(AIDS)
KELOMPOK 6
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, Puji dan syukur selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberi kami Rahmat dan inayahnya sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan makalah “AIDS” dalam mata kuliah keperawatan Medikal Bedah 2 ini
dengan tepat waktu.
Terimakasih kepada Bapak Ns. Ashar Prima, M. Kep. yang telah membantu dan
membimbing kami dalam proses pembuatan makalah ini. Dan terimakasih pula untuk
teman-teman Kelompok 6 yang turut membantu membuat dan menyelesaikan makalah
ini sehingga dapat selesai tepat waktu.
Kami menyadari bahwasannya makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan, tata Bahasa, maupun penulisannya. Oleh
karena itu kami ingin meminta saran dan masukan yang membangun agar kedepannya
bisa kami jadikan sebagai acuan untuk menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 1
PENDAHULUAN
AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan olej infeksi virus HIV
(Human Immunodefciency Virus) yang menyerang system kekebalan tubuh. Infeksi
tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga
sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain yang disebut AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) (Kementrian Kesehatan RI, 2017). AIDS
adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena rusaknya system kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi dari virus HIV (Diatmi dan Diah, 2014).
2.1. Definisi
Penyebab penyakit AIDS adalah virus HIV dan saat ini telah diketahui dua
tipe yaitu tipe HIV-1 dan HIV-2. Infeksi yang terjadi sebagian besar disebabkan
oleh HIV-1, sedangkan HIV-2 benyak terdapat di Afrika Barat. Gambaran klinis
dari HIV-1 dan HIV-2 relatif sama, hanya infeksi oleh HIV-1 jauh lebih mudah
ditularkan dan masa inkubasi sejak mulai infeksi sampai timbulnya penyakit lebih
pendek (Martono, 2009).
HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV,
seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.
Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral),
transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan
cairan tubuh tersebut.
2.2. Patofosiologi
Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau
limfosit T penolong yang berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya
pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik),
yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing.
Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi
kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3
tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit
CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah
terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini
penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus
yang terdapat di dalam darah.
Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah
membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita
AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya
menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita
menjadi rentan terhadap infeksi. Penghancuran limfosit CD4+ oleh virus juga
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali
organisme dan sasaran baru yang harus diserang. Setelah virus HIV masuk ke
dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan sebelum titer antibodi terhadap
HIV positif. Fase ini disebut “periode jendela” (window period). Setelah itu
penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun
apabila diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase
laten) Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap
(merupakan sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIVsampai
menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih
dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri : 2012)
1. Stadium Pertama :
Infeksi Akut HIV Sejak HIV masuk ke tubuh akan menimbulkan gejala
influenza saja, berupa demam, rasa letih, nyeri otot dan sendi, nyeri telan.
Rentang waktu sejak HIV masuk ke tubuh sampai HIV menjadi positif disebut
periode jendela, lamanya 3-8 minggu bahkan bisa berlangsung selama 6 bulan.
2. Stadium Kedua
Asimptomatik berarti bahwa didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh
tidak menunjukan gejala-gejala. Penderita tampak sehat tapi jika diperiksa
darahnya akan menunjukan sero positif, kelompok ini sangat berbahaya karena
dapat menularkan HIV ke orang lain. Keadaan ini dapat berlangsung antara 8-10
tahun bahkan 5-10 tahun.
3. Stadium Ketiga
Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persistent Generalized
Lymphadenopathy) tidak hanya muncul pada satu tempat saja dan berlangsung
lebih dari 1 bulan biasanya disertai demam, diare, keringat malam, lesu dan
berat badan menurun pada kelompok ini sering disertai infeksi jamur candidia
sekitar mulut dan herpes zoster.
4. Stadiun Keempat : AIDS
Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit antara penyakit saraf
dan penyakit infeksi sekunder. Gejala klinis pda stadium AIDS sebagai antara
lain:
a. Gejala utama atau mayor
1) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
2) Diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus menerus.
3) Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 1 bulan.
4) Penurunan kesadaran dan gangguan neorologis
5) Ensepalopati HIV
b. Gejala tambahan atau minor
1) Batuk kronis selama lebih dari 1 bulan
2) Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candidia albicans
3) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.
4) Pembengkakan keleknjar getah bening yang menetap diseluruh tubuh
5) Munculnya herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh
tubuh (Nursalam,2007)
2.5. Komplikasi
a. Oral Lesi Karena kandidia ( herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV Oral,
gingivitis, peridonitis Humman Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral, nutrisi )
b. Neurologic
1) Kompleks dimensia AIDS, karena serangan lansung HIV pada sel saraf,
berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan,
disfasia, dan isolasi sosial.
2) Enselophaty akut, karena reaksi terpeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis/ ensefalitis, dengan efek: sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total/ parsial.
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistematik, dan
manarik endokarditas.
4) Neuropati karena imflamasindemielinasi oleh serangan HIV.
c. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora
normal,limpoma,dan sarcoma Kaposi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus,limpoma,
3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yang sebagai akibat infeksi dengan efek inflamasi sulit dan sakit ,nyeri
rectal, gatal – gatal dan diare.
d. Respirasi
Infeksi karena pneumocystis carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan, gagal nafas.
e. Dermatologic
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/ tuma, dan dekubitus dengan efek nyeri, gatal,
rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis.
f. Sensorik
1) Pandangan : Sarcoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2) Pendengaran : Otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri
2.6. Farmakologi
Menurut Setiati (2014), HIV/AIDS sampai saat ini memang belum dapat
disembuhkan secara total. Namun, data selama 8 tahun terakhir menunjukkan bukti
yang amat meyakinkan bahwa pengobatan dengan kombinasi beberapa obat anti
HIV (obat anti retroviral, disingkat obat ARV) bermanfaat menurunkan morbiditas
dan mortalitas dini akibat infeksi HIV. Orang dengan HIV/AIDS menjadi lebih
sehat, dapat bekerja normal dan produktif. Manfaat ARV dicapai melalui pulihnya
sistem kekebalan akibat HIV dan pulihnya kerentanan ODHA terhadap infeksi
oportunistik.
2.7. Pathway AIDS
Hubungan seksual dengan pasagan Teransfusi darah Tertusuk jarum Ibu Hamil
yang berganti ganti dan dengan yang yang terinfeksi bekas penderita penderita
v terinfeksi HIV HIV HIV HIV
Terjadi perubahan pada structural sel akibat transkripsi RNA virus + DNA sel
Infeksi Oportunistik
MK:
- Ketidakseimbangan
Nutrisi
- Perubahan
Kasus
Kasus
Pada Asuhan Keperawatan Pasien AIDS di Ruangan Melati RSUD DR. W.Z Johanes
Kupang. Pasien yang dirawat bernama Ny. R, umur 40 tahun, pekerjaan wiraswasta,
masuk rumah sakit tanggal 20 Desember 2022 jam 05.00 WIB. Sumber informasi yang
diperoleh melalui wawancara dengan keluarga pasien, Observasi, Pemeriksaan fisik dan
catatan medis, dengan keluhan demam tinggi sejak satu bulan yang lalu, diare tiga kali
dalam sehari konsistensi cair, berwarna kehitaman dan badan terasa lemah, nafsu makan
menurun, berat badan menurun.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah 90/80mmhg, nadi 85x/m
- Pernafasan 20x/m, suhu 37,4 C
2. Kepala dan leher
- Kepala :
Sakit kepala : tidak
- Bentuk, ukuran dan posisi :
Normal
- Lesi : tidak ada
- Masa : tidak ada
- Obsevasi wajah : simetris
- Penglihatan :
Konjugtiva : anemis
Sklera : Ikterik
Pakai kacamata : tidak
Penglihatan kabur : tidak
Nyeri : tidak ada
Peradangan : tidak ada
Operasi : tidak pernah
- Pendengaran
Gangguan pendengaran : ya
Nyeri : iya
Peradangan : tidak
ANALISA DATA
Do :
Pasien tampak
lemah
Ds : pasien Ketidakmampuan mencerna Ketidakseimbangan nutrisi kurang
mengatakan sulit makanan dari kebutuhan tubuh
menelan makanan
yang kasar jadi
hanya bisa makan
makanan yang cair
seperti bubur
Do : pasien tampak
lemah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
Edukasi :
Kolaborasi :