DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
1. M. Redho Rahman P.
2. Raisa Rosselini
3. Reka
4. Revi Anggraini
5. Riawati
6. Rizki Bilkio Wahudi
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat Rahmat dan
Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tanpa suatu hambatan. Tak lupa
kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, kepada
keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan makalah kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada
Sdr. A. Dengan kasus HIV-AIDS” banyak sekali bantuan yang kami dapatkan,
terutama dari dosen pengajar Ibu Ns. Ani Syafriati, S.Kep, M.Kep, tak lupa kami
ucapkan terima kasih banyak atas bimbingannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat di jadikan
panduan dalam mempelajari “Asuhan Keperawatan HIV-AIDS”.
Penyususnan makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari pada itu kami
selaku penulis mengharapkan kritik dan sarannya.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
Halaman Depan..........................................................................................................i
Kata Pengantar..........................................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................................iii
LANDASAR TEORI
1.1 DEFINISI
1.2 ETIOLOGI
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut JIV dari
kelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopaty Associated
Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukemia Virus (HTL-III yang juga disebut Human
T-Cell Lymphotropic Virus (retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya
(RNA) menjadi asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu.
1. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom)
dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
2. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian.
3. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV.
4. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat
melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI).
1.3 PATOFISIOLOGI
Tansmisi HIV
HIV ditransmisi melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi HIV, seperti darah,
ASI, semen dan sekret vagina. Virus masuk kedalam tubuh manusia melalui port
d’entree yang terdapat pada tubuh, umumnyakemungkinan ini meningkat melalui
perilaku berisiko yang dilakukan.
Virus kemudian masuk ke dalam sel dengan menempel pada reseptor CD4 melalui
pembungkus glikoprotein. Sebagai retrovirus, HIV menggunakan enzim reverse-
transcriptase, memungkinkan terbentuknya DNA-copy, untuk terbentuk dari RNA-
virus. Virus kemudian menempel dan merusak CD4, sehingga terjadi deplesi nilai
CD4 dalam darah, seiring dengan terjadinya peningkatan replikasi virus yang
direfleksikan dari hasil nilai viral load yang tinggi, menandakan tingkat virulensi
yang tinggi.
1. Serokonversi
Fase serokonversi terjadi di masa awal infeksi HIV. Pada fase ini, terjadi viremia
plasma dengan penyebaran yang luas dalam tubuh, selama 4-11 hari setelah
virus masuk melalui mukosa tubuh. Kondisi ini dapat bertahan selama beberapa
minggu, dengan gejala yang cukup ringan dan tidak spesifik, umumnya berupa
demam, flu – like syndrome, limfadenopati dan ruam-ruam. Kemudian, keluhan
akan berkurang dan bertahan tanpa gejala mengganggu. Pada masa ini,
umumnya akan mulai terjadi penurunan nilai CD4, dan peningkatan viral – load.
2. Fase Asimtomatik
Pada fase asimtomatik, HIV sudah dapat terdeteksi melalui pemeriksaan darah.
Penderita infeksi HIV dapat hidup bebas gejala hingga 5-10 tahun walau tanpa
intervensi pengobatan. Pada fase ini, replikasi virus terus berjalan, virulensi
tinggi, viral-load stabil tinggi, serta terjadi penurunan CD4 secara konstan.
3. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).
Pada fase AIDS, umumnya viral-load tetap berada dalam kadar yang tinggi.
CD4 dapat menurun hingga lebih rendah dari 200/µl.
Infeksi oportunistik mulai muncul secara signifikan. Infeksi oportunistik ini
bersifat berat, meliputi dan mengganggu berbagai fungsi organ dan sistem dalam
tubuh. Menurunnya CD4 mempermudah infeksi dan perubahan seluler menjadi
keganasan. Infeksi oportunistik berupa :
Demam > 2 minggu
Tuberkulosis paru
Tuberkulosis eksta paru
Sarkoma kaposi
Herpes rekuren
Limfadenopati
Candidiasis Orofaring
Wasting syndrome
1.4 PATHWAY
- Kontak dengan darah HIV masuk kedalam darah HIV berikatan limfosit T,
- Kontak seks monosit, magrofag
- Kontak Ibu bayi
Integrasi DNA virus+prot. RNA virus → DNA Inti virus masuk kedalam
Pada: T4 (provirus) sitoplasma
Prot. Virus
Tunas virus
Humoral Seluler
Ketidakefektifan
termoregulasi Menginfeksi pari-paru Saluran pencernaan
Eksudat
Mukosa teriritasi
Sistem tahapan klinis untuk anak menurut WHO yang telah diadaptasi:
Digunakan untuk anak berumur < 13 tahun dengan konfirmasi laboratorium untuk
infeksi HIV (HIV Ab pada anak > 18 bulan, tes virology DNA atau RNA untuk umur
< 18 bulan)
Stadium 1 - Tanda gejala (asimtomatik)
- Limfadenopati generalisata persisten (persisten generalized
lymphadenopathy=PGL).
