Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“ Asuhan Keperawataan Jiwa Masalah Kesehataan Hiv-Aids” ”

Disusun Oleh :
FITRIA IRSADI
202101145

PROGRAM STUDI S1 NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha ESA yang telah memberikan
rahmat serta kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawataan
Jiwa Masalah Kesehataan Hiv-Aids” ini dengan kemampuan dan pengetahuan yang ada, tak
lupa saya ucapkan terimakasih juga kepada dosen selaku dosen yang telah memberikan tugas ini,
saya sangat berharap makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat dan dapat menambah
wawasan, saya juga menyadari bahwa tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan, maka dari itu saya sangat berharap adanya kritik dan saran agar dapat
memperbaiki dan kesalahan tersebut tidak terulang di masa yang akan datang, mengingat tak ada
sarana yang berguna tanpa adanya kritik dan saran. Semoga makalah yang saya buat ini dapat di
pahami oleh siapa saja yang membacanya, dan makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi saya
dan bagi siapa saja yang membacanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................iii
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3. Tujuan Masalah.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2
2.1 Devini HIV-AIDS………..…………….…………………………………………………2
2.2 Etiologi HIV-AIDS ……………………………..………………………..…………........2
2.3 Patofisiologi HIV-AIDS…………………………….………………………………........3
2.4 Diagnosis HIV-AID……………,…..…………………………………………………….4
2.5 Manifestasi Klinis HIV-AIDS………………………………………………....................4
2.6 Cara Penularan Hiv Aids Dan Masa Inkubasi,………………………………………..….5
2.7 Penatalaksanaan Hiv-Aids……………………………………………………………….6
2.8 Trend Dan Issu Hiv Aids…………………………………………………………….…..8
2.9 Konsep asuhan keperawatan pada kasus HIV/AIDS………………………………...…..9

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………….16


3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagian orang memandang HIV/AIDS sebagai penyakit yang membahayakan
dan sangat menakutkan dikarenakan belum adanya vaksin maupun imunisasi untuk
pengobatannya. Penyakit ini dianggap mematikan dengan penderitaan yang relative lama
dan cara penyebaran cepat, sehingga jumlah penderita yang sebenarnya sulit diketahui,
juga sebagian besar orang yang terinfeksi virus HIV ternyata penderita AIDS.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasaan pada latar belakang diatas, maka permasalahaan yang akan
dibahas dala makalah ini adalah Mengenal Tengtang Hiv-Aids Dan Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Hiv/Aids
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Hiv-Aids Dan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Hiv/Aids
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Devinisi Hiv-Aids

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit yang
merusak sistem kekebalan tubuh; penyakit yang di akibatkan dari penularan. Disebabkan oleh
Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh. ODHA atau
Orang Dengan HIV/AIDS adalah sebutan untuk orang-orang yang mengidap atau didiagnosa
positif HIV/AIDS (Dewi et al., 2014). Dalam waktu yang singkat terjadi peningkatan jumlah
pasien pada kasus penyakit ini sehingga menjadi masalah internasional (Widoyono, 2011). Virus
ini menyerang sel darah putih (limfosit) yang ada di dalam tubuh manusia. Limfosit berfungsi
membantu melawan bibit-bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
HIV termasuk keluarga retro virus yaitu virus yang mampu menggandakan, mencetak
serta memasukkan materi genetik dirinya ke dalam sel tuan rumah. Dengan cara yang berbeda
(retro) virus ini melakukan proses infeksi, yaitu dari RNA menjadi DNA, kemudian menyatu
dalam DNA sel tuan rumah (manusia), membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi
(tiruan). Sel pada tubuh manusia yang diserang oleh virus HIV adalah set T helper/ T-limfosit/ T-
sel/ CD4.
Acquired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS yaitu sekumpulan gejala penyakit
yang timbul karena kekebalan tubuh yang menurun yang disebabkan oleh infeksi HIV. Akibat
menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang maka orang tersebut sangat mudah terkena
penyakit seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran pencernaan, otak
dan kanker. Kondisi ini juga disebut ketika sel CD4 sudah benar-benar rusak sehingga kekebalan
tubuh seseorang sangat rentan sekali terjadi infeksi penyakit menular lainnya
2.2 Etiologi HIV-AIDS
HIV disebabkan oleh virus yang dapat membentuk DNA dari RNA virus, sebab
mempunyai enzim transkiptase reverse. Enzim tersebut yang akan menggunakan RNA virus
untuk tempat membentuk DNA sehingga berinteraksi di dalam kromosom inang kemudian
menjadi dasar untuk replikasi HIV atau dapat juga dikatakan mempunyai kemampuan untuk
mengikuti atau menyerupai genetik diri dalam genetik sel-sel yang ditumpanginya sehingga
melalu proses ini HIV dapat mematikan sel-sel T4. HIV dikenal sebagai kelompok retrovirus.
Retrovirus ditularkan oleh darah melalui kontak intim seksual dan mempunyai afinitas yang
kuat terhadap limfosit T.
Penyebab dari HIV/AIDS adalah golongan virus retro yang bisa disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase :
a) Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
b) Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1 - 2 minggu dengan gejala flu.
c) Infeksi asimtomatik. Lamanya 1 – 15 atau lebih setahun dengan gejala tidak ada
d) Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan demam, keringat malam hari, berat
badan menurun, diare, neuropati, lemah, ras, limfa denopati, lesi mulut.
e) AIDS, lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologis
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang
termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
a) Lelaki homoseksual atau biseks.
b) Bayi dari ibu/bapak terinfeksi
c) Orang yang ketagihan obat intravena
d) Partner seks dari penderita AIDS e) Penerima darah atau produk darah (transfusi)
2.3 Patofisiologi HIV-AIDS
HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang berkerja
sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup limfosit penolong dengan peran kritis
dalam mempertahankan responsivitas imun, juga memperlihatkan pengurangan bertahap
bersamaan dengan perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan
penurunan sel CD4
.
2.4 Diagnosis HIV-AIDS
Diagnosa HIV/AIDS dapat dilakukan melalui pemeriksaan antibody HIV meliputi :
1) Enzyme Immunasorbent Assay (EIA). Tes ini digunakan untuk mendeteksi antibodi IgM
dan IgG HIV-1 dan HIV-2.
2) Rapid/simple assay. Tergantung jenisnya, tes ini dapat dilakukan dalam waktu kurang
dari 20 menit sampai 2 jam dan merupakan tes yang paling banyak digunakan dengan
fasilitas yang terbatas.
3) Western Bloting (WB). Pemeriksaan ini membutuhkan waktu lama dan mahal, serta
memerlukan waktu yang lama. Butuh keahlian khusus sehingga digunakan untuk
konfirmasi diagnostik.
4) ELISA (Enzyme-linked immunoassay). Pemeriksaan ini juga merupakan pemeriksaan
yang mahal dan memerlukan waktu yang lama
2.5 Manifestasi Klinis HIV-AIDS
1. Stadium pertama (HIV)
Stadium dimulai dari masuknya virus HIV ke dalam tubuh diikuti dengan
perubahan serologis yaitu antibodi dari negatih menjadi positif. Perubahan antibodi
memerlukan waktu satu sampai 3 bulan bahkan ada yang berlangsung 6 bulan. Pada
tahap ini pasien tidak menunjukan gejala sama sekali dan mengalami linfafenotapi
generalisata persisten (LPG), yakni pembesaran kelenjar getah bening di beberapa
tempat yang menetap. Pada tingkat ini, pasien belum mempunyai keluhan dan tetap
dapat melakukan aktifitas.
2. Stadium kedua (asimptomatik)
Dalam organ tubuh terdapat virus HIV dan mulai menunjukan gejala kecil yang
berlangsung selama 5-10 tahun. Cairan tubuhnya dapat menularkan HIV kepada orang
lain.
3. Stadium ketiga
Pembesaran kelenjar limfa yang menetap dan merata langsung dlebih dari satu bulan.
Pada tingkat ini penderita biasa berbaring ditempat tidur lebih dari 12 jam perhari
4. Stadium keempat (AIDS)
Stadium keempat (Aids) yaitu keadaan yang disertai dengan infeksi oportunistik, penurunan
berat badan dan muncul kangker sertaa infeksi sekunder
2.6 Cara Penularan Hiv Aids Dan Masa Inkubasi
. Cara penularan yang diketahui melalui :
1. Transmisi seksual
Penularan HIV melalui hubungan seksual baik heteroseksual maupun homoseksual
merupakan penularan yang sering terjadi.
a. Transmisi virus HIV pada homoseksual: cara hubungan seksual anogenital merupakan
perilaku seksual dengan resiko tinggi bagi penularan HIV. Khususnya bagi mitra seks
yang pasif menerima ejakulasi semen dari pengidap HIV.
b. Transmisi Virus HIV pada heteroseksual: penularan heteroseksual yang dapat terjadi dari
laki laki ke perempuan ataupun sebaliknya. Mendapatkan infeksi melalui hubungan
heteroseksual tanpa kondom. Transmisi dari laki laki pengidap HIV)AIDS keprempuan
pasangannya lebih sering terjadi dibandingkan dengan perempuan pengidap HIV ke pria
pasangannya.
2. Transmisi non seksual
a. Transmisi parenteral
Transmisi ini terjadi akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat tindik)
yang tidak steril atau telah terkontaminasi seperti penyalahgunaan narkotika suntik yang
menggunakan jarum suntik secara bersamaaan.
b. Transmisi transplasenta
Penularan dari ibu yang mengidap HIV positif kepada janin yang dikandungny.
Penularan dapat terjadi sewaktu hamil atau pada saat ibu melahirkan maupun menyusui.
c. Transmisi melalui darah atau produk darah
Transplantasi organ dan jaringan tubuh yang terinfeksi HIV. Transplantasi organ
potensial meningkatkan HIV Aids yang telah dicangkokkan kepada orang yang sehat,
maka vius HIV akan menyebar ke seluruh tubuh
2.7 Penatalaksanaan Hiv-Aids
1. Perawatan pada saat terinfeksi HIV
a. Suportif dengan cara mengusahan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah
kemungkinan terjadi infeksi
b. Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada
c. Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan
dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT
dengan berintegrasi ke DNA virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV
d. Mengatasi dampak psikososial
e. Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan
prosedur yang dilakukan oleh tenaga medis
f. Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus selalu
memperhatikan perlindungan universal atau keseluruhan
2. Pencegahaan Hiv Aids
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin dan obat yang efektif untuk mencegah atau
menyembuhkan Aids infeksi HIV, sehingga untuk menghindari terinfeksi HIV dan menekan
penyebarannya cara yang utama adalah perubahan perilaku. Cara pencegahan penularan HIV
yang paling efektif adalah dengan memutus rantai penularan. Penularan dikaitkan dengan
cara cara penularan HIV.
1. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual, infeksi HIV terutama tejadi melalui
hubungan seksual, sehingga pencegahan Aids perlu difokuskan pada hubungan
seksual. Agar terhindar dari tertularnya HIV dan Aids seorang harus berperilaku
seksual yang Aman dan bertanggung jawab, yaitu hanya berhubungan seksual dengan
pasangan sendiri. Apabila salah seorang pasangan sudah terinfeksi HIV maka dalam
melakukan hubungan seksual harus menggunakan kondom secara benar.
2. Pencegahan penularan melalui darah
a. Transfusi darah, memastikan bahwa darah yang dipakai untuk transfusi tidak
tercemar HIV
b. Alat suntik dan alat lain yang dapat melukai kulit. Disinfeksi atau membersihkan
alat alat seperti jarum, alat cukur, alat tusuk untuk tindik dan lain lain dengan
pemanasan atau larutan desinfektan l.
c. Pencegahan penularan dari ibu ke anak.
2.8 Trend Dan Issu Hiv Aids
1. Trend HIV Aids diindonesia
Tahun 2018 dikeluarkan peraturan menteri dalam negeri dan peraturan menteri
kesehatan No. 4 tahun 2019 mengenai standar teknis pelayanan minimal bagi orang
beresiko terinfeksi HIV. Program global fund, tahun 2013 berlanjut sampai tahun 2018-
2020 dengan program new funding model continuation Aids, tuberculosis dan malaria.
Tahun 2020 dilabuan bajo 2-5 Desember 2020 dilakukan kegiatan "monitoring dan
evaluasi progam nasional HIV-aids 34 provinsi dalam fase persiapan exit strategy
dukungan global fund Aids tahun 2021. Menkes RI pada kegiatan mengumumkan
capaian program HIV Aids Masi rendah : Thun 2018 mencapai 27,83%, tahun 2019
mencapai 37,90% dan tahun 2020 menurunkan 20,04%. Perlu peningkatan pencapai
indikator dengan meningkatkan akses pengobatan dan pemberian ARV kepada semua
ODHA serta profilaksis TB pada ODHA. rencana proposal global fund pada Februari
2021 akan disesuaikan dengan rencana aksi Nasional dan perkembangan pendekatan
kesehatan masyarakat terkini seperti penggunaan obat baru dolotergravarir
2. Issu HIV Aids di Indonesia
Pandemi Covid 2019 pada tahun 2020 diindonesia juga berdampak pada
penanggulangan HIV Aids antara lain menurutnya capaian cakupan penemuan kasus. Hal
ini terkait adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan pembatasan kegiatan
masyarakat (PPKM) yang mengakibatkan keenganan klien melakukan tes HIV maupun
untuk rawat inap. Kementrian kesehatan telah mengeluarkan kebijakan)protokol
kesehatan layanan HIV Aids selama masa pandemi Covid 19 untuk menjamin
keberlangsungan pelayanan bagi ODHA. Bank dunia (world bank) bank menilai bahwa
Indonesia pad atagun 2020-2021 ini menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas
sehingga bantuan pendanaan sudah saatnya dikurangi. Peran bersama pemerintah, swasta,
kelompok kelompok sosial sangat penting dalam mencapai program penghentian HIV
tahun 2030.
2.9 Konsep asuhan keperawatan pada kasus HIV/AIDS

A. Pendahuluan
Asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS adalah melakukan proses
keperawatan secara sistematis oleh perawat dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien
melalui tahapan pengkajian, penegakkan diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi dan tahap akhirnya yaitu melakukan evaluasi dari tindakan yang dilakukan
perawat pada pasien dengan merujuk pada luaran keperawatan yang telah disusun
perawat sebelumnya
B. Pengkajian Keperawataan
pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang
bertujuan mengumpulkan data subjektif maupun objektif terkait kondisi pasien sehingga
dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan masalah keperawatan Selama fase
pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data berupa
1. Identitas Klien
Meliputi : nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR.
2. Keluhan utama.
Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori ditemui
keluahn utama sesak nafas. Keluahn utama lainnya dirtemui pada pasien penyakit HIV
AIDS, yaitu demam yang berkepanjangan (lebih dari 3 bulan), diare kronis lebih dari 1
bulan berulang maupun terus menerus, penurunan berat badan lebih dari 10%, batuk
kronis lebih dari 1 bulan, infeksi mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur
candida albikans,pembekakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh, munculnya
herpes zooster berulang dan bercak0bercak gatal diesluruh tubuh.
3. Riwayat kesehatan sekarang.
Dapat ditemukan keluhan yang baisanuya disampaikan pasien HIV AIDS adalah:
pasien akan mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang memiliki
manifestasi respiratori, batuk-batuk, nyreri dada, dan demam, pasien akan
mengeluhkan mual, dan diare serta penurunan berat badan drastis.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama. Adanya riwayat
penggunaan narkoba suntik, hubungan seks bebas atau berhubungan seks dengan
penderita HIV/AIDS terkena cairan tubuh penderita HIV/AIDS.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga yang menderita
penyakit HIV/ AIDS. Kemungkinan dengan adanya orang tua yang terinfeksi HIV.
Pengakajian lebih lanjut juga dilakukan pada riwayat pekerjaan keluarga, adanya
keluarga bekerja ditempat hiburan malam, bekerja sebagai PSK (pekerja seks
komersial).
6. Pola aktifitas sehari-hari (ADL) meliputi :
a. Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat. Biasanya pada pasien HIV/ AIDS
akan mengalami perubahan atau gangguan pada personal hygiene, misalnya
kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK dikarenakan kondisi tubuh
yang lemah, pasien kesulitan melakukan kegiatan tersebut dan pasien biasanya
cenderung dibantu oleh keluarga atau perawat.
b. Pola nutrisi Biasanya pasien dengan HIV / AIDS mengalami penurunan nafsu
makan, mual, muntah, nyeri menelan, dan juga pasien akan mengalami
penurunan berat badan yang cukup drastis dalam jangka waktu singkat
(terkadang lebih dari 10% BB).
c. Pola eliminasi Biasanya pasien mengalami diare, feses encer, disertai mucus
berdarah
d. Pola istrihat dan tidur Biasanya pasien dengan HIV/ AIDS pola istrirahat dan
tidur mengalami gangguan karena adanya gejala seperti demam daan keringat
pada malam hari yang berulang. Selain itu juga didukung oleh perasaan cemas
dan depresi terhadap penyakit.
e. Pola aktifitas dan latihan Biasanya pada pasien HIV/ AIDS aktifitas dan latihan
mengalami perubahan. Ada beberapa orang tidak dapat melakukan aktifitasnya
seperti bekerja. Hal ini disebabkan mereka menarik diri dari lingkungan
masyarakat maupun lingkungan kerja, karena depresi terkait penyakitnya
ataupun karena kondisi tubuh yang lemah.
f. Pola prespsi dan kosep diri Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami
perasaan mara, cemas, depresi dan stres.
g. Pola sensori kognitif Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan
pengecapan dan gangguan penglihatan. Pasien juga biasanya mengalami
penurunan daya ingat, kesulitan berkonsentrasi, kesulitan dalam respon verbal.
Gangguan kognitif lain yang terganggu yaitu bisa mengalami halusinasi.
h. Pola hubungan peran Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan
peran yang dapat mengganggu hubungan interpesonal yaitu pasien merasa
malu atau harga diri rendah.
i. Pola penanggulangan stres Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan
mengalami cemas, gelisa dan depresi karena penyakit yang dideritanya.
Lamanya waktu perawtan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa marah, marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
konstruktif dan adaptif.
j. Pola reproduksi skesual Pada pasien HIV AIDS pola reproduksi seksualitasnya
terganggu karean penyebab utama penularan penyakit adalah melalui hubungan
seksual.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan
pasien awalnya akan berubah, karena mereka menganggap hal yang menimpa
mereka sebagai balasan perbuatan mereka. Adanya status perubahan kesehatan
dan penurunan fungsi tubuh mempengaruhi nilai kepercayaan pasien dalam
kehidupan mereka dan agama merupakan hal penting dalam hidup pasien.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Gambaran umum : ditemukan pasien tampak lemah
b. Kesdaran : composmentis kooperatif, sampai terjadi penurunan tingkat kesadaran,
apatis, somnolen, stupor bahkan koma.
c. Vital sign : TD; biasanya ditemukan dalam batas normal, nadi; terkadang ditemukan
frekuensi nadi meningkat, pernapasan : biasanya ditemukn frekuensi pernapasan
meningkat, suhu; suhu biasanya ditemukan meningkat krena demam, BB ; biasanya
mengalami penrunan(bahkan hingga 10% BB), TB; Biasanya tidak mengalami
peningkatan (tinggi badan tetap).
d. Kepala : biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis seboreika
e. Mata : biasnay konjungtifa anemis ,sce;era tidak ikterik, pupil isokor,refleks pupil
terganggu
f. Hidung : biasanya ditemukan adanya pernapasan cuping hidung
g. Leher: kaku kuduk (penyebab kelainan neurologic karena infeksi jamur criptococus
neofarmns)
h. Gigi dan mulutr : biasanya ditemukan ulserasi dan adanya bercak- bercak putih
seperti krim yang menunjukan kandidiasis
i. Jantung: Biasanya tidak ditemukan kelainan j. Paru-paru : Biasanya terdapat nyeri
dada pada pasien AIDS yang disertai dengan TB napas pendek (cusmaul)
k. Abdomen : Biasanya bising usus yang hiperaktif
l. Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tandatanda lesi (lesi
sarkoma kaposi)
m.Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus oto menurun, akral dingin
C. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita HIV AIDS yaitu:

1. Intoleransi aktivitas. Hal ini berhubungan dengan kelemahan, kelelahan, efek


samping pengobatan, demam, malnutrisi, dan gangguan pertukaran gas (sekunder
terhadap infeksi paru atau keganasan).
2. Bersihan jalan napas tidak efektif. Hal ini berhubungan dengan penurunan energi,
kelelahan, infeksi respirasi, sekresi trakeobronkial, keganasan paru, dan
pneumotoraks.
3. Kecemasan, adalah hal berhubungan dengan prognosis yang tidak jelas, persepsi
tentang efek penyakit, dan pengobatan terhadap gaya hidup.
4. Gangguan gambaran diri. Hal ini berhubungan dengan penyakit kronis, alopesia,
penurunan berat badan, dan gangguan seksual.
5. Ketegangan peran pemberi perawatan (aktual atau risiko) berhubungan dengan
keparahan penyakit penerima perawatan, tahap penyakit yang tidak dapat
diprediksi atau ketidakstabilan dalam perawatan kesehatan penerima perawatan,
durasi perawatan yang diperlukan, lingkungan fisik yang tidak adekuat untuk
menyediakan perawatan, kurangnya waktu santai dan rekreasi bagi pemberi
perawatan, serta kompleksitas dan jumlah tugas perawatan
6. Konfusi (akut atau kronis) berhubungan dengan infeksi susunan saraf pusat
(misalnya toksoplasmosis), infeksi sitomegalovirus, limfoma, dan perkembangan
HIV.
7. Koping keluarga berkaitan dengan ketidakmampuan untuk berhubungan dengan
informasi atau pemahaman yang tidak adekuat atau tidak tepat tentang penyakit
kronis, dan perasaan yang tidak terselesaikan secara kronis.
8. Koping tidak efektif berhubungan dengan kerentanan individu dalam situasi krisis
(misalnya penyakit terminal).
9. Diare, berhubungan dengan pengobatan, diet, dan infeksi.
10.Kurangnya aktivitas pengalihan, berhubungan dengan sering atau lamanya
pengobatan medis, perawatan di rumah sakit dalam waktu yang lama, bed rest
yang lama
11.Kelelahan, berhubungan dengan proses penyakit serta kebutuhan psikologis dan
emosional yang sangat banyak. 29
12.Takut, berhubungan dengan ketidakberdayaan, ancaman yang nyata terhadap
kesejahteraan diri sendiri, kemungkinan terkucil, dan kemungkinan kematian.
13.Volume cairan kurang, berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat
sekunder terhadap lesi oral dan diare.
14.Berduka disfungsional/diantisipasi, berhubungan dengan kematian atau perubahan
gaya hidup yang segera terjadi, kehilangan fungsi tubuh perubahan penampilan,
dan ditinggal mati oleh orang yang berarti orang terdekat).
15.Perubahan pemeliharaan rumah, berhubungan dengan sistem pendukung yang
tidak adekua, kurang pengetahuan, dan kurang akrab dengan sumber-sumber
komunitas
16.Keputusasaan, berhubungan dengan perubahan kondisi fisik dan prognosis yang
buruk.
17.Risiko infeksi berhubungan dengan imunodefisiensi seluler.
18.Risiko injuri (jatuh), berhubungan dengan kelelahan, kelemahan, perubahan
kognitif, ensefalopati, dan perubahan neuromuskular.
19.Pengelolaan pengobatan yang tidak efektif, berhubungan dengan kompleksitas
bahan-bahan pengobatan, kurang pengetahuannya tentang penyakit, obat, dan
sumber komunitas, depresi, sakit, atau malaise.
20.Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh), berhubungan dengan
kesulitan mengunyah, kehilangan nafsu makan, lesi oral dan esofagus,
malabsorbsi gastrointestinal, dan infeksi oportunistik (kandidiasis dan herpes).
21.Nyeri akut, berhubungan dengan: perkembangan penyakit, efek samping
pengobatan, odem limfe, sakit kepala sekunder terhadap infeksi SSP (Sistem Saraf
Pusat). neuropati perifer, dan mialgia parah.
22.Ketidakberdayaan, berhubungan dengan penyakit terminal, bahan pengobatan,
dan perjalanan penyakit yang tidak bisa diprediksi.
23.Kurang perawatan diri yang terdiri atas berhias, toileting, instrumental, makan/
minum, dan mandi, berhubungan dengan penurunan kekuatan dan ketahanan,
intoleransi aktivitas, dan kebingungan akut/kronis. 30
24.Harga diri rendah (kronis dan situasional), berhubungan dengan penyakit kronis
dan krisis situasional.
25.Perubahan persepsi sensori (pendengaran/penglihatan), berhubungan dengan
kehilangan pendengaran sekunder efek pengobatan, kehilangan penglihatan akibat
infeksi CMV.
26.Pola seksual tidak efektif, berhubungan dengan tindakan seks yang lebih aman.
takut terhadap penyebaran infeksi HIV, tidak berhubungan seks, impoten
sekunder akibat efek obat.
27.Kerusakan integritas kulit, berhubungan dengan kehilangan otot dan jaringan
sekunder akibat perubahan status nutrisi, ekskoriasi perineum sekunder akibat
diare dan lesi (kandidiasis dan herpes), dan kerusakan mobilitas fisik.
28.Perubahan pola tidur, berhubungan dengan nyeri, berkeringat di malam hari. obat-
obatan, efek samping obat, kecemasan, depresi, dan purus obat heroin kokain).
30.Isolasi sosial, berhubungan dengan stigma, ketakutan orang lain terhadap
penyebaran infeksi, ketakutan diri sendiri terhadap penyebaran HIV, moral.
budaya, agama, penampilan fisik, serta gangguan harga diri dan gambaran diri
31. Distres spiritual, berhubungan dengan tantangan sistem keyakinan dan nilai dan
tes keyakinan spiritual
32. Adanya risiko kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri, seperti adanya ide
bunuh diri akibat rasa keputusasaan
D. Implementasi Keperawataan
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan atau intervensi.
E.Evaluasi Keperawataan
Evaluasi keperawatan dilakukan sesusai dengan kriteria hasil yang ditetapkan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit


yang merusak sistem kekebalan tubuh; penyakit yang di akibatkan dari penularan.
Disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan
tubuh
Penularan HIV/AIDS dapat terjadi bila kontak langsung dengan cairan tubuh pasien
penderita melalui hubungan seksual dengan seseorang yang terinfeksi HIV/AIDS, transfusi
darah, berbagai jarum suntik, dan dari ibu yang terinfeksi ke anak yang sedang dikandungnya
Sebagai seorang perawat yang merawat pasien dengan berbagai penyakit tidaklah mudah,
termasuk merawat pasien dengan HIV/AIDS. Pandangan orang terhadap HIV/AIDS sebagai
penyakit yang membahayakan dan sangat menakutkan serta dianggap mematikan dengan
penderitaan yang relative lama dan cara penyebaran yang cepat membuat seseorang tidak
mau mendekat ataupun mengenal seseorang dengan HIV/AIDS. Termasuk perawat yang
sudah mengetahui tentang penanganan HIV/AIDS tersebut. Kecemasan yang dialami oleh
perawat inilah yang memberikan dampak negatif terhadap pelayanannya sehingga
mempengaruhi mutu dan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Berdasarkan dengan adanya fenomena terhadap pasien dengan HIV/AIDS tersebut maka
tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan karakteristik perawat dengan tingkat
kecemasan perawat yang melakukan perawatan kepada pasien dengan HIV/AIDS.
3.2 Saran
Saya berharap dengan adanya makalah ini menjadikan pelajaran dan menambah
pengetahuan jika ada peryantaan di dalam makalah ini yang tidak sesuai maka saya mohon
kritik dan sarannya.
DAFTAR PUSTAKA
R. Haryo Bimo setiarto.dkk.2021.penanganan virus HIV / AIDS. Yogjakarta. Hak cipta

Ns. Sapta Rahayu noamperani, s.pd., s.kep.,M.kep.2023. Buku asuhan keperawatan klien
HIV/AIDS. CV. Jakad media publishing.

Ardhia Ayu, Pramesti (2021) Asuhan Keperawatan Pada Tn. K Pasien HIV/AIDS Dengan ang
Airlangga RSUD Kanjuruhan. Professional thesis, Universitas Muhammadiyah Malang.

Oktaviana, Imelda Devi (2023) Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Keperawatan Gangguan
Mobiltas Fisik Di Ruang Airlangga Rsud Kanjuruhan Kab Malang. Professional thesis,
Universitas Muhammadiyah Malang.

Hermawati, Ni Putu Jyotirsa (2020) Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hiv/Aids
Dengan Defisit Nutrisi Di Ruang Dahlia Garing Brsud Tabanan Tahun 2020. Diploma
thesis, Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan.

Aminah, Dewi (2020) Studi Literatur : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hiv/Aids Dengan
Masalah Keperawatan Defisiensi Pengetahuan Tentang Infeksi Oportunistik. Tugas Akhir
(D3) thesis, Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Pardede, Jek Amidos. dkk. 2021. Strategi Kopingidenganiharga Diri Odhadi Yayasan Medan
Plus. JurnalIlmuKeperawatanJiwaVolume 4 Nomor 2. Mei2021.255-262

Krisdayanti,Ester. Januar Ishak Hutasoit. Pengaruhcoping Strategiesterhadap Kesehatan Mental


Dankualitas Hidup Penderita Hiv/Aids Positif.JurnalIlmu KeperawatanJiwa
Volume2No3, Hal179-184,November2019.

Anda mungkin juga menyukai