Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SAUDARA A.


DENGAN KASUS HIV-AIDS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
1. M. Redho Rahman P.
2. Raisa Rosselini
3. Reka
4. Revi Anggraini
5. Riawati
6. Rizki Bilkio Wahudi

DOSEN PENGAJAR : Ns. Ani Syafriati, S.Kep, M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat Rahmat dan
Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tanpa suatu hambatan. Tak lupa
kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, kepada
keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan makalah kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada
Sdr. A. Dengan kasus HIV-AIDS” banyak sekali bantuan yang kami dapatkan,
terutama dari dosen pengajar Ibu Ns. Ani Syafriati, S.Kep, M.Kep, tak lupa kami
ucapkan terima kasih banyak atas bimbingannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat di jadikan
panduan dalam mempelajari “Asuhan Keperawatan HIV-AIDS”.
Penyususnan makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari pada itu kami
selaku penulis mengharapkan kritik dan sarannya.

Palembang, April 2020


Penyusun,

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Halaman Depan..........................................................................................................i
Kata Pengantar..........................................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................................iii

BAB I LANDASAN TEORI......................................................................................1


1.1 Definisi....................................................................................................................1
1.2 Etiologi....................................................................................................................1
1.3 Patofisiologi
1.4 Pathway
1.5 Manifestasi Klinis
1.6 Komplikasi
1.7 Pemeriksaan Penunjang
1.8 Penatalaksanaan
BAB II PEMBAHASAN KASUS..............................................................................3
2.1 Analisa Data
2.2 Diagnosa Keperawatan
2.3 Intervensi Keperawatan
2.4 Implementasi
2.5 Evaluasi

BAB III PEMBAHASAN INTERVENSI YANG DIBERIKAN........................................


BAB I

LANDASAR TEORI

1.1 DEFINISI

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala atau


penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh
virus HIV (Humann Immunodeficiency Virus) yang termasuk famili retroviridae.
AIDS merupakan Tahap akhir dari infeksi HIV . (Sudoyo Aru, dkk 2009)

1.2 ETIOLOGI

Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut JIV dari
kelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopaty Associated
Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukemia Virus (HTL-III yang juga disebut Human
T-Cell Lymphotropic Virus (retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya
(RNA) menjadi asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu.

Penularan virus ditularkan melalui:

1. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom)
dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
2. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian.
3. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV.
4. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat
melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI).

1.3 PATOFISIOLOGI

Paatofisiologi HIV (Human Immunodeficiency Virus)dimulai dari transmisi virus


kedalam tubuh yang menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3 fase : serokonversi,
asimtomatik, dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)..

Tansmisi HIV

HIV ditransmisi melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi HIV, seperti darah,
ASI, semen dan sekret vagina. Virus masuk kedalam tubuh manusia melalui port
d’entree yang terdapat pada tubuh, umumnyakemungkinan ini meningkat melalui
perilaku berisiko yang dilakukan.
Virus kemudian masuk ke dalam sel dengan menempel pada reseptor CD4 melalui
pembungkus glikoprotein. Sebagai retrovirus, HIV menggunakan enzim reverse-
transcriptase, memungkinkan terbentuknya DNA-copy, untuk terbentuk dari RNA-
virus. Virus kemudian menempel dan merusak CD4, sehingga terjadi deplesi nilai
CD4 dalam darah, seiring dengan terjadinya peningkatan replikasi virus yang
direfleksikan dari hasil nilai viral load yang tinggi, menandakan tingkat virulensi
yang tinggi.

Fase Infeksi HIV

Infeksi HIV terdiri dari 3 fase : serokonversi, asimtomatik, dan AIDS.

1. Serokonversi
Fase serokonversi terjadi di masa awal infeksi HIV. Pada fase ini, terjadi viremia
plasma dengan penyebaran yang luas dalam tubuh, selama 4-11 hari setelah
virus masuk melalui mukosa tubuh. Kondisi ini dapat bertahan selama beberapa
minggu, dengan gejala yang cukup ringan dan tidak spesifik, umumnya berupa
demam, flu – like syndrome, limfadenopati dan ruam-ruam. Kemudian, keluhan
akan berkurang dan bertahan tanpa gejala mengganggu. Pada masa ini,
umumnya akan mulai terjadi penurunan nilai CD4, dan peningkatan viral – load.
2. Fase Asimtomatik
Pada fase asimtomatik, HIV sudah dapat terdeteksi melalui pemeriksaan darah.
Penderita infeksi HIV dapat hidup bebas gejala hingga 5-10 tahun walau tanpa
intervensi pengobatan. Pada fase ini, replikasi virus terus berjalan, virulensi
tinggi, viral-load stabil tinggi, serta terjadi penurunan CD4 secara konstan.
3. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).
Pada fase AIDS, umumnya viral-load tetap berada dalam kadar yang tinggi.
CD4 dapat menurun hingga lebih rendah dari 200/µl.
Infeksi oportunistik mulai muncul secara signifikan. Infeksi oportunistik ini
bersifat berat, meliputi dan mengganggu berbagai fungsi organ dan sistem dalam
tubuh. Menurunnya CD4 mempermudah infeksi dan perubahan seluler menjadi
keganasan. Infeksi oportunistik berupa :
 Demam > 2 minggu
 Tuberkulosis paru
 Tuberkulosis eksta paru
 Sarkoma kaposi
 Herpes rekuren
 Limfadenopati
 Candidiasis Orofaring
 Wasting syndrome

1.4 PATHWAY

- Kontak dengan darah HIV masuk kedalam darah HIV berikatan limfosit T,
- Kontak seks monosit, magrofag
- Kontak Ibu bayi

Neutropenia Netrofil ↓ HIV berdifusi


dengan CD4⁺

Integrasi DNA virus+prot. RNA virus → DNA Inti virus masuk kedalam
Pada: T4 (provirus) sitoplasma

RNA genom dilepas mRNA ditranslasi


kesitoplasma

Prot. Virus

Tunas virus

Virion HIV baru terbentuk


(dilimfoid)
- CD 8
- ↓ rangsangan
AIDS Infeksi sel T lain pembentukan sel B

Respon imun Defisiensi pengetahuan Penurunan IL -


12

Humoral Seluler

Sel B dihasilkan antibody APC aktifkan


spesifik Intoleransi aktivitas CD4⁺
Terinfeksi virus
Diferensiasi dalam plasma Penurunan aktifitas (sel T herper)

Penurunan IGM dan IGG Penurunan IL - 12 ↓ interferon gamma

Lawan CD4⁺ yang terinfeksi Pengaruh ikatan pada tes Tidak


ELISA mengintensifkan
sistem imun
CD4⁺ ↓

↓ sistem kekebalan tubuh Mudahnya transmisi


Isolasi sosial
penularan

Sel rentan Rentan infeksi Gangguan harga diri

Mutasi gen Pengeluaran mediator kimia Aktifkan flora normal


Peningkatan sitokinin Resiko infeksi
Pembelahan sel berlebihan
(oportunistik)

Picu sel kanker Pirogenindogen

↑ set suhu tubuh oleh


Demam hipotalamus anterior

Ketidakefektifan
termoregulasi Menginfeksi pari-paru Saluran pencernaan

Eksudat
Mukosa teriritasi

Inhalasi dan ekhalasi Pelepasan asam amino


Gangguan jalan nafas terganggu
Metabolisme protein →
Suplai O2 turun Ketidakefektifan bersihan BB < dari normal
jalan nafas
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Difusi O2 terganggu kebutuhan tubuh
Metabolisme sel ↓

Bakteri mudah masuk →


Hipoksia ATP ↓ → kelemahan imun tak ada

Sesak nafas Intoleransi aktivitas Peristaltic ↑

Resiko keseimbangan Absorbs air ↓


Ketidakefektifan pola nafas elektrolit Absorbs nutrisi ↓

1.5 MANIFESTASI KLINIS


Berdasarkan gamaran klinik (WHO 2006)
Tanpa gejala : Fase klinik 1
Ringan : Fase klinik 2
Lanjut : Fase klinik 3
Parah : Fase klinik 4
Fase klinik 1.
Tanpa gejala, limfadenopati (gangguan kelenjar/pembuluh limfe) menetap dan
menyeluruh.
Fase klinik 2.
Penurunan BB (<10%) tanpa sebab. Infeksi saluran pernapasan atas (sinusitis,
tonsilitis, otitis media, pharyngitis) berulang. Herpes zoster, infeksi sudut bibir,
ulukus mulut berulang, popular pruritic eruptions, seborrhoic dermatitis, infeksi
jamur pada kuku.
Fase klinik 3.
Penurunan BB (>10%) tanpa sebab. Diare kronik tanpa sebab sampai > 1 bulan.
Demam menetap (intermiten atau tetap >1 bulan). Kandidiasis oral menetap. TB
Pulmonal (baru), plak putih pada mulut, infeksi bakteri berat misalnya : pneumonia,
empyema (nanah dirongga tubuh terutama pleura, abses pada otot skelet, infeksi
sendi atau tulang), meningitis, bakteremia, gangguan inflamasi berat pada pelvik,
acute necrotizing ulcerative stomatitis, gingivitis atau periodontitis anemia yang
penyebabnya tidak diketahui (<8 g/dl), neutropenia (< 0,5 x 10⁹/l) dan atau
trombositopenia kronik (<50x10⁹/l).
Fase klinik 4.
Gejala menjadi kurus (HIV wasting syndrome), pneumocystis pneumonia
(pneumonia karena pneumovytis carinii), pneumonia bakteri berulang, infeksi herpes
simplex kronik (orolabial, genital atau anorektal > 1 bulan) Oesophageal candidiasis,
TBC ekstrapulmonal, Cytomegalovirus, Toksoplasma di SSP, HIV encephalopaty,
meningitis, infektion progresive multivocal, lympoma, invasive cervical carsinoma,
leukoecephalopathy.
Antibodi
Dapat
Fase Lama Fase yang Gejala-gejala
Ditularkan
Terdeteksi
1. Periode 4 minggu – Tidak Tidak ada Ya
jendela 6 bulan
infeksi
2. Infeksi HIV 1-2 minggu Mungkin Sakit seperti flu Ya
Primer akut
3. Infeksi 1-15 Ya Tidak ada Ya
Asimtomatik th/lebih
4. Supresi imun Sampai 3 Ya Demam, keringat pada Ya
simptomatik tahun malam hari, BB turun,
diare, neuropatik, keletihan,
ruam kulit, limfadenopati,
perlambatan kognitif, lesi
oral
5. AIDS 1-5 tahun Ya Infeksi oportunistik berat Ya
dari dan tumor, manifestasi
pertama neurologik
penentuan
kondisi
AIDS
Fase-fase infeksi HIV dan AIDS
Dari Grimes E: Infeksius Diseases. St. Louis. Mosby Year Book. 1991
Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Edisi VI Volume II, Carolyn, Barbar.

Sistem tahapan klinis untuk anak menurut WHO yang telah diadaptasi:
Digunakan untuk anak berumur < 13 tahun dengan konfirmasi laboratorium untuk
infeksi HIV (HIV Ab pada anak > 18 bulan, tes virology DNA atau RNA untuk umur
< 18 bulan)
Stadium 1 - Tanda gejala (asimtomatik)
- Limfadenopati generalisata persisten (persisten generalized
lymphadenopathy=PGL).
Stadium 2 - Hepatosplenomegali persisten yang tidak dapat dijelaskan
- Erupsi pruritik popular
- Dermatitis seboroik
- Infeksi jamur pada kuku
- Keilitis angularis
- Eritema Gingiva Linea-Linea gingival erytrma (LGE)
- Infeksi human papiloma (wart) yang luas atau moluskum
kontangiosum (>5% area tubuh)
- Luka dimulut atau sariyawan yang berulang (2 atau lebih
episode dalam 6 bulan).
- Pembesaran kelenjar parotis yang tidak dapat dijelaskan.
- Herpeszoster
- Infeksi respiratorik bagian atas yang kronik atau berulang
(otitis media, otorrhoea, sinusitis, 2 atau lebih episode dalam
periode 6 bulan)
Stadium 3 - Gizi kurang yang tak dapat dijelaskan dan tidak bereaksi
terhadap pengobatan baku.
- Diare persisten yang tidak dapat dijelaskan (> 14 hari)
- Demam persisten yang tidak dapat dijelaskan (intermiten atau
konstan, selama > 1 bulan)
- Kandidiasis oral (diluar massa 6-8 minggu pertama
kehidupan)
- Oral hairy leukoplakia
- Tuberkolusis paru
- Pneumonia bakterial berat yang berulang (2 atau lebih
episode dalam 6 bulan)
- Gingivitis atau stomatitis ulseratif nekrotikans akut
- LIP (lymphoid interstisial pneumonia) simtomatik
- Anemia yang tak dapat dijelaskan (<8 g/dl), neutropenia (<
500/mm3) atau
- Trombositopenia (<30.000/mm3) selama lebih dari 1 bulan.
Stadium 4 - Sangat kurus (wasting) yang tidak dapat dijelaskan atau gizi
buruk yang tidak bereaksi terhadap pengobatan baku.
- Pneumonia pneumosistis
- Dicurigai infeksi bakteri berat atu berulang (2 atau lebih
episode dalam 1 tahun, misalnya empiema, piomiositis,
infeksi tulang atau sendi, meningitis, tidak termasuk
pneumonia)
- Infeksi herpes simplek kronik (orolabial atau kutaneosus
selama > 1 bulan atau viseralis dilokasi manapun)
- Tuberculosis ekstrapulmonal atau diseminata.
- Sarcoma kaposi
- Kandidiasis esophagus
- Anak < 18 bulan dengan simtomatik HIV seropositif dengan
2 atau lebih dari hal berikut: oral thrush, +/- pneumonia berat,
+/- gagal tumbuh, +/- sepsis berat².
- Infeksi sitomegalovirus (CMV) retinitis atau pada organ lain
dengan onset > 1 bulan.
- Toksoplasmosis susunan syaraf pusat (diluar massa neonatus)
- Kriptokokosis termasuk meningitis.
- Mikosis ensdemik diseminata (histoplasmosis,
koksidiomikosis, penisiliosis)
- Kriptosporidiosis kronik atau isosporiasis (dengan diare >1
bulan)
- Infeksi sitomegalovirus (onset pada umur > 1 bulan pada
organ selain hati, limpa atau kelenjar limfe).
- Penyakit mikrobakterial diseminata selain tuberculosis,
- Kandida pada trakea, bronkus atau paru.
- Acwuired HIV-related recto-vesico fistula
- Limfoma sel B non-Hodgkin’s atau limfoma serebral
- Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML)
- Ensefalopati HIV
- HIV-related cardiomyopathy
- HIV-related nephropathy
Sumber: Buku saku pelayanan kesehatan anak dirumah sakit hal: 229\

Ket:
1. TB bisa terjadi pada hitungan CD4 berapapun dan CD4% perlu
dipertimbangkan bila mungkin.
2. Diagnosis presumtif dari penyakit stadium 4 pada anak umur < 18 bulan yang
seropositif membutuhkan konfirmasi dengan tes virologis HIV atau tes Ab
HIV pada umur > 18 bulan.

1.6 KOMPLIKASI
1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Mendeteksi antigen virus dengan PCR (Polimerase Chain Reaction)
2. Tes ELSA memberikan hasil poitif 2-3 bulan sesudah infeksi
3. Hasil positif dikonfirmasi dengan pemeriksaan western blot
4. Serologis: skrining HIV dengan ELISA, Tes western blot, limfosit T
5. Pemeriksaan darah rutin
6. Pemeriksaan neurologist
7. Tes fungsi paru, broskoscopi

1.8 PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan suportif
a. Pemberian nutrisi yang baik
b. Pemberian multivitamin
2. Pengobatan simptomatik
3. Pencegahan infeksi oportunistik, dapat digunakan antibiotik kotrimoksazol.
4. Pemberian ARV (Antiretroviral). (Widoyono)
ARV dapat diberikan pada pasien sudah siap terhadap kepatuhan berobat
seumur hidup. Indikasi dimulainya pemberian ARV dapat dilihat pada tabel
berikut:

Anda mungkin juga menyukai