Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI

HIV/AIDS

DOSEN PENGAMPU
MEGA INDAH PUSPITA S.ST, M.Kes

Oleh :

1. ASTRI VARLENDA 1701013


2. DEBY NURBADRIAH 1701021
3. IZAL RIDHO ADHA 1701039
4. M. SOKMA SEJATI 1701049

PROGRAM STUDI D III TEKNIK RONTGEN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA
SEMARANG
2019
A. Sejarah HIV/AIDS

Pada awal mulanya kasus HIV dan AIDS ditemukan di rumah sakit–

rumah sakit di negara Afrika Sub Sahara pada akhir tahun 1970-an. Tetapi

kasus AIDS pertama kali dilaporkan oleh Gottleib dan kawan-kawan di Los

Angeles pada tanggal 5 Juni 1981. Beberapa tahun kemudian CDC Amerika

serikat yang mengamati kasus HIV dan AIDS melihat peningkatan kasus

infeksi yang tidak lazim berupa Infeksi Oportunistik yang merusak sistem

kekebalan tubuh.

Semula para dokter tidak mengetahui penyebab rusaknya kekebalan

tadi. Sebelum infeksi oportunistik ini hanya dilaporkan terjadi pada orang-

orang yang sistem kekebalan tubuhnya rusak oleh kanker atau oleh obat-

obat penekan sistem kekebalan tubuh, misalnya: mereka yang menjalani

pencangkokan organ tubuh. Kondisi ini kemudian di sebut dengan AIDS.

Sementara itu HIV ditemukan oleh DR. Luc Montagnier dkk dari

institut Pasteur Perancis. Mereka berhasil mengisolasi virus penyebab AIDS.

Kemudian pada Juli 1994, DR Robert Gallo dari lembaga kanker Nasional

menyatakan bahwa dia menemukan virus baru dari penderita AIDS yang

diberi nama HTLV – III. Virus itu terus berkembang dengan nama HIV.

B. Pengertian HIV/AIDS

Apakah HIV itu? HIV, yang merupakan singkatan dari Human

Immunodeficiency Virus adalah Virus penyebab AIDS. AIDS (Acguired

Immuno–Deviensi Syndrome) adalah kumpulan gejala menurunnya gejala

kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar. HIV terdapat di dalam

cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi seperti di dalam darah, air mani

atau cairan vagina.


Sebelum HIV berubah menjadi AIDS, penderitanya akan tampak

sehat dalam waktu kira-kira 5 sampai 10 tahun. Walaupun tampak sehat,

mereka dapat menularkan HIV pada orang lain melalui hubungan seks yang

tidak aman, tranfusi darah atau pemakaian jarum suntik secara bergantian

(Buku SRHR GWL Muda).

C. Faktor Penyebab HIV/AIDS

HIV dapat ditularkan melalui beberapa cara (Buku SRHR GWL

Muda), yaitu :

1. Hubungan seks (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi dengan

orang yang telah terinfeksi HIV.

2. Transfusi darah atau penggunaan jarum suntik secara bergantian.

3. Melalui alat suntik.

4. Dari orang tua ke anak yang dilahirkan .

HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok

rawan mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :

1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan

tanpa menggunakan kondom.

2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara

bersama-sama.

3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik.

4. Bayi yang ibunya positif HIV.

HIV tidak ditularkan melalui jabatan tangan, sentuhan, ciuman,

pelukan, menggunakan peralatan makan atau minum yang sama, gigitan

nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang

sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).


ODHA yaitu pengidap HIV atau AIDS. Sedangkan OHIDA (Orang hidup

dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu) atau

teman-teman pengidap HIV atau AIDS.

D. Gejala-gejala HIV/AIDS

Tanda-tanda klinis penderita AIDS (Makalah HIV-AIDS, 2014) :

1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan.

2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan.

3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan.

4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis.

5. Dimensia/HIV ensefalopati.

Gejala minor :

1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan.

2. Dermatitis generalisata yang gatal.

3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang.

4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.

Para ahli menjelaskan bahwa tanda dan gejala penyakit AIDS

seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak

memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami

demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat

mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang

yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan

perlahan kekebelan tubuhnya menurun atau lemah hingga jatuh sakit

karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat

kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika


seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus

HIV.

Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit

AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini :

1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas

sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus

lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal

penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.

2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda

dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap

mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan,

serta mengalami diare yang kronik.

3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga

wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10%

dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energi di

dalam tubuh seperti yang dikenal sebagai malnutrisi termasuk juga

karena gangguan absorbsi atau penyerapan makanan pada sistem

pencernaan yang mengakibatkan diare kronik, kondisi letih dan

lemah kurang bertenaga.

4. Sistem Persarafan. Terjadinya gangguan pada persarafan central

yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah

berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota

gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (peripheral) akan

menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki,


reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan

impoten.

5. Sistem Integument (jaringan kulit). Penderita mengalami serangan

virus cacar air (herpes simplex) atau cacar api (herpes zoster) dan

berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada

jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut

pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-

retak) serta Eczema atau psoriasis.

6. Saluran kemih dan reproduksi pada wanita. Penderita seringkali

mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal

terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit

syphillis dan dibandingkan pria maka wanita lebih banyak jumlahnya

yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS

wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic

dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan

mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).

E. Mekanisme Penyakit (RAP) Pada Penyakit HIV/AIDS

1. Tahap Pre Patogenesis

Tahap pre patogenesis tidak terjadi pada penyakit HIV/AIDS. Hal

ini karena penularan penyakit HIV terjadi secara langsung (kontak

langsung dengan penderita). HIV dapat menular dari suatu satu

manusia ke manusia lainnya melalui kontak cairan pada alat

reproduksi kontak darah (misalnya transfusi darah, kontak luka dan

lain-lain), penggunaan jarum suntik secara bergantian dan kehamilan.

2. Tahap Patogenesis
Pada fase ini virus akan menghancurkan sebagian besar atau

keseluruhan sistem imun penderita dan penderita dapat dinyatakan

positif mengidap AIDS. Gejala klinis pada orang dewasa ialah jika

ditemukan dua dari tiga gejala utama dan satu dari lima gejala minor.

Gejala utamanya antara lain demam berkepanjangan, penurunan

berat badan lebih dari 10% dalam kurun waktu tiga bulan, dan diare

kronis selama lebih dari satu bulan secara berulang-ulang maupun

terus menerus.

Gejala minornya yaitu, batuk kronis selama lebih dari satu bulan,

munculnya Herpes zoster secara berulang-ulang, infeksi pada mulut

dan tenggorokan yang disebabkan oleh Candida albicans, bercak-

bercak gatal di seluruh tubuh, serta pembengkakan kelenjar getah

bening secara menetap di seluruh tubuh.

kibat rusaknya sistem kekebalan, penderita menjadi mudah

terserang penyakit-penyakit yang disebut penyakit oportunitis. Penyakit

yang biasa menyerang orang normal seperti flu, diare, gatal-gatal, dan

lain-lain. Bisa menjadi penyakit yang mematikan di tubuh seorang

penderita AIDS.

3. Tahap Inkubasi

Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang

terpapar virus HIV sampai dengan menunjukkan gejala-gejala AIDS.

Waktu yang dibutuhkan rata-rata cukup lama dan dapat mencapai

kurang lebih 12 tahun dan semasa inkubasi penderita tidak disebut

penderita HIV. Pada fase ini terdapat masa dimana virus HIV tidak
dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih tiga

bulan sejak tertular virus HIV.

Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi untuk

menularkan virus HIV kepada orang lain dengan berbagai cara sesuai

pola transmisi virus HIV. Mengingat masa inkubasi yang relatif lama

dan penderita HIV tidak menunjukkan gejala-gejala sakit, maka sangat

bear kemungkinan penularan terjadi pada fase inkubasi ini.

4. Tahap Penyakit Dini

Penderita mengalami demam selama 3-4 minggu tergantung daya

tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi

membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam

beberapa tahun dan perlahan kekebalan tubuhya menurun atau lemah

hingga jatuh sakit karena serangan demam yang beulang. Satu cara

untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani uji antIbody HIV

terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang

beresiko terkena virus HIV.

