Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2

(AIDS)

KELOMPOK 6

DOSEN PENGAMPU :

DISUSUN OLEH :

AULIYA ABDILLAH MARDIANA 0432950121026


DESVIA FITRI ANINGSIH 0432950121004
PRAMESWATI AYUNINGTIYAS 0432950121011
RACHMAD ZAKIR ALFIAN 0432950121012

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
Jl. RA Kartini No. 66, RT. 003/RW. 005, Margahayu, Kec. Bekasi Timur, Kota
Bekasi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, Puji dan syukur selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberi kami Rahmat dan inayahnya sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan makalah “AIDS” dalam mata kuliah keperawatan Medikal Bedah 2 ini
dengan tepat waktu.

Terimakasih kepada Bapak Ns. Ashar Prima, M. Kep. yang telah membantu dan
membimbing kami dalam proses pembuatan makalah ini. Dan terimakasih pula untuk
teman-teman Kelompok 6 yang turut membantu membuat dan menyelesaikan makalah
ini sehingga dapat selesai tepat waktu.

Kami menyadari bahwasannya makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan, tata Bahasa, maupun penulisannya. Oleh
karena itu kami ingin meminta saran dan masukan yang membangun agar kedepannya
bisa kami jadikan sebagai acuan untuk menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Bekasi, 25 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1

PENDAHULUAN
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan olej infeksi virus HIV
(Human Immunodefciency Virus) yang menyerang system kekebalan tubuh. Infeksi
tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga
sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain yang disebut AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) (Kementrian Kesehatan RI, 2017). AIDS
adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena rusaknya system kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi dari virus HIV (Diatmi dan Diah, 2014).

Penyakit AIDS diartikan sebagai sekumpulan gejala yang menunjukkan


kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar dan
sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam
respon imun dan tanpa gejala yang nyata, hingga keadaan imunosupresi yang
berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian (Padila,2012).
Penyakit HIV/AIDS ini merupakan penyakit infeksi yang dapat ditularkan ke orang
lain melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan seksual,
transfuse darah, penggunaan jarum suntik bergantian yang terkontaminasi, dan
penularan dari ibu ke anak melalui kegiatan menyusui (Dinkes Kota Padang, 2015).

Perkembangan HIV/AIDS pertama kali dikenal pada tahun 1981, namun


kasus HIV/AIDS secara retrospektif telah muncul di tahun 1970-an di Amerika
Serikat dan di beberapa bagian di dunia seperti Haiti, Afrika, dan Eropa. (Dinas
Kesehatan, 2014). Jumlah orang yang menderita HIV/AIDS dari 36,1 millyar di
tahun 2015 menjadi 36,7 millyar di tahun 2016. Indonesia merupakan salah satu
negara berkembang yang memiliki tingkat penderita HIV/AIDS yang cukup tinggi.
Kasus HIV/AIDS pertama kali ditemukan di provinsi Bali pada tahun 1987. Kasus
HIV/AIDS telah menyebar di 407 dari 507 Kabupaten/Kota (80%) di seluruh
Provinsi di Indonesia (Ditjen P2P,2016).
1.2. Tujuan

1. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan


HIV/AIDS.
2. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS
3. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan
HIV /AIDS.
4. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS

2.1. Definisi

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome suatu


kumpulan gejala penyakit yang didapat akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh
yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). HIV/AIDS
adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari
infeksi oleh HIV (Sylvia & Wilson, 2009). Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV, yaitu virus
yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini
akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan
virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

Penyebab penyakit AIDS adalah virus HIV dan saat ini telah diketahui dua
tipe yaitu tipe HIV-1 dan HIV-2. Infeksi yang terjadi sebagian besar disebabkan
oleh HIV-1, sedangkan HIV-2 benyak terdapat di Afrika Barat. Gambaran klinis
dari HIV-1 dan HIV-2 relatif sama, hanya infeksi oleh HIV-1 jauh lebih mudah
ditularkan dan masa inkubasi sejak mulai infeksi sampai timbulnya penyakit lebih
pendek (Martono, 2009).

HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV,
seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.
Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral),
transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan
cairan tubuh tersebut.

2.2. Patofosiologi

Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS


diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Orang yang terinfeksi HIV akan
menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan dalam sepuluh tahun akan
mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu
singkat, virus HIV menyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi
infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut
limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di
dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta
melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian
menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya. Virus menempel pada
limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut CD4, yang terdapat di
selaput bagian luar Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor
protein yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah
marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia,
terutama sel-sel limfosit.

Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau
limfosit T penolong yang berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya
pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik),
yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing.
Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi
kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3
tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit
CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah
terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini
penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus
yang terdapat di dalam darah.

Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah
membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita
AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya
menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita
menjadi rentan terhadap infeksi. Penghancuran limfosit CD4+ oleh virus juga
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali
organisme dan sasaran baru yang harus diserang. Setelah virus HIV masuk ke
dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan sebelum titer antibodi terhadap
HIV positif. Fase ini disebut “periode jendela” (window period). Setelah itu
penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun
apabila diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase
laten) Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap
(merupakan sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIVsampai
menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih
dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri : 2012)

2.3. Manifestasi Klinis

Pada satu WHO Workshop yang diadakan di Bangui, Republik Afrika


Tengah, 22-24 Oktober 1985 telah disusun suatu definisi klinik AIDS untuk
digunakan oleh Negara-negara yang tidak mempunyai fasilitas diagnostic
laboratorium. Manifestasi gejala dan tanda dari HIV dapat dibagi menjadi 4
stadium, yaitu :

1. Stadium Pertama :
Infeksi Akut HIV Sejak HIV masuk ke tubuh akan menimbulkan gejala
influenza saja, berupa demam, rasa letih, nyeri otot dan sendi, nyeri telan.
Rentang waktu sejak HIV masuk ke tubuh sampai HIV menjadi positif disebut
periode jendela, lamanya 3-8 minggu bahkan bisa berlangsung selama 6 bulan.
2. Stadium Kedua
Asimptomatik berarti bahwa didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh
tidak menunjukan gejala-gejala. Penderita tampak sehat tapi jika diperiksa
darahnya akan menunjukan sero positif, kelompok ini sangat berbahaya karena
dapat menularkan HIV ke orang lain. Keadaan ini dapat berlangsung antara 8-10
tahun bahkan 5-10 tahun.
3. Stadium Ketiga
Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persistent Generalized
Lymphadenopathy) tidak hanya muncul pada satu tempat saja dan berlangsung
lebih dari 1 bulan biasanya disertai demam, diare, keringat malam, lesu dan
berat badan menurun pada kelompok ini sering disertai infeksi jamur candidia
sekitar mulut dan herpes zoster.
4. Stadiun Keempat : AIDS
Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit antara penyakit saraf
dan penyakit infeksi sekunder. Gejala klinis pda stadium AIDS sebagai antara
lain:
a. Gejala utama atau mayor
1) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
2) Diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus menerus.
3) Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 1 bulan.
4) Penurunan kesadaran dan gangguan neorologis
5) Ensepalopati HIV
b. Gejala tambahan atau minor
1) Batuk kronis selama lebih dari 1 bulan
2) Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candidia albicans
3) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.
4) Pembengkakan keleknjar getah bening yang menetap diseluruh tubuh
5) Munculnya herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh
tubuh (Nursalam,2007)

2.4. Pemeriksaan penunjang


Menurut Meliani (2013), terdapat 7 jenis tes HIV/AIDS, yaitu :

