Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL PENDERITA

HIV/AIDS

Kelompok : 6

1. Umi Masekha (C22022022)

2. Waryono (C22022023)

3. Yayuk Asrurroji (C22022024)

4. Yuni Kurniawati (C22022025)

5. Nursafaati (C22022026)

PROGRAM STUDI S1 (LJ)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH KENDAL- BATANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatn-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN IBU HAMIL PENDERITA HIV/AIDS”
Penulis menyadari bahwa selama penulisan studi kasus ini penulis banyak
mendapatkan banyak dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, tidak terlepas dari
bantuan tenaga, pikiran, dan dukungan moril.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran yang bersifat kostruktif dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan dari karya tulis ilmiah ini. Semoga segala budi baik dari semua pihak
diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Akhirnya, penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
1. Definisi.............................................................................................................4
2. Klasifikasi.........................................................................................................4
3. Etiologi.............................................................................................................4
4. Menifistasi Klinis.............................................................................................5
5. Patofisiologi......................................................................................................5
6. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................6
7. Penatalaksanaan................................................................................................7
8. Komplikasi........................................................................................................8
Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan HIV/AIDS...................................11
1. Pengkajian......................................................................................................11
2. Pemeriksaan fisik pada ibu.............................................................................13
3. Pengkajian Gordon.........................................................................................15
4. Diagnosa Keperawatan...................................................................................16
5. Intervensi Keperawatan....................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
BAB 1

1. Definisi
HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang menyerang
system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif lama dapat
menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma penyakit yang muncul
secara kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh infeksi HIV.
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus golongan Rubonucleat Acid (RNA) yang
spesifik menyerang system kekebalan tubuh/imunitas manusia dan menyebabkan acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS) (Titik Nuraeni, 2011).
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya system kekebalan tubuh
manusia akibat infeksi virus HIV (Sudikno, 2011).

1. Klasifikasi

Klasifikasi HIV menggunakan beberapa system klasifikasi, klasifikasi berdasarkan


center for Disease control and prevention (CDC) jarang digunakan dalam pengelolaan rutin
pasien HIV secara klinis, system CDC lebih sering digunakan dalam penelitian klinis dan
epidemiologi.
CDC mengklasifikasi HIV/AIDS yaitu dengan melihat jumlah kekebalann tubuh yang
dialami pasien serta stadium klinis. Jumlah kekebalan tubuh ditunjukan oleh limfosit T
Helper.

2. Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan
kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus
(LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III.
Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV.
3. Menifistasi Klinis
Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada
penderita AIDS, panas lebih dari 1 bulan,Batuk - batuk, Sariawan dan nyeri menelan,Badan
menjadi kurus sekali, Diare,Sesak napas, Pembesaran kelenjar getah bening, Kesadaran
menurun, Penurunan ketajaman penglihatan, Bercak ungu kehitaman di kulit.Gejala penyakit
AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat merupakan gejala penyakit lain
yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya gejala panas dapat disebabkan penyakit tipus
atau tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa gejala bersama-sama pada seseorang dan ia
mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah tertular AIDS, maka dianjurkan ia tes
darah HIV.
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan
merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan
mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan
ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral. Dan disaat fase infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi
1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi
opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial
yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis,
cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal.
4. Patofisiologi
Kehamilan merupakan usia yang rawan tertular HIV-AIDS. Penularan HIV- AIDS
pada wanita hamil terjadi melalui hubungan seksual dengan suaminya yang sudah terinfeksi
HIV. Pada negara berkembang istri tidak berani mengatur kehidupan seksual suaminya di
luar rumah. Kondisi ini dipengaruhi oleh sosial dan ekonomi wanita yang masih rendah, dan
isteri sangat percaya bahwa suaminya setia, dan lagi pula masalah seksual masih dianggap
tabu untuk dibicarakan.Virus HIV tergolong retrovirus, yang merupakan standar RNA,
tunggal terbungkus. Bila memasuki tubuh, virus akan melekat pada reseptor CD4 sel
terinfeksi.Kemudian virus mempergunakan enzimreverse transcriptase, yang mampu
membentuk DNA ganda. Standar DNA ganda ini mampu masuk sirkulasi sel menuju intinya
dan bersatu dengan DNA inti sel yang asli.
DNA virus dapat membentuk RNA yang terinfeksi dan RNA yang akan membawa
tanda (berita) sehingga dapat membentuk protein.Pertumbuhan virus HIV terbatas pada
limfosit, monosit, makrofag, dan sumber pembentuk sum-sum tulang tertentu. Secara
intraseluler, virus dapat memecah diri sehingga setelah selnya hancur dapat dikeluarkan virus
HIV baru yang akan menyerang sel lainnya.Bentuk virus HIV selalu berubah- ubah, sesuai
dengan sel yang diserangnya sehingga sulit untuk membuat antibody atau antigen agar
mampu membuat vaksinnya. Oleh karena itu, obatnya masih sulit untuk dibuat sampai saat
ini.
5. Pemeriksaan Penunjang
Tes-tes saat ini tidak membedakan antara antibody ibu/bayi, dan bayi dapat
menunjukkan tes negatif pada usia 9 sampai 15 bulan. Penelitian mencoba mengembangkan
prosedur siap pakai yang tidak mahal untuk membedakan respons antibody bayi dan ibu.
Pemeriksaan histologis, sitologis urin , hitung darah lengkap, feces, cairan spina, luka,
sputum, dan sekresi. Tes neurologis: EEG, MRI, CT Scan otak, EMG.
Tes lainnya: sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi Interstisial dari PCV tahap lanjut
atau adanya komplikasi lain; tes fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia
interstisial;Scangallium; biopsy; branskokopi. Tes Antibodi Tes ELISA (enzyme-linked
immunosorbent assay), untu menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi
HIV. Western blot asay/ Indirect Fluorescent Antibody (IFA), untuk mengenali antibodi HIV
dan memastikan seropositifitas HIV. Indirect immunoflouresence, sebagai pengganti
pemerikasaan western blot untuk memastikan seropositifitas. Radio immuno precipitation
assay, mendeteksi protein padaantibodi. Pendeteksian HIV.
Dilakukan dengan pemeriksaan P24 antigen capture assay dengan kadar yangsangat
rendah. Bisa juga dengan pemerikasaan kultur HIV atau kultur plasmakuantitatif untuk
mengevaluasi efek anti virus, dan pemeriksaan viremiaplasma untuk mengukur beban virus
(viral burden).Antibody yang ditimbulkan oleh infeksi HIV terjadi sejak infeksi berusia 2-3
bulan. Antibody ini akan masuk melalui plasenta menuju janin.Infeksi langsung pada janin
mulai sejak usia 13 minggu dengan mekanisme yang tidak diketahui. Infeksi ini disebut
sebagai infeksi vertical karena berlangsungsemasih intrauterin. Cara infeksi lainnya pada bayi
adalah saat pertolongan persalinan karena melalui jalan lahir dengan cairannya yang penuh
dengan virus HIV.

6. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi, apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV) maka terapinya yaitu:
a. Pengendalian infeksi oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi opurtuniti,
nosokomial atau sepsis, tindakan ini harus di pertahankan bagi pasien di
lingkungan perawatan yang kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV denngan menghambat enzim
pembalik transcriptase.
c. Terapi antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas system immune dengan menghambat replikasi virus
atau memutuskan rantai reproduksi virus padan proses nya.obat- obat ini adalah :
didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.
d. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron.
e. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat replikasi HIV.
f. Rehabilitasi Bertujuan untuk memberi dukungan mantal-psikologis.
g. Pendidikan Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang
sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi
imunne.

7. Komplikasi

1. Oral
Lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi,
penurunan berat badan, keletihan dan cacat. Kandidiasis oral ditandai oleh bercak-bercak
putih seperti krim dalam rongga mulut. Jika tidak diobati, kandidiasis oral akan berlanjut
mengeni esophagus dan lambung. Tanda dan gejala yang menyertai mencakup keluhan
menelan yang sulit dan rasa sakit di balik sternum (nyeri retrosternal).
2. Neurologik
1) ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia AIDS (ADC; AIDS
dementia complex).
2) Manifestasi dini mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan
berkonsentrasi, konfusi progresif, perlambatan psikomotorik, apatis dan ataksia.
stadium lanjut mencakup gangguan kognitif global, kelambatan dalam respon
verbal, gangguan efektif seperti pandangan yang kosong, hiperefleksi paraparesis
spastic, psikosis, halusinasi, tremor, inkontinensia, dan kematian.
3) Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam, sakit kepala,
malaise, kaku kuduk, mual, muntah, perubahan status mental dan kejang-kejang.
diagnosis ditegakkan dengan
analisis cairan serebospinal.
3. Pernafasan
1) Pneumonia disebabkan o/ protozoa pneumocystis carini (paling sering ditemukan pd
AIDS) sangat jarang mempengaruhi org sehat. Gejala: sesak nafas, batuk-batuk, nyeri
dada, demam – tdk teratasi dapat gagal nafas (hipoksemia berat, sianosis, takipnea
dan perubahan status mental).
2) TBC
4. Gastrointestinal
1) Wasting syndrome kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang diperbarui untuk
penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB > 10% dari BB awal,
diare yang kronis selama lebih dari 30 hari atau kelemahan yang kronis, dan demam
yang kambuhan atau menetap tanpa adanya penyakit lain yang dapat menjelaskan
gejala ini.
2) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi.
3) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
4) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal, gatal-gatal
dan diare.
5) Respirasi Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea),
batuk-batuk, nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demam akan menyertai pelbagi
infeksi oportunis, seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium Intracellulare (MAI),
cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides.
6) Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal,
rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis. Infeksi oportunis seperti herpes zoster dan
herpes
simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak integritas
kulit. moluskum kontangiosum merupakan infeksi virus yang ditandai oleh
pembentukan plak yang disertai deformitas.
1. Sensorik
1) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata
:retinitis sitomegalovirus berefek kebutaan
2) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan
efek nyeri yang berhubungan dengan mielopati, meningitis, sitomegalovirus dan
reaksi-reaksi obat.

BAB 11
2. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan HIV/AIDS

1. Pengkajian
a. Identitas klien :
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status
perkawinan, tanggal masuk rumah sakit nomor register dan diagnosa medik
b. Keluhan utama :

Keluhan utama ibu hami HIV/AIDS adalah Keluhan yang sehubungan dengan kehamilannya,
ibu juga mengeluh berbagai masalah sesuai dengan stadium yaitu :
1. Stadium Klinis 1

a. Asimtomatis

b. Limpa denopati persistent generalisata

c. Penampilan atau aktivitas fisik skala 1: asimtomatis, aktivitas


normal.

2. Stadium Klinis 2

a. Penurunan berat badan 10% dari berat badan


sebelumnya

b. Manisfestasi mukokutaneus minor (dermatitis seborhhoic,prurigo,


infeksi jamur pada kuku, ulserasi mukosa oralberulang, cheilitis
agularis ).

c. Herpes zoster, dalam 5 tahun terakhir

d. Infeksi berulang pada saluran pernapasan atas (misalnya


sinusitis bacterial)
3. Stadium klinis 3

a. Penurunan berat badan >10%

b. Diare kronis dengan penyebab tidak jelas >1 bulan

c. Demam dengan sebab yang tidak jelas >1 bulan


d. Kandidiasis oris

e. Oral hairy leukoplakia

f. TB pulmoner dalam 1 tahun terakhir

g. Infeksi bacterial berat misalnya pneumonia, piomiositis.

4. Stadium klinis 4
a. HIV wasting syndrome, sesuai yang di tetapkan CD
b. PCP (pneumocystis carinii pneumonia)
c. Cryptococcosis ekstrapulmoner
d. Infeksi virus sitomegali
e. Infeksi herper simpleks >1 bulan
f. Berbagai infeksi jamur berat
g. Kandidiasis esophagus, trachea atau bronkus
h. Mikobakteriosis atypical
i. Salmonlosis non tifoid disertai setikemia
j. TB, ekstrapulmoner
k. Limfoma maligna
l. Sarcoma Kaposi
m. Ensefalopati HIV

c. Riwayat obstreti
1. Riwayat menstruasi
Fluor albus : banyak, gatal, berbau, warna hijau. Pada ibu dengan HIV mudah terkena
infeksi jamur yang bila mengenai organ genetal bisa menyebabkan keputihan.
2. Riwayat obstetric lalu
Kehamilan yang lalu terinfeksi HIV, ibu dapat bersalin dengan SC
3. Riwayat kehamilan sekarang
Keluhan pada trimester I,II atau III pada ibu hamil dengan HIV seperti keluhan ibu
hamil normal terkadang dijumpai keluhan berdasarkan stadium HIV / AIDS
Trimester I : chloasma gravidarum, mual dan muntah (akan hilang pada kehamilan 12-
14 minggu ) sering kencing, pusing, ngidam, obstipasi.
Trimester II : body image dan nafsu makan bertambah
Trimester III : sering kencing, obstipasi, sesak nafas (bila tidur terlentang) sakit
punggung, edema, varises
4. Riwayat perkawinan
Hamil dengan HIV biasanya ibu atau suami menikah lebih dari satu kali atau
mempunyai banyak pasangan
5. Riwayat kesehatan ibu
Pada ibu dengan HIV biasnya penyakit yang diderita beragam, antara lain : demam,
faringitis, limfadenopati, artalgia, myalgia, letargi, malaise, nyeri kepala, mual, muntah,
diare, anoreksia, penurunan berat badan, dapat juga menimbulkan kelainan saraf seperti
meningitis, ensefaliitis neuropati perifer dan mielopati. Gejala-gejala dermatologi yaitu
ruam makropapulereritematosa dan ulkus makokutan
6. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit HIV dapat diturunkan oleh orang tua ataupun ditularkan oleh suami penderita

2. Pemeriksaan fisik pada ibu


1. Pemeriksaan kesadaran
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah: ibu hamil dengan HIV/AIDS tidak ada perbedaan tekanan darah
dengan ibu normal, Normalnya tekanan darah adalah 100/60-140/90 mmHg.
Nadi: ibu hamil dengan HIV tidak ada perbedaan jumlah nandi dengan ibu hamil
normal.
Pemeriksaan suhu: suhu pada ibu hamil dengan HIV pada fase akut dan fase laten
akan mengalami demam.
Pemeriksaan pernafasaan: pada ibu dengan HIV tidak ada peningkatan jumlah
pernafasaan , Normalnya 16-20x/menit.

3. Pemeriksaan kepala dan leher


a. Pemeriksaan mulut:
Mukosa bibir kering, caries gigi.pada pasien HIV stadium 2 terjadi ulserasi
mukosa berulang. Pada stadium klinis 3 terdapat kandidiasis oris (pada rongga
mulut terdapat pseudomembran yangberwarna putih krem sampai keabu-abuan .
periksa adanya leukoplakia (plak putih di sekitar rongga mulut) (Nasronudin,
2007)).
4. Pemeriksaan dada
Ada tarikan dinding dada. Ada ronchi dan wheezing sebagai indikasi kelainan organ
pernafasan. Apabila sudah terjadi TB pulmonar dan PCP(Pneumocystis Carinii
Pneumonia) manifestasi dari HIV/AIDS. Pada pasien HIV mulai stadium 1 terdapat
limpadenopati (pembengkakan kelenjar limfe) (Nasronudin, 2007).
5. Pemeriksaan Abdomen
Terdapat luka bekas SC apabila ibu persalinan yang lalu mengidap HIV mencegah
penularan ibu ke bayi. Pembesaran uterus terkadang tidak sesuai dengan umur
kehamilan. Hal tersebut dikarenakan adanya infeksi HIV menyebabkan gangguan
pertumbuhan pada janin.
6. Pemeriksaan kulit
Kadang ditemukan tanda-tanda dermatitis, herpes zoster, prurigo, dan kelainan kulit
lainya akibat infeksi jamur.
Pemeriksaan Ekstermitas Atas : tidak ada edema Bawah : tidak ada varises
Pada stadium 2 terlihat luka infeksi/ ulkus pada kuku.
7. Genetalia
Vulva dan vagina pada wanita hamil sering mengeluarkan cairan pervaginam lebih
banyak. Keadaan ini dalam batas normal (tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal).
Pada ibu hamil dengan HIV memungkinkan adanya infeksi candida yang
menyebabkan flour albus (Nasronudin, 2007).
3. Pengkajian Gordon

a. Pola penatalaksanaa kesehatan persepsi kesehatan Pada kasus ini klien dan
keluarga tidak mengerti bahwa seks bebas dapat menyebabkan penyakit yang
berbahaya, seperti penyakit yang sedang diderita klien.
b. Pola Nutrisi Metabolik
Pada pasien HIV pola makan harus dijaga untuk menghindari terjadinya infeksi
oportinistik. Wanita dewasa memerlukan 2.500 kalori/hari, jumlah tambahan kalori
yang dibutuhkan pada ibu hamil adalah 300 kalori/hari dengan komposisi menu
seimbang. Pada pasien HIV yang mengalami ulserasi mukosa oral terjadi gangguan
pemenuhan nutrisi karena ketidaknyamanan/sakit saat makan
c. Pola Eliminasi
BAK dalam batas normal BAB teratus setiap hari 1x
Pada stadium HIV lanjut (stadium III dan IV ) ibu dapat mengalamidiare akut
d. Pola Aktivitas Latihan Fisik
Stadium 1 : penampilan atau aktivitas fisik skala 1 : asimtomatis, aktivitas normal.
Stadium 2 : dengan atau penampilan aktivitas fisik skala 2 : simtomatis, aktivitas
normal
Stadium 3 : dengan atau penampilan/ aktivitas fisik skala 3 : lemah,berada di tempat
tidur <50%/hari dalam bulan terakhir.
Stadium 4 : dengan atau penampilan/aktivitas fisik skala 4 : sangat lemah, selalu
berada di tempat tidur >50%/hari dalam bulan terakhir .
e. Pola Istirahat Tidur
Pada stadium lanjut HIV ibu membutuhkan istirahat selalu berada ditempat tidur
>50%/hari dalam bulan terakhir
Pola Kognitif Perseptual
Biasanya terjadi perubhan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai
dimensie, lupa, konsentrasi buruk, kesadaran
menurun, apatis, retardasi pesikomotor/ respon melambat. Timbul refleks tidak
normal, menurunnya kekuatan otot, gaya berjalan ataksia. Termor pada motorik
kasar/ halus, menurunnya motorik fokalis, hemiparase, kejang hemoragi retina dan
eksudat(renitis CMV)

f. Pola Konsep diri dan persepsi diri


Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresi
takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, kontak marah kurang, gagal
menepati janji atau banyak janji.
g. Pola Hubungan Peran
Biasanya pasien mengalami perubahan pada interaksi keluarga/orag terdekat,
aktivitas yang tak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan.
h. Pola Reproduksi Seksual
Seberapa sering aktivitas sex yang dilakukan ibu dari suami sebelum dan selama
kehamilan. Mungki ditemukan adanya penurunan aktivitas seksual utamanya pada
mereka yang sudah dikarenakan kondom dapat mencegah penularan HIV
i. Pola Toleransi stress koping
Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit yang dialaminya. Serta
adanya tekanan yang datang dari lingkungannya.
j. Pola Keyakinan Nilai
Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien agar kebutuhan spiritual
klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di RS. Kaji apakah ada pantangan
agama dalam proses pengobatan klien.

4. Diagnosa Keperawatan

1. Defisit nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun ditandaidengan


ketidak mampuan menelan makanan (SDKI, Hal:56)
2. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanantubuh sekunder:imununosupresi (SDKI, Hal:304)
3. Ketidakmampuan koping keluarga ditandai dengan terlalu
khawatirdengan anggota keluarga (SDKI, Hal:204)

5. Intervensi Keperawatan
1. Dx.1: Defisit nutrisi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi secara adekuat.
Kriteria Hasil:
1. Mempertahankan berat badan dalam batas normal
2. Klien mampu menghabiskan ½ porsi makanan yang disediakan
3. Klien mengalami peningkatan nafsu makan.
Intervensi Keperawatan
1. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien. R/ mengetahui kekurangan nutrisi
klien

2. Kaji penurunan nafsu makan klien. R/ agar dapat dilakukan intervensi dalam
pemberian makanan padaklien

3. Jelaskan pentingnya makan bagi proses penyembuhan R/ dengan


pengetahuan yang baik tentang nutrisi akan memotivasi untuk meningkatkan
pemenuhan nutrisi

4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu memilih makanan yang dapat
memenuhi kebutuhan gizi selama sakit. R/ membantu klien memilih
makanan yang sesuai dengan keadaansakitnya.

2. Dx.2:Risiko infeksi
Tujuan:setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam,diharapkan klien
tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil:
1. Menunjukan suhu normal dan tanda-tanda vital norma
2. Tidak menunjukan tanda-tanda inflamasi: edema, eritema, nyeri
3. Menunjukan bunyi nafas normal, melakukan nafas dalam untukmencegah
disfungsi dan infeksi respiratori.
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji pasien terhadap bukti adanya infeksi R/ mengawasi kerentanan
terhadap penyebaran infeksi

2. Tingkatkan prosedur cuci tangan yang baik pada staf dan pengunjung,
batasi pengunjung yang mengalami infeksi. R/ meminta pengunjung
mencuci tangan agar tidak ada mikoroorganisme yang tertinggal di
tangan yang dapat menyebabkan memperburuk kondisi pasien maupun
tertularnya pengunjung.

3. Pantau tanda-tanda vital terutama suhu tiap 4 jam R/ untuk mendeteksi


peningkatan suhu tubuh, takikardia menunjukan adanya sepsis.

4. Berikan terapi antibiotik bila perlu R/ antibiotic pilihan berguna melawan


organisme gram negatif dan gram positif.

3. Dx.3: Ketidakmampuan koping keluarga


Tujuan: seetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
klien atau keluarga klien sudah tidak khawati lagi dengankondisi penyakit yang
diderita klien.
Kriteria hasil:
Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan adaptasi
terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan keluarga
berinteraksi dengan cara yang konstruktif.
Intervensi keperawatan
1. Kaji koping keluarga terhadap sakit pasien dan perawatannya R/ memulai
suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengankeluarga.

2. Biarkan keluarga mengungkapkan perasaan secara verbal


R/ mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas
3. Ajarkan kepada keluarga tentang penyakit dan transmisinya
R/ menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui
kontaksederhana

4. Dx.4: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan diare berat Tujuan: setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jamdiharapkan, klien menunjukan
perbaikan intergritas kulit Kriteria Hasil:
1. Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga Intervensi
Keperawatan:

2. Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor, sirkulasi,


dansensasi.lambarkan lesi dan amati perubahan R/ Menentukan garis
dasar diamana perubahan pada status dapatdibandingkan dan
melakukan intervensi yang tepat.

3. Secara teratur ubah posisi, ganti seprei sesuai kebutuhan. Dorongn


pemindahan berat badan secara periodik. Lindungi penonjolan tulang
dengan bantal, bantalan tumit/siku, kulit domba R/ Mengurangi stress
pada titik tekannan, meningkatkan aliran darahke jaringan dan
meningkatkan proses kesembuhan

4. Pertahankan seprei bersih, kering, dan tidak berkerut R/ Fiksasi kulit


disebabkan oleh kain yang berkerut dan basahyangmenyebabkan
iritasi dan potensial terhadap infeksi

5. Gunting kuku secara teratur. R/ Kuku yang panjang/kasar


meningkatkan risiko kerusakan dermal.
DAFTAR PUSTAKA

Bari Saifuddin, Abdul. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Materal
dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed. 3. Jakarta :
EGC Nanda, NIC-NOC. 2015 Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
DiagnosaMedis. Mediaction
Nursalam dan dwi, Ninuk. 2008. Asuhan keperawatan pada pasien
terinfeksiHIV/AIDS. Jakarta: Salemba medika.

Susanti NN. 2000. Psikologi Kehamilan. Jakarta: EGC.


Doenges, Marilynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta.
EGC.

Nursalam dan dwi,Ninuk. 2008. Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi


HIV/AIDS. Jakarta. Salemba medika.

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Sudarth ed. 8. Jakarta: ECG.

Mansjoer, Arif.2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Sculapius

Hawari D. 2006. Global Effect HIV/AIDS Dimensi Psikoreligi. Jakarta: FKUL

Anda mungkin juga menyukai