawatan hiv/aids
1. Pengkajian
a) Identitas Klien
 Nama
 No RM
 Usia
 Jenis Kelamin
 Diagnosa
 Hari rawat
 Tanggal masuk rumah sakit
b) Keluhan masuk
Penyebab pasien dibawa ke rumah sakit apakah pasien mengalmai
penurunan kesadaran, sesak nafas, muntah darah, batuk dengan dahak
berdarah, demam atau nyeri pada kepala atau bagian tubuh lain
c) Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Pasien mengatakan mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap
aktivitas biasanya, sulit tidur, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak
berguna, rasa bersalah, kehilangan kontrol diri, depresi, nyeri panggul,
rasa terbakar saat miksi, diare intermitten, terus-menerus yang
disertai/tanpa kram abdominal, tidak nafsu makan, mual/muntah, rasa
sakit/tidak nyaman pada bagian oral, nyeri retrosternal saat menelan,
pusing, sakit kepala, tidak mampu mengingat sesuatu, konsentrasi
menurun, tidak merasakan perubahan posisi/getaran, kekuatan otot
menurun, ketajaman penglihatan menurun, kesemutan pada ekstremitas,
nyeri, sakit, dan rasa terbakar pada kaki, nyeri dada pleuritis, nafas
pendek, sering batuk berulang, sering demam berulang, berkeringat
malam, takut mengungkapkan pada orang lain dan takut ditolak
lingkungan, merasa kesepian/isolasi, menurunnya libido dan terlalu sakit
untuk melakukan hubungan seksual.
d) Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Pasien memiliki riwayat melakukan hubungan seksual dengan pasangan
yang positif mengidap HIV/AIDS, pasangan seksual multiple, aktivitas
seksual yang tidak terlindung, seks anal, homoseksual, penggunaan
kondom yang tidak konsisten, menggunakan pil pencegah kehamilan
(meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang terpajan
karena peningkatan kekeringan/friabilitas vagina),  pemakai obat-obatan
IV dengan jarum suntik yang bergantian, riwayat menjalani transfusi
darah berulang, dan mengidap penyakit defesiensi im
e) Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat HIV/AIDS pada keluarga, kehamilan keluarga dengan
HIV/AIDS, keluarga pengguna obat-obatan terlarang.
f) Pemeriksaan Fisik
 Kesadaran umum/ kesadaran
 Tanda- tanda Vital (TTV)
Tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan
 Pemeriksaan head to toe
 Kepala : simteris atau tidak, normochepal
 Mata :konjungtiva anemis (+), sclera Ikterik (+)
 Hidung : sekret(+)
 Telinga : nyeri tekan, kesimetrisan
 Mulut : mukosa mulut kering(-),
 Kulit : turgor kulit jelek(-)
 Paru-paru : I : simetris atau tidak
P : fremitus atau tidak
P : redup/sonor
A bronkovesikuler, ronkhi, whezzing
 Jantung :I Iktus terlihat atau tidak
P Iktus teraba atau tidak
P Batas jantung
A Irama jantung
 Abdomen :I Membuncit atau tidak
P H/L teraba atau tidak
P tympani
A bunyi bising usus normal / tidak
 Ekstremitas : edema, nyeri tekan
g) Pemeriksaan
 Aktivitas dan istirahat
Massa otot menurun, terjadi respon fisiologis terhadap aktivitas
seperti perubahan pada tekanan darah, frekuensi denyut jantung,
dan pernafasan.
 Sirkulasi
Takikardi, perubahan tekanan darah postural, penurunan volume
nadi perifer, pucat/sianosis, kapillary refill time meningkat.
 Integritas ego
Perilaku menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku
marah, postur tubuh mengelak, menangis, kontak mata kurang,
gagal menepati janji atau banyak janji.
 Eliminasi
Diare intermitten, terus menerus dengan/tanpa nyeri tekan
abdomen, lesi/abses rektal/perianal, feses encer dan/tanpa disertai
mukus atau darah, diare pekat, perubahan jumlah, warna, dan
karakteristik urine.
 Makanan/cairan
Adanya bising usus hiperaktif; penurunan berat badan: parawakan
kurus, menurunnya lemak subkutan/massa otot; turgor kulit buruk;
lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna;
kurangnya kebersihan gigi, adanya gigi yang tanggal; edema.
 Higiene
Penampilan tidak rapi, kekurangan dalam aktivitas perawatan diri.
 Neurosensori
Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental
sampai dimensia, lupa, konsentrasi buruk, kesadaran menurun,
apatis, retardasi psikomotor/respon melambat.Ide paranoid, ansietas
berkembang bebas, harapan yang tidak realistis. Timbul refleks
tidak normal, menurunnya kekuatan otot, gaya berjalan ataksia.
Tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis,
hemiparase, kejangHemoragi retina dan eksudat (renitis CMV).
 Nyeri/kenyamanan 
Pembengkakan sendi, nyeri tekan, penurunan rentang gerak,
perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit.
 Pernapasan
Takipnea, distress pernafasan, perubahan bunyi nafas/bunyi nafas
adventisius, batuk (mulai sedang sampai parah)
produktif/nonproduktif, sputum kuning (pada pneumonia yang
menghasilkan sputum).
pelebaran kelenjar limfe pada dua/lebih area tubuh (leher, ketiak,
paha) Penurunan kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada
gaya berjalan.
 Seksualitas
Herpes, kutil atau rabas pada kulit genitalia
 Interaksi social
Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat, aktivitas yang tak
terorganisasi, perobahan penyusunan tujuan.
h) Pola fungsi kesehatan (Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual)
 Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi
pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.
 Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit,
Keluarga mengatakan saat masuk RS px hanya mampu
menghabiskan ⅓ porsi makanan, Saat pengkajian keluarga
mengatakan px sedikit minum, sehingga diperlukan terapi cairan
intravena.
 Pola eliminasi
Mengkaji pola BAK dan BAB px
 Pola aktifitas dan latihan
Pasien terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik, tetapi
px mampu untuk duduk, berpindah, berdiri dan berjalan.
 Pola istirahat
Px mengatakan tidak dapat tidur dengan nyenyak, pikiran kacau,
terus gelisah.
 Pola kognitf dan perseptual (sensoris)
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan
interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam
menjalankan perannya selama sakit, px mampu memberikan
penjelasan tentang keadaan yang dialaminya.
 Pola persepsi dan konsep diri
Pola emosional px sedikit terganggu karena pikiran kacau dan sulit
tidur.
 Peran dan tanggung jawab
Keluarga ikut berperan aktif dalam menjaga kesehatan fisik pasien.
 Pola reproduksi dan sexual
Mengkaji perilaku dan pola seksual pada px
 Pola penanggulangan stress
Stres timbul akibat pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah
penyakitnya, px merasakan pikirannya kacau. Keluarga px cukup
perhatian selama pasien dirawat di rumah sakit.
 Pola tata nilai dan kepercayaan
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan
menjadi cemas dan takut, serta kebiasaan ibadahnya akan
terganggu, dimana px dan keluarga percaya bahwa masalah px
murni masalah medis dan menyerahkan seluruh pengobatan pada
petugas kesehatan.
2. Diagnosa keperawatan
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas d.d batuk
tidak efektif atau tidak mampu batuk
b) Hipertermia b.d Proses Penyakit d.d Suhu Tubuh Diatas Normal
c) Diare b.d Proses Infeksi d.d Bising Usus Hiperaktif
d) Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan d.d berat badan menurun
minimal 10% dibawah rentang ideal
e) Risiko ketidak seimbangan elektrolit b.d Kehilangan Cairan d.d
Penurunan Turgor Kulit
f) Intoleransi Aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan Kebutuhn
Oksigen d.d merasa lemah dan mengeluh lelah
3. Intervensi keperawatan

No. Diagnosa keperawatan Luaran Intervensi

Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Observasi


1. efektif b.d hipersekresi jalan keperawatan selama …..x24 1. Monitor pola nafas
napas d.d batuk tidak efektif jam diharapkan jalan napas 2. Monitor bunyi nafas
atau tidak mampu batuk paten dengan kriteria hasil : tambahan
 Produksi sputum menurun 3. Monitor sputum
 Frekuensi nafas membaik Terapeutik

 Pola nafas membaik 1. Pertahankan kepatenan


jalan nafas dengan head
–tilt dan chin lift
2. Posisikan semi fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi,
jika perlu
5. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
6. Berikan oksigen , jika
perlu
Edukasi
1. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
2. Hipertermia b.d Proses Setelah dilakukan tindakan Observasi
Penyakit d.d Suhu Tubuh keperawatan selama …..x24 1. Monitor suhu tubuh
Diatas Normal jam diharapkan suhu tubuh 2. Monitor kadar
membaik dengan kriteria elektrolit
hasil : Terapeutik
 Suhu tubuh membaik 1. Sediakan lingkungan
 Suhu kulit membaik yang dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. Berikan cairan oral
4. Ganti linen setia hari
atau lebih sering jika
mengalami
hyperhidrosis (keringat
berlebih)
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemeberian
cairan dan elektrolit
intravena jika perlu
3. Risiko ketidak seimbangan Setelah dilakukan tindakan Observasi
elektrolit b.d keperawatan selama …..x24 1. Identifikasi tanda dan
ketidakseimbangan cairan d.d jam diharapkan dengan gejala
Penurunan Turgor Kulit kriteria hasil: ketidakseimbangan
 Asupan cairan meningkat kadar elektrolit
 Membrane mukosa 2. Identifikasi kehilangan
membaik elektrolit melalui cairan
 Turgor kulit membaik 3. Monitor kadar
elektrolit
Terapeutik
1. Berikan cairan jika
perlu
Edukasi
1. Jelaskan jenis,
penyebab dan
penanganan
ketidakseimangan
elektrolit
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
suplemen elektrolit
4 Diare b.d Proses Infeksi d.d Setelah dilakukan tindakan Observasi
Bising Usus Hiperaktif keperawatan selama …..x24 1. Identifikasi penyebab
jam diharapkan dengan diare
kriteria hasil: 2. Monitor jumlah
 Pengontrolan pengeluaran pengeluaran diare
feses menurun Terapeutik
 Defekasi membaik 1. Berikan asupan cairan
 Frekuensi buang air besar oral
membaik 2. Berikan cairan
intravena
Edukasi
1. Anjurkan makanan
porsi kecil dan sering
secara bertahap
2. Anjurkan menghindari
makanan berbentuk
gas, pedas dan
mengandung lactose
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas
2. Kolaborasi pemberian
obat anti
spasmodic/spasmolitik
3. Kolaborasi pemberian
obat pengeras feses
5. Defisit nutrisi b.d kurangnya Setelah dilakukan tindakan Observasi
asupan makanan d.d berat keperawatan selama …..x24 1. Identifikasi status
badan menurun minimal 10% jam diharapkan keinginan nutrisi
dibawah rentang ideal makan membaik dengan 2. Identifikasi makanan
kriteria hasil: yang di sukai
 Porsi makanan yang 3. Monitor asupan
dihabiskan meningkat makanan
 Berat badan membaik 4. Monitor berat badan
 IMT membaik Terapeutik

 Nafsu makan membaik 1. Lakukan oral hygiene


sebelum makan
2. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
3. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
4. Berikan tinggi
makanan dan tinggi
protein
5. Berikan suplemen
makanan
Edukasi
1. Ajarkan posisi duduk
jika mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu.
6. Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi
Ketidakseimbangan antara keperawatan selama …..x24 1. Identifikasi gangguan
suplai dan Kebutuhn Oksigen jam diharapkan intoleransi fungsi tubuh yang
d.d merasa lemah dan aktivitas meningkat dengan mengakibatkan
mengeluh lelah kriteria hasil : kelelahan
 Kemudahan dalam 2. Monitor kelelahan fisik
melakukan aktivitas 3. Monitor lokasi dan
sehari-hari meningkat ketidaknyamanan
 Kekuatan tubuh bagian selama melakukan
atas meningkat aktivitas
 Kuatan tubuh bagian Terapeutik
bawah meningkat 1. Sediakan lingkungan
 Keluhan lelah menurun yang nyaman dan
rendah stimulus
2. Lakukan rentng gerak
psif dan atau aktif
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

4. Implementasi keperawatan
a) Bersihan jalan nfas tidak efektif : Pola nafas membaik dan frekuensi
membaik
b) Hipertermia : Pasien dapat mempertahankan suhu tubu dalam batas
normal.
c) Risiko ketidak seimbangan elektrolit : asupan cairan meningkat pasien
tidak lagi kekurangan cairan
d) Diare : defekasi membaik dan frekuensi buang air besar membaik
e) Defisit nutrisi : Porsi makanan yang dihabiskan meningkat dan nafsu
makan membaik serta berat badan klien membaik
f) Intoleransi Aktivitas : Kemudahan klien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari meningkat dank lien tidaklagi mengeluh lemah

Daftar dapus

Ninuk Dian K, S.Kep.Ners,   Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons). 2016. Asuhan


Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta : Salemba Medika
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC

Price, Sylvia Anderson, Wilsom, Lorraine M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis


Proses-Proses Penyakit, Ed.6. Vol:2. Jakarta: EGC.

PPNI, T. P. 2018. Standar intervensi keperawatan Indonesia SIKI : definisi


dantindakan keperawatan (cetakan II) I ed ). Jakarta : DPP PPNI. .

PPNI, T.P. 2019. Standar luaran keperawatan indonesia (SIKI) : definisi dan kriteria
hasil keperawatan (cetakan II) ed). Jakarta : DPP PPNI

Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar diagnose keperawatan Indonesia

Defines dan indicator diagnostic. Jakarta : dewan pengurus PPNI

Pathway
Transmisi HIV ke dalam tubuh
melalui darah, cairan
vagina/sperma ASI / cairan tubuh
ibu yg infeksius

Pengikatan gp120 HIV dengan


reseptor membran T Helper + CD4
Fusi / peleburan membran virus
dengan membran sel T Helper +
CD4

Enzim reverse transcriptase

RNA HIV  cDNA

Enzim integrase

Transkripsi mRNA dan translasi


menghasilkan protein struktural
virus

Enzim protease

Merangkai RNA virus dengan

protein-protein yang baru dibentuk

Terbentuk virus - virus HIV yang baru


dalam tubuh
Replikasi perkembangan HIV dalam Reaksi antigen
cairan tubuh antibodi

imunosupresi Pelepasan mediator


kimiawi (pirogen)
Organ target

hipotalamus

Gastrointestinal Dermatologi Neurologi respirator


Peningkatan suhu
thermostat
Infeksi jamur Infeksi paru
(tb,
peneumonia) Demam
Kerusakan Candida pada organ BAB terus
membran menerus
Pencernaan Menghasilkan Hipertermia
mukosa oral mucus
Penurunan diare
Lesi pada mulut intake cairan Penumpukan
secret jalan
Eshopagus pada
nafas
lambung
Risiko
ketidakseimban Tidak dapat
Penurunan nafsu
gan elektrolit menegeluarkan secret
makan

Penurunan bb Obstruksi jalan nafas


Penurunan O2 keparu’’
Defisit nutrisi : kurang Bersihan Jalan Napas
dari kebutuhan tubuh
Kompensasi tubuh Tidak efektif
Respiratori
Peningkatan RR

disapnea

penurunan suplai O2
ketubuh

Intoleransi Aktivitas
Kelemahan umum

Kekurangan
Volume Cairan

Anda mungkin juga menyukai