a. ELISA ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay),


Tes ELISA dapat dilakukan dengan sampel darah vena, air liur, atau air kencing.
Hasil positif pada ELISA belum memastikan bahwa orang yang diperiksa telah
terinfeksi HIV. Masih diperlukan pemeriksaan lain, yaitu Western Bolt datau
IFA, untuk mengonfirmasi hasil pemeriksaan ELISA ini.
b. Westen Bolt
Western Bolt juga mendeteksi antibody terhadap HIV. Western bolt menjadi tes
konfirmasi bagi ELISA karena pemeriksaan ini lebih sensitive dan lebih spesifik,
sehingga kasus yang tidak dapat disimpulkan sangat kecil. Walaupun demikian,
pemeriksaan ini lebih sulit dan butuh keahlian lebih dalam melakukannya.
c. Rapid Tes
Saat ini telah tersedia tes HIV cepat (Rapid HIV Test). Pemeriksaan ini sangat
mirip dengan ELISA. Ada dua macam cara yaitu menggunakan sampel darah
jari dan air liur.
d. IFA (Indirect Fluorescent Antibody) IFA
Merupakan pemeriksaan konfirmasi ELISA positif. IFA juga mendeteksi
antibody terhadap HIV. Salah satu kekurangan dari pemeriksaan ini adalah
biayanya yang mahal.
e. PCR Test PCR atau polymerase chain reaction
Adalah uji yang memeriksa langsung keberadaan virus HIV di dalam darah. Tes
ini dapt dilakukan lebih cepat yaitu sekitar seminggu setelah terpapar virus HIV.
Tes ini sangat mahal dan memerlukan alat yang canggih. Selain itu, PCR test
juga dilakukan secara rutin untuk uji penapisan (screeing test) darah atau organ
yang akan didonorkan.
f. Tes CD4
Jumlah sel CD4 dapat diukur melalui tes darah khusus. Jumlah normal pada
orang sehat antara 500 sampai 1.500. setelah terinfeksi HIV, jumlah ini biasanya
turun terus. Jika jumlah CD4 turun dibawah 200, ini menunjukkan bahwa sistem
kekebalan tubuh cukup rusak sehingga infeksi oportunistik dapat menyerang
tubuh. Ini berarti sudah sampai masa AIDS.
g. Tes TLC
Tes ini yang disebut sebagai lymphocyte count atau TLC, tes ini memerlukan
biaya yang murah dan bisa dilaksanaan pada hampir semua laboratorium. TLC
normal adalah kurang lebih 2000. TLC 1.000-1.250 biasanya serupa dengan
CD4 kurang lebih 200.

2.5. Komplikasi

a. Oral Lesi Karena kandidia ( herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV Oral,
gingivitis, peridonitis Humman Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral, nutrisi )
b. Neurologic
1) Kompleks dimensia AIDS, karena serangan lansung HIV pada sel saraf,
berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan,
disfasia, dan isolasi sosial.
2) Enselophaty akut, karena reaksi terpeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis/ ensefalitis, dengan efek: sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total/ parsial.
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistematik, dan
manarik endokarditas.
4) Neuropati karena imflamasindemielinasi oleh serangan HIV.
c. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora
normal,limpoma,dan sarcoma Kaposi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus,limpoma,
3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yang sebagai akibat infeksi dengan efek inflamasi sulit dan sakit ,nyeri
rectal, gatal – gatal dan diare.
d. Respirasi
Infeksi karena pneumocystis carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan, gagal nafas.
e. Dermatologic
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/ tuma, dan dekubitus dengan efek nyeri, gatal,
rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis.
f. Sensorik
1) Pandangan : Sarcoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2) Pendengaran : Otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri

2.6. Farmakologi

Menurut Setiati (2014), HIV/AIDS sampai saat ini memang belum dapat
disembuhkan secara total. Namun, data selama 8 tahun terakhir menunjukkan bukti
yang amat meyakinkan bahwa pengobatan dengan kombinasi beberapa obat anti
HIV (obat anti retroviral, disingkat obat ARV) bermanfaat menurunkan morbiditas
dan mortalitas dini akibat infeksi HIV. Orang dengan HIV/AIDS menjadi lebih
sehat, dapat bekerja normal dan produktif. Manfaat ARV dicapai melalui pulihnya
sistem kekebalan akibat HIV dan pulihnya kerentanan ODHA terhadap infeksi
oportunistik.
2.7. Pathway AIDS

Hubungan seksual dengan pasagan Teransfusi darah Tertusuk jarum Ibu Hamil
yang berganti ganti dan dengan yang yang terinfeksi bekas penderita penderita
v terinfeksi HIV HIV HIV HIV

Virus masuk dalam tubuh lewat luka


Sperma yang terinfeksi masuk ke
berdarah
dalam tubuh pasangan lewat
membrane mukosa vagina, anus Virus masuk dalam Peredaran Darah dan Invasi Sel
yang lecet atau luka target

T Helper/ CD4 Makrofag Sel B

Terjadi perubahan pada structural sel akibat transkripsi RNA virus + DNA sel

Sel penjamu (T helper, Limfoit B, Makrofag) mengalami


kelumpuhan

Menurunnya system kekebalan Tubuh

Infeksi Oportunistik

Sistem GIT Integumen S. Reptroduksi S. Respirasi S. Neurologii

Herpes Candidiasis Mucobakterium TB Kriptococus


Virus HIV + bakteri
zoster +
salmonella.
Herpes Pneumonia
Clostridium, Candida Ulkus genital Meningitis
siinplex Pneumocystis Kriptococu
s
Menginvansi saluran Dermatitis
mukosa cerna Serebroika Demam, batuk Kejang, kaku,
non produktif, kelemahan,
Nafas pendek demam, panas,
Peningkatan Peristaltik Ruam, pusing
Bersisik,
Fokikulitas,
Diare
kulit kering

MK:
- Ketidakseimbangan
Nutrisi
- Perubahan
Kasus

Kasus

Pada Asuhan Keperawatan Pasien AIDS di Ruangan Melati RSUD DR. W.Z Johanes
Kupang. Pasien yang dirawat bernama Ny. R, umur 40 tahun, pekerjaan wiraswasta,
masuk rumah sakit tanggal 20 Desember 2022 jam 05.00 WIB. Sumber informasi yang
diperoleh melalui wawancara dengan keluarga pasien, Observasi, Pemeriksaan fisik dan
catatan medis, dengan keluhan demam tinggi sejak satu bulan yang lalu, diare tiga kali
dalam sehari konsistensi cair, berwarna kehitaman dan badan terasa lemah, nafsu makan
menurun, berat badan menurun.

PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah 90/80mmhg, nadi 85x/m
- Pernafasan 20x/m, suhu 37,4 C
2. Kepala dan leher
- Kepala :
 Sakit kepala : tidak
- Bentuk, ukuran dan posisi :
 Normal
- Lesi : tidak ada
- Masa : tidak ada
- Obsevasi wajah : simetris
- Penglihatan :
 Konjugtiva : anemis
 Sklera : Ikterik
 Pakai kacamata : tidak
 Penglihatan kabur : tidak
 Nyeri : tidak ada
 Peradangan : tidak ada
 Operasi : tidak pernah
- Pendengaran
 Gangguan pendengaran : ya
 Nyeri : iya
 Peradangan : tidak

ANALISA DATA

DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH


Ds : Infeksi saluran cerna Diare berhubungan dengan proses
Keluarga pasien infeksi
mengatakan, pasien
diare tiga kali dalam
sehari konsistensi
cair, berwarna
kehitaman

Do :
Pasien tampak
lemah
Ds : pasien Ketidakmampuan mencerna Ketidakseimbangan nutrisi kurang
mengatakan sulit makanan dari kebutuhan tubuh
menelan makanan
yang kasar jadi
hanya bisa makan
makanan yang cair
seperti bubur
Do : pasien tampak
lemah

DIAGNOSA KEPERAWATAN

- Diare berhubungan dengan proses infeksi


- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


Diare berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
dengan infeksi keperawatan 3x24 jam
 Identifikasi penyebab diare.
diharapkan Diare pada pasien
 Identifikasi riwayat
teratasi. dengan Kriteria hasil : pemberian makanan.
 Fases berbentuk  Monitor warna, volume,
frekwensi, dan konsistensi
 Menjaga daerah sekitar feses.
rectal dari iritasi  Monitor jumlah pengeluaran
diare.
 Tidak mengalami diare
 Mempertahankan turgor kulit Terapeutik :

 Berikan asupan cairan oral


 Berikan cairan intravena
 Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap
dan elektrolit

Edukasi :

 Anjurkan makanan porsi


kecil dan sering secara
bertahap
 Anjurkan menghindari
makanan,  pembentuk gas,
pedas, dan mengandung
lactose

Kolaborasi :

 Kolaborasi pemberian obat


antimotilitas
 Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic/ spasmolitik

Ketidakseimbangan Setelah dilakukakan tindakan Manajemen nutrisi dan observasi


nutrisi kurang dari keperawatan pasien akan nutrisi :
kebutuhan tubuh meningkatkan kemampuan  Identifikasi penyebab
berhubungan dengan makan selama dalam masa ketidakmampuan mencerna
ketidakmampuan perawatan. makanan.
mencerna makanan Objektif : Kebutuhan nutrisi  Motivasi pasien makan makanan
adekuat setelah dilakukan bergizi sesuai
tindakan keperawatan selama  selama 3x24 jam dengan kriteria
3x24 jam dengan kriteria hasil hasil :
 Adanya peningkatan BB - Adanya peningkatan BB
sesuai tujuan sesuai tujuan
 Tidak terjadi penurunan BB - Tidak terjadi penurunan
 Asupan nutrisi adekuat. BB
- Asupan nutrisi adekuat.

Anda mungkin juga menyukai