Stadium 2 - Hepatosplenomegali persisten yang tidak dapat dijelaskan
- Erupsi pruritik popular
- Dermatitis seboroik
- Infeksi jamur pada kuku
- Keilitis angularis
- Eritema Gingiva Linea-Linea gingival erytrma (LGE)
- Infeksi human papiloma (wart) yang luas atau moluskum
kontangiosum (>5% area tubuh)
- Luka dimulut atau sariyawan yang berulang (2 atau lebih
episode dalam 6 bulan).
- Pembesaran kelenjar parotis yang tidak dapat dijelaskan.
- Herpeszoster
- Infeksi respiratorik bagian atas yang kronik atau berulang
(otitis media, otorrhoea, sinusitis, 2 atau lebih episode dalam
periode 6 bulan)
Stadium 3 - Gizi kurang yang tak dapat dijelaskan dan tidak bereaksi
terhadap pengobatan baku.
- Diare persisten yang tidak dapat dijelaskan (> 14 hari)
- Demam persisten yang tidak dapat dijelaskan (intermiten atau
konstan, selama > 1 bulan)
- Kandidiasis oral (diluar massa 6-8 minggu pertama
kehidupan)
- Oral hairy leukoplakia
- Tuberkolusis paru
- Pneumonia bakterial berat yang berulang (2 atau lebih
episode dalam 6 bulan)
- Gingivitis atau stomatitis ulseratif nekrotikans akut
- LIP (lymphoid interstisial pneumonia) simtomatik
- Anemia yang tak dapat dijelaskan (<8 g/dl), neutropenia (<
500/mm3) atau
- Trombositopenia (<30.000/mm3) selama lebih dari 1 bulan.
Stadium 4 - Sangat kurus (wasting) yang tidak dapat dijelaskan atau gizi
buruk yang tidak bereaksi terhadap pengobatan baku.
- Pneumonia pneumosistis
- Dicurigai infeksi bakteri berat atu berulang (2 atau lebih
episode dalam 1 tahun, misalnya empiema, piomiositis,
infeksi tulang atau sendi, meningitis, tidak termasuk
pneumonia)
- Infeksi herpes simplek kronik (orolabial atau kutaneosus
selama > 1 bulan atau viseralis dilokasi manapun)
- Tuberculosis ekstrapulmonal atau diseminata.
- Sarcoma kaposi
- Kandidiasis esophagus
- Anak < 18 bulan dengan simtomatik HIV seropositif dengan
2 atau lebih dari hal berikut: oral thrush, +/- pneumonia berat,
+/- gagal tumbuh, +/- sepsis berat².
- Infeksi sitomegalovirus (CMV) retinitis atau pada organ lain
dengan onset > 1 bulan.
- Toksoplasmosis susunan syaraf pusat (diluar massa neonatus)
- Kriptokokosis termasuk meningitis.
- Mikosis ensdemik diseminata (histoplasmosis,
koksidiomikosis, penisiliosis)
- Kriptosporidiosis kronik atau isosporiasis (dengan diare >1
bulan)
- Infeksi sitomegalovirus (onset pada umur > 1 bulan pada
organ selain hati, limpa atau kelenjar limfe).
- Penyakit mikrobakterial diseminata selain tuberculosis,
- Kandida pada trakea, bronkus atau paru.
- Acwuired HIV-related recto-vesico fistula
- Limfoma sel B non-Hodgkin’s atau limfoma serebral
- Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML)
- Ensefalopati HIV
- HIV-related cardiomyopathy
- HIV-related nephropathy
Sumber: Buku saku pelayanan kesehatan anak dirumah sakit hal: 229\
Ket:
1. TB bisa terjadi pada hitungan CD4 berapapun dan CD4% perlu
dipertimbangkan bila mungkin.
2. Diagnosis presumtif dari penyakit stadium 4 pada anak umur < 18 bulan yang
seropositif membutuhkan konfirmasi dengan tes virologis HIV atau tes Ab
HIV pada umur > 18 bulan.
1.6 KOMPLIKASI
1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Mendeteksi antigen virus dengan PCR (Polimerase Chain Reaction)
2. Tes ELSA memberikan hasil poitif 2-3 bulan sesudah infeksi
3. Hasil positif dikonfirmasi dengan pemeriksaan western blot
4. Serologis: skrining HIV dengan ELISA, Tes western blot, limfosit T
5. Pemeriksaan darah rutin
6. Pemeriksaan neurologist
7. Tes fungsi paru, broskoscopi
1.8 PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan suportif
a. Pemberian nutrisi yang baik
b. Pemberian multivitamin
2. Pengobatan simptomatik
3. Pencegahan infeksi oportunistik, dapat digunakan antibiotik kotrimoksazol.
4. Pemberian ARV (Antiretroviral). (Widoyono)
ARV dapat diberikan pada pasien sudah siap terhadap kepatuhan berobat
seumur hidup. Indikasi dimulainya pemberian ARV dapat dilihat pada tabel
berikut: