Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

HIV-AIDS
A. Pengertian
HIV (human immunodeficiency virus) adalah retrovirus golongan RNA
yang spesifik menyerang sistem imun/kekebalan tubuh manusia. Penurunan
sistem kekebalan tubuh pada orang yang terinfeksi HIV memudahkan
berbagai infeksi, sehingga dapat menyebabkan timbulnya AIDS (Kementerian
Kesehatan RI,2014)
AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) adalah sekumpulan
gejala/tanda klinis pada pengidap HIV akibat infeksi tumpangan (oportunistik)
karena penurunan sistem imun. Penderita HIV mudah terinfeksi berbagai
penyakit karena imunitas tubuh yang sangat lemah, sehingga tubuh gagal
melawan kuman yang biasanya tidak menimbulkan penyakit. Infeksi
oportunistik ini dapat disebabkan oleh berbagai virus, jamur, bakteri dan
parasit serta dapat menyerang berbagai organ, antara lain kulit, saluran
cerna/usus, paru-paru dan otak. Berbagai jenis keganasan juga mungkin
timbul (Kementerian Kesehatan RI,2014)
B. Etiologi
Penyebab penyakit HIV/AIDS adalah human immunodeficiency virus,
yaitu virus yang menyebabkan penurunan daya kekebalan tubuh. HIV
termasuk genus retrovirus dan tergolong ke dalam family lentivirus. Infeksi dari
family lentivirus ini khas ditandai dengan sifat latennya yang lama, masa
inkubasi yang lama, replikasi virus yang persisten dan keterlibatan dari
susunan saraf pusat (SSP). Sedangkan ciri khas untuk jenis retrovirus yaitu :
dikelilingi oleh membran lipid, mempunyai kemampuan variasi genetik yang
tinggi, mempunyai cara yang unik untuk replikasi serta dapat menginfeksi
seluruh jenis vertebra (Depkes, 2006).
Cara penularan HIV Menurut Kementerian Kesehatan RI (2014) adalah
melaui :
1. Cairan genital: cairan sperma dan cairan vagina pengidap HIV memiliki
jumlah virus yang tinggi dan cukup banyak untuk memungkinkan
penularan, terlebih jika disertai IMS lainnya. Karena itu semua hubungan

seksual yang berisiko dapat menularkan HIV, baik genital, oral maupun
2.

anal.
Kontaminasi darah atau jaringan: penularan HIV dapat terjadi melalui
kontaminasi darah seperti transfusi darah dan produknya (plasma,
trombosit) dan transplantasi organ yang tercemar virus HIV atau melalui
penggunaan peralatan medis yang tidak steril, seperti suntikan yang tidak
aman, misalnya penggunaan alat suntik bersama pada penasun, tatto dan
tindik tidak steril.

3. Perinatal: penularan dari ibu ke janin/bayi penularan ke janin terjadi


selama kehamilan melalui plasenta yang terinfeksi; sedangkan ke bayi
melalui darah atau cairan genital saat persalinan dan melalui ASI pada
masa laktasi
C. Klasifikasi Penyakit
WHO telah mengembangkan sistem stadium klinis (awalnya untuk
menentukan prognosis) berdasarkan kriteria klinis. Kondisi klinis menunjukkan
apakah pasien berada pada stadium 1, 2, 3 atau 4. Stadium klinis merupakan
hal yang penting sebagai kriteria untuk memulai terapi ARV (Kementerian
Kesehatan RI, 2013).
1. Stadium 1, yaitu :
a. Tidak ada gejala.
b. Limfadenopati Generalisata Persisten .
2. Stadium 2
a. Penurunan berat badan bersifat sedang

yang

tak

diketahui

penyebabnya (<10% dari perkiraan berat badan atau berat badan


sebelumnya).
b. Infeksi saluran pernafasan yang berulang (sinusitis, tonsillitis, otitis
media, faringitis).
c. Herpes zoster.
d. Keilitis angularis.
e. Ulkus mulut yang berulang.
f. Ruam kulit berupa papel yang gatal (papular pruritic eruption).
g. Dermatisis seboroik.
h. Infeksi jamur pada kuku
3. Stadium 3
a. Penurunan berat badan bersifat berat yang tak diketahui penyebabnya
(lebih dari 10% dari perkiraan berat badan atau berat badan
sebelumnya).

b.
c.
d.
e.
f.
g.

Diare kronis yang tak diketahui penyebabnya selama lebih dari 1 bulan.
Demam menetap yang tak diketahui penyebabnya.
Kandidiasis pada mulut yang menetap.
Oral hairy leukoplakia.
Tuberkulosis paru.
Infeksi bakteri yang berat (contoh: pneumonia, empiema, meningitis,
piomiositis, infeksi tulang atau sendi, bakteraemia, penyakit inflamasi

panggul yang berat).


h. Stomatitis nekrotikans ulserative akut, gingivitis atau periodontitis.
i. Anemi yang tak diketahui penyebabnya (<8g/dl), netropeni (<0.5 x
109/l) dan/atau trombositopeni kronis (<50 x 109/l) .
4. Stadium 4
a. Syndrom wasting HIV.
b. Pneumonia Pneumocystis jiroveci.
c. Pneumonia bacteri berat yang berulang.
d. Infeksi herpes simplex kronis (orolabial, genital, atau anorektal selama
e.
f.
g.
h.

lebih dari 1 bulan atau viseral di bagian manapun).


Kandidiasis esofageal (atau kandidiasis trakea, bronkus atau paru).
Tuberkulosis ekstra paru.
Sarkoma Kaposi.
Penyakit Cytomegalovirus (retinitis atau infeksi organ lain, tidak

termasuk hati, limpa dan kelenjar getah bening).


i. Toksoplasmosis di sistem saraf pusat.
j. Ensefalopati HIV.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Kementerian Kesehatan RI ( 2012) , terdapat tanda atau gejala yang
patut diduga sebagai infeksi HIV yaitu:
1. Keadaan Umum:
a. Kehilangan berat badan >10% dari berat badan dasar.
b. Demam (terus menerus atau intermiten, temperatur oral >37,5 oC) yang
lebih dari satu bulan.
c. Diare (terus menerus atau intermiten) yang lebih dari satu bulan.
d. Limfadenopati meluas .
2. Kulit yaitu : PPE dan kulit kering yang luas merupakan dugaan kuat infeksi
HIV. Beberapa kelainan seperti kutil genital (genital warts), folikulitis dan
psoriasis sering terjadi pada ODHA tapi tidak selalu terkait dengan HIV
Infeksi.
3. Infeksi jamur, yaitu : kandidiasis oral ,dermatitis seboroik, kandidiasis
vagina berulang.
4. infeksi viral, yaitu : herpes zoster (berulang atau melibatkan lebih dari satu
dermatom), herpes genital (berulang), moluskum kontagiosum, kondiloma.
5. Gangguan pernafasan, yaitu: batuk lebih dari satu bulan, sesak nafas,
tuberkulosis, pneumonia berulang, sinusitis kronis atau berulang.

6. Gejala neurologis, yaitu nyeri kepala yang semakin parah (terus menerus
dan tidak jelas penyebabnya), kejang demam, menurunnya fungsi kognitif.
E. Patofisiologi
Human immunodeficiency virus menyerang sel yang mempunyai
molekul antigen CD4 pada permukaannya. Sel ini pada dasarnya adalah
subset sel limfosit T helper, yang sangat penting dalam respon imun yang
dimediasi sel. Sel-sel ini disebut limfosit-T CD4+. Beberapa tahun belakangan
juga diketahui bahwa HIV memerlukan molekul lain yang dikenal sebagai
kemokin yang terdapat pada permukaan sel dan berguna untuk masuk ke
dalam sel. Pasien yang tidak memiliki beberapa kemokin spesifik ini (misalnya
CCR5) lebih resisten terhadap infeksi HIV. Pada pasien lain yang memiliki
perubahan molekul pada reseptor kemokin ini akan lebih lambat mengalami
progresivitas menuju AIDS. ( Kemenkes RI,2013)
Terdapat tiga fase perjalanan alamiah infeksi HIV sebagai berikut:
1. Fase I disebut masa jendela (window period) , tubuh sudah terinfeksi HIV,
namun pada pemeriksaan darahnya masih belum ditemukan antibodi antiHIV. Pada masa jendela yang biasanya berlangsung sekitar dua minggu
sampai tiga bulan sejak infeksi awal ini, penderita sangat mudah
menularkan HIV kepada orang lain. Sekitar 30-50% orang mengalami
gejala infeksi akut berupa demam, nyeri tenggorokan, pembesaran kelenjar
getah bening, ruam kulit, nyeri sendi, sakit kepala, bisa disertai batuk
seperti gejala flu pada umumnya yang akan mereda dan sembuh dengan
atau tanpa pengobatan. Fase flu-like syndrome ini terjadi akibat
serokonversi dalam darah, saat replikasi virus terjadi sangat hebat pada
infeksi primer HIV.
2. Fase II: masa laten yang bisa tanpa gejala/tanda (asimtomatik) hingga
gejala ringan. Tes darah terhadap HIV menunjukkan hasil yang positif,
walaupun gejala penyakit belum timbul. Penderita pada fase ini penderita
tetap dapat menularkan HIV kepada orang lain. Masa tanpa gejala rata-rata
berlangsung selama 2-3 tahun, sedangkan masa dengan gejala ringan
dapat berlangsung selama 5-8 tahun, ditandai oleh berbagai radang kulit
seperti ketombe, folikulitis yang hilang-timbul walaupun diobati.

3.

Fase III: masa AIDS merupakan fase terminal infeksi HIV dengan
kekebalan tubuh yang telah menurun drastis sehingga mengakibatkan
timbulnya berbagai infeksi oportunistik, berupa peradangan berbagai
mukosa, misalnya infeksi jamur di mulut, kerongkongan dan paru-paru.
Infeksi TB banyak ditemukan di paru-paru dan organ lain di luar paru-paru.
Sering ditemukan diare kronis dan penurunan berat badan sampai lebih
dari 10% dari berat awal.

F. Komplikasi
Menurut Chu dan Petera (2011), komplikasi penderita HIV-AIDS
meliputi :
1. primary central nervous system lymphoma.
2. Gangguan jiwa kronis (chronic psychiatric disorders).
3. Penyakit inflamasi gusi, gigi, dan kelenjar ludah (gingivitis, dental and
salivary gland disease).
4. Penyakit kardiovaskular (endocarditis)
5. Chronic obstructive pulmonary disease, kanker paru ( termasuk kaposi
6.
7.
8.
9.

sarcoma and lymphoma)


Penyakit ginjal kronik bukan disebabkan HIV- berkaitan neurophaty.
Osteopenia, osteoporosis, osteonecrosis.
Lymphoma, multiple myeloma.
Papulosquamous disorders .

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan diagnosis HIV
Tes diagnostik HIV dapat dilakukan secara serologis dan virologis.
Pemeriksaan serologis dilakukan dengan metode rapid diagnostic test
(RDT) atau Enzyme Immuno Assay (EIA) yang menggunakan antibodi atau
fraksi protein. Pemeriksaan virus menggunakan metode PCR (polymerase
chain reaction) (Kementerian Kesehatan, 2014).
2. Pemeriksaan penunjang setelah diagnosis HIV ditegakkan
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), Setelah dinyatakan
terinfeksi HIV maka pasien perlu dirujuk ke layanan PDP untuk
menjalankan serangkaian layanan yang meliputi penilaian stadium klinis,
penilaian imunologis dan penilaian virologi. Hal tersebut dilakukan untuk
menentukan apakah pasien sudah memenuhi syarat untuk terapi
antiretroviral, menilai status supresi imun pasien,

menentukan infeksi

oportunistik yang pernah dan sedang terjadi; dan menentukan paduan obat
ARV yang sesuai. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain:
a. Darah lengkap.
b. Jumlah CD4.
c. SGOT / SGPT.
d. Kreatinin Serum
e. Urinalisa
f. HbsAg
g. Anti-HCV (untuk ODHA IDU atau dengan riwayat IDU)
h. Profil lipid serum.
i. Gula darah
j. VDRL/TPHA/PRP
k. Rontgen dada (utamanya bila curiga ada infeksi paru)

H. Penatalaksanaan
Menurut Diguilo ett.all (2007) penatalaksanaan terapi AIDS meliputi:
1. Pemberian nutrisi tinggi kalori dan tinggi protein untuk mengatasi wasting
dan penurunan berat badan.
2. Pemberian antibiotic untuk mengatasi infeksi oportunistik.
3. Pemberian obat ARV untuk menekan replikasi HIV,yang mendapat
mendorong system kekebalan dan menekan infeksi oportunistik. Obat ARV
dikategorikan menurut aktifitasnya adalah :
a. Nucleoside analog(didanosine, zidovudine, tavudine, zalcitabine).
b. Nucleotide analog (tenofovir).
c. Protease inhibitors/PI (fortovas, ritonavir, indinavir, nelfinavir).
d. Nonnucleoside reverse transcriptase inhibitors/ NNRTI ( nevirapine,
delavirdine, efavirenz).
4. Pemberian anti emetik untuk mengatasi nausea untuk mengatasi infeksi
jamur (fluconazole)
Menurut Kementerian kesehatan (2011) tatalaksana medis yang
diberikan berupa pemberian ART ( anti retrovirus treatment) dan pengobatan
yang berkaitan dengan infeksi oportunistik. ARV yang digunakan antara lain
:Zidovudine (AZT), Lamivudine (3TC ), Nevirapine (NVP), Efavirenz (EFV),
Emtricitabine (FTV), Tenofovir (TDF).

Paduan regimen untuk lini pertama

yaitu:
1. AZT + 3TC + NVP (zidovudine + lamivudine + nevirapine)
2. AZT + 3TC + EFV (zidovudine + lamivudine + efavirenz)
3. TDF + 3TC (atau FTC) + NVP (tenofovir + lamivudine (atau emtricitabine) +
nevirapine)
4. TDF + 3TC (atau FTC) + EFV (tenofovir + lamivudine (atau emtricitabine) +
efavirenz)

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Menurut kementerian kesehatan ( 2007) Pada saat awal
kedatangan ODHA di sarana kesehatan perlu dilakukan hal-hal sebagai
berikut:
a. Penggalian riwayat penyakit secara lengkap, yaitu:
Tes HIV : pernah menjalani tes hiv?, tanggal dan tempat tes, alasan
tes, dokumentasi dari hasilnya, tanggal dari hasil negatif yang
terakhir, pernah tes CD4 (bila ada), pemeriksaan viral load (bila
ada)
Riwayat penyakit dahulu : kandidosis oral atau esophageal, diare

persisten, herpes zoster, oral hairy leukoplakia (OHL), pnemonia


pneumocystis jeroveci, pnemonia bakterial berulang, meningitis
kriptokokal,

toksoplasmosis,

sarkoma

kaposi,

penyakit

mycobacterium avium complex menyebar, infeksi cytomegalovirus,


TB, kanker leher rahim, infeksi menular seksual.
Riwayat pengobatan : obat yang pernah didapat dan alasannya,

obat saat sekarang dan alasannya, obat tradisional yang pernah


atau sedang digunakan, terapi substitusi metadon, pengobatan
ARV yang sedang atau pernah didapat, jenis arv dan berapa lama,
pemahaman tentang ARV dan kesiapannya bila belum pernah.
Riwayat psikologi: riwayat keluarga( misalnya anggota keluarga

dekat yang terinfeksi HIV), riwayat sosial (status perkawinan,


pendidikan, pekerjaan, sumber pendapatan,

dukungan keluarga

dan financial, kesiapan untuk mengungkap status, ketersediaan


dukungan perawatan dan pengobatan).
Status Fungsional : mampu bekerja, ke sekolah, pekerjaan rumah

tangga,

ambulatory,

terbaring,

perawatan

sehari-hari

yang

diperlukan
b. Pemeriksaan fisik lengkap.
Catat tanda vital: berat badan, temperatur, tekanan darah,

frekuensi denyut nadi, respirasi.


Keadaan Umum , Kehilangan berat badan sedang sampai nyata
yang

tidak

dapat

dijelaskan

penyebabnya,

HIV

wasting,

kehilangan BB yang cepat, kehilangan BB secara bertahap (tidak


disebabkan oleh malnutrisi atau penyakit lain) ,kehilangan BB

secara perlahan, demam dan anemia sering menyertai infeksi


MAC, Jejas suntikan dan infeksi jaringan lunak sering terjadi pada

penasun.
Penyakit lain selain HIV : malaria, tb, sifilis, gastroenteritis,

pnemonia bakterial, penyakit radang panggul, hepatitis viral.


Kulit : lihat tanda-tanda masalah kulit terkait hiv atau lainnya, yang
meliputi: kulit kering, ppe terutama di kaki, dermatitis seboroik
pada muka dan kepala. lihat tanda-tanda herpes simpleks, dan
herpes zoster, atau jaringan parut bekas herpes zoster di masa

lalu.\
Kelenjar getah bening / KGB : mulai dari KGB di leher Persisten
generalized

lymphadenopathy

(PGL)

yang

khas

berupa

pembengkakan multipel dan bilateral, lunak, tidak nyeri, KGB


servikal yang mudah digerakkan. Hal yang sama mungkin di
daerah ketiak dan selangkangan. KGB pada TB khas biasanya
unilateral, nyeri, keras, pembengkakan kelenjar getah bening
disertai gejala umum lain seperti demam, keringat malam, dan

kehilangan BB.
Mulut : lihat tanda bercak putih di rongga mulut (kandidosis oral),
serabut putih di bagian samping lidah (OHL) dan pecah di sudut

mulut (keilitis angularis)


Dada : Masalah yang tersering adalah PCP dan TB. Gejala dan
tandanya: batuk, sesak nafas, batuk darah, berat badan menurun,
demam, edem atau konsolidasi paru Lakukan foto torak bila

memungkinkan
Abdomen : lihat adanya hepatosplenomegali, teraba masa, atau
nyeri lokal., ikterik menandakan kemungkinan hepatitis viral, nyeri

menelan biasa disebabkan olehkarena kandidosis, esofageal.


Anogenital : Lihat adanya herpes simpleks atau lesi genital
lainnya, duh vagina atau uretra (penis). Lakukan Pap smear bila

memungkinkan.
Pemeriksaan Neurologi:

perhatikan

visus

dan

lihat

tanda

neuropati (bilateral, periferal, atau mononeropati terbatas .nilai


adanya kelemahan neurologis.

2. Pathway Keperawatan
3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan PCP,
peningkatan sekresi bronkus, dan penurunan kemampuan untuk batuk.
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan asupan oral.
4. Rencana keperawatan

N
O
1

TUJUAN DAN
DIAGNOSA
KRITERIA
KEPERAWATAN
HASIL
(NOC)
Bersihan Jalan Nafas
NOC :
tidak Efektif
Respiratory status
Definisi :

Ventilation
Ketidakmampuan
Respiratory status :
untuk membersihkan
Airway patency
sekresi atau obstruksi Aspiration Control
dari saluran pernafasan

untuk mempertahankan Kriteria Hasil :


kebersihan jalan nafas.
Batasan Karakteristik : Mendemonstrasika

Dispneu, Penurunan suara


n batuk efektif
dan suara nafas
nafas
Orthopneu
yang bersih, tidak
Cyanosis
ada sianosis dan
Kelainan suara nafas
dyspneu (mampu
(rales, wheezing)
mengeluarkan
Kesulitan berbicara
sputum, mampu
Batuk, tidak efekotif atau
bernafas dengan
tidak ada
mudah, tidak ada

Mata melebar
pursed lips)
Produksi sputum
Menunjukkan jalan
Gelisah
Perubahan frekuensi dan
nafas yang paten

(klien tidak
irama nafas
Faktor-faktor yang
merasa tercekik,

irama nafas,
berhubungan:
Lingkungan : merokok,
frekuensi

pernafasan dalam
menghirup asap rokok,
rentang normal,
perokok pasif-POK,
tidak ada suara
infeksi
Fisiologis : disfungsi
nafas abnormal)

INTERVENSI
(NIC)
NIC :
Airway suction
Pastikan kebutuhan oral /
tracheal suctioning
Auskultasi suara nafas
sebelum dan sesudah
suctioning.
Informasikan pada klien dan
keluarga tentang
suctioning
Minta klien nafas dalam
sebelum suction
dilakukan.
Berikan O2 dengan
menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suksion
nasotrakeal
Gunakan alat yang steril
sitiap melakukan tindakan
Anjurkan pasien untuk
istirahat dan napas dalam
setelah kateter dikeluarkan
dari nasotrakeal
Monitor status oksigen
pasien
Ajarkan keluarga bagaimana
cara melakukan suksion
Hentikan suksion dan
berikan oksigen apabila
pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan

neuromuskular,
saturasi O2.
Mampu
hiperplasia dinding
mengidentifikasik Airway Management
bronkus, alergi jalan
an dan mencegah Buka jalan nafas, gunakan
nafas, asma.
Obstruksi jalan nafas :
factor yang dapat
teknik chin lift atau jaw
spasme jalan nafas,
menghambat jalan
thrust bila perlu
sekresi tertahan,
nafas
Posisikan pasien untuk
banyaknya mukus,
memaksimalkan ventilasi
adanya jalan nafas
Identifikasi pasien perlunya
buatan, sekresi bronkus,
pemasangan alat jalan
adanya eksudat di
nafas buatan
alveolus, adanya benda
Pasang mayo bila perlu
asing di jalan nafas.
Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bila
perlu
Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl
Lembab
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status
O2
2. Ketidakseimbangan
NOC :
NIC :
nutrisi kurang dari
Nutritional Status : Nutrition Management
kebutuhan tubuh
Kaji adanya alergi makanan
food and Fluid
Kolaborasi dengan ahli gizi
Intake
Definisi :
untuk menentukan jumlah
Kriteria Hasil :
kalori dan nutrisi yang
Intake nutrisi tidak cukup Adanya
dibutuhkan pasien.
untuk keperluan
peningkatan berat

Anjurkan
pasien untuk
metabolisme tubuh.
badan sesuai
meningkatkan intake Fe
Batasan karakteristik :
dengan tujuan

Anjurkan
pasien untuk
Berat badan ideal
Berat badan 20 % atau
meningkatkan protein dan
sesuai dengan
lebih di bawah ideal
vitamin C
Dilaporkan adanya intake
tinggi badan
Berikan substansi gula
makanan yang kurang Mampu
Yakinkan diet yang dimakan
mengidentifikasi
dari RDA (Recomended
mengandung tinggi serat

Daily Allowance)
kebutuhan nutrisi
Membran mukosa dan
Tidak ada tanda
konjungtiva pucat
tanda malnutrisi
Kelemahan otot yang
Tidak terjadi
digunakan untuk
penurunan berat
menelan/mengunyah
badan yang
Luka, inflamasi pada
berarti
rongga mulut
Mudah merasa kenyang,
sesaat setelah
mengunyah makanan
Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan
makanan
Dilaporkan adanya
perubahan sensasi rasa
Perasaan
ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan
Miskonsepsi
Kehilangan BB dengan
makanan cukup
Keengganan untuk makan
Kram pada abdomen
Tonus otot jelek
Nyeri abdominal dengan
atau tanpa patologi
Kurang berminat terhadap
makanan
Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh
Diare dan atau steatorrhea
Kehilangan rambut yang
cukup banyak (rontok)
Suara usus hiperaktif
Kurangnya informasi,
misinformasi
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat

untuk mencegah
konstipasi
Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring :
BB pasien dalam batas
normal
Monitor adanya penurunan
berat badan
Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
Monitor lingkungan selama
makan
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan,

gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.

3. Intoleransi aktivitas

Definisi :
Ktidak cukupan energy
psiklogis atau fisiologis
untuk melanjutkkan
atau menyesaikan
aktifitas sehari-hari
yang harus atau ingin
dilakukan
Batasan karakteristik :
Respon tekanan darah
abnormal terhadap
aktifitas
Respon frekwensi jantung
abnormal terhadap
aktifitas
Perubahan ECG yang
mencerminkan iskemia
Ketidaknyamanan setelah
beraktifitas
Dyspneu setelah
beraktifitas
Menyatakan merasa letih
Menyatakan merasa
lemah
Faktor yang
berhubungan
Tirah baring atau
imobilisasi
Kelemahan umum
Ketidak seimbangan
suplay dan kebutuhan
oksigen

dan kekeringan jaringan


konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
NOC :

NIC :

Energy
conservation
Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
Berpartisipasi

Energy Management

pembatasan klien dalam

perasaan terhadap

fisik tanpa

keterbatasan
Kaji adanya factor yang

menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan

peningkatan
tekanan darah,
nadi dan RR
Mampu melakukan
aktivitas sehari

melakukan aktivitas
Dorong anal untuk
mengungkapkan

dalam aktivitas
disertai

Observasi adanya

sumber energi

tangadekuat
Monitor pasien akan

hari (ADLs)

adanya kelelahan fisik

secara mandiri

dan emosi secara

berlebihan
Monitor respon
kardivaskuler terhadap

aktivitas
Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
Activity Therapy

Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik

Gaya hidup monoton

dalammerencanakan
progran terapi yang

tepat.
Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas

yang mampu dilakukan


Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yangsesuai dengan
kemampuan fisik,

psikologi dan social


Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk

aktivitas yang diinginkan


Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas

seperti kursi roda, krek


Bantu untu
mengidentifikasi aktivitas

yang disukai
Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan

diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam

beraktivitas
Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif

beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan

penguatan
Monitor respon fisik,
emoi, social dan spiritual

J. Referensi
Kementerian Kesehatan RI, 2014, Pedoman pelaksanaan pencegahan
penularan

HIVDan

sifilis

dari

ibu

ke

anak

bagi

tenaga

kesehatan, .Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, DirektoratJenderal


Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,2014
Kementerian Kesehatan RI, 2012, Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis
Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa dan
Remaja,Jakarta: 2012
Depkes, 2006, Pedoman pelayanan kefarmasian untuk orang dengan
hiv/aids (ODHA), Jakarta ; Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik,

Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen

Kesehatan RI, 2006


Chu, Carolyn ., and Peter A. Selwyn,2011, Complications of HIV Infection: A
Systems-Based

Approach,

15;83(4):395-406,

diunduh

Am
dari

Fam

Physician.

http://www.aafp.org/

2011

Feb

afp/2011/

0215/p395.html
tanggal 15 Oktober 2015.
DiGiulio, Mary., Donna Jackson, Jim Keogh,.2007, Medical-Surgical Nursing
Demystified, New Yok, McGraw-Hill Companies Inc. All,2007
Depkes, 2007, Pedoman nasional terapi antiretroviral, Jakarta, 2007
Nuranif dan Kusuma.,2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis
dan NANDA NIC NOC ,edisi revisi jilid 1, Mediaction Jogja, Januari 2015.

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN

Nama mahasiswa

: Muhammad Mukhlas, S.Kep

NIM

: 153161001

Ruang

: Ruang Perawatan Imam Bonjol

Tanggal rotasi Praktik

Judul

: HIV AIDS
Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Instutusi

Pembimbing Klinik

LAPORAN PENDAHULUAN
HIV-AIDS
Di RUANG IMAM BONJOL RSUD KANJURUHANKEPANJEN MALANG

oleh :
Muhammad Mukhlas , S.Kep

NIM. 153161001

PROGRAM PROFESI NERS


P R O G R A M S T U D I I L M U K E P E R A WATA N
S TIK es WID YA CIP TA H US A D A
2015

MALANG

Anda mungkin juga menyukai