Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN HIV AIDS

1. PENGERTIAN
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan
kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh
vurus yang disebut HIV.1
Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan
ODHA (orang dengan HIV /AIDS) amat rentan dan mudah terjangkit
bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak
berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan
meninggal.1
AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau
kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar (bukan dibawa
sejak lahir).1
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus
menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus
(HIV). AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai
dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata
hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang
dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang
terjadi.2
2. ETIOLOGI
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu
HTL II, LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency
Virus (HIV) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang
ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.2,3

168

3. KLASIFIKASI
Stadium HIV AIDS:1
1. Stadium I:
Tidak bergejala/asimptomatik, Limpadenopati generalisata
2. Stadium II:
BB menurun < 10%. Kelainan kulit dan mukosa yg ringan, dermatitis
seboroik, prurigo, ulkus oral yg rekuren. Herpes Zoster dalam 5 tahun
terakhir. Infeksi saluran nafas atas yg berulang.
3. Stadium III :
BB menurun > 10%. Diare kronis yg berlangsung > 1 bulan. Demam
berkepanjangan > 1 bulan. Kandidiasis oral. Oral hairy lekoplakia. TB
paru dalam tahun terakhir. Infeksi bakteri yang berat seperti pneumoni,
piomisitis
4. Stadium IV :
HIV wasting syndrome. Pneumonia Pneumocytis carinii. Toksoplasmosis
otak. Retinitis CMV. TB di luar paru. Limfoma maligna. Encepalopati
HIV. Mikosis dessiminata seperti histoplasmosis
Klasifikasi klinis HIV AIDS: 2
1. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan
tanpa keadaan dalam kategori klinis B dan C
a. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
b. Limpanodenopati generalisata yang persisten
c. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan
sakit yang menyertai atau riwayat infeksi HIV yang akut.
2. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
a. Angiomatosis baksilaris
b. Kandidiasis orofaring/ vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya
jelek terhadap terapi
c. Displasia serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
d. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1
bulan.
e. Leukoplakial yang berambut
f. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada
lebih dari satu dermaton saraf.
g. Idiopatik trombositopenik purpura
h. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii
169

3. Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :
a. Kandidiasisbronkus,trakea / paru-paru, esophagus
b. Kanker serviks inpasif
c. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
d. Kriptokokosis ekstrapulmoner
e. Kriptosporidosis internal kronis
f. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
g. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
h. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus
i.
j.
k.
l.
m.
n.

(HIV)
Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
Isoproasis intestinal yang kronis
Sarkoma Kaposi
Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata /

o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.

ekstrapulmoner
M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
Pneumonia Pneumocystic Cranii
Pneumonia Rekuren
Leukoenselophaty multifokal progresiva
Septikemia salmonella yang rekuren
Toksoplamosis otak
Sindrom pelisutan akibat HIV

4. MANIFESTASI KLINIS
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit.
Pada infeksi HIV primer akut yang lamanya 1 2 minggu pasien akan
merasakan sakit seperti flu dan disaat fase supresi imun simptomatik (3
tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan
berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy,
pertambahan kognitif, dan lesi oral.1
Ketika HIV menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama
penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi oportunistik, yang
paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial
yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk meningitis,
kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal.1

170

1.

Infeksi HIV
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti
demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare,

sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
2.
Infeksi HIV tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar HIV dalam darah akan diperoleh hasil
3.

positif.
Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan
gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih
dari 3 bulan.

Gejala yang muncul pada HIV AIDS:1


1. Gejala mayor
a. Berat badan menyusut hingga 10% atau lebih dalam waktu satu
bulan, tanpa sebab yang spesifik.
b. Diare berkepanjangan selama lebih dari satu bulan.
c. Demam terus-menerus, baik konstan maupun hilang-timbul, selama
sebulan lebih.
2. Gejala minor
a. Batuk kering berkepanjangan.
b. Serangan gatal pada permukaan kulit di seluruh tubuh.
c. Herpes zoster, mirip cacar air, yang tampak pada kulit, dan tidak
sembuh-sembuh.
d. Ruam pada mulut, lidah, dan tenggorokan.
e. Kelenjar di leher, ketiak, atau selangkangan membengkak tanpa
sebab.
5. KOMPLIKASI
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis

Human

Immunodeficiency

Virus

(HIV),

leukoplakia

oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.


2. Neurologik

171

a. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung HIV pada sel


saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan
motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial.
b. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek :
sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik,
dan maranik endokarditis.
d. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan HIV
3. Gastrointestinal
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus,

dan

strongyloides

dengan

efek

nafas

pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek
nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
6. Sensorik
a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
b. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri
6. PATOFISIOLOGI
Penyebab dari AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV)
yang termasuk dalam famili retrovirus. Virus HIV melekat dan memasuki
limfosit T helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel
172

imunologik lain dan akan mengalami destruksi sel secara bertahap. Sel-sel ini,
yang memperkuat dan mengulang respons imunologik, dan bila sel-sel
tersebut berkurang dan rusak, maka fungsi imunologik lain terganggu.
HIV merupakan retrovirus yang membawa informasi genetic RANA.
Pada saat virus HIV masuk dalam tubuh virus akan menginfeksi sel yang
mempunyai antigen CD4+ (Sel T pembantu, helper T cell). Sekali virus masuk
ke dalam sel, virus akan membuka lapisan protein sel dan menggunakan
enzim Reserve transcriptase untuk mengubah RNA. DNA virus akan
terintergrasi dalam sel DNA host dan akan mengadakan duplikasi selama
proses normal pembelahan.
Dengan memasuki limfosit T4, virus memaksa limfosit T4 untuk
memperbanyak dirinya sehingga akhirnya menyebabkan kematian limfosit T4.
kematian limfosit T4 membuat daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah
terserang infeksi dari luar (baik virus lain, bakteri, jamur atau parasit). Hal itu
menyebabkan kematian pada orang yang terjangkit HIV/AIDS. Selain
menyerang limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel tubuh yang lain. Organ
yang paling sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya. Virus AIDS
diliputi oleh suatu protein pembungkus yang sifatnya toksik (racun) terhadap
sel. Khususnya sel otak dan susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat
mengakibatkan kematian sel otak.
Sel CD4+ (Sel T pembantu / helper T cell) sangat berperan penting
dalam fungsi system immune normal, mengenai antigen dan sel yang
terinfeksi, dan mengaktifkan sel B untuk memproduksi antibody. Juga dalam
aktivitas langsung pada cell-mediated cell immune (immune sel bermedia) dan
mempengaruhi aktivitas langsung pada sel kongetitis duplikasi.
Menurut Long (1996) retrovirus /HIV dibawa oleh hubungan seksual,
tranfusi darah dan oleh ibu yang terkena infeksi ke fetus. Pada saat virus HIV
masuk ke dalam aliran darha maka HIV mencari sel T4 dan pembantu sel

173

virus melekat pada isyarat dari T4 dan masuk ke dalam sel dan mengarahkan
metabolisme agar mengabaikan fungsi normal (kematian sel T4) dan
memperbanyak dari HIV. HIV baru menempel kepada sel T4 dan
menghancurkannya. Hal ini terjadi berulang-ulang kemudian terjadi sebagai
berikut :
1. Infeksi Akut
Terjadi infeksi imun yang aktif terhadap masuknya HIV ke dalam darah.
HIV masih negatif. Gejala lainnya seperti demam, mual, muntah,
berkeringat malam, batuk, nyeri saat menelan dan faringgitis.
2. Infeksi kronik
Terjadi bertahun-tahun dan tidak ada gejala (asimtomatik), terjadi refleksi
lambat pada sel-sel tertentu dan laten pada sel-sel lainnya.
3. Pembengkakan kelenjar limfe
Gejala menunjukkan hiperaktivitas sel limfosit B dalam kelenjar limfe
dapat persisten selama bertahun-tahun dan pasien tetap merasa sehat. Pada
masa ini terjadi progresi terhadap dari adanya hiperplasia folikel dalam
kelenjar limfe sampai dengan timbulnya involusi dengan tubuh untuk
menghancurkan sel dendritik pada otak juga sering terjadi, pembesaran
kelenjar limfa sampai dua tahun atau lebih dari nodus limfa pada daerah
inguinal selama tiga bulan atau lebih. HIV banyak berkonsentrasi pada
liquor serebrospinal.
4. Penyakit lain akan timbul antara lain :
a. Penyakit kontitusional
Gejala dengan keluhan yang disebakan oleh hal-hal yang tidak
langsung berhubungan dengan HIV seperti diare, demam lebih dari 1

174

bulan, berkeringat malam, terasa lelah yang berlebih, berat badan yang
menurun sampe dengan 10% yang mengindikasikan AIDS (slim
disease)
b. Gejala langsung akibat HIV/Kompleks Demensia AIDS (AIDS
demensia complex)
Muncul penyakit-penyakit yang menyerang sistem syaraf antara lain
mielopati, neuropati perifer, penyakit susunan syaraf otak, kehilangan
memori secara fluktoatik, bingung, kesulitan konsentrasi, apatis dan
terbatasnya kecepatan motorik. Demensia penuh dengan adanya
gangguan kognitif, verbalisasi, kemampuan motorik, penyakit
kontitusional.
c. Infeksi akibat penyakit yang di sebabkan parasit : pneumonia carinii
protozoa (PCP), cryptosporidictis (etero colitis), toxoplasmosis (CNS
dissemminated desease), dan isoporiasis (coccodiosis), bakteri (infeksi
mikrobakteri,

bakteriemi,

salmonella,

tubercullosis),

virus

sitomegelovirus : hati, retinaparu-paru, kolon; herpes simplek) dan


fungus (candidiasis pada oral, esofagus, intestinum)
d. Kanker sekunder
Muncul penyakit seperti sarcoma kaposi.
e. Penyakit lain
Infeksi sekunder atau neoplasma lain yang berakibat pada kematian
dimana sistem imunitas tubuh sudah pada batas minimal atau mugkin
habis sehingga HIV menguasai tubuh.2

7. PENATALAKSANAAN

175

Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan untuk
mencegah terpajannya HIV, bisa dilakukan dengan:2
1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan
pasangan yang tidak terinfeksi.
2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks
terakhir yang tidak terlindungi.
3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas
status HIV nya.
4. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
5. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.
Apabila terinfeksi HIV, maka terapinya yaitu :
1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan,

dan

pemulihan

infeksi

opurtunistik, nosokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang


aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab
sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien
AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien
dengan HIV positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
3. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus
pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
a. Didanosine
b. Ribavirin
c. Diedoxycytidine
d. Recombinant CD 4 dapat larut
4. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon,

maka

perawat

unit

khusus

perawatan

kritis

dapat

menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk


menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

176

5. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makanmakanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan
yang mengganggu fungsi imun.
6. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat reflikasi HIV.
8. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat
kelainan imun. Umur kronologis pasien juga mempengaruhi
imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada orang yang
sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada
lansia, atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi.

Banyak

penyakit

kronik

yang

berhubungan

dengan

melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker


adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini
harus dianggap sebagai faktor penunjang saat mengkaji status
imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit
serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :
1) Kerusakanresponimunseluler (LimfositT )
Terapiradiasi,defisiensinutrisi,penuaan,aplasiatimik,limpoma,korti
kosteroid,globulin anti limfosit,disfungsitimikcongenital.
2) Kerusakanimunitas humoral (Antibodi)
Limfositikleukemiakronis,mieloma,hipogamaglobulemiacongenit
al,protein liosingenteropati (peradangan usus).
b. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)
1) Aktifitas / Istirahat
Gejala
:
Mudah
lelah,intoleransi
aktivitas,progresi
malaise,perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi
aktifitas ( Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).
2) Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama
pada cedera.

177

Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer,


pucat / sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
3) Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan
penampilan, mengingkari diagnosa, putus asa,dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
4) Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau
tanpa kram abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare
pekat dan sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses
rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan karakteristik urine.
5) Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan
gusi yang buruk, edema
6) Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
7) Neurosensoro
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan
status indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks
tidak normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
8) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / lokal, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada
pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan
rentan gerak,pincang.
9) Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk,
sesak pada dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas,
adanya sputum.
10) Keamanan
Gejala : Riwayat

jatuh,

terbakar,pingsan,luka,transfuse

darah,penyakit defisiensi imun, demam berulang,berkeringat


malam.