5. Tahap Penyakit Lanjut

Pada tahap ini penderita sudah tidak bisa melakukan aktivitas

apa-apa. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak,

batuk serta nyeri dada, mengalami jamur pada rongga mulut dan

kerongkongan, terjadi gangguan pada persarafan central

mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi,

sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat.


Pada sistem persarafan ujung (peripheral) akan menimbulkan

nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang

kurang selalu mengalami tensi darah dan impotent. Penderita

mengalami serangan virus api atau Herpes zoster dan berbagai

macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit.

Dan lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit atau

Folliculities, kulit kering berbercak-bercak.

6. Tahap Post Patogenesis (Tahap Penyakit Akhir)

Fase ini merupakan fase terakhir dari perjalanan penyakit AIDS

pada tubuh penderita. Fase akhir dari penderita penyakit AIDS adalah

meninggal dunia.

F. Pencegahan Penyakit HIV/AIDS

A (Abstain)= Kamujauhi seks/Kamutidak melakukan hubungan seks

B (Be faithfull) = Bersetia dengan satu pasangan seksual yang tidak

terinfeksi HIV

C (Condom) = Cegah dengan kondom.Penggunaan kondom secara

benar dan konsisten untuk setiap hubungan seksual sehingga dapat

memberikanperlindungan dari penularan HIV ataupun IMS lain

D (Drug) = Dihindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan

secara bergantian.Terutama bagi pengguna narkoba suntik.

E (Education) = Pendidikan tentang Informasi seputar HIV dan AIDS

(Buku SRHR GWL Muda).

1. Tes HIV
Orang yang terinfeksi HIV tidak dapat diketahui dari

penampilan fisiknya saja karena orang tersebut terlihat seperti orang

sehat lainnya. Jadi, untuk menentukan seseorang terinfeksi HIV atau tidak

harus dilakukan pemeriksaan darah.

Pemeriksaan darah bertujuan untuk mendeteksi ada atau

tidaknya anti bodi HIV di dalam darah. Antibodi HIV ini dihasilkan oleh

tubuh sebagai reaksi system kekebalan tubuh terhadap infeksi HIV. Oleh

sebab itu, pemeriksaan ini lebih tepat disebut "Tes Antibodi HIV" bukan

tes AIDS. (Buku SRHR GWL Muda).

2. Melindungi Diri Dari HIV/AIDS

Jangan melakukan hubungan seks dengan pasangan yang anda

tidak ketahui kondisi kesehatannya (Buku SRHR GWL Muda).

a. Hindari berganti-ganti pasangan seksual.

b. Gunakanlah kondom dalam melakukan hubungan seks, jika salah

satu atau keduanya terinfeksi HIV.

c. Jika membutuhkan transfusi darah, mintalah kepastian bahwa

darah yang akan diterima bebas HIV.

d. Gunakan alat suntik sekali pakai.

e. Hindari mabuk-mabukan dan narkotik yang membuat Anda lupa

diri.

3. Caranya untuk tes HIV

a. Sebelum anda memeriksakan diri, konsultasilah terlebih dahulu

kepada konselor atau tenaga kesehatan yang berpengalaman.

b. Ketahui dan pahami pengertian HIV/AIDS, faktor resiko dan cara

penularan, introspeksi diri dan cara pencegahannya.


c. Apabila anda sudah yakin dan siap menerima segala resiko dan test

HIV, silahkan periksa.

d. Pilihlah pemeriksaan tanpa identitas untuk menjaga kerahasiaan

anda.

e. Test HIV dapat dilakukan dirumah sakit atau laboratorium kesehatan

yang melayani Test HIV sesuai rujukan dari konselor anda.

f. Konsultasikan kembali hasil tes tersebut dan minta penjelasan arti

dari hasil tes tersebut kepada konselor atau tenaga kesehatan yang

berpengalaman.

g. Yang dilakukan bila hasil tes positif.

Walaupun HIV merupakan infeksi yang sangat berbahaya, banyak

orang yang sudah terinfeksi HIV tengah menjalani kehidupan yang lebih

panjang dan lebih sehat dengan adanya perawatan efektif yang baru.

Yang terpenting adalah pastikan bahwa seseorang yang terinfeksi HIV

berada dalam penanganan seorang dokter yang mengetahui bagaimana

cara menangani HIV. Konseling setelah tes dilakukan sangat berguna

untuk menangani masalah berkaitan dengan kekebalan, higenitas,

kesehatan fisik, kebutuhan psikologis serta masalah keuangan.

Ada berbagai hal yang dapat dilakukan seseorang untuk menjaga

kesehatannya (Buku SRHR GWL Muda). Di bawah ini adalah sejumlah

hal yang dapat dilakukan:

a. Meningkatkan nutrisi dan hidup secara positif: Semua orang yang

terinfeksi HIV/AIDS harus didorong untuk berjuang melawan penyakit

tersebut dengan memelihara kesehatan diri, berlatih secara teratur,

mengurangi ketegangan mental dengan latihan relaksasi, meditasi


atau yoga, dan mengikuti petunjuk yang berkenaan dengan gizi

berimbang/diet. Apabila seseorang masih merokok atau

menggunakan obat yang tidak di rekomendasikan dari dan harus

segera di hentikan.

b. Terapi Anti-retroviral: Indikasi yang menunjukan seseorang dengan

HIV pada umumnya adalah berkurangnya berat badan secara drastis,

diare kronis, wasting, dll. dan jumlah sel darah putih (CD 4) orang

tersebut menurun hingga di bawah 200 sel/mm3. Anti-retroviral

adalah suatu kombinasi sedikitnya 3 macam obat yang diberikan

untuk menghentikan perkembang biakan virus di dalam tubuh dan

mencegah serangan infeksi oportunis. Sebelum memulai terapi

pasien harus diberikan konseling tentang beberapa hal: HIV/AIDS

tidak dapat disembuhkan; pandangan hidup yang sehat dan positif

adalah penting; pengobatan untuk seumur hidup; efek samping, biaya

pengobatan, tes monitoring dll.

c. Terapi Pencegahan: Obat diberikan kepada orang yang terinfeksi

HIV/AIDS dengan jumlah sel darah putih di bawah 200 – sel/mm3

(normal adalah 500-1200 sel/mm3). Obat harus diminum sesuai

petunjuk guna mencegah infeksi oportunistik.

d. Obati infeksi oportunis seperti TB, radang paru paru, infeksi karena

jamur, dll.

G. Pengobatan Penyakit HIV/AIDS

Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan

HIV, namun ada jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan

virus. Jenis obat ini disebut antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan
menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan

diri, dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Beberapa jenis

obat ARV, antara lain (Alo Dokter) :

 Efavirenz

 Etravirine

 Nevirapine

 Lamivudin

 Zidovudin

Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor

jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pasien terhadap

pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3-6 bulan. Sedangkan

pemeriksaan HIV RNA dilakukan sejak awal pengobatan, dilanjutkan tiap 3-4

bulan selama masa pengobatan.

Pasien harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis

menderita HIV, agar perkembangan virus HIV dapat dikendalikan. Menunda

pengobatan hanya akan membuat virus terus merusak sistem kekebalan

tubuh dan meningkatkan risiko penderita HIV terserang AIDS. Selain itu,

penting bagi pasien untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter.

Melewatkan konsumsi obat akan membuat virus HIV berkembang lebih

cepat dan memperburuk kondisi pasien.

Bila pasien melewatkan jadwal konsumsi obat, segera minum begitu

ingat, dan tetap ikuti jadwal berikutnya. Namun bila dosis yang terlewat
cukup banyak, segera bicarakan dengan dokter. Dokter dapat mengganti

resep atau dosis obat sesuai kondisi pasien saat itu.

Pasien HIV juga dapat mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam

sehari. Karena itu, pasien perlu mengetahui efek samping yang timbul akibat

konsumsi obat ini, di antaranya:

 Diare.

 Mual dan muntah.

 Mulut kering.

 Kerapuhan tulang.

 Kadar gula darah tinggi.

 Kadar kolesterol abnormal.

 Kerusakan jaringan otot (rhabdomyolysis).

 Penyakit jantung.

 Pusing.

 Sakit kepala.

 Sulit tidur.

 Tubuh terasa lelah.

ARV dijamin ketersediaannya oleh pemerintah dan gratis

pemanfaatannya. Pelayanan ARV sudah dapat diakses di RS dan

Puskesmas di 34 provinsi, 227kab/kota. Total saat ini terdapat 896 layanan

ARV, terdiri dari layanan yang dapat menginisiasi terapi ARV dan layanan

satelit. Dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan terdekat sangat

dibutuhkan agar ODHA tetap semangat dan jangan sampai putus obat.

H. Situasi Penyakit HIV/AIDS di Indonesia


Jumlah kasus HIV & AIDS di Indonesia yang dilaporkan dalam

triwulan 1 Juli sampai dengan 30 September 2014 adalah 7.335 kasus

HIV dan 176 kasus AIDS. Secara kumulatif infeksi HIV dan AIDS yang

dilaporkan dari 1 Januari sampai dengan 30 September 2014 sebanyak

22.869 orang kasus HIV dan 1.876 kasus AIDS dan Jumlah kumulatif dari

1 April tahun 1987 sampai dengan 30 September 2014 sebanyak 150.296

orang kasus HIV, 55.799 orang kasus AIDS, dan 9.796 orang mengalami

kematian (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan laporan Ditjen PP dan PL Kemenkes RI tahun 2014,

persentase kumulatif kasus AIDS tertinggi pada kelompok umur 20-29

tahun (32,9%), kemudian diikuti kelompok umur 30-39 tahun (28,5%), 40-

49 tahun (10,7%), 50-59 tahun (3,4%), dan 15-19 (3,1%). Persentase

AIDS pada laki-laki sebanyak 54% dan perempuan 29%. Sementara itu

17% tidak melaporkan jenis kelamin. Jumlah AIDS tertinggi adalah pada

Ibu Rumah Tangga (6.539), diikuti wiraswasta (6.203), tenaga

nonprofesional/karyawan (5.638), petani/peternak/nelayan (2.324), buruh

kasar (2.169), penjaja seks (2.052), Pegawai Negeri Sipil (1.658), dan

anak sekolah/mahasiswa (1.295). Faktor risiko penularan terbanyak

melalui heteroseksual (61,5%), penasun (15,2%), diikuti penularan

melalui perinatal (2,7%), dan homoseksual (2,4%) (Husnul Umam dkk,

2015).

I. Peran Epidimologi dalam HIV/AIDS

Peran epidimologi dalam HIV/AIDS dapat memperoleh data frekuensi,

distribusi dan determinan penyakit atau fenomena lain yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat,apabila epidemiologi dapat dipahami dan diterapkan

dengan baik, akan diperoleh berbagai manfaat yang jika disederhanakan

adalah sebagai berikut :

1. Membantu pekerjaan administrasi kesehatan. yaitu membantu pekerjaan

dalam perencanaan (Planning) dari pelayanan kesehatan, pemantauan

(Monitoring) dan penilaian (Evaluation) suatu upaya kesehatan. Data

yang diperoleh dari pekerjaan epidemiologi akan dapat dimanfaatkan

untuk melihat apakah upaya yang dilakukan telah sesuai dengan rencana

atau tidak (Pemantauan) dan ataukah tujuan yang ditetapkan telah

tercapai atau tidak (Penilaian).

2. Dapat menerangkan penyebab suatu masalah kesehatan.

dengan diketahuinya penyebab suatu masalah kesehatan, maka dapat

disusun langkah – langkah penaggulangan selanjutnya, baik yang bersifat

pencegahan ataupun yang bersifat pengobatan.

3. Dapat Menerangkan Perkembangan Alamiah Suatu Penyakit.

Salah satu masalah kesehatan yang sangat penting adalah tentang

penyakit. Dengan menggunakan metode Epidemiologi dapatlah

diterangkan Riwayat Alamiah Perkembangan Suatu Penyakit ( Natural

History of Disease ). Pengetahuan tentang perkembangan alamiah ini

amat penting dalam menggambarkan perjalanan suatu penyakit. Dengan

pengetahuan tersebut dapat dilakukan berbagai upaya untuk

menghentikan perjalanan penyakit sedemikian rupa sehingga penyakit

tidak sampai berkelanjutan. Manfaat / peranan Epidemiologi dalam

menerangkan perkembangan alamiah suