Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP TEORITIS

KEPERAWATAN HIV/AIDS PADA IBU HAMIL

Ns. Engryne Nindi, S.Kep, M.Kes

Disusun Oleh :

Gracelia Herlince Makagansa

19142010016

A3/ Semester 4

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan berjudul “Askep pada
ibu hamil dengan HIV dan AIDS”.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita namun kehamilan
dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama pada kehamilan trimester
pertama . wanita hamil trimester pertama pada umumnya mengalami mua, muntah, nafsu
makan berkurang dan kelebihan. Menurunnya kondisi wanita hamil cenderung memperberat
kondisi kliniks wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeksi HIV – AIDS .
HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini adalah
retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk memproduksi
kembali dirinya. Asal dari HIV tidak jelas, penemuan kasus awal adalah dari sampel darah
yang dikumpulkan tahun 1959 dari seorang laki–laki dari Kinshasa di Republik Demokrat
Congo. Tidak diketahui bagaimana ia terinfeksi.
Saat ini terdapat dua jenis HIV: HIV–1 dan HIV–2. HIV–1 mendominasi seluruh
dunia dan bermutasi dengan sangat mudah. Keturunan yang berbeda–beda dari HIV–1 juga
ada, mereka dapat dikategorikan dalam kelompok dan sub–jenis (clades). Terdapat dua
kelompok, yaitu kelompok M dan O. Dalam kelompok M terdapat sekurang–kurangnya 10
sub–jenis yang dibedakan secara turun temurun. Ini adalah sub–jenis A–J. Sub–jenis B
kebanyakan ditemukan di America, Japan, Australia, Karibia dan Eropa. Sub–jenis C
ditemukan di Afrika Selatan dan India. HIV–2 teridentifikasi pada tahun 1986 dan semula
merata di Afrika Barat. Terdapat banyak kemiripan diantara HIV–1 dan HIV–2, contohnya
adalah bahwa keduanya menular dengan cara yang sama, keduanya dihubungkan dengan
infeksi–infeksi oportunistik dan AIDS yang serupa. Pada orang yang terinfeksi dengan HIV–
2, ketidakmampuan menghasilkan kekebalan tubuh terlihat berkembang lebih lambat dan
lebih halus. Dibandingkan dengan orang yang terinfeksi dengan HIV–1, maka mereka yang
terinfeksi dengan HIV–2 ditulari lebih awal dalam proses penularannya.
HIV dapat menular melalui kontak darah, namun disini kami akan mencoba
membahas bagaiamana HIV AIDS yang dialami ibu hamil dan bagaimana melakukan
sebuah proses keperawatan pada ibu hamil dengan HIV AIDS.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah


1. Bagaimana pengertian penyakit HIV /AIDS?
2. Bagimana etiologi dari HIV /AIDS?
3. Bagimana patofisiologi dari HIV /AIDS?
4. Bagaiman manifestasi klinis dari HIV /AIDS?
5. Bagaimana pemeriksaan penumjang dari HIV /AIDS?
6. Bagaimana kompikasi dari HIV /AIDS?
7. Bagaimana asuhan keperawatan HIV /AIDS pada ibu hamil?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum


Dengan disusunnya makalah ini, Mahasiswa dan semua pihak yang bersangkutan
dengan dunia kesehatan semoga bisa menjadikan makalah ini sebagai salah satu sumber
refrensi untuk mengembembangkan dan memberikan asuhan keperawatan di klinik
dengan baik khususnya pada ibu hamil dengan penderita HIV/ AIDS
1.3.2 Tujuan khusus

1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami pengertian dari HIV/ AIDS
2. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami etiologi dari HIV/ AIDS
3. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami klasifikasi dari HIV/ AIDS
4. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari HIV/
AIDS
5. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami pathofisiologi dari HIV/
AIDS
6. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang
dari HIV/ AIDS.
7. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari HIV/
AIDS
8. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami komplikasi dari HIV/
AIDS.
9. Mahasiswa diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil
dengan penyakit HIV/ AIDS

1.4 Manfaat

1.4.2 Manfaat Teoristi


Dengan disusunnya makalah yang berjudul Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan pada Kasus HIV/ AIDS ini, diharapkan bisa memeberikan manfaat dan
menjadi salah satu sumber refrensi bagi para pembaca.
1.4.3 Manfaat Klinis
Diharapkan dengan disusunnya makalah yang berjudul Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan pada HIV/ AIDS ini, bisa menjadi sumber refrensi dalam
pengembangan penerapan asuhan keperawatan di klinik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang menyerang
system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif lama dapat menyebabkan
AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma penyakit yang muncul secara kompleks
dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi
HIV.
HIV adalah jasad renik yang menyebabkan terjadinya AIDS. HIV melumpuhkan sistem
kekebalan tubuh, terutama sel-sel darah putih yang membantu dalam menghalau penyakit (Dr.
Hutapea Ronald, 2011).
 AIDS adalah sindrom dengan gejala penyakit oportunistik atau kanker tertentu akibat
menurunnya system kekabalan tubuh oleh infeksi virus HIV (Brunner,2001).
 AIDS adalah tranmisi human imuno defisiensi virus, suatu retrovirus yang terjadi
terutama melalui pertukaran cairan tubuh (Friedland, 1987).
 AIDS adalah suatu penyakit infeksi yang di sebabkan virus HTL

2.2 Insiden
Sejumlah infeksi virus HIV terdiagnosis baru di tahun 2000 merupakan yang tertinggi sejak
pelaporan di mulai dan jumlah infeksi yang di dapat baru adalah melalui hubungan seksual
heteroseksual. Kira- kira 30.000orang hidp dengan HIV di inggris, sepertiganya tidak
terdiagnosis.
Bagi ibu positif HIV, kehamilan dan kelahiran bayi bias merupakan kejadian yang sangat
emosional. Ibu akan merasa sangat waspada terhdapa penyakitnya yang serius dan kemungkinan
bayinya akan di lahirkan postif HIV. Penularan intrauterine dapat terjadi selama kehamilan,
kelahiran, atau menyusui. Di perkirakan bahwa ibuyang baru saja terinfeksi, atau ibu yang
menderita sindrom imnunodefisiensi didapat (AIDS) lebih besar kemungkinnya mendapat bayi
yang terinfeksi (AVERT,2003). Ibu positif HIV memerlukan asuhan sensitive dari semua staf,
bimbingan, dan waktu khusus untuk bicara. Ibu mungkin meminta kamar samping tetapi banyak
ibu lain ingin bersama orang tua lainnya dan tidak di pisahkan. Kerahasiaan adalah vital.

2.3 Etiologi
Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus
(HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada
tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap
sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan
keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 tahun atau lebih dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari,
BB menurun, diare, neuropati, lemah, ruam kulit, limadenopati, perlambatan
kognitif, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist (NANDA nic-noc).
Cara penularan HIV:
1. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah terinfeksi.
Kondom adalah satu–satunya cara dimana penularan HIV dapat dicegah.
2. Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana darah
tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang tidak steril.
3. Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan seseorang
yang telah terinfeksi.
4. Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa kehamilan
atau persalinan dan juga melalui menyusui.
Penularan secara perinatal
1. Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi yang dikandungnya.
2. Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada saat itu
terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga virus dari ibu
dapat menular pada bayi.
3. Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewaktu berada dalam kandungan atau
juga melalui ASI
4. Ibu dengan HIV dianjurkan untuk PASI
Kelompok resiko tinggi:
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Orang yang ketagian obat intravena
3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi (purwaningsih,wahyu.2010).
2.4 Klasifikasi
CDC adalah menerapkan system klasifikasi pasien yang mengalami infeksi HIV
berdasarkan keadaan klinik yang di jumpai sebagai berikut.
1. Grup 1/ infeksi akut
Penyakit serokonveksi sampai AIDS berlangsung beberapa tahun kemudian infeksi akut
dari awal virus menginfeksi sampai kiara kira 6 minggu.
Penyakit seokonveksi ada 3 yaitu:
a. Penyakit mirip infeksi mononukleus.
Gejala demam, malaise, alergi, mialgia, atralgia, limfadenopati dan nyeri
tenggorokan kadang di jumpai juga enselopati akut reversible di sertai disorientasi,
lupa ingatan, kesadaran menurun dan perubahan kepribadian.
b. Meningitis.
c. Mielopati
2. Grup 2/ infeksi asimtomatik
Tanpa di sertai gejala
3. Grup 3/ infeksi lymphadenopathy peprsisten generalisata
Meliputi: infeksi kronis
Adanya pembesaran kelenjar getah bening
4. Grup 4/ penyakit lain
a. Sub grup a: penyakit constitutional
b. Sub grup b: penyakit neurologic
c. Sub grup c: penyakit infeksi lain contoh: herpes
d. Sub grup d: kanker sukender
e. Sub grup e kondisi lainnya, misalnnya pneumonitis interstitial limfosit
(purwaningsih,wahyu. 2010).

2.5 Patofisiologi
HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T–helper dengan melekatkan dirinya pada
protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah virus dalam tubuh penderita)
turunan yang disebut RNA (ribonucleic acid) berubah menjadi viral DNA (deoxyribonucleic
acid) dengan suatu enzim yang disebut reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian
dari DNA manusia, yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel jenisnya, benda tersebut
mulai menghasilkan virus–virus HI. Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk
membentuk virus–virus yang baru. Virus–virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak
bebas dalam aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah sebuah proses yang
sedikit demi sedikit dimana akhirnya merusak sistem kekebalan tubuh dan meninggalkan tubuh
menjadi mudah diserang oleh infeksi dan penyakit–penyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk
menularkan virus tersebut dari orang ke orang.
Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan sel–sel yang
terinfeksi dan menggantikan sel–sel yang telah hilang. Respons tersebut mendorong virus untuk
menghasilkan kembali dirinya. Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat
adalah 800–1200 sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel CD4+ T–nya
terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi–infeksi oportunistik.
Infeksi–infeksi oportunistik adalah infeksi–infeksi yang timbul ketika system kekebalan tubuh
tertekan. Pada seseorang dengn system kekebalan yang sehat. Infeksi infeksi tersebut tidak
biasanya mengancam hidup mereka tetapi bagi seorang pengindap HIV hal tersebut dapat teradi
fatal (purwaningsih, wahyu.2010)

2.6 Pathway

2.7 Periode Penularan HIV/ AIDS Pada Ibu Hamil


Penyebab penularan AIDS pada ibu dan bayi adalah cairan serviks vagian, cairan amnion,
jaringan plasenta dan air susu yang berasal dari ibu yang darah darahnya terdapat virus HIV.
Cara penularannya secara:
1. Transmisi vertical
Melalui inutera, lewat plasenta
Dimana antigen HIV dapat di deteksi dalam cairan amnion dan jarinanvetus yang terlihat
dari terminasi kehamilan yang berusia 15 minggu.
2. Transmisi horizontal
Transmisinya melalui air susu (purwaningsih,wahyu.2010).

2.8 Tanda Dan Gejala HIV/ AIDS


HIV memasuki tubuh jika serum HIV menjafi positif dalam 10 minggu suatu pemaparan
yang menunjukkan gejala awal yang tidak spesifik yaiut:
1. Respon tipe influenza.
2. Demam.
3. Malaise.
4. Mialgia.
5. Mual
6. Diare
7. Nyeri tenggorokan
8. Ruam dapat menetap 2-3 minggu
9. Berat badan menurun
10. Fatique.
11. Anoreksia.
12. Mungkin menderita kandidiasis otot faring atau vagina
Pada masa perinatal
1. Keletihan
2. Anoreksi.
3. Diare kronik selama 1 bulan.
Kemataian ibu hamil dengan HIV positif kebanyakan di sebabkan oleh penyakit
oportunistik yang menyertai terutama pneumonitis carinif pneumonia.
2.9 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium darah.
a. Trombositopeni
b. Anemia.
c. HDL>
d. Jumlah limfosit total
2. EIA atau EUSA dan tes western blot: postif, tetapi invalid.
a. EIAatau EUSA: mendeteksi antibody terhadap antigen HIV.
b. Test western blot mendeteksi adanya anti body terhadapbeberapa prot spesifik HIV.
3. Kultur HIV: dengan sel mononuclear darah perifer dan bila tersedia plasma dapat
mengukur beban virus.
4. Test reaksi polimer dengan leukosit darah perifer: mendeteksi DNA viral pada adanya
kuntitas kecil sel mononuclear perifer terinfeksi.
5. Antigen P24 serum atau plasma: peningkatan nilai kuantitatif dapat menjadi indikasi dari
kemajuan infeksi.
6. Penentuan immunoglobulin G, M, A serum kualitatif: data dasar immunoglobulin.
7. IFA: memastikan seropesivitas.
8. RIPA: mendteksi protein HIV.
9. Pemeriksaan parental juga dapat menunjukkan adanya goorhoe, kandidiasis, hepatitis B,
tuberkolosis, sitomegalovirus, dan toksoplasmosis (purwaningsih,wahyu.2010).
2.10 Penatalaksanaan
1. Penanganan infeksi yang berhubungan dengan HIV serta maliginasi, pengentian replikasi
HIV lewat preparat antivirus dan penguatan serta pemulihan system imun melaui
pengunaan preparat imnimodulator.
2. Terapi farmakologi
a. Obat primer di setujiu untuk terapi HIV yaitu azidodeoksimetidin (zidovudine,A2T
cretevir) berfungsi untuk memperlambat kematian dan menurunkan frekuensi serta
bertanya penyakit oportunistik.
b. Asitimidin terkendali pada wanita hamil mengurangi resiko transmisi HIV dari wanita
yang terinfeksi kejaninnya.
c. Perawatan suportif sangat penting karena infeksi HIV sangat menurunkan kedaan
imun pasien (mencankup, kelemahan, malnutris, imobilisasi, kerusakan kulit dan
perubahan status mental).
d. Memberikan perawatan kesehatan efektif dengan penuh kasih saying dan obyektif
pada semua individu (mencakup, malnutrisi, optimum, istirahat, latihan fisik, dan
reduksi stress) (purwaningsih, wahyu.2010)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Biodata Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dana kebangsaan, pendidikan, pekerjaan,
alamat, nomor regester, tanggal Masuk Rumah Sakit , diagnosa medis.

2. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur
kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan
pada orang yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia,
atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit
kronik yang berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia
aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini
harus dianggap sebagai factor penunjang saat mengkaji status imunokompetens pasien.
Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta terapi yang berhubungan dengan
kelainan hospes :
 Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )
Terapi radiasi, defisiensi nutrisi, penuaan, aplasia timik, limfoma, kortikosteroid,
globulin anti limfosit, disfungsi timik congenital.
 Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik leukemia kronis, mieloma, hipogamaglobulemia congenital, protein
liosing enteropati (peradangan usus)

3. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Subyektif)


a) Aktifitas / Istirahat
- Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
- Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas
( Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).
b) Sirkulasi
- Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
- Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis,
perpanjangan pengisian kapiler.
c) Integritas dan Ego
- Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan,
mengingkari doagnosa, putus asa,dan sebagainya.
- Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
d) Eliminasi
- Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal,
nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
- Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering,
nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal, perubahan jumlah,
warna dan karakteristik urine.
e) Makanan / Cairan
- Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
- Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk,
edema
f) Hygiene
- Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
- Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
g) Neurosensoro
- Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status
indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan.
- Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak
normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
h) Nyeri / Kenyamanan
- Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
- Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang.
i) Pernafasan
- Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
- Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
j) Keamanan
- Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi
imun, demam berulang,berkeringat malam.
- Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran
kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
k) Seksualitas
- Gejala : Riwayat berprilaku seks dengan resiko tinggi, menurunnya libido,
penggunaan pil pencegah kehamilan.
- Tanda : Kehamilan,herpes genetalia.
l) Interaksi Sosial
- Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian, adanya trauma
AIDS.
- Tanda : Perubahan interaksi.

4. Pemeriksaan Diagnostik
a) Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat
penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta
responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
 Serologis
- Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
- Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
- T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke
T4 ) mengindikasikan supresi imun.
- P24 ( Protein pembungkus HIV)
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
- Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
- Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
- Tes PHS
- Kapsul hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
 Neurologis
- EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
- Tes Lainnya
- Sinar X dada
- Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya
komplikasi lain
- Tes Fungsi Pulmonal
- Deteksi awal pneumonia interstisial
- Skan Gallium Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia
lainnya.
- Biopsis
- Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
- Bronkoskopi / pencucian trakeobronkial Dilakukan dengan biopsy pada waktu
PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
 Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system
imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody
terbentuk dalam 3 – 12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 – 12 bulan. Hal ini
menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes
positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human
Immunodeficiency Virus(HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk darah
dan memudahkan evaluasi diagnostic. Pada tahun 1985 Food and Drug
Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji kadar Human Immunodeficiency
Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut, yaitu:
- Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human
Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi
hanya menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi (HIV).
Orang yang dalam darahnya terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus
(HIV) disebut seropositif.
- Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan
seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
- Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko infeksi.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Intolerans aktivitas.
4. Penurunan koping keluarga
3.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Noc Nic
keperawatan
1. Nutrisi kurang dari NOC: 1. Yakinkan diet yang dimakan
kebutuhan tubuh.  Nutritional status mengandung tinggi serat untuk
DEFINISI : Asupan  Nutritional status : mencegah konstipasi.
nutrisi tidak cukup food dan fluid 2. Monitor jumlah nutrisi dari
untuk memenuhi  Intake kandungan kalori.
kebutuhan metabolic  Nutritional status: 3. Berikan informasi tentang
nutrient intake kebutuhan nutrisi.
 Weight control 4. Kaji kemampuan pasien untuk
Kriteria Hasil : mendapatkan nutrisi yang
 Adanya dibutuhkan.
peningkatan berat 5. Kolaborasi dengan ahli gizi
badan sesuai untuk menetukan jumlah kalori
dengan tujuan. dan nutrisi yang di butuhkan
 Berat badan ideal pasien.
sesuai dengan
tinggi badan
 Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
 Tidak ada tanda-
tanda mal nutrisi

Nic :
Intoleransi aktivitas  Aktivit tolraice
Definisi: ketidak  Energy
kecukupan energy converseration 1. Bantu klien untuk
psikologi atau fisiologi  Self care: ADLs mengidentifikasi aktivitas yang
2. untuk melanjutkan atau Kreteria Hasil : mampu di lakukan
menyelesaikan aktifitas  berpartisipasi 2. Bantu pasien /keluarga untuk
kehidupan sehari- hari dalam aktivitas mengintifikasi kekurangan
yang harus atau yang di fisik tanpa di sertai dalam beraktivitas
lakukan peningkatan 3. Bantu pasien untuk
tekanan mengembangkan motvasi diri
darah,nadi,RR dalam penguatan
 mampu melakukan 4. Bantu pasien untuk melakukan
akivitas sehari-hari aktivitas yang di perlukan
secara mandiri
 tanda –tanda vital
normal
 energy psikomotor.
 Level kelemahan.

Noc:
 caregiver stressor
 family coping
Penurunan koping pada ,disable
keluarga  parental
1. Peningkatan koping
DEFINISI: orang role,conflict
:membantu pasien beradaptasi
terdekat anggota  therapeutic regimen
dengan persepsistressor
keluarga atau sahabat). management
perubahan atau ancaman yang
Yang memberikan  ineffective
menggangu pemenuhan
3. dukungan, rasa Kreteria Hasil :
tuntutan dan peran hidup
nyaman, bantuan, atau  keluarga tidak
2. Dukungan emosi memberikan
motivasi tidak adekuat, mengalami
penenangan ,penerimaan dan
tidak efektif, atau penurunan koping
dorongan selama proses steres
mengalamu penurunan keluarga
3. Mobilitas keluarga
yang mungkin di  hubungan pasien
penggunaan kekuatan keluarga
perlukan oleh klien pemberi kesehatan
untuk mempengaruhi
untuk mengelola atau adekuat
kesehatan pasien kearah yang
menguasai tugas tugas  kesejahteraan
positif
adaptif terkait masalah emosi pemberi
4. Dukungan keluarga
keperawatan. asuhan kesehatan
meningkatkan nilai,minat,dan
keluarga
tujuan keluarga
 koping keluarga
meningkat 5. Panduan system kesehatan
memfasilitasi local pasien dan
penggunaan pelayanan
kesehatan yang sesuai

NIC:
 Immune status
Resiko infeksi  Knowledge:
Definisi : mengalami infection control
peningkatan resiko  Risk control
1. Inspeksi kulit dan membrane
terserang organisme Kriteria Hasil:
mukosa terhdapa kemerahan,
patogenik.  Klien bebas dari
panas, drainase.
tanda dan gejala
2. Instrusikan pasien untuk minum
 Mendeskripsikan
antibiotic sesuai resep.
proses penularan
3. Ajarkan pasien dan keluarga
penyakit, factor
tanda dan gejala infeksi
yang
4. Ajarakan cara menghindari
mempengaruhi
infeksi.
4. penularan serta
penatalaksanaannya
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang menyerang system
kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS.
Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus
(HIV). Cara penularan HIVmelakukan penetrasi seks, melalui darah yang terinfeksi, dengan
mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan seseorang yang telah terinfeksi,
wanita hamil. Penularan secara perinatal terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena
pada saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga virus dari ibu
dapat menular pada bayi.
Kelompok resiko tinggi: lelaki homoseksual atau biseks, orang yang ketagian obat intravena,
partner seks dari penderita AIDS, penerima darah atau produk darah (transfusi), bayi dari
ibu/bapak terinfeksi. Gejala mayor infeksi HIV adalah BB menurun lebih dari 10% dalam 1
bulan, diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan, penurunan kesadaran dan adanya
gangguan neurologis, demensia / HIV ensefalopati. Gejala minor: batuk menetap lebih dari 1
bulan, dermatitis generalist, adanya herpes zoster yang berulang, kandidiasis orofaringeal, herpes
simplex kronik progresif, limfadenopati generalist, infeksi jamur berulang pada kelamin wanita,
retinitis cytomegalovirus.
4.2 SARAN
Dengan dibuatnya makalah HIV pada ibu hamil ini, diharapkan nantinya akan
memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan dengan
bagaimana melakukan sebuah proses asuhan keperawatan maternitas terutama pada ibu hamil
yang juga menderita HIV. Tak lupa kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan guna
untuk penyempurnaan makalah ini, karena mungkin makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Purwaningsih,wahyu, Dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogykarta.
Nuraif, Amin huda.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda. Jilid 1-3 Yogyakarta : Media Action.

Anda mungkin juga menyukai