178

Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya


nodul, pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum,
tekanan umum.
11) Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi,menurunnya
libido,penggunaan pil pencegah kehamilan.
Tanda : Kehamilan,herpes genetalia
12) Interaksi Sosial
Gejala
:
Masalah
yang
ditimbulkan

oleh

diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma AIDS


Tanda : Perubahan interaksi
13) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko
tinggi,penyalahgunaan obat-obatan IV,merokok,alkoholik.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostik yang sebagian masih
bersifat penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan
untuk mendiagnosis HIV dan memantau perkembangan penyakit
serta responnya terhadap terapi HIV:
a) Serologis
b) Tes antibody serum
Skrining HIV dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan
merupakan diagnosa
c) Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
d) Sel T limfosit
Penurunanjumlah total
e) Sel T4 helper
Indikator sistem imun (jumlah <200> )
f) T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor
pada sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.
g) P24 (Protein pembungkus HIV)
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi
progresi infeksi
h) Kadar Ig

179

Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau


mendekati normal
i) Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel
perifer monoseluler.
j) Tes PHS
Pembungkushepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin
positif
2) Laboratorium total
Histologis, pemeriksaansitologis urine, darah, feces, cairan spina,
luka, sputum, dan sekresi, untukmengidentifikasiadanyainfeksi :
parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
3) Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
4) Tes Lainnya
a) Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap
lanjut atau adanya komplikasi lain
b) Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi awal pneumonia interstisial
c) Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk
pneumonia lainnya.
d) Biopsis
Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
e) Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan
kerusakan paru-paru
f) Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi HIV, maka sistem imun akan
bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus
tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 12 minggu setelah
infeksi, atau bisa sampai 6 12 bulan. Hal ini menjelaskan
mengapa

orang

yang

terinfeksi

awalnya

tidak

memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak


efektif, kemampuan mendeteksi antibody HIV dalam darah
memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan
evaluasi diagnostik.

180

2. Diagnosa keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit b.d manifestasi HIV , ekskoriasi pada
kulit.
Intervensi:
1) Memonitor perubahan dalam penampilan kulit dan mukosa oral
secara rutin.
2) Anjurkan klien untuk menyeimbangkan antara istirahat dan
mobilisasi.
3) Anjurkan klien untuk tidak menggaruk, menggunakan sabun
non abrasif, dan memakai pelembab kulit untuk mencegah kulit
kering.
4) Anjurkan klien untuk melakukan perawatan oral secara rutin.
5) Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan dan kelembabpan
daerah perianal.
b. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan sekresi bronkus
dan penurunan reflek batuk karena pneumonia.
Intervensi:
1) Monitor status respiratorius yang meliputi frekuensi, kedalaman
napas, irama, penggunaan otot bantu napas, dan suara napas.
2) Monitor gejala batuk, dan jumlah serta karakteristik sputum.
3) Berikan terapi pulmoner seperti batuk efektif, latihan napas
dalam, drainase postural, perkusi dan fibrasi.
4) Berikan posisi semi fowler atau fowler untuk meningkatkan
ekspansi paru.
5) Kolaborasi dalam pemberian oksigen sesuai indikasi.
c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, hipoksia, malnutrisi, dan mudah
lelah.
Intervensi:
1) Kaji kemampuan klien dalam ambulasi dan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari.
2) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan hidup dasar dan
menyusun rutinitas kegiatan yang dapat dilakukan oleh klien.
3) Motivasi klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap sesuai
dengan kemampuan klien.
d. Diare b.d proses infeksi patogen usus.
Intervensi:
1) Monitor frekuensi dan konsistensi feses.
2) Monitor keluhan klien tentang rasa sakit atau kram pada perut.

181

3) Monitor kuantitas dan volum feses cair untuk mencatat


kehilangan volum cairan.
4) Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil dan sering.
5) Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat
merangsang usus seperti buah dan sayuran mentah, makanan
pedasa, asam, minuman bersoda.
6) Kolaborasi kultur feses untuk mengetahui penyebab diare.
7) Kolaborasi pemberian obat antikolinergik, antispasmodik atau
opioid.
8) Kolaborasi pemberian obat antidiare, antibiotik dan antifungi.
e. Nyeri kronis b.d agen cedera sarkoma kaposi, neuropati perifer.
Intervensi:
1) Monitor kualitas dan kuantitas nyeri yang dialami klien.
2) Ajari klien untuk managemen nyeri non farmakologi.
3) Kolaporasi pemberian obat NSAID, opioid, antidepresan
trisiklik.
f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
Intervensi:
1) Monitor status nutrisi klien yang meliputi berat badan, asupan
makanan, hasil pengukuran antopometri, albumin, BUN,
protein, serta transferin dalam serum.
2) Motivasi klien untuk mempertahankan masukan oral.
3) Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetik

untuk

mengendalikan mual dan muntah.


4) Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tetapi sering.
g. Resiko infeksi b.d imunodefisiensi.
Intervensi:
1) Monitor tanda dan gejala infeksi seperti demam, menggigil,
berkeringat di malam hari, batu dengan atau tanpa sputum,
napas pendek, kesulitan menelan, bercak putih pada rongga
mulut, penurunan berat badan tanpa penyebab, kelenjar limfe
membengkak, mual, muntah, diare persisten, sering berkemih,
sulit dan nyeri saat berkemih, sakit kepala, perubahan visual dan
daya ingat, pembengkakan dan pengeluaran sekret dari luka dan
kulit.
2) Monitor hasil laboratorium yang menunjukkan tanda infeksi.
3) Motivasi klien untuk melakukan personal higiene secara rutin.
4) Terapkan teknik aseptik pada semua tindakan terhadap klien.

182

h. Isolasi sosial b.d stigma penyakit, ketakutan terhadap menulari orang


lain.
Intervensi:
1) Berikan penjelasan kepada keluarga dan pasangan terhadap
penerimaan penyakit klien.
2) Motivasi klien untuk mengekspresikan perasaannya serta
kesepiannya.
3) Tingkatkan interaksi sosial klien minimal dengan keluarga dan
pasangannya.
i. Kurang pengetahuan b.d keterbatasan sistem pendukung tentang
cara-cara mencegah penularan HIV dan perawatan mandiri.
Intervensi:
1) Berikan penjelasan kepada keluarga dan klien tentang cara
penularan HIV.
2) Berikan penjelasan tentang perilaku dan seks yang aman.
3) Berikan penjelasan tentang perawatan di rumah misalnya cara
mencuci tangan yang benar, cara memberikan obat yang benar,
cara menangani barang-barang yang terkena cairan tubuh klien

183

PATHWAY

Virus HIV masuk

Infeksi oportunistik

Respiratorius

PCP

Mycobakterium

Gastrointestinal

Diare

Kandidiasis oral

Stigmatisasi

Isolasi diri

Neurologi

Sel-sel malignan

Ensevalopati HIV

Sarkoma kaposi

Lesi kutaneus
Penurunan nafsu makan
Disfungsi seluler mengganggu neurotransmiter
Kekurangan
volum
cairan
osmosis
rpoliferasi dengan alveoli pulmonalis dan terjadi konsolidasi parenkim paru
Nyeri

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Kerusakan integritas kulit


Gangguan daya ingat, sakit kepala, sulit berkonstrasi, konfusi progresif, apatis

umpukan sekret pada


Tergangguanya
bronkus
proses difusi dan osmosis
Gangguan pertukaran gas

Penurunan konsentrasi O2
sihan jalan napas tidak efektif

DAFTAR PUSTAKA
Gangguan proses pikir

184

1.
2.
3.
4.
5.

Nursalam.Asuhan Keperawatan pada Pasien terinfeksi HIV/AIDS.Jakarta: Salemba Medika.2007.


Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Mdikal Bedah. Edisi 8. Jakarta.:EGC.1997
Price, Sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4.. Jakarta: EGC. 1994
Doenges E. Marlynn. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.2000.
Lauren, dkk. Nutrition outcomes of HIV-infected malnourished adults treated with ready-to-use therapeutic food in sub-Saharan

Africa: a longitudinal study. Journal of the International AIDS Society. Vol 14, No.2. 2011.
6. Nishigaki, Masakazu. Influences of Allocating HIV/AIDS Specialized Nurses on Clinical Outcomes in Japan. Asian Nursing
Research. Vol 5, No 1. 2011.

185

Anda mungkin juga menyukai