Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

C DENGAN
FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DI RUANG
KHOTIJAH RUMAH SAKIT ROEMANI
SEMARANG

Disusun Oleh Kelompok VIII :

1. SLAMET KUAT (G01.2003.01630)


2. INDAH RETNO (G01.2003.016 )
3. IRNAWATI (G01.2003.01654)
4. SUTINI (G01.2003.01673)

PROGRAM DILPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
2006

1
2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ....................................................................... 2
C. Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data ................... 2
D. Sistematika Penulisan................................................................ 3
BAB II TINJUAN TEORI ........................................................................... 4
A. Definisi ...................................................................................... 4
B. Etiologi ...................................................................................... 4
C. Manifestasi Klinik ..................................................................... 4
D. Pathway ..................................................................................... 5
E. Penatalaksanaan Medis Umum ................................................. 6
F. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 7
G. Fokus Intervensi ........................................................................ 7
BAB III TINJAUAN KASUS ....................................................................... 11
A. Pengkajian ................................................................................. 11
B. Analisa Data .............................................................................. 18
C. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 19
D. Intervensi .................................................................................. 19
E. Implementasi ............................................................................. 21
F. Evaluasi ..................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1
A. LATAR BELAKANG
Sepanjang tahun 2000 terjadi berbagai kecelakaan lalu lintas (lalin) di
negara kita, mulai dari kasus yang besar sampai yang terkecil. Semua itu
dikarenakan arus lalu lintas yang semakin padat sehingga membawa dampak
positif dan negatif. Dampak yang negatif dan besar misalnya: kecelakaan
terbakarnya bus Giri Indah di Jawa Tengah yang menyebabkan 26
penumpannya tewas terpanggang. Terakhir tabrakan truk dan bus di
Purbalingga yang menewaskan 9 orang (Bina Dikankes, 39 April 2001).
Adapun kerugian-kerugian dari kecelakaan baik kendaraan atau jatuh dari
suatu ketinggian selain kematian juga harga benda dan fisik. Kerusakan pada
fisik dapat dilihat seperti luka bakar, kecacatan, dan biasanya yang paling
umum adalah patah tulang. Patah tulang dapat mengenai ekstremitas atas dan
juga ekstremitas bawah, pada esktremitas bawah terutama fraktur femur.
Fraktur femur terbuka maupun tertutup akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh
dari suatu ketinggian harus selalu diperhatikan, terutama pada fraktur terbuka
adalah kemungkinan terkontaminasi oleh mikro organisme yang dapat
menimbulkan infeksi. Oleh karena itu perawatan yang baik dan pengobatan
yang tepat serta segera sangat diperlukan untuk menghindari komplikasi yang
lebih parah. Perawatan pada fraktur femur membutuhkan waktu yang relatif
lama untuk kembali seperti semula keadaan semula karena akibat terjadinya
fraktur maka suplai darah tidak adekuat yang menjadikan problem dalam
penyambungan atau penyatuan suatu fraktur (Engram, 1998).
Bila dilihat dari pemeriksaan fisik di suatu fraktur femur akan ditemukan
gejala-gejala seperti : nyeri pada lokasi fraktur fremur terutama nyeri tekan
dan pembengkakan. Jika fraktur terbuka, maka ujung patahan dapat terlihat di
dalam luka, juga mengalami gangguan fungsi atau kehilangan daya gerak pada
ekstremitas yang fraktur, rasa gemertak juga dirasakan ketika ujung tulang
digerakkan (Anderson, 1997). Spasme otot, tampak pucat dan tidak ada nadi
pada bagian distal pada lokasi fraktur bila aliran darah arteri terganggu
(Engram, 1998).

2
Dari pemeriksaan fisik di atas akan muncul komplikasi-komplikasi ringan
selama proses penyembuhan seperti integritas kulit, biasanya komplikasi ini
akan tersisih dari pandangan perawat. Pada fraktur femur juga mengalami
gangguan fungsi misalnya tidak dapat berjalan, dan juga tidak dapat
melakukan aktiiats yang biasanya dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.
Selain itu juga ada komplikasi-komplikasi yang perlu diperhatikan secara
seksama seperti shock, shock terjadi karena perdarahan pada tempat fraktur
femur yang terus menerus. Kemudian borok akibat tekanan gips atau bidal
yang menekan setempat sehingga terjadi nirkrosis pada jaringan superfisual
(Anderson, 1997).
Mengingat begitu banyak permasalahan yang muncul pada pasien fraktur
femur maka penulis tertarik mengambil judul karya tulis ilmiah ini “Asuhan
Keperawatan pada Pasien Fraktur Femur”.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi yang muncul pada
fraktur femur selama proses penyembuhan.
2. Untuk membantu aktivitas yang tidak dapat dilakukan oleh klien selama
proses penyembuhan.
3. Memberikan pengetahuan kepada klien dan keluarga tentang perawatan
fraktur femur setelah masa perawatan di Rumah Sakit selama proses
penyembuhan.

C. METODE PENULISAN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Dalam penyusunan karya tulis ini penulis ingin menggunakan metode
deskriptif yaitu metode pengumpulan data berdasarkan masalah yang sedang
berlangsung pada waktu pelaksanaan rutin keperawatan, sedangkan teknik
pengumpulan datanya dengan cara :

3
1. Wawancara
Pengumpulan data dengan cara bertanya secara langsung pada klien,
keluarga klien, dokter atau kesehatan lain yang ikut merawat dan
mengobati klien selama melakukan keperawatan.
2. Observasi
Metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap klien serta ikut dalam memberikan asuhan keperawatan
selama melakukan asuhan keperawatan.
3. Studi Dokumentasi
Dengan mempelajari catatan medik, catatan keperawatan yang
berkaitan dengan kasus selama asuhan keperawatan.
4. Studi Kepustakaan
Dengan mempelajari buku-buku atau literatur-literatur yang
berkaitan dengan judul karya tulis ilmiah selama pembuatan karya tulis
ilmiah.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini menggunakan penulisan yang terdiri
dari beberapa bab :
Bab satu, Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, tujuan
penulisan, metode dan teknik penulisan, serta sistematika penulisan.
Bab dua, Konsep dasar yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi,
pathways, masalah dan diagnosa keperawatan, tujuan dan fokus intervensi.
Bab tiga, Tinjauan kasus yang menguraikan proses keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan intervensi.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang, yang diakibatkan oleh
tekanan eksternal yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Bila
fraktur mengubah posisi tulang, struktur yang ada disekitarnya (otot, tendon,
saraf dan pembuluh darah) juga mengalami kerusakan. Cidera traumatic
paling banyak menyebabkan fraktur. Fraktur patologis terjadi tanpa trauma
pada tulang yang lemah karena dimineralisasi yang berlebihan (Carpenito,
1999).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Manjoer,
2000).

B. ETIOLOGI
Fraktur dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian
atau jatuh di kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat,
kecelakaan pada kerja oleh karena mesin atau karena trauma olah raga
(Rasjad, 1999).
Patah tulang juga bisa disebabkan oleh penyakit seperti osteoporosis.
Osteoporosis terjadi karena kecepatan resorpsi tulang melebihi kecepatan
pembentukan tulang. Sebagai akibatnya, tulang menjadi keropos secara cepat
dan rapuh sehingga mengalami patah tulang karena trauma minimal dan
bahkan stress normal (Carpenito, 1999).

5
C. GAMBARAN KLINIK
Riwayat trauma, nyeri lokal dan semakin nyeri bila digerakkan, baik
pada gerakan aktif maupun pasif serta mengalami gangguan fungsi gerak pada
ekstremitas yang fraktur, deformitas (kelainan bentuk seperti penonjolan yang
abnormal, rotasi dan pemendekan). Terasa krepitasi bila fraktur Digerakkan,
krepitasi timbul oleh pergeseran atau beradunya ujung-ujung tulang. Gerakan
tidak normal misalnya pertengahan femur dapat digerakkan. Ini adalah bukti
paling penting adanya fraktur yang membuktikan “putusnya kontinuitas
tulang” sesuai dengan definisi fraktur (Reksoprodjo, 1995).

D. PATHWAY

Etiologi

Trauma (langsung atau tidak langsung), patologi

Fraktur (terbuka atau tertutup)

Kehilangan integritas Perubahan fragmen tulang Fraktur terbuka ujung tulang


tulang kerusakan pada jaringan dan menembus otot dan kulit
pembuluh darah

Ketidakstabilan posisi Luka


fraktur, apabila organ Perdarahan lokal
fraktur digerakkan
Gangguan
Hematoma pada integritas kulit
Fragmen tulang yang patah daerah fraktur
menusuk organ sekitar
Aliran darah ke daerah distal
berkurang atau terhambat Kuman mudah masuk
Gangguan rasa
nyaman nyeri (warna jaringan pucat, nadi
lemah, cianosis, kesemutan) Resiko tinggi
infeksi
Sindroma kompartemen Kerusakan neuromuskuler
keterbatasan aktifitas
Gangguan fungsi
Defisit perawatan diri organ distal

Gangguan mobilitas fisik


6
7
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan fraktur tertutup biasa konservatif atau opertif.
1. Terapi konservatif terdiri dari
a. Proteksi saja, untuk fraktur dengan kedudukan baik
b. Mobilisasi saja tanpa reposisi. Misalnya pemasangan gips pada fraktur
inkomplit dan fraktur tanpa kedudukan baik.
c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips. Reposisi dapat dalam
anastesi umum atau lokal.
d. Traksi untuk reposisi secara berlebihan
2. Terapi operatif, terdiri dari :
a. Reposisi terbuka, fiksasi eksterna
b. Reposisi tertutup dengan control radiologist diikuti interna
Terapi operatif dengan reposisi anatomis diikuti dengan fiksasi interna.
Tindakan pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin. Penundaan
waktu dapat mengakibatkan komplikasi infesi. Waktu yang optimal untuk
bertindak sebelum 6-7 jam. Berikan toksoid, anti tetanus serum (ATS) atau
tetanus human globidin. Berikan anti biotic untuk kuman gram positif dan
negatif dengan dosis tinggi. Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman
dari dasar luka fraktur terbuka. Teknik debridemen adalah sebagai berikut :
a. Lakukan narcosis umum atau anastesi lokal bila luka ringan dan kecil.
b. Bila luka cukup luas, pasang dulu torniket (pompa atau Esmarch)
c. Cuci seluruh eksterimitas selaam 5-10 menit kemudian lakukan
pencukuran. Luka diirigasi dengan cairan NaCl steril atau air matang 5-10
menti sampai bersih.
d. Lakukan tindakan desinfeksi dan pemasangan duk
e. Eksisi luka lapis demi lapis, subkutis, fasia. Eksisis otot yang tidak vital
dan buang tulang-tulang kecil yang tidak melekat pada periosteum.
Pertahankan frakmen-frakmen tulang besar yang perlu untuk stabilitas.
f. Luka fraktur terbuka selalu dibiarkan terbuka dan kalau perlu ditutup satu
minggu kemudian setelah edema menghilang atau dapat juga hanya dijahit
situasi bila luka tidak terlalu lebar (Mansjoer, 2000).

8
Traksi reduksi tertutup dengan menggunakan gibs atau fiksasi luar (alat-
alat dari logam yang dipasang dengan tulang menggunakan pen) reduksi
terbuka dengan menggunakan, skrup, plat, kawat atau jarum (Engram, 1999).

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan frakmen tulang,
spasme otot dan cidera pada jaringan lunak (Doenges, 1999).
2. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan berkurangnya
aliran darah akibat adanya trauma jaringan atau tulang (Tucker, 1998).
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler
fraktur dan cidera pada jaringan sekitar (Tucker, 1998).
4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya patahan
primer, kerusakan kulit, trauma jaringan (Doenges, 1999).
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka (Doenges,
1999).

G. FOKUS INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan frakmen tulang, spasme otot dan cidera pada
jaringan lunak (Doenges, 1999).
Tujuan :
Nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
Pasien menyatakan nyeri berkurang dan dapat dikontrol, ekspresi wajah
tenang.
Intervensi :
a. Kaji lokasi intensitas dan tipe nyeri gunakan peringkat nyeri
b. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
c. Bantu dan ajarkan metoda alternatif penatalaksanaan rasa nyeri
d. Beri posisi yang nyaman sesuai dengan toleransi klien
e. Berikan lingkungan yang nyaman dan berikan dorongan untuk
melakukan aktifitas segera

9
f. Lakukan dan awasi latihan gerak aktif dan pasif.
g. Kolaborasi
- Lakukan kompres dingin atau es 24-48 jam pertama
- Pemberian obat-obat analgetik

2. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan berkurangnya


aliran darah akibat adanya trauma jaringan atau tulang (Tucker, 1998).
Tujuan :
Perfusi jaringan adekuat.
Kriteria hasil :
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal (menunjukkan nadi distal
fraktur).
b. Kulit teraba hangat
Intervensi :
a. Pantau nadi distal dari fraktur setelah satu atau dua jam, observasi
terhadap warna dan suhu.
b. Kaji pengisian kapiler laporkan temuan normal bandingkan dengan
eksterimitas yang fraktur
c. Pertahankan Kesejajaran tubuh observasi terhadap tanda-tanda
sindroma kompertemen (warna jaringan pucat, nadi lemah, nyeri, pati
rasa, sianosis).
d. Observasi perubahan tanda-tanda vital.
e. Observasi tanda-tanda iskemi (penurunan suhu dan peningkatan rasa)
f. Observasi posisi dan lokasi bidai jangan sampai menekan pembuluh
darah.

10
3. Kerusakan neuromuskuler fraktur dan cidera pada jaringan sekitar
(Tucker, 1998).
Tujuan :
Imobilitas fisik tidak teratasi atau tidak ada gangguan.
Kriteria hasil :
Mendapatkan mobilitas pada tingkat optimal secara aktif dan ikut secara
dalam rencana perawatan.
Intervensi :
a. Kaji imobilitas yang dihasilkan oleh cidera atau pengobatan dan
perhatikan persepsi pasien terhadap immobilisasi
b. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada daerah
yang cedera maupun yang tidak.
c. Pertahankan tirah baring
d. Bantu klien dalam mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat
sesegera mungkin.
e. Beri penyangga pada ekstremitas yang sakit di atas dan di bawah
fraktur ketika bergerak, berbalik dan mengangkat
f. Berikan dorongan pada pasien untuk melakukan aktivitas sehari dalam
lingkup keterbatasan, berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan.
g. Bantu dan ajarkan pasien menggunakan urinal untuk eliminasi berikan
perawatan perineal sesuai kebutuhan.

4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya patahan


primer, kerusakan kulit, trauma jaringan (Doenges, 1999).
Tujuan :
Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
a. Mencapai penyembuhan luka tanpa adanya infeksi, bebas pust.
b. Tanda-tanda infeksi tidak ada (rubor, kolor, dolor, tumor, fungsiolaesa).

11
Intervensi :
a. Observasi kulit untuk adanya iritasi robekan
b. Kaji keadaan luka terhadap adanya tanda-tanda infeksi (tumor, dolor,
kolor, rubor).
c. Lakukan perawatan luka.
d. Kaji keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema.
e. Observasi luka adanya krepitasi, perubahan warna kulit kecoklatan
f. Observasi bau drainase yang tidak enak
g. Kolaborasi :
Berikan antibiotik sesuai indikasi.

5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka (Doenges,


1999)
Tujuan :
Ketidaknyamanan hilang.
Kriteria hasil :
Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.
Intervensi :
a. Kaji kulit untuk luka terbuka adanya benda asing, kemurahan dan
perdarahan
b. Ubah posisi dengan sering bila memungkinkan
c. Observasi untuk potensial area yang tertekan
d. Letakkan bantalan Pelindung di bawah kaki dan di atas tonjolan tulang
e. Palpasi jaringan yang diplester tiap hari dan catat adanya nyeri tekan.
f. Beri bantalan atau Pelindung dari busa.

12
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. C DENGAN


FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DI RUANG KHOTIJAH
RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG

A. PENGKAJIAN (15 Februari 2006)


1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. C
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa Indonesia
Alamat : Wonoharjo RT 3/12 Kembang Arum Semarang Barat
No Register : 170797
Tgl Masuk : 13 Februari 2006
Diagnosa Medis : Fraktur Femur 1/3 Distal

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. A
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Alamat : Wonoharjo RT 3/12 Kembang Arum Semarang Barat
Hubungan dg pasien : suami istri

13
1.2 Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Saat dikaji klien mengatakan nyeri pada femur akibat patah tulang
dan luka bekas operasi, serta nyeri bertambah saat kaki yang fraktur
Digerakkan. klien juga menyatakan kaki yang fraktur terasa berat,
kesemutan dan sering terbangun pada malam hari akibat nyeri, skala
nyeri 7, balutan kotor.
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
Melalui hasil wawancara klien menyatakan 2 hari yang lalu klien
membonceng sepeda motor, pada saat itu baru jalan Kalibanteng
Semarang dan klien diserempet mobil dari samping dan akhirnya
jatuh. Pada saat jatuh kaki yang sebelah kanan terbentur aspek yang
mengakibatkan terjadinya patah tulang. kecelakaan itu klien tidak
pingsan, klien mual-mual, muntah, tetapi kepala klien tidak
mengalami benturan, kemudian klien di bawa ke rumah sakit Roemani
Semarang, dan masuk UGD dianjurkan untuk operasi. Adapun
perawatan sebelum operasi klien dilakukan perawatan seperti
pemeriksaan fisik secara keseluruhan. Adapun laporan operasi sebagai
berikut :
Penderita tidur terlentang dalam general anestasi, desinfeksi darah
operasi, tutup dengan duk steril, diidentifikasi fraktur 1/3 distal,
terdapat luka sayatan sepanjang 10 cm, pasang drain, tutup luka
operasi, operasi selesai. Setelah operasi klien menjalani perawatan di
ruang Khatijah hingga pada hari kedua penulis mengkaji pada klien
Ny. C.
c. Riwayat Keperawatan Dahulu
Dari hasil wawancara, klien menyatakan bahwa dirinya belum
pernah menderita atau mengalami fraktur dan belum pernah dirawat di
rumah sakti.

14
d. Riwayat Keperawatan Keluarga
Dari hasil wawancara dari keluarga Ny. C tidak ada anggota
keluarga yang pernah mengalami fraktur, dan tidak ada yang
mempunyai penyakit menular dan membahayakan.

1.3 Pengkajian Pola Kebutuhan menurut Gordon


a. Pola Persepsi dengan Pemeliharaan Kesehatan
Sebelum dirawat :
Dari hasil wawancara klien menyatakan bahwa kesehatan itu sangat
penting dan jika sakit Ny. C periksa ke dokter atau ke Puskesmas.
Pemeliharaan kesehatan :
Pasien mandi 2-3 kali sehari dan gosok gigi serta menjaga kebersihan
lingkungan/
Selama di rumah sakit :
Persepsi klien terhadap sakitnya adalah suatu cobaan dari Tuhan
supaya lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Pemeliharaan kesehatan
dari hasil wawancara pasien menyatakan bahwa dirinya banyak
kekurangan karena sakit dan tidak dapat melakukan aktifitas. Karena
itu klien merasa perlu dibantu dalam merawat atau mengatasi masalah
kesehatannya.
b. Pola Nutrisi
Sebelum sakit :
Pasien makan sehari 3-4 sehari, dengan nasi, sayur, lauk dan kadang-
kadang dengan buah. Klien makan habis satu porsi, tidak ada
pantangan dalam makan, minum kurang lebih 7-8 gelas per hari.
Selama sakit di rumah sakit :
Pasien makan tiga kali sehari dengan nasi, sayur, lauk dan buah-
buahan, porsi makan yang disediakan habis setengah, minum 5-6 gelas
per hari.

15
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
Pasien buang air besar (BAB) 2 kali per hari tanpa ada gangguan.
Pasien buang air kecil (BAK) kurang lebih 3-4 kali sehari warna
kuning, jernih tidak ada gangguan.
Selama perawatan :
Dari hasil wawancara klien menyatakan buang air besar (BAB) pada
saat dikaji baru satu kali. Dari hasil wawancara klien menyatakan baru
buang air kecil (BAK) satu kali pada saat dikaji.
d. Aktifitas dan istirahat
Sebelum sakit :
Di rumah sakti dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa ada
gangguan dan bantuan orang lain.
Selama di rumah sakit :
Pasien menyatakan tidak dapat melakukan aktifitasnya disebabkan
karena adanya fraktur femur. Pasien hanya bisa berbaring dan berdua
saja klien juga menyatakan bahwa dirinya mengalami ketergantungan
dalam memenuhi kebutuhan aktifitasnya.
e. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit :
Dari hasil wawancara klien dapat tidur dan dengan nyaman tanpa ada
gangguan apa-apa kalau anak-anaknya sudah tidur. Pasien terbiasa
tidur 7-8 ham per hari, klien juga sering tidur siang bersama anak-
anaknya.
Selama dalam perawatan :
Dari hasil wawancara saat ini klien menyatakan bahwa kebutuhan
tidurnya terganggu. Klien juga tidak dapat tidur siang dengan pulas
karena ramainya pengunjung yang datang. Wajah klien kusut karena
kurang tidur.

16
f. Pola Persepsi dengan Orang Lain
Sebelum sakit :
Klien menyatakan sering berinteraksi dengan keluarga juga dengan
masyarakat sekitar. Klien selalu menjaga kekeraban dengan baik.
Selama dalam perawatan :
Dari hasil wawancara klien tidak mengalami gangguan dalam
berinteraksi dengan lingkungan rumah sakit. Hal ini dibuktikan klien
sering tersenyum dengan perawat dan sesekali ngobrol dengan pasien
di sebelahnya.
g. Pola Reproduksi Seksual
Dari hasil wawancara klien mempunyai dua orang anak yang pertama
duduk di bangku kelas 3 SD dan yang kedua baru duduk dibangku TK
0 kecil.
h. Pola Persepsi Kognitif
Dari hasil wawancara klien merasa cemas dengan keadaan yang
sekarang dialaminya. Klien merasa takut bila terjadi kelumpuhan atau
kecacatan. Tetapi klien hanya bisa berdua dengan keadaannya ini.
Setelah diberi penjelasan klien merasa lebih tenang dan lebih percaya
diri.
i. Pola Mekanisme Koping
Sebelum sakit :
Dari hasil wawancara klien menyatakan kalau ada masalah dengannya
mekanisme koping yang dilakukan pertama adalah berbicara atau
musyawarah dengan suaminya.
Selama dirawat :
Bila ada masalah padanya maka akan mengeluh pada suami atau yang
menunggunya untuk menyampaikan pada perawat yang bertugas.

17
j. Nilai Kepercayaan dan Keyakinan

18
Sebelum dirawat :
Pasien beragama Islam dan tekun melaksanakan sholat lima waktu.
Klien menganggap bahwa penyakitnya itu adalah suatu cobaan supaya
klien lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
Selama perawatan :
Klien menyatakan kesulitan untuk menunaikan sholat lima waktu.
Klien hanya bisa berdua agar lekas sembuh seperti sediakala.
k. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Klien menyatakan bahwa dirinya tidak merasa malu dengan keadaan
sekarang ini. Asal bisa sembuh dan bisa berjalan klien sudah merasa
bersyukur.

1.4 Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Suhu : 37 oC
Respiratori Rate : 20 x/menit
Kepala : Normal tidak ada kelainan, tidak ada benjolan,
Rambut hitam lurus, bersih sulit dicabut, dan kulit
kepala bersih.
Mata : Kunjungtiva anemis. Skera tidak ikterik, tidak ada
kelainan.
Telinga : Simetris, tidak ada cairan keluar, bersih,
pendengaranya baik.
Hidung : Simetris, tidak ada cairan keluar, bersih,
pendengaran baik.
Mulut : Mukosa mulut basah, gigi bersih, bibir tidak
pecah-pecah.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

19
Dada : Gerakan simetris, tidak ada kelainan dalam
bernafas.
Abdumen : Datar, tidak ada asites, tidak mual.
Genetalia : Tidak ada kelainan.
Ekstremitas Atas : Tangan kanan terpasang infus laktat (RL) 20
tetes/menit, tidak ada kelainan bentuk, siku kanan
terdapat luka sepanjang 2 cm.
Ekstremitas Bawah : Kaki kanan terdapat luka operasi sepanjang 10 cm.
Tertutup kassa, kotor dan plester, luka basah tidak
ada pust.
Kulit dan Kuku : Turgor baik, warna kulit sawo matang, kuku
pendek dan bersih.

1.5 Pemeriksaan Penunjang (tanggal 15 Februari 2006)


Hematologi
WBC : 12,9 $ 10 /mm Harga Normal WBC : 4,0 – 11,0 $ 10/mm
RBC : 2,86 10 /mm RBC : 390 – 6,50 10/mm
HGB : 7,1 g/dl HGB : 12,0 – 16,0 g/dl
HCT : 22,1 % HCT : 35,0 – 54,0 %
MCV : 77,31 Lfm MCV : 76 – 96 Lfm
MCH : 24,81 Lpg MCH : 27,0 – 32,0 Lpg
MCHC : 32,2 g/dl MCHC : 30,0 – 35,0 g/dl
DLT : 198 10/mm DLT : 150 – 400 10/mm

1.6 Terapi Tanggal 15 Februari 2006


Vitamin (Fahrenhelt) 1 x 1
Cefotaxime 2 x 1 500 gr
Infus Ringer Laktat (RL) 20 tts/menit
Nasaflam 3 x 1
Transfusi Darah Whole Blood Cell (WBC) 2 kolf

20
B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1. DO: terdapat luka bekas operasi Adanya luka bekas Gangguan rasa
sepanjang 10 cm, klien operasi nyaman /
operasi tgl 14 Februari sepanjang 10 nyeri
2006 jam 09.00 WIB cm
wajah tegang.
DS: Klien melaporkan rasa
nyeri pada luka bekas
operasi.
2. DO: Pasien malas bergerak Neuromuskuler, Gangguan
aktivitas banyak bantu, fraktur dan mobilitas
pasien lebih banyak cidera pada fisik.
tiduran. jaringan
Pasien melaporkan bila sekitar.
bergerak terasa nyeri, kaki
terasa berat dan
kesemutan.
DS: -
3. DO: Terdapat luka bekas Rusak pertahanan Resiko tinggi
operasi sepanjang 10 cm, tubuh (kulit) infeksi.
balutan basah, luka
kemurahan lekosit
meningkat 12,0 $ 103
/mm3 normal 4,0 – 11,0 $
103 / mm3
DS: -

21
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah di tandai dengan terdapat luka
bekas operasi sepanjang 10 cm. Wajah tegang klien melaporkan nyeri
pada luka bekas oprasi dengan skala nyeri 7.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan neuromuskuler, fraktur dan
cidera pada jaringan sekitar. Di tandaid enggan pasien malas bergerak,
aktifitas banyak di bantu keluarga dan perawat, pasien lebih banyak
tiduran, oedema, klien melaporkan jika bergerak terasa nyeri, klien terasa
berat dan kesemutan.
3. resiko tinggi efeksi berhubungan dengan rusaknya pertahanan tubuh
(kulit) di tandai dengan terdapat luka bekas operasi sepanjang 120 cm,
balutan kotor, luka kemurahan lekosit meningkat 12,0 $ 103 / mm3 normal
4,0 – 11,0 $ 103 / mm3

D. INTERVENSI
Tujuan dan
Diagnosa Keperawatan Intervensi
Kriteria Evaluasi
DX 1: Tujuan: 1. Kaji keluhan nyeri /
Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan ketidaknyamanan
insisi bedah. keperawatan 3 x 24 jam perhatikan lokasi nyeri
Ditandai dengan: nyeri berkurang atau (skala nyeri 0-10)
DS: Nyeri pada luka bekas hilang. 2. Pertahankan mobilitas
operasi sekala nyeri 7. Kriteria hasil : yang sakit dengan tirah
DO:Terdapat luka bekas Menunjukkan nyeri baring.
operasi sepanjang 10 berkurang atau hilang. 3. Tinggalkan ekstremitas
cm luka basah, wajah Skala nyeri 0 – 2 klien yang cidera
tegang. tenang. 4. Anjurkan klien untuk
mengganti posisi dengan
perlahan.
5. Dorong klien untuk
relaksasi dengan nafas.

22
DX 2: Tujuan: 1. Anjurkan klien untuk
Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan menggerakkan tunggal
berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam yang cidera secara
kerusakan neuromuskuler, mobilisasi tidak terbatasi. bertahap.
fraktur dan cidera pada Kriteria hasil : 2. Monitor tekanan darah
jaringan sekitar. Kaki yang fraktur dapat dan perhatikan keluhan
Ditandai dengan: digerakkan. pusing.
DS: Malas bergerak, terasa 3. Ubah posisi secara
nyeri kaki terasa berat teratur.
kesemutan. 4. Anjurkan minum
DO:Aktivitas banyak banyak. Anjurkan untuk
dibantu perawat dan diet tinggi protein,
keluarga, pasien karbohidrat dan kalsium.
banyak tiduran, 5. Bantu
edema. perawat
an diri
pasien.
DX 3: Tujuan: 1. Observasi luka adanya
Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan tindakan pust drainase
berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam 2. Anjurkan pasien untuk
rusaknya pertahanan tubuh infeksi tidak terjadi. tidak menggaruk luka
(kulit) Kriteria hasil : atau membuka balutan.
Ditandai dengan: Tidak ada tanda-tanda 3. Anjurkan klien untuk
DS: - infeksi; color, dolor, rubor, cuci tangan.
DO:Luka bekas operasi tumor. Tanda-tanda vital 4. Monitor tanda-tanda
sepanjang 10 cm, normal, tekanan darah vital dan mengganti alat
balutan kotor, luka 130/80 mmHg, N : 80 tenun.
basah, kemurahan, x/mnt, Suhu : 367 oC, RR : 5. Kolaborasikan
lekosit meningkat 12,0 20 x/menit luka kering dan pemberian antibiotic
3 3 3
$ 10 /mm normal 4,0 lekosit normal 11,0 $ 10 / Cefotaxime 2 x 500 gr
– 11,0 $ 103 / mm3 mm3

23
D. IMPLEMENTASI

Hari/ No
Waktu Tindakan Keperawatan Respon TTD
Tgl Dx
Rabu 15.00 I 1.Mengkaji tingkat nyeri S: Pasien mengatakan
15-2-06 mempertahankan istirahat mau mengikuti
dengan tidur terlentang anjuran perawat.
dan menganjurkan klien O: Skala nyeri 7 pasien
untuk relaksasi dengan tiduran dan mau
cara mendengarkan mengikuti anjuran
musik. perawat.
2.Meningkatkan S: Klien mengatakan
ekstremitas yang sakit. lebih enak dari pada
tiduran.
O: Klien duduk
bersandarkan dengan
dua bantal.
3.Menganjurkan klien S: Klien menyatakan
untuk nafas dalam bila ingin mencoba.
nyeri. O: Klien tarik nafas
sambil memejamkan
mata.
Kamis 07.30 III 1. Mengganti alat tenun S: Klien menyatakan
16-2-06 dengan pasien di atas nyaman tidak gatal.
tempat tidur. O: Tempat tidur rapi,
bersih.
1. Mengukur TTV pasien: S: Klien menyatakan
TD : 130/80 mmHg hasilnya.
S : 37 oC O: TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/menit S : 37 oC
RR : 20 x/menit N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit

24
2. Mengubah posisi klien S: Klien menyatakan
dengan duduk bersandar lebih enak dari pada
dengan dua bantal. tiduran.
O: Klien duduk
bersandar dengan dua
bantal.
3. Membantu perawatan diri S: Klien menyatakan
pasien dengan cara kaki terasa lemas dan
mengompres dengan air tidak kaku-kaku.
hangat pada daerah kaki O: Klien tersenyum dan
yang fraktur. mengucapkan terima
kasih.
11.30 III 1. Menganjurkan klien S: Klien menyatakan
untuk mencuci tangan ingin berusaha untuk
sehabis dan sebelum menjaga kebersihan.
makan. O: Di meja klien terdapat
Komponen-komponen
untuk cuci tangan.
2. Memberikan obat anti S: Klien mengucapkan
biotic untuk di minum terima kasih.
sehabis makan O: Klien menyimpan
Cefotaxime 2 x 500 gr obatnya ke dalam laci
meja.
3. Memonitor tanda-tanda S: Klien menyatakan
vital: hasilnya.
TD : 130/70 mmHg O: TD : 130/70 mmHg
S : 367 oC S : 367 oC
N : 84 x/menit N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit

25
Jum’at 08.15 I 1. Mengkaji nyeri dengan S: Klien menyatakan
17-2 06 skala (0-10) mengobati nyeri.
luka (mengolesi O: Terdapat luka bekas
betadine). operasi sepanjang 10
cm skala nyeri 4 dan
terdapat luka lecet
sepanjang 2 cm.
2. Menganjurkan klien S: Klien mau mengikuti
untuk nafas dalam bila anjuran perawat.
merasakan neri O: Klien tersenyum dan
sebanyak 4-5 kali. mangut-mangut.
08.30 III 1. Mengobservasi luka S: Klien menyatakan
bekas operasi dan ganti lebih nyaman.
balut. O: Luka sepanjang 10 cm
sudah mulut
mengering, tidak ada
pust.
2. Menganjurkan klien S: Klien mau mengikuti
untuk tidak menggaruk anjuran perawat.
atau membuka balutan O: Klien tersenyum dan
sendiri. bilang terima kasih.
3. Mengukur tekanan S: Klien menyatakan
darah hasilnya.
TD : 130/70 mmHg O: TD : 130/70 mmHg
S : 365 oC S : 367 oC
N : 84 x/menit N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit RR : 20 x/menit
4. Mengkolaborasikan S: Klien mengucapkan
pemberian anti biotic terima kasih.
Cefotaxime 2 x 500 gr O: Klien menyatakan di
dalam laci meja.
11.00 II 1. Membantu mengubah S: Klien menyatakan
posisi miring ke kanan lebih nyaman.

26
dengan kaki kiri di O: Klien miring ke
ganjal 2 bantal. kanan, kaki kiri di
ganjal 2 bantal.
2. Menganjurkan minum S: Klien menyatakan
banyak 1500-2000 ml/ mau mengikuti
hari dan menganjurkan anjuran perawat.
untuk menghabiskan O: Klien langsung
porsi makan yang minum habis 1 gelas.
disediakan oleh rumah
sakit.
3. Membantu memotong S: Klien mengucapkan
kuku dan memberikan terima kasih.
pispet untuk buang air O: Kuku pendek dan
kecil. bersih.

27
E. EVALUASI
1. Dx. I
S : Pasien menyatakan nyeri berkung.
O : Skala nyeri 4, wajah tegang, terdapat luka bekas operasi sepanjang
10 cm, luka kering.
A : Masalah nyeri teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 5

2. Dx. II
S : Pasien menyatakan kaki terasa berat, malas bergerak, kaki
kesemutan.
O : Aktifitas banyak dibantu oleh keluarga dan perawat, oedema, pasien
banyak tiduran.
A : Masalah mobilitas fisik belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 5

3. Dx. III
S : -
O : Luka bekas operasi sepanjang 10 cm, luka kering, tidak ada pusat
TD : 130/80 mmHg N : 80 x/menit
Suhu : 367 oC RR : 20 x/menit
A : Masalah resiko infeksi teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 5

28
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Jual, 1998, Aplikasi pada Praktek Klinik, Edisi 6, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.
Carpenito, Lynda Jual, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.
Doenges, Marylin, E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.
Enggram, Barbara, 1996, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, volume
2, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Henderson, M, A, 1997, Ilmu Bedah untuk Perawat, Alih Bahasa : Dr. Andry
Hartono, EGC, Jakarta.
Long, Barbara C, 1996, Perawat Medical Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan), Alih Bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan, Pajajaran Bandung, EGC, Jakarta.
Manjoer, Arif, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 3, Jilid ke 2,
Penerit Media Aeslulapius, FK UI, Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses Keperawatan,
Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Rasjad, Chaerudin, 1998, Pengantar Ilmu Bedah Artopedi, EGC, Jakarta.
Rekso Parjo, Soelarto, dkk, 1995, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, FKUI, Jakarta.
Tucker, Susan Martin, 1998, Standart Perawatan Pasien, Proses Keperawatan
Diagnosa dan Evaluasi. Volume 3, Edisi 5, Penerbit Buku Kedoktera, EGC,
Jakarta.

29

Anda mungkin juga menyukai