Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DAN REMAJA DENGAN HIV/AIDS

Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Mata Kuliah
Keperawatan HIV/AIDS

Dosen Pembimbing: Andri Nurmansyah, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun oleh:

Siti Mariam 191FK03004 Elysa Amanda I 191FK03019


Yusda Fidie HS 191FK03011 Maya P 191FK03027
Shopi Safitri 191FK03013 Anggi Andini 191FK03033
Aldy Rifaldi P 191FK03020 Amelia Agustin 191FK03040

Tingkat 3A
Kelompok 4

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS


FAKULTAS S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kesempatan kepada
saya untuk menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi Muhammad SAW.

Makalah ini memuat tentang Askep pada Anak dan Remaja dengan
HIV/AIDS. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki
detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya
mohon untuk saran dan kritiknya. Terimakasih.

Bandung, November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1 Pengertian Hiv........................................................................................3
2.2 Etiologi...................................................................................................4
2.3 Patofisiologi............................................................................................4
2.4 Pembagian Stadium HIV........................................................................4
2.5 Cara Penularan.......................................................................................5
2.6 Manifestasi klinis...................................................................................6
2.7 Penatalaksanaan......................................................................................6
2.8 Askep Teor.............................................................................................7
BAB III PENUTUP.......................................................................................28
3.1 Kesimpulan...........................................................................................28
3.2 Saran.....................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................30

ii
BAB I

1.1 Latar Belakang


Infeksi HIV/AIDS (Human Immuno Deficiency Virus/Acquired Immune
Deficiency Syndrom) pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981
pada orang dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. Enam
tahun tahun kemudian (1989), AIDS sudah termasuk penyakit penyakit yang
mengancam pada anak di Amerika. Di seluruh dunia AIDS menyebabkan
kematian lebih dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang setiap
10 detik, karena itu infeksi HIV dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi
akibat satu jenis agen infeksius.
AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan
Amman pada tahun 1983 di Amerika Serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS
pada anak di Amerika makin lama makin meningkat. Pada bulan Desember di
Amerika dilaporkan 1995 maupun pada anak yang berumur kurang dari 13
tahun menderita HIV dan pada bulan Maret 1993 terdapat 4480 kasus. Jumlah
ini merupakan 1,5% dan seluruh jumlah kasus AIDS yang dilaporkan di
Amerika. Di Eropa sampai tahun 1988 terdapat 356 anak dengan AIDS. Kasus
infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun pada anak-anak tertinggi di
dunia adalah di Afrika.
Sejak dimulainya epidemi HIV/AIDS, telah mematikan lebih dan 25 juta
orang, lebih dan 14 juta anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuannya
karena AIDS, setiap tahun juga diperkirakan 3 juta orang meninggal karena
AIDS, 500.000 diantaranya adalah anak usia dibawah 15 tahun. Setiap tahun
pula terjadi infeksi baru pada 5 juta orang terutama dinegara terbelakang atau
berkembang dengan angka transmisi sebesar ini maka dari 37,8 juta orang
mengidap infeksi HIV/AIDS pada tahun 2005, terdapat 2,1 juta anak-anak
dibawah 15 tahun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep medis dari HIV/AIDS pada anak?
2. Bagaimana Konsep asuhan keperawatan dari HIV/AIDS?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis dari HIV/AIDS pada anak
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari HIV/AIDS

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HIV/AIDS


Acquired immunodeficiency syndrom (AIDS) suatu gejala
penyakit yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh
atau gejala penyakit infeksi tertentu / keganasan tertentu yang timbul
sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan) oleh virus yang
disebut dengan HIV. Sedang Human Imuno Deficiency Virus merupakan
virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang kemudian
mengakibatkan AIDS. HIV sistem kerjanya menyerang sel darah putih
yang menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk dalam limfosit
yang disebut dengan T4 atau sel T penolong. (T helper), atau juga sel CD
4. HIV tergolong dalam kelompok retrovirus sub kelompok lentivirus.
Juga dapat dikatakan mempunyai kemampuan mengopi cetak materi
genetika sendiri didalam materi genetik sel - sel yang ditumpanginya dan
melalui proses ini HIV dapat mematikan sel - sel T4. (DEPKES: 1997)
AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menular,
yang disebabkan oleh infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi
sebagai depresi berat imunitas seluler, dan mengenai kelompok resiko
tertentu, termasuk pria homoseksual, atau biseksual, penyalahgunaan obat
intra vena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya,
hubungan seksual dan individu yang terinfeksi virus tersebut. (DORLAN
2002).
AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dan
kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata
hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang
dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang
terjadi. (Centre for Disease Control and Prevention).

3
2.2 Etiologi (DEPKES 1997)
Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:
1) Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi
2) Pemakaian obat oleh ibunya
3) Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena
4) Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi

2.3 Patofisiologi
Virus AIDS menyerang sel darah putih ( limfosit T4 ) yang
merupakan sumber kekebalan tubuh untuk menangkal berbagai penyakit
infeksi. Dengan memasuki sel T4 , virus memaksa limfosit T4 untuk
memperbanyak dirinya sehingga akhirnya menurun, sehingga
menyebabkan tubuh mudah terserang infeksi dari luar (baik virus lain,
bakteri, jamur atau parasit). Hal ini menyebabkan kematian pada orang
yang terjangkit HIV / AIDS. Selain menyerang limfosit T4, virus AIDS
juga memasuki sel tubuh yang lain, organ yang sering terkena adalah otak
dan susunan saraf lainnya. AIDS diliputi oleh selaput pembungkus yang
sifatnya toksik ( racun ) terhadap sel, khususnya sel otak dan susunan saraf
pusat dan tepi lainnya yang dapat menyebabkan kematian sel otak. Masa
inkubasi dan virus ini berkisar antara 6 bulan sampai dengan 5 tahun, ada
yang mencapai 11 tahun, tetapi yang terbanyak kurang dari 11 tahun.
(DEPKES 1997).
2.4 Pembagian Stadium Pada HIV
1) Stadium HIV
Dimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan
serologik ketika antibodi terhadap virus tersebut dan negatif menjadi
positif. Waktu masuknya HIV kedalam tubuh hingga HIV positif
selama 1-3 bulan atau bisa sampai 6 bulan.
2) Stadium Asimptomatis (tanpa gejala)
Menunjukkan didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi belum
menunjukan gejala dan adaptasi berlangsung 5 - 10 tahun.3) Stadium

4
Pembesaran Kelenjar Limfe Menunjukan adanya pembesaran kelenjar
limfe secara menetap dan merata (persistent generalized
lymphadenophaty) dan berlangsung kurang lebih 1 bulan.
3) Stadium AIDS
Merupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini disertai bermacam -
macam penyakit infeksi sekunder.
2.5 Cara Penularan
HIV menular dengan beberapa cara yaitu :
1. Hubungan seksual dengan penderita AIDS
Penularan dapat terjadi melalui hubungan tanpa alat pelindung
dengan penderita HIV. Air mani, cairan vagina dan darah dapat
mengenai selaput lendir sehinggga HIV yang ada dalam cairan
tersebut masuk kedalam cairan darah. Selain itu juga melalui lesi
mikro pada di dinding alat tersebut yang terjadi saat hubungan
seksual.
2. Penularan dapat terjadi melalui hubungan tanpa alat pelindung
dengan penderita HIV. Air mani, cairan vagina dan darah dapat
mengenai selaput lendir sehinggga HIV yang ada dalam cairan
tersebut masuk kedalam cairan darah. Selain itu juga melalui lesi
mikro pada di dinding alat tersebut yang terjadi saat hubungan
seksual. Darah dan produk darah yang tercemar HIV / AIDS sangat
cepat menularkan HIV karena langsung masuk kedalam pembuluh
darah dan menyebar keseluruh tubuh
3. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksa kandungan dan alat-alat lain yang menyentuh
darah, cairan vagina atau mani yang terinveksi HIV yang
digunakan ke orang lain tanpa disterilkan dulu.
4. Alat-alat untuk menoreh kulit
Jarum, silet, alat tato, pemotong rambut.
5. Menggunakan jarum suntik yang bergantian

5
Jarum suntik pada fasilitas kesehatan, pengguna narkoba sangat
berpotensi terjangkit HIV
2.6 Manifestasi Klinis
1. Gejala mayor :
1) Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
2) Diare kronis lebih dan 1 bulan berulang maupun terus menerus
3) Penurunan berat badan lebih dan 10% dalam 3 bulan ( 2 dan 3
gejala utama ).
2. Gejala minor
1) Batuk kronis selama 1 bulan
2) Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candida
albican
3) Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh yang
menetap
4) Munculnya herpes zosters berulang
5) Bercak – bercak dan gatal- gatal diseluruh tubuh
2.7 Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah
pencegahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi apabila
terinfeksi HIV maka terapinya yaitu :
1) Pengendalian infeksi oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan
infeksi oportuniti, nosokomial, atau sepsis tindakan ini harus
dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan yang kritis.
2) Terapi AZT (Azitomidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan
menghambat enzim pembalik transcriptase.
3) Terapi antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistem immun dengan
menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi

6
virus pada prosesnya. Obat-obatan ini adalah: didanosina,
ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.
4) Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah
interveron
5) Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel
T dan mempercepat replikasi HIV.
6) Rehabilitasi
bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis,
membantu megubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku
kurang berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan cara hidup
sehat dan mempertahankan kondisi hidup sehat.
7) Pendidikan
untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan
yang sehat, hindari sters, gizi yang kurang, obat-obatan yang
mengganggu fungsi imun. Edukasi ini juga bertujuan untuk
mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan
ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari
masyarakat.
2.8 Askep Teori
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR

Pada pengkajian anak HIV positif atau AID pada anak rata-rata
dimasa perinatal sekitar usia 9-17 tahun.
1) Keluhan utama dapat berupa:
Demam dan diare yang berkepanjangan, tachipnea, batuk,
sesak nafas dan hipoksia
Kemudian diikuti dengan adanya perubahan: Berat badan dan
tinggi badan yang tidak naik, diare lebih dari 1 bulan, demam

7
lebih dari 1 bulan, mulut dan faring dijumpai bercak putih,
limfadenopati yang menyeluruh, infeksi yang berulang (otitis
media, faringitis), batuk yang menetap > 1 bulan dan demam
yang menyeluruh.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Dapat ditemukan keluhan yang biasanya disampaikan pasien
HIV AIDS adalah : pasien akan mengeluhkan napas sesak
(dispnea) bagi pasien yang memiliki manifestasi respiratori,
batuk-batuk, nyeri dada dan demam, pasien akan mengeluhkan
mual, dan diare serta penurunan berat badan drastis.
3) Pada penyakit Riwayat dahulu adanya Riwayat tranfusi darah
(dari orang yang terinfeksi HIV/AID). Pada ibu atau hubungan
seksual. Kemudian pada Riwayat penyakit keluarga dapat
dimungkinkan:
- Adanya orang tua yang terinfeksi HIV/AID atau penyalahgunaan
obat
- Adanya Riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV (50% tertular)
- Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20
dari kehamilan
- Adanya penularan pada proses melahirkan
- Terjadinya kontak darah dan bayi
- Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI
- Adanya kejanggalan pertumbuhan (failure to thrife)

Pada pengkajian factor resiko anak dan bayi tertular HIV/AIDS


diantaranya:

- Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual


- Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti
- Bayi yang lahir dari ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena

8
- Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darang
yang berulang
- Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas
yang tidak steril
- Anak remaja yang berhubungan seksual yang berganti-ganti
pasangan

Gambaran klinis pada anak nonspesifik seperti:

- Gagal tumbuh
- Berat badan menurun
- Anemia
- Panas berulang
- Limfadenopati
- Hepatosplenomegaly
- Adanya infeksi oportunitis yang merupakan infeksi oleh kuman,
parasite, jamur atau protozoa yang menurunkan fungsi imun pada
immunitas selular seperti adanya kadidiasis pada mulut yang dapat
menyebar ke esofagus, adanya keradangan paru dan encelofati.

2. Pola aktivitas sehari-hari (ADL)


a. Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan menglami perubahan
atau gangguan pada personal hygiene, misalnya kebiasaan
mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK dikarenakan kondisi
tubuh yang lemah, pasien kesulitan melakukan kegiatan
tersebut dan pasien biasanya cenderung dibantu oleh keluarga
atau perawat.
b. Pola Nutrisi
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS mengalami penurunan
nafsu makan, mual, muntah, nyeri menelan, dan juga pasien

9
akan mengalami penurunan BB yang cukup drastis dalam
waktu singkat (terkadang lebih dari 10% BB).
c. Pola Eliminasi
Biasanya pasien mengalami diare, fases encer, disertai mucus
berdarah.
d. Pola Istirahat dan tidur
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS pola istirahat dan tidur
mengalami gangguan karena adanya gejala seperi demam dan
keringat pada malam hari yang berulang. Selain itu juga
didukung oleh perasaan cemas dan depresi pasien terhadap
penyakitnya.
e. Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pada pasien HIV/AIDS aktivitas dan latihan
mengalami perubahan. Ada beberapa orang tidak dapat
melakukan aktifitasnya seperti bekerja. Hal ini disebabkan
mereka yang menarik diri dari lingkungan masyarakat maupun
lingkungan kerja, karena depresi terkait penyakitnya ataupun
karena kondisi tubuh yang lemah.
f. Pola presepsi dan konsep diri
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan marah,
cemas, depresi, dan stres.
g. Pola sensori kognitif
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan
pengecapan, dan gangguan penglihatan. Pasien juga biasanya
mengalami penurunan daya ingat, kesulitan berkonsentrasi,
kesulitan dalam respon verbal. Gangguan kognitif lain yang
terganggu yaitu bisa mengalami halusinasi.
h. Pola hubungan peran
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan peran
yang dapat mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien
merasa malu atau harga diri rendah.

10
i. Pola penanggulangan stres
Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan mengalami
cemas, gelisah dan depresi karena penyakit yang dideritanya.
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit, yang kronik,
perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan
reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan,
mudah tersinggung dan lain-lain, dapat menyebabkan penderita
tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang kontruksif
dan adaptif.
j. Pola reproduksi seksual
Pada pasaaien HIV AIDS pola reproduksi seksualitas nya
terganggu karena penyebab utama penularan penyakit adalah
melalui hubungan seksual.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien awal nya
akan berubah, karena mereka menggap hal menimpa mereka
sebagai balasan akan perbuatan mereka. Adanya perubahan
status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh mempengaruhi
nilai dan kepercayaan pasien dalam kehidupan pasien, dan
agama merupakan hal penting dalam hidup pasien.
3. Pemeriksaan Fisik
a) Gambaran Umum : ditemukan pasien tampak lemah.
b) Kesadaran pasien : Compos mentis cooperatif, sampai
terjadi penurunan tingkat kesadaran, apatis, samnolen,
stupor bahkan coma.
c) Vital sign :
- TD : Biasanya ditemukan dalam batas normal
- Nadi : Terkadang ditemukan frekuensi nadi
meningkat Pernafasan :Biasanya ditemukan
frekuensi pernafasan meningkat
- Suhu :Biasanya ditemukan Suhu tubuh menigkat

11
karena demam.
d) BB : Biasanya mengalami penurunan (bahkan hingga 10
BB) TB : Biasanya tidak mengalami peningkatan (tinggi
badan tetap)
e) Kepala : Biasanya ditemukan kulit kepala kering karena
dermatitis seboreika
f) Mata : Biasanya ditemukan konjungtiva anemis, sclera
tidak ikhterik, pupil isokor, reflek pupil terganggu,
g) Hidung : Biasanya ditemukan adanya pernafasan cuping
hidung.
h) Gigi dan Mulut: Biasanya ditemukan ulserasi dan adanya
bercak-bercak putih seperti krim yang menunjukkan
kandidiasi.
i) Leher : kaku kuduk ( penyebab kelainan neurologic karena
infeksi jamur Cryptococcus neoformans), biasanya ada
pembesaran kelenjer getah bening,
j) Jantung : Biasanya tidak ditemukan kelainan
k) Paru-paru : Biasanya terdapat yeri dada, terdapat retraksi
dinding dada pada pasien AIDS yang disertai dengan TB,
Napas pendek (cusmaul), sesak nafas (dipsnea).
l) Abdomen : Biasanya terdengar bising usus yang Hiperaktif
m) Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya
tanda-tanda lesi (lesi sarkoma kaposi).
n) Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot
menurun, akral dingin.

B. Diagnosa keperawatan yang mungkin munsul


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penyakit paru obstruksi kronis
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan
neorologis, ansietas, nyeri, keletihan

12
c. Diare berhubungan dengan infeksi
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan volume cairan aktif, kehilangan berlebihan melalui
diare, berat badan ekstrem, faktor yang mempengaruhi
kebutuhan status cairan: hipermetabolik,
f. Ketidak seimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan
diare
g. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
diare, muntah
h. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis, ketidak mampuan
menelan.
i. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera;bilogis
j. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera; biologis
k. Hipertermi berhubungan dengan penyakit, peningkatan laju
metabolisme
l. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
status cairan, perubahan pigmentasi, perubahan turgor, kondisi
ketidak seimbangan nutrisi, penurunan imunologis
m. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan pigmentasi, perubahan turgor kulit, kondisi ketidak
seimbangan nutrisi, faktor imunologi
n. Resiko infeksi berhubungan dengan, imunosupresi, malnutrisi,
kerusakan integritas kulit.
o. Keletihan berhubungan dengan status penyakit, peningkatan
kelelahan fisik, malnutrisi, ansitas, depresi, stres
p. Kelelahan berhubungan dengan proses penyakit
q. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkaiit
penyakit

13
r. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik
s. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan
citra tubuh
t. Isolasi sosial berhubungan dengan stigma, gangguan harga diri.
(Nanda Internasional, 2014)

C. Intervensi

14
No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Menajemen jalan nafas
bersihan jalan tindakan
keperawatan 1) Posisikan pasien untuk
nafas
diharapkan status memaksimalkan
pernafasan tidak ventilasi
Definisi : ketidak
terganggu dengan 2) Buang secret dengan
mampuan untuk
kriteria hasil : memotivasi pasien untuk
membersihkan melakukan batuk atau
1) Deviasi ringan
sekresi atau menyedot lendir
dari kisaran
obstruksi dari 3) Motifasi pasien untuk
normal frekuensi
bernafas pelan, dalam,
saluran nafas pernafasan
berputar dan batuk
untuk 2) Deviasi ringan
4) Instruksikan bagaimana
mempertahankan dari kisaran
agar bisa melakukan batuk
bersihan jalan normal Irama
efektif
pernafasan
nafas 5) Auskultasi suara nafas, catat
3) Deviasi ringan
area yang ventilasinya
dari kisaran
Batasan menurun atautidak dan adanya
normal suara
Karakteristik : suara nafas tambahan
auskultasi nafas
6) Monitor status pernafasan
4) Deviasi ringan
dan oksigenisasi
dari kisaran
sebagaimana mestinya
normal
kepatenan jalan
nafas
Fisioterapi dada
5) Deviasi ringan
dari kisaran
1) Jelaskan tujuan dan prosedur
normal saturasi
fisioterapi dada kepada
oksigen
pasien
6) Tidak ada
retraksi dinding 15
dada
1) Suara 2) Monitor status respirasi dan
nafas kardioloogi (misalnya,
tambahan denyut dan suara irama nadi,
2) Perubaha suara dan kedalaman nafas
n 3) Monitor jumlah
frekuensi dan karakteristik
nafasan sputum
3) Perubahan 4) Instruksikan pasien
iraman untuk mengeluarkan
nafas nafas dengan teknik
4) Penurunan nafas dalam
bunyi
nafas Terapi Oksigen
5) Sputum
1) Bersihkan mulut, hidung
dalam
dan sekresi trakea dengan

16
tepat
2) Siapkan peralatan oksigen
dan berikan melalui sistem
hemodifier
3) Monitor aliran oksigen
4) Monitor efektifitas
terapi oksigen
5) Pastikan penggantian
masker oksigen/ kanul
nasal setiap kali pernagkat
diganti

Monitor Pernafasan

jumlah 1) Monitor pola nafas

berlebihan (misalnya, bradipneu)

6) Batuk 2) Palpasi kesimetrisan

tidak ekspansi paru

efektif 3) Auskultasi suara nafas


4) Kaji perlunya penyedotan
pada jalan nafas dengan
auskultasi suara nafas ronci
di paru
5) Auskultasi suara nafas
setelah tindakan, untuk
dicatat
6) Monitor kemampuan
batuk efektif pasien
2. Ketidakefektifa Setelah dilakukan Menajemen Jalan Nafas :
n Pola Nafas asuhan
keperawatan 1) Posisikan pasien untuk

17
diharapkan status memaksimalkan
pernafasan tidak ventilasi
2) Lakukan fisioterapi dada,
Definisi : terganggu dengan sebagimana semestinya
Inspirasi dan kriteria hasil : 3) Buang secret dengan
atau ekspirasi memotivasi klien
1) Frekuensi
yang tidak untuk melakukan
pernafasan Tidak
memberi batuk atau menyedot
ada deviasi dari
ventilasi lendir
kisaran normal
adekuat 4) Motivasi pasien untuk
2) Irama pernafasan
bernafas pelan, dalam,
Tidak ada deviasi
Faktor Resiko : berputar dan batuk.
dari kisaran
5) Auskutasi suara nafas, catat
1) Perubahan normal
area yang ventilasinya
kedalama 3) Suara Auskultasi
menurun atau tidak ada dan
m nafas Tidak ada
adanya suara nafas tambahan
pernafasa deviasi dari
6) Kelola nebulizer
n kisaran normal
ultrasonik, sebgaimana
2) Bradipneu 4) Saturasi oksigen
mestinya
3) Dipsnea Tidak ada deviasi
7) Posisikan untuk
4) Pernafasan dari kisaran
meringankan sesak nafas
cuping normal
8) Monito status pernafasan
hidung 5) Tidak ada
dan oksigen, sebagaimana
5) Takipnea retraksi dinding
mestinya
dada
Faktor yang 6) Tidak ada
berhubungan : suara nafas
Pemberian Obat :
tambahan
1) Kerusaka
7) Tidak ada
n 1) Pertahankan aturan dan
pernafasan cuping
Neurologi prosedur yang sesuai
hidung
s dengan keakuratan dan

18
2) Imunitas keamanan pemberian
Neurologis obat-obatan
2) Ikuti prosedur limabenar
dalam pemberian obat
3) Beritahu klien mengenai
jenis obat, alasan pemberian
obat, hasil yang diharapkan,
dan efek lanjutan yang akan
terjadi sebelum pemberian
obat.
4) Bantu klien dalam
pemberian obat
Terapi Oksigen :

1) Bersihkan mulut, hidung,


dan sekresi trakea dengan
tepat
2) Berikan oksigen
tambahan seperti yang
diperintahkan
3) Monitor aliran oksigen
4) Periksa perangkat (alat)
pemberian oksigen secara
berkala untuk mmastikan
bahwa konsentrasi (yang
telah) ditentukan sedang
diberikan

19
Monitor pernafasan:
1) Monitor kecepatan,
irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas
2) Catat pergerakan dada, catat
ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot bantu
nafas
3) Palpasi kesimetrisan
ekstensi paru
4) Auskultasi suara nafas,
catat area dimana terjadinya
penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas
tambahan
5) Auskultasi suara nafas
setelah tindakan untuk
dicatat
6) Monitor sekresi
pernafasan pasien
7) Berikan bantuan terapi
nafas jika diperlukan
(misalnya nebulizer)

Monitor tanda-tanda vital :

1) Monitor tekanan darah,


Nadi, Suhu, dan status
pernafasan dengan tepat

20
2) Monitor suara paru-paru
3) Monitor warna kulit, suhu
dan kelembaban
3. Diare Setelah dilakukan Menajemen Saluran Cerna
tindakan
keperawatan 1) Monitor buang air besar
Definisi : Pasase diharapkan termasuk frekuensi,
fases yang lunak eliminasi usus tidak konsistensi, bentuk, volume
dan terganggu dengan dan warna, dengan cara yang
kriteria hasil : tepat
tidak 2) Monitor bising usus
1) Pola eliminasi
berbentuk
tidak terganggu
2) Suara bising
Menajemen Diare
usus tidak
Batasan
terganggu
Karakteristik : 1) Tentukan riwayat diare
3) Diare tidak ada
1) Nyeri 2) Ambil tinja untuk
abdome pemeriksaan kultur dan
n sensitifitas bila diare
2) Sedikitnya berlanjut
tiga kali 3) Instruksikan pasien atau
Setelah dilakukan
defekasi anggota keluarga utuk
tindakan
per mencatat warna, volume,
keperawatan
frekuensi, dan
konsistensi tinja
hari diharapkan tidak 4) Identivikasi faktor yang bisa
3) Bising usus terjadi keparahan menyebabkan diare
hiperaktif infeksi dengan (misalnya medikasi, bakteri,
kriteria hasil : dan pemberian makan lewat
Situasional : selang)
1) Malaise tidak ada
5) Amati turgor kulit

21
1) Penyalahguna 2) Nyeri tidak ada secara berkala
an alkohol 3) Depresi jumlah 6) Monitor kulit perineum
sel darh putih terhadap adanya iritasi
dan ulserasi
Fisiologis 7) Konsultasikan dengan
dokter jika tanda dan
1) Proses Infeksi gejala diare menetap

Pemasangan Infus

1) Verivikasi instruksi
untuk terapi IV
2) Beritau pasien
mengenai prosedur
3) Pertahankan teknik
aseptik secara seksama
4) Pilih vena yang sesuai
dengan penusukan vena,
pertimbangkan prevelansi
pasien, pengalaman masa
lalu dengan infus, dan
tangan non dominan
5) Berikan label pada pembalut
IV dengan tanggal, ukuran,
dan inisiasi sesuai protokol
lembaga

Terapi Intravena (IV)

1) Verivikasi perintah untuk

22
terapi intravena
2) Instruksikan pasien
tentang prosedur
3) Periksa tipe cairan, jumlah,
kadaluarsa, karakterisktik
dari cairan dan tingkat
merusak pada kontainer
4) Laukuan (prinsip) lima
benar sebelum memulai
infus atau pemberian
pengobatan (misalnya,
benar obat, dosis, pasien,
cara, dan frekuensi)
5) Monitor kecepatan IV,
seblum memberikan
pengobatan IV
6) Monitor tanda vital

23
hari diharapkan tidak 8) Identivikasi faktor yang bisa
3) Bising usus terjadi keparahan menyebabkan diare
hiperaktif infeksi dengan (misalnya medikasi, bakteri,
kriteria hasil : dan pemberian makan lewat
selang)
Situasional : 4) Malaise tidak ada
9) Amati turgor kulit
5) Nyeri tidak ada
secara berkala
1) 6) Depresi jumlah
10) Monitor kulit
Penyalahgu sel darh putih
perineum terhadap
na an
adanya iritasi dan
alkohol
ulserasi
11) Konsultasikan dengan
dokter jika tanda dan
Fisiologis
gejala diare menetap

1) Proses Infeksi
Pemasangan Infus

6) Verivikasi instruksi
untuk terapi IV
7) Beritau pasien
mengenai prosedur
8) Pertahankan teknik
aseptik secara seksama
9) Pilih vena yang sesuai
dengan penusukan vena,
pertimbangkan prevelansi
pasien, pengalaman masa
lalu dengan infus, dan
tangan non dominan
10) Berikan label pada pembalut

24
IV dengan tanggal, ukuran,
dan inisiasi sesuai protokol
lembaga

Terapi Intravena (IV)

7) Verivikasi perintah untuk


terapi intravena
8) Instruksikan pasien
tentang prosedur
9) Periksa tipe cairan, jumlah,
kadaluarsa, karakterisktik
dari cairan dan tingkat
merusak pada kontainer
10) Laukuan (prinsip) lima
benar sebelum memulai
infus atau pemberian
pengobatan (misalnya,
benar obat, dosis, pasien,
cara, dan frekuensi)
11) Monitor kecepatan IV,
seblum memberikan
pengobatan IV
12) Monitor tanda vital
9) Monitor membran mukosa,
turgor kulit, dan respon haus

25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HIV/AIDS menjadi masalah serius karena bukan hanya
merupakan masalah kesehatan atau persoalan pembangunan, tetapi
juga masalah ekonomi, sosial, dan lain-lain. Berdasarkan sifat dan

26
efeknya, sangatlah unik karena AIDS mematikan kelompok yang
paling produktif dan paling efektif secara reproduksi dalam
masyarakat, yang kemudian berdampak pada mengurangi
produktivitas dan kapasitas dari masyarakat. Dampak yang
ditimbulkan AIDS terhadap masyarakat dapat bersifat permanen
atau setidaknya berjangka sangat panjang. AIDS secara sosial tidak
terlihat (invisible) meski demikian kerusakan yang ditimbulkannya
sangatlah nyata. HIV/AIDS karena sifatnya yang sangat
mematikan sehingga menimbulkan rasa malu dan pengucilan dari
masyarakat yang kemudian akan mengiring pada bentuk-bentuk
pembungkaman, penolakan, stigma, dan diskriminasi pada hampir
semua sendi kehidupan. Hampir semua orang yang diduga
terinfeksi AIDS tidak memiliki akses terhadap tes HIV, inilah yang
membuat usaha-usaha pencegahan dan penyembuhan menjadi
sangat rumit. Program pencegahan penyebaran HIV/AIDS harus
segera dilaksanakan, tak terkecuali area Lembaga Pemasyarakatan
ataupun Rumah Tahanan.
3.2 Saran
Masa depan bangsa ini harus segera diselamatkan caranya
adalah dengan mendidik dan membimbing generasi muda secara
intensif agar mereka mampu menjadi motor penggerak kemajuan
dan mendorong perubahan kearah yang lebih dinamis, progesif dan
produktif. Dengan demikian diharapkan kedepannya bangsa ini
mampu bersaing dengan negara lainya . Agar mencapai impian
tersebut remaja Indonesia harus tumbuh secara positif dan
kontruktif, serta sebisa mungkin dijauhkan dari telibat kenakalan
remaja. Inialah tantangan riil yang kita hadapi sebagai guru dan
orang tua. Sudah sedemikian lama fenomena maraknya kenakalan
remaja ini dibiarkan begitu saja, seolah hanya di tangani dengan
asal-asalan.

27
Pemerintahan sebagai pemengang utama kebijakan juga
dapat menjalankan perannya, yaitu membuat undang undang
pendidikan, undang undang teknologi komunikasi (yang mengatur
tayangan yang layak di akses di internet, televisi, dan media
massa), serta membangun aparat kepolisian yang kuat. Dengan
permasalahan remaja yang terkena HIV DAN AIDS dikalangan
masyarakat diakibatkan pergaulan bebas remaja yang tidak
terpantau, dengan sebab itupenulis berharap ada pengawasan dari
orang yang bertanggung jawab.

Daftar Pustaka

Aziz Alimul Hidayat. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta

Selemba Medika.

28
Berhman,dkk (1999) Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Edisi 15 Jakarta :EGC

Betz, Cecily L. (2002). Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC Blog Riyawan

Kumpulan Artikel Farmasi&Keperawatan Doenges.

Judith M. Wilkinson. (2012) Buku Saku Diagnosa Keperawatan (Revisi ed.).

Jakarta:EGC.

Mirlyn E. Doenges (2001) Rencana Keperawatan Maternal/ Bayi. Edisi 2.

Jakarta : EGC

29

Anda mungkin juga menyukai