Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


EBP MENGENAI HIV
Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah II
Dosen Pengampu: Iin Patimah., M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 3
M. Dzulfikar A. : KHGC19024
Nadhila Nur Amalia : KHGC19025
Nadya Nur Aisyah : KHGC19026
Nalla Siti Sofiah : KHGC19027
Neng Diana P. : KHGC19028
Nisrina Zalva : KHGC19029
Putri Amelia N.R : KHGC19030
Ramadhita Rifanti : KHGC19031
Resti Salimatul H. : KHGC19032
Restu Mutia Pratiwi : KHGC19033
Rifan Hanafi : KHGC19034
2A-S1 Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes KARSA HUSADA GARUT
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“EBP Mengenai HIV” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bu Iin Patimah., M.Kep pada mata
kuliah “Keperawatan Medikal Bedah II”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang HIV bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Dalam menyusun makalah ini kami banyak memperoleh bantuan serta bimbingan
dari berbagai pihak.
Oleh karena itu kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih pada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Garut, Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................ i
Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
C. Tujuan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3
A. Konsep HIV dan AIDS ............................................................ 3
B. Terapi Spiritualitas ................................................................... 4
C. EBP (Evidence-Based Practice) .............................................. 7
1. Definisi .............................................................................. 7
2. Tujuan dari Penerapan EBPN............................................ 7
BAB III PENUTUP..................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4
(Cluster of Differentiation 4) sehingga mengakibatkan penurunan sistem
pertahanan tubuh. Kecepatan produksi HIV berkaitan dengan status
kesehatan orang yang terjang kitinfeksi tersebut (Bruner & Suddarth, 2002).
HIV umumnya ditransmisikan melalui hubungan seksual, darah, air mani,
dan sekresi vagina. (McCann,dkk,2007).
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah kumpulan
gejala klinis yang merupakan hasil akhir dari infeksi HIV dan menandakan
infeksi HIVyang sudah berlangsung lama (Price, 2006). Replikasi virus
yang terus berlangsung mengakibatkan semakin beratnya kerusakan sistem
kekebalan tubuh dan kerentanan terhadap Infeksi. Infeksi yang timbul
sebagai akibat dari gangguan sistem imun dinamakan Infeksi Oportunistik
(Bruner & Suddarth,2002).
Secara global kasus HIV/AIDS terus bertambah sejak pertama kali
dilaporkan pada tahun 1981.Hingga tahun 2012 diperkirakan 35.3 juta orang
hidup dengan HIV. Jumlah kasus infeksi HIV baru sebanyak 2,3 juta dan
kematian AIDS sebanyak 1,6 juta orang.
Di Amerika Serikat dengan hampir 50.000 infeksi baru setiap tahun
(Arkon, 2016). Di dunia ada sekitar 35 juta orang dengan HIV dengan
jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 1,5 juta (Kemenkes, 2014). Di
Indonesia pada tahun 2014 terdapat sekitar 150.296 orang penderita HIV
dan 55.799 penderita AIDS (Kemenkes, 2014). HIV (Human
Immunodeficiency) adalah virus yang menyerang sel darah putih yang
menyebabkan penurunan antibody. Sedangkan AIDS (Acuired Immune
Deficiency Syndrome) merupakan gejala penyakit yang timbul akibat
penurunan antibodi akibat HIV (Kemenkes, 2014).

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep HIV dan AIDS?
2. Bagaimana Terapi Spiritualitas?
3. Apa definisi EBP (Evidence-Based Practice)?
4. Bagaimana tujuan dari penerapan EBNP?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep HIV dan AIDS
2. Untuk mengetahui terapi spiritualitas
3. Untuk mengetahui definisi dari EBP (Evidence-Based Practice)
4. Untuk mengetahui tujuan dari penerapan EBNP

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep HIV dan AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang


sistem kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh
melawan infeksi dan penyakit. Obat atau metode penanganan HIV belum
ditemukan. Dengan menjalani pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa
memperlambat perkembangan penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa
menjalani hidup dengan normal. AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika
seseorang sudah mengalami AIDS, maka tubuh tidak lagi memiliki
kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.
Menurut WHO (2015) HIV merupakan virus yang menginfeksi,
menghancurkan dan merusak fungsinya. Sedangkan AIDS merupakan
kumpulan dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh HIV (Kemenkes, 2014).
Pathogenesis pada HIV terjadimulai dari virus menginfeksi sel
Langerhans yang kemudian bereplikasi di kelenjar getah bening. Selanjutnya
disebarkan viremia disertai panas, mialgiai dan artalgia. Kemudian muncul
respon terhadap infeksi dari penderita. Selanjutnya virus menginfeksisel
CD4+, makrofag dan sel dendrit dalam darah dan limfoid (Baratawidjaja &
Rengganis, 2014). Cara penularan HIV lebih sering melalui darah, semen, air
susu, dan sekresi vagina (Irianto, 2014).

Untuk pelaksanaan pada pasien HIV cukup beragam, diantaranya:


1. Pengobatan dengan anti retro viral ARV) masih merupakan penanganan
yang utama. Kadar CD4 secara bersamaan dengan stadium klinis digunakan
sebagai panduan memberiak ARV.
2. Terapi dukungan tehadap klie HIV. Berisi konseling yang diberikan pada
klien dengan HIV/AIDS meliputi konseling sebelum dan sesudah tes untuk

3
mendiagnosis HIV, koseling kepatuhan minum ARV, konseling kelompok
sebaya
3. Terapi spiritualitas. Terapi spiritualitas sangan berperan penting bagi
kualitas hidup pasien HIV
B. Terapi Spiritualitas
Chicoki (2007) mengatakan spiritualitas pada klien HIV/AIDS adalah Jalan
untuk untuk mengobati masalah emosional melalui agama dan spiritual.
Dengan cara:

1. Memberikan makna baru dalam hidup.


Agama dan spiritualitas membantu klien dengan HIV/Aids meninjau
kembali kehidupan mereka, menafsirkan apa yang mereka temukan, dan
menerapkan apa yang telah mereka pelajari untuk kehidupan baru mereka
dengan H I V. Secara sederhana, spiritualitas dan agama membantu
seseorang menemukan "makna baru hidup setelah diagnosis HIV.
2. Mempunyai tujuan baru
Diagnosis HIV sering menjadi stimulus yang diperlukan bagi seseorang
untuk menggali kembali kehidupan rohani dari kehidupan mereka. HIV
membuat klien dengan HIV/Aids memberikan makna positif dalam
kehidupan baru mereka.
3. Kondisi sakit membuat klien dengan HIV/Aids menjadi pribadi yang baru.
Secara sadar atau tidak sadar, klien dengan HIV/Aids menggunakan
penyakit mereka sebagai cara untuk lebih memahami spiritualitas mereka
dan diri mereka sendiri. Perjuangan klien dengan HIV/Aids berusaha untuk
menjadi orang yang baru seperti sebelum didiagnosis. Fungsi spiritualitas
yaitu:
a. membantu memasukkan penyakitnya dalam kehidupan mereka,
b. menerima perubahan-perubahan yang melupakan hasil dari
penyakitnya dan berubah menjadi orang yang berbeda dengan
kepribadian yang baru,
c. mengajarkan akan arti pentingnya kehidupan mereka,

4
d. membantu melepaskan hal-hal yang tadinya merupakan bagian penting
dari kehidupan mereka seperti sebelum didiagnosis H1V.
4. Spiritualitas merupakan jawaban dari pertanyaan yang muncul setelah
diagnosis H1V/AIDS. Diagnosis HIV menyebabkan rasa takut terhadap
penyakit itu sendiri, takut akan adanya pendentaan, dan ketakutan akan
masa depan. Spiritualitas dan agama memberikan jawaban atas ketakutan
dan penderitaan mereka serta penyembuhan dan perasaan tenang secara
emosional.
Kaplan (2010) mengatakan otak sering disebut sebagai organ pikiran
karena terhubung ke sistem kekebalan tubuh melalui serabut saraf yang
menjangkau ke semua organ dan sistem. Ketika manusia mengalami stres,
sistem saraf menjadi hiperaktif dan menimbulkan efek dari sistem kekebalan
tubuh secara berulang-ulang. Hal ini menyebabkan tubuh untuk pindah untuk
melakukan mekanisme yang disebut "melawan atau lari". Dalam keadaan ini,
sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan kelenjar adrenal menjadi lelah
menyebabkan tubuh merasa lemah dan lesu. Akan muncul gejala pusing, sakit
kepala, kehilangan daya ingat, lekas marah, alergi, dingin dan gejala flu.
Complementary and alternative medicine merekomendasikan intervensi
komplementer yang dapat diberikan pada klien dengan HIV/AIDS yaitu
spiritual atau terapi psikologis termasuk didalamnya terapi humor, hypnosis,
faith healing, guided imagery, dan positive affirmations (Smeltzer, et al, 2008).
Kylma, Julkunen & Lahdevirta (2001) mengatakan berbagai penelitian telah
menunjukkan bahwa orang yang mendapatkan dukungan sosial tinggi dan
hubungan intim memiliki sistem kekebalan tubuh lebih kuat dan lebih sedikit
terkena penyakit. Penelitian di Southern Metthodist University di Dallas telah
menunjukkan bahwa orang-orang yang mengalami trauma yang mendapatkan
support sistem maka akan meningkatkan fungsi imun. Menurunkan strees dan
meningkatkan status Kesehatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan spiritual menurut Craven &
Himle, (2007) adalah:

5
1. Kebudayaan, termasuk didalamnya adalah tingkah laku, kepercayaan dan
nilai-nilai yang bersumber dari latar belakang sosial budaya.
2. Jenis kelamin: Spiritual biasanya bergantung pada kelompok sosial dan
nilai-nilai agama dan transgender. Misalnya yang menjadi pemimpin
kelompok spiritual adalah laki-laki, dsb
3. Pengalaman sebelumnya. Pengalaman hidup baik yang positif atau negative
dapat mempengaruhi spiritualitas dan pada akhirnya akan mempengaruhi
makna dari nilai-nilai spiritual seseorang- Misalnya: orang yang sangat
menyayangi anaknya kemudian anaknya meninggal karena kecelakaan pada
akhirnya mungkin akan menolak eksisitensi Tuhan dan mungkin akan
berhenti untuk beribadah, demikian juga misalnya seseorang yang sukses di
pemikahan, karir, pendidikan mungkin akan beranggapan bahwa dia tidak
membutuhkan Tuhan (Taylor, Lilis & Lemone, 1997).
4. Situasi krisis dan berubah, Situasi yang dihadapi berupa perubahan karena
proses kematian atau sakitnya orang yang dicintai dapat menyebabkan
perubahan atau distress status spiritual. Situasi krisis atau perubahan yang
terjadi dalam kehidupan dapat memberikan makna meningkatnya
kepercayaan, bahkan dapat juga melemahkan kepercayaannya. Intervensi
utamanya adalah memperkuat hal yang kurang dan memperkokoh hal-hal
yang lebih kuat untuk menimbulkan harapan yang baru (Kemp 1999).
5. Terpisah dari ikatan spiritual, Pengalaman selama dirawat di rumah sakit
atau menjalani perawatan di rumah akan menyebabkan seseorang terisolasi,
berada pada lingkungan yang baru dan asing mungkin akan menyebabkan
perasaan tidak nyaman, kehilangan support sistem dan daya juang.
Enam kebutuhan dasar spiritual di Amerika menurut (Taylor, Lilis & Lemone,
1997) adalah:
1. Kebutuhan untuk meyakini bahwa kehidupan memberikan makna dan
memiliki tujuan.
2. Kebutuhan untuk hubungan yang lebih dalam dengan komunitas. Termasuk
didalamnya adalah kebutuhan untuk menguatkan atau memperkokoh
hubungan dengan diri sendiri, orang lain, Tuhan dan alam

6
3. Kebutuhan untuk dihargai dan respek
4. Kebutuhan untuk didengarkan dan mendengarkan
5. Kebutuhan untuk membangun rasa saling percaya
6. Kebutuhan untuk mempraktikan rasa saling percaya
C. EBP (Evidence-Based Practice)
1. Definisi Evidence-Based Practice
Evidence-Based Practice adalah pendekatan sistematis untuk meningkatkan
kualitas praktik keperawatan dengan mengumpulkan bukti terbaik,
Almaskari (2017). Evidence adalah kumpulan fakta yang diyakini
kebenarannya. Ada dua bukti yang dihasilkan oleh evidence yaitu bukti
eksternal dan internal. Evidence-Based Practice in Nursing adalah
penggunaan bukti ekternal dan bukti internal (clinical expertise), serta
manfaat dan keinginan pasien untuk mendukung pengambilan keputusan di
pelayanan kesehatan, Chang, Jones, & Russell (2013). Hal ini menuntut
perawat untuk dapat menerapkan asuhan keperawatan yang berbasis bukti
empiris atau dikenal dengan Evidance Based Nursing Practice (EBNP).
2. Tujuan dari penerapan EBNP
Mengidentifikasisolusi dari pemecahan masalah dalam perawatan
serta membantu penurunan bahaya pada pasien, Almaskari (2017). Praktik
keperawatan, EBNP merupakan ciri khas dari praktik keperawatan
profesional untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
EBNP digunakan oleh perawat sebagai pemberi pelayanan asuhan
keperawatan yang baik karena pengambilan keputusan klinis berdasarkan
pembuktian. Mengambil keputusan yang tepat dalam asuhan keperawatan
yang dilakukan seorang perawat profesional dipengaruhi oleh beberapa hal
diantaranya pengalaman klinik yang dimiliki dan hasil-hasil riset yang
terbaik sehingga kualitas asuhan keperawatan berbasis pembuktian terjaga.
Selain itu, EBNP juga merupakan suatu proses yang sistematik yang
digunakan dalam membuat keputusan tentang perawatan pasien, termasuk
mengevaluasi kualitas dan penggunaan hasil penelitian, preferensi pasien,
pembiayaan, keahlian dan pengaturan klinis, Lagita (2012).

7
Tabel 2.1 Hasil Analisis
Nama,
N Tempat Tujuan
Judul Sampel Metode Hasil
o dan penelitian
Tahun
1. Gede Hubungan Tujuan dari Pada penelitian Penelitian ini Hasil penelitian ini
Meyantar Antara penelitian ini ini teknik adalah deskritif menunjukkan bahwa
a Eka Tingkat adalah sampling yang korelasional, terdapat hubungan searah
Superker Spiritualita 1. digunakan yaitu penelitian yang sangat kuat antara
tia, Ika s Dengan Mengidentifik dalam yang digunakan tingkat spiritualitas dengan
Widi Tingkat asi pengambilan untuk tingkat kualitas hidup pada
Astuti, Kualitas karakteristik sampel adalah mengetahui pasien HIV/AIDS (p<0,05).
Made Hidup respondenHIV nonprobability hubungan dua Terdapat hubungan searah
Pande Pada /AIDS di sampling yaitu variabel yang yang sangat kuat antara
Lilik Pasien Yayasan Spirit purposive saling tingkat spiritualitas dan
Lestari HIV/AIDS Paramacitta sampling. mempengaruhi tingkat kualitas hidup
Denpasar di yayasan Denpasar Purposive (Sugiyono (p=0,000, p<0,05).
, Bali, Spirit 2. sampling adalah 2010).
2015 Paramacitt Mengidentifik suatu teknik Pendekatan atau
a Denpasar asi tingkat penetapan rancangan yang
spiritualitas sampel dengan digunakan
pasien dengan cara memilih dalam penelitian
HIV/AIDS di sampel diantara ini adalah
Yayasan Spirit populasi sesuai dengan
Paramacitta dengan yang menggunakan
Denpasar. dikehendaki pendekatan
3. peneliti cross sectional,
Mengidentifik (tujuan/masalah dimana dalam
asi tingkat dalam penelitian ini
kualitas hidup penelitian) variabel kualitas
pasien dengan (Nursalam, hidup dan
HIV/AIDS di 2008). Sesuai spiritualitas
Yayasan dengan kriteria diambil secara
SpiritParamaci inklusi dan bersamaan atau
tta Denpasar eksklusi dalam waktu
4. didapatkan yang
Menganalisis sampel bersamaan.
hubungan berjumlah 45
antara tingkat orang.
spiritualitas
dengan tingkat
kualitas hidup
pasien dengan
HIV/AIDS di
Yayasan Spirit
Paramacitta
Denpasar.

8
2. Siska Kebutuhan Penelitian ini Subjek Penelitian ini Menurut hasil analisis yang
Putri Spritual bertujuan penelitian menggunakan telah dilakukan mengenai
Ramadan dengan untuk kepada pasien metode kebutuhan spiritual dengan
i, Maria Kualitas memaparkan HIV/AIDS literature review kualitas hidup pasien
Fudji Hidup gambaran dengan jenis HIV/AIDS didapatkan
Hastuti, Pasien kebutuhan narrative gambaran spiritual yang
Nita HIV/AIDS spiritual review. meliputi mendekatkan diri
Arisanti dengan kepada Tuhan,
Yulanda, kualitas hidup membutuhkan dukungan dari
Universit pasien orang terdekat, dan harapan
as HIV/AIDS hidup yang baik dimasa
Tanjungp depan. Adapun gambaran
ura kualitas hidup dilihat dari
Pontiana domain fisik, domain
k psikologis, domain sosial dan
lingkungan, serta domain
spiritual. Domain spiritual
memiliki nilai tertinggi pada
domain kualitas hidup pasien
HIV/AIDS yang dapat di
artikan semakin baik spiritual
seseorang maka semakin
baik pula kualitas hidup
seseorang sedangkan pada
domain sosial dan
lingkungan memiliki nilai
kualitas hidup terendah, hal
ini dikarenakan masih
tingginya stigma dan
deskriminasi yang dialami
oleh pasien HIV/AIDS
3. G. Nur Spiritualita Penelitian ini Sampel Jenis penelitian Terdapat hubungan yang
Widya s bertujuan penelitian terdiri ini adalah signifikan antara spiritualitas
Putra berhubung untuk dari 60 ODHA analitik dan kualitas hidup pada
Putu an dengan mengetahui observasional ODHA di KDS Kosala Bali.
Agus kualitas hubungan dengan Adapun hubungan keduanya
Ariana hidup tingkat menggunakan memiliki arah yang
Kadek ODHA spiritualitas pendekatan positif,artinya semakin tinggi
Yudi dengan cross-sectional. spiritualitasnya, maka
Aryawan kualitas hidup semakin baik kualitas hidup
Gede pada ODHA pada pasien ODHA tersebut.
Prayadi di KDS
Putra Kosala Bali.
Volume
3, Nomor
1, Juni
2021

9
Sekolah
Tinggi
Ilmu
Kesehata
n
Buleleng

Dari table diatas, dilakukan Review pada 3 artikel yang membahas topik
yang sama yaitu hubungan spiritualitas dengan kualitas hidup pasien HIV. 3
artikel diatas dilakukan pada beberapa komunitas yang berbeda yang
mengidap penyakit HIV. Metode penelitian yang digunakan untuk 3 penelitian
itu deskriptif kuorelasional, narrative review dan analisis observatif dan hasil
dari 3 penelitian menunjukan kebutuhan spiritual sangat positif atau
berbanding searah pada kualitas hidup pasien HIV.
PEMBAHASAN:
Aspek spiritual merupakan salah satu isu penting dalam asuhan
keperawatan klien HIV Aids. Penelitian ini bertujuan memperoleh pemahaman
mendalam tentang makna spiritualitas pada klien HIV/AIDS dalam konteks
asuhan keperawatan. Rancangan penelitian ini adalah kualitatif fenomenologi
dengan desain deskriptif eksploratif.
HIV/AIDS tergolong dalam penyakit kronik dan membutuhkan
perawatan yang komprehensif tidak hanya dari petugas kesehatan tetapi juga
dari keluarga dan anggota masyarakat lain. Tujuan utama dari perawatan
HIV/AIDS adalah membuat orang dengan HIV/AIDS dapat hidup lebih lama,
hidup lebih sehat dan tidak menularkan kepada orang lain yang sehat dengan
intervensi klinik jangka pendek maupun jangka panjang. Pada saat pengobatan
HIV/AIDS dimulai oleh klien di rumah sakit, maka saat itulah dibutuhkan
dukungan dari keluarga dan masyarakat sekitar serta managemen diri sendiri
dari klien HIV/AIDS itu sendiri (Bartlett, 2004).
Perawat memiliki pengetahuan bahwa klien memiliki kebutuhan
spiritual, tetapi pada banyak kasus tidak semua perawat memberikan pelayanan
untuk memenuhi aspek spiritual klien. Hal ini disebabkan perawat tidak
disiapkan untuk menghadapi masalah spiritual klien dan perawat mengganggap

10
itu bagian dari psikososial dan merupakan tugas dari rohaniawan. Perawat
berada pada posisi terbaik untuk memberikan asuhan keperawatan spiritual
pada klien hanya dengan menjadi pendengar yang baik, membantu klien
mengungkapkan keyakinan mereka dan mendampingi klien selama perjalanan
penyakitnya serta menyediakan perawatan rohani untuk klien HIV/AIDS
(Wensley, 2008).
Beberapa hasil penelitian tentang hubungan spiritualitas pada pasien HIV
menunjukan bahwa spiritualitas memiliki hubungan yang cukup signifikan
yang mana hubungan positif atau searah. Karena Chicoki (2007) mengatakan
spiritualitas pada klien HIV/AIDS adalah Jalan untuk untuk mengobati
masalah emosional melalui agama dan spiritual dengan cara Memberikan
makna baru dalam hidup, mempunyai tujuan baru yaitu kembali ke kehidupan
rohani, menjadi pribadi yang baru untuk lebih mengenal dirinya sendiri dan
Spiritualitas merupakan jawaban dari pertanyaan yang muncul setelah
diagnosis H1V/AIDS.
Kaplan (2010) mengatakan otak sering disebut sebagai organ pikiran
karena terhubung ke sistem kekebalan tubuh melalui serabut saraf yang
menjangkau ke semua organ dan sistem. Ketika manusia mengalami stres,
sistem saraf menjadi hiperaktif dan menimbulkan efek dari sistem kekebalan
tubuh secara berulang-ulang. Hal ini menyebabkan tubuh untuk pindah untuk
melakukan mekanisme yang disebut "melawan atau lari". Dalam keadaan ini,
sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan kelenjar adrenal menjadi lelah
menyebabkan tubuh merasa lemah dan lesu. Akan muncul gejala pusing, sakit
kepala, kehilangan daya ingat, lekas marah, alergi, dingin dan gejala flu

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
HIV (Human Immunodeficiency) adalah virus yanng menyerang sel darah
putih yang menyebabkan penurunan antibody. Sedangkan AIDS (Acuired
Immune Deficiency Syndrome) merupakan gejala penyakit yang timbul akibat
penurunan antibodi akibat HIV.
Evidence-Based Practice adalah pendekatan sistematis untuk meningkatkan
kualitas praktik keperawatan dengan mengumpulkan bukti terbaik, Almaskari
(2007), dan penggumpulan bukti itu untuk mendukung pengambilan keputusan
di pelayanan Kesehatan
Menurut hasil analisis yang telah dilakukan mengenai kebutuhan spiritual
dengan kualitas hidup pasien HIV/AIDS didapatkan gambaran spiritual yang
meliputi mendekatkan diri kepada Tuhan, membutuhkan dukungan dari orang
terdekat, dan harapan hidup yang baik dimasa depan.
EBNP sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan,
keselamatan pasien, keefektifan managemen dalam pengelolaan pelayanan
keperawatan, dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya bukti empiris
dalam melaksanakan pelayanan.
B. Saran
Berdasarkan uraian diatas diharapkan memberikan informasi bagi pasien
dan keluarga mengenai apa saja kebutuhan spiritual dengan keadaan kualitas
hidup pasien. Dan untuk perawat dapat memberikan informasi atau edukasi
kepada keluarga untuk memberikan dukungan yang berhubungan dengan
kebutuhan spiritual pada pasien HIV/AIDS.

12
DAFTAR PUSTAKA

Gede Meyantara Eka Superkertia, I. W. (2015). Hubungan Antara Tingkat


Spiritualitas Dengan Tingkat Kualitas Hidup Pada Pasien HIV/AIDS di
yayasan Spirit Paramacitta Denpasar. Jurnal Keperawatan Community of
Publishing in Nursing (COPING) NERS, ISSN: 2303-1298.
Siska Putri Ramadani, M. F. (n.d.). Kebutuhan Spritual dengan Kualitas Hidup
Pasien HIV/AIDS. 1-13.

G. Nur Widya Putra, P. A. (2021). G. Nur Widya Putra, Putu Agus Ariana, Kadek
YudiSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng, Spiritualitas berhubungan
dengan kualitas hidup ODHA Volume 3.

13

Anda mungkin juga menyukai