Anggota Kelompok :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang penyakit
menular atau hiv/aids ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani dan
Olahraga. Makalah ini berisikan penjelasan tentang definisi apa itu hiv/aids,
penyebab penyakit hiv/aids dan pencegahan penyakit nya.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Badar
selaku guru mata pelajaran PJOK yang membimbing kami dalam pengerjaan
tugas makalah ini sehingga tugas makalah ini dapat kami selesaikan.
Kami selaku penulis menyadari, bahwa laporan makalah yang kami buat ini masih
jauh dari kata sempurna baik dalam segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi
lebih baik lagi.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................…. i
DAFTAR ISI...........................................................................................…....…… ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................…..1
1. Latar Belakang...........................................................................………………. 1
3. Tujuan Penelitian..........................................................................................….. 1
BAB II PEMBAHASAN………………...............................................…........…. 2
BAB IV KESIMPULAN………………………………..………………………..13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain itu, sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat
menyembuhkan penderita dari penyakit ini. Obat yang ada hanya berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan virus dan memperpanjang masa hidup
penderita. Oleh karena itu, sangat penting untuk dilakukan diagnosa dini
terhadap penyakit ini karena penyakit ini merupakan penyakit yang tidak
menunjukkan gejala pada bulan-bulan pertama padahal pada masa tersebut
penderita sudah dapat menularkan penyakit HIV/AIDS ini kepada orang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana uraian dari HIV/AIDS?
2. Apa yang menyebabkan penyakit AIDS?
3. Bagaimana cara penularan penyakit AIDS?
4. Bagaimana tahapan yang terjadi dalam penularan penyakit AIDS ?
5. Bagaiamana cara mencegah penularan penyakit AIDS ?
C. Tujuan
1. Memaparkan mengenai definisi dari penyakit HIV/AIDS.
2. Memaparkan penyebab penyakit HIV/AIDS.
3. Mengetahui cara penularan penyakit AIDS.
4. Mengetahui tahap-tahap yang terjadi dalam penularan penyakit AIDS.
5. Mengetahui upaya pencegahan penularan penyakit AIDS.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar HIV
2
Jika seseorang didiagnosis terinfeksi HIV (HIV positif), orang tersebut dapat tetap
sehat tanpa gejala klinis sehingga disebut penyakit HIV tanpa gejala. Setelah
timbul gejala, maka disebut sebagai infeksi HIV bergejala atau penyakit HIV
lanjutan. Namun pasien HIV positif tidak langsung didiagnosis menderita AIDS.
AIDS itu sendiri merupakan kumpulan gejala dan infeksi akibat melemahnya
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV. Beberapa negara
mempunyai kriteria tertentu dalam mendiagnosis pasien AIDS. Di Amerika
Serikat dan beberapa negara lainnya, seseorang didiagnosis menderita AIDS
ketika HIV membunuh CD4+ sel T hingga jumlah CD4+ sel T dalam darah kurang
dari 200 sel/µL darah akibatnya kekebalan seluler menjadi hilang. Sedangkan di
Kanada, orang yang terinfeksi HIV didiagnosis menderita AIDS ketika muncul
infeksi oportunistik.
Tanpa terapi antiretroviral, rata-rata waktu infeksi HIV berubah menjadi penyakit
AIDS adalah sekitar 9 hingga 10 tahun dan rata-rata harapan hidup penderita
AIDS adalah 9,2 bulan. Bagaimanapun perkembangan klinis masing-masing
pasien bervariasi, mulai dari 2 minggu hingga 20 tahun. Banyak faktor yang
mempengaruhi perkembangan penyakit ini, misalnya kemampuan tubuh untuk
melawan HIV yang bekaitan dengan sistem imun tubuh. Pasien AIDS yang lebih
tua mempunyai sistem imun tubuh yang lebih lemah daripada pasien muda
sehingga resiko perkembangan penyakit AIDS menjadi lebih besar. Akses yang
sulit untuk mencapai pelayanan kesehatan dan kehadiran agen infeksi seperti TBC
juga dapat memperburuk perkembangan penyakit.
Gambaran umum hubungan antara multiplikasi HIV dan jumlah CD4 pada infeksi HIV
yang tidak diobati.
Keterangan: Jumlah CD4+ T Limfosit (sel/mm³)
3
B. Penyebab Penyakit HIV/AIDS
AIDS merupakan stadium akhir dari infeksi HIV. Pada umumnya
AIDS berujung pada kematian. HIV merupakan retrovirus yang mempunyai
materi genetik RNA. Tidak semua virus RNA merupakan retrovirus,
misalnya seperti virus campak atau virus flu merupakan virus RNA tetapi
bukan retrovirus. Yang menjadi ciri khas retrovirus adalah proses replikasi
dilakukan mundur (backward replication). HIV disebut retrovirus karena
kemampuannya merubah RNA menjadi DNA, yang merupakan proses
terbalik dari apa yang biasanya terjadi di dalam sel (biasanya, DNA dirubah
menjadi RNA oleh inti sel untuk menyampaikan perintah kepada bagian sel
lainnya). Bila virus masuk ke dalam tubuh penderita (sel hospes) maka RNA
virus diubah menjadi DNA oleh enzim reverse transcriptase yang dimiliki
oleh HIV. DNA pro-virus tersebut kemudian diintegrasikan ke dalam sel
hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus.
Sistem imun manusia dibagi menjadi dua yaitu sistem imun spesifik
dan sistem imun non spesifik. Virus HIV menyerang sistem imun spesifik
yaitu sistem imun selular khususnya adalah T helper CD4. Sel T helper CD4
adalah sel T yang telah disintesis dari kelenjar timus dan akan terbawa
sirkulasi darah sehingga masuk ke dalam limfa dan bermigrasi ke dalam
jaringan limfatik, kemudian bermigrasi kembali ke dalam sirkulasi darah,
hingga suatu saat terjadi terstimulasi oleh antigen tertentu dengat ikatan pada
molekul MHC kelas II. Apabila virus HIV masuk dalam badan,dia akan mulai
merusakkan sel T helper CD4. Sel CD4 bertindak sebagai utusan kepada sel-
sel sistem pertahanan tubuh badan yang lain, memberitahu mereka untuk
melawan mikroorganisme yang berbahaya. HIV melekat dan menjangkiti sel
CD4 dan mejadikan sel CD4 sebagai tempat untuk menggandakan virus HIV.
Dalam proses ini, sel CD4 yang telah terjangkit kehilangan kekuatannya
untuk melawan penyakit.
4
C. Cara Penularan AIDS
AIDS adalah penyakit hubungan seksual (PHS). Hal ini berarti penyakit
tersebut didapatkan melalui hubungan seksual yang tidak terlindung dengan
seseorang yang terinfeksi. Juga dapat didapatkan dari kontak darah dengan darah
bersama orang yang terinfeksi. HIV menginfeksi sel-sel darah putih. Kebanyakan
sel-sel darah putih ditemukan dalam dua jenis cairan tubuh yang penting : darah
dan semen (cairan tempat hidupnya sperma dan sel-sel darah putih). Tetapi
banyak juga terdapat HIV yang menginfeksi sel-sel darah putih dalam cairan
vagina (termasuk darah menstruasi) dan air susu ibu (ASI) dari orang yang
terinfeksi HIV. HIV dapat menyebar ketika darah, semen, atau cairan vagina dari
orang yang terinfeksi memasuki tubuh orang lain. Hal ini dapat terjadi dengan
empat cara yang mendasar yaitu :
1. HIV dapat tertular dengan melakukan hubungan seksual yang tidak
terlindung melalui hubungan vagina, anal atau oral dengan seseorang
yang terinfeksi. Vagina, rectum, uretra, mulut dan tenggorokan
semuanya dilapisi oleh lapisan sel-sel spongiosa (seperti busa) disebut
membrane mukosa. Dibawah membrane mukosa adalah pembuluh
darah. Bila seseorang melakukan hubungan sek vagina, anal, atau oral
HIV dalam darah, semen, atau cairan vagina dari orang yang terinfeksi
dapat mengalir kedalam mukosa tersebut seperti halnya air yang
diserap oleh busa. Lapisan dari vagina terbentuk dari banyak lapisan
membrane mukosa, dan pembuluh darah yang terdapat didalamnya
terletak jauh dipermukaan dalam.
Tidak seperti vagina, rectum tidak dapat meregang dengan mudah ketika
melakukan hubungan seks anal, sangat mudah bagi virus HIV untuk masuk
kedalam alran darah melalui lapisan membrane mukosa yang tipis dan sangat
mudah mengakibatkan luka pada lapisan tersebut. Virus HIV pada semen laki-laki
yang terinfeksi dapat menggunakan luka tersebut sebagai jalan masuk ke dalam
aliran darah pasangannya. Hubungan seks anal kemungkinan merupakan
hubungan seks yang paling beresiko.
5
2. HIV dapat tertular dengan menggunakan jarum hypodermis atau
peralatan dari seseorang yang terinfeksi.
Orang menggunakan obat terlarang dengan banyak cara, salah satu
yang paling berbahaya dengan menyuntikkan obat apalagi ketika jarum
itu terinfeksi oleh HIV, apalagi jika digunakan dengan bersama-sama.
Setelah seseorang dengan HIV menggunakan jarum atau alat suntik
untuk menyuntik, setetes kecil darah terinfeksi tertinggal dalam jarum
dan alat suntikan. Maka bila anda menggunakan alat yang sama tidak
menutup kemungkinan anda akan tertular.
3. Penularan Melalui Tranfusi Darah
Tranfusi darah adalah ketika anda mendapatkan darah atau komponen
darah yang diberikan (didonorkan) oleh orang lain. Sebelum tahun
1985, sejumlah orang mendapakan tranfusi darah karena mereka
diberikan darah yang terinfeksi oleh HIV.
4. Wanita Hamil Pengidap HIV
Wanita hamil dapat menularkan virus pada bayi yang ada didalam
kandungannya. Janin mendapatkan makanan dari ibunya melalui
plasenta dan tali pusat, sekelompok pembuluh darah yang
menghubungakan bayi pada bunya pada pusat bayi (dibawah perut).
Bila wanita yang hamil memiliki HIV dalam darahnya, akan
memungkinkan.bahwa wannita tersebut akan menularkan virus pada
jannin nya selama kehamilan atau selama kelahiran bayi tersebut
bayinya akan terlahir dengan HIV. Walauupun kurang umum juga
memungkinkan bahwa ibu yang terinfeksi dapat menularkan virus
pada anaknya bila ia menyusui bayinya, karena HIV juga terdapat
dalam ASI.
6
D. Tahapan yang terjadi dalam penularan AIDS
Penularan AIDS meliputi :
1. Tahap dini, ( fase akut ) ditandai oleh viremia transien, masuk kedalam
jaringan limfosit, terjadi penurunan sementara dari CD4 sel T diikuti
pengaturan replikasi virus dengan dihasilkan CD8 sel T antivirus.
Secara klinis merupakan penyakit akut yang sembuh sendiri dengan
nyeri tenggorok, mialgia, non – spesifik, dan meningitis aseptic.
Kesembuhan klinis dalam jumlah CD4 sel T menjadi normal terjadi
dalam waktu 6 – 12 minggu.
2. Tahap menengah,( fase kronik ) berupa keadaan panas secara klinis
dengan replikasi virus yang rendah khusunya dijaringan limfoit, dan
hitungan CD4 secara perlahan menurun. Penderita dapat mengalami
pembesaran kelenjar limfe yang luas tanpa gejala yang jelas. Tahap ini
dapat mencapai beberapa tahun. Pada akhir tahap ini, terjadi demam,
kemerahan kulit, kelelahan, dan viremi. Tahap kronik dapat berakhir
antara 7 – 10 tahun.
3. Tahap akhir, ( fase krisis ) di tandai dengan menurunya pertahanan
tubuh penderita secara cepat berupa rendahnya jumlah CD4,
penurunan berat badan, diarre, infeksi oportunistik, dan keganasan
sekunder. Tahap ini umumnya dikenal sebagai AIDS. Petunjuk dari
CDC di Amerika Serikat mengganggap semua orang dengan infeksi
HIV dan jumlah sel T CD4 kurang dari 200 sel/µl sebagai AIDS,
meskipun gambaran klinis belum terlihat.
Gambaran klinis AIDS dapat berupa :
a) Berbagai macam infeksi oportunistik ( Pneumonia yang
disebabkan oleh Pneumocystis carinii terjadi pada 50 %
penderita ).
b) Spektrum luas dari infeksi bakteri piogenik ( menunjukan
gangguan imunitas humoral ).
c) Sejumlah keganasan sarkoma kaposi yang agresif ditemukan
pada 25% penderita, ditemukan lebih banyak pada penderita
yang homoseks daripada kelompok resiko lainya. Limfosit sel
B non – Hodgkin yang agresif trutama pada daerah ekstra
nodul, dengan kelinan pada otak ditemukan 60 kali lebih tinggi
daripada masyarakat umum.
d) Pada penderita AIDS, kurun waktu 5 tahun meningkat 85%.
Selanjutnya dapat meningkat sampai 100%.
7
BAB III
UPAYA PENCEGAHAN
8
c) Hubungan yang Aman
1) Penggunaan kondom secara tepat
2) Melakukan hubunggan sexual hanya dengan seorang mitra
sexual yang setia dan tidak terinfeksi HIV (Monogami).
3) Mengurangi jumlah mitra sexual sesedikit mungkin.
4) Hindarai hubungan sexual dengan kelompok resiko tinggi
tertular AIDS.
5) Tidak melakukan hubungan sexual anogenital
6) Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan
sexual dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS dan
pengidap HIV
2. Pencegahan infeksi HIV melalui darah
Darah merupakan media yang cocok untuk hidup virus AIDS.
Penularan AIDS melalui darah terjadi dengan:
a. Trasfusi darah yang mengandung HIV
b. Jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupunktur,tato,tindik)
bekas pake orang yang mengidaf HIV tanpa di sterilkan dengan
baik.
c. Pisau cukur, gunting kuku atau sikat gigi bekas pake orang
pengidap HIV.
Langkah-langkah utuk mencegah terjadinya penularan melalui darah
adalah:
1. Darah yang digunakan untuk traspusi di usahakan bebas HIV
dengan jalan memeriksa darah donor. Hal ini masih belum dapat
di laksanakan, sebab memerlukan biaya yang tinggi serta
peralatan yang canggih. Karena prevalensi HIV di indonesia
masih rendah, maka pemeriksaan donor darah hanya dengan uji
petik.
2. Menghimbau kelompok resiko tinggi tertular AIDS untuk tidak
menjadi donor darah. Apabila terpaksa karena menolak menjadi
donor menyalahi kode etik donor, maka darah yang di curigai
harus di buang.
3. Jarum suntik dan alat tusuk yang lain harus di sterilisasikan
secara baku setiap kali habis di pakai.
4. Semua alat yang tercemar dengan cairan tubuh penderita AIDS
harus di sterilisasikan secara baku.
9
5. Kelompok penyalahguna narkotika harus menghentikan kebiasan
menyuntikan obat kedalam badannya, serta menghentikan
kebiasaan menggunakan jarum suntik bersama
6. Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable)
7. Membakar semua alat bekas pakai pengidap HIV
3. Pencegahan Infeksi HIV melalui Ibu Hamil
Ibu hamil yang mengidap HIV dapat memindahkan virus tersebut
kepada janinnya. Penularannya dapat terjadi pada waktu bayi di dalam
kandungan, pada waktu persalinan dan sesudah bayi di lahirkan.
Upaya untuk mencegah agar tidak terjadi penularan hanya dengan
himbauan agar ibu yang terinfeksi HIV tidak hamil.
4. Pencegahan AIDS Dengan Kondom
10
B. Upaya Pencegahan AIDS Jangka Panjang
11
Kegiatan tersebut dapat berupa dialog antara tokoh tokoh agama,
penyebar luasan informasi tentan AIDS dengan bahasa agama, melalui
penataran P4, dan lain – lain yang semua bertujuan untuk mempertebal
iman serta norma – norma agama menuju perilaku seksual yang
bertanggung jawab. Dengan perilaku yang bertanggung jawab diharapkan
mampu mencegah penyebaran AIDS di Indonesia.
12
BAB IV
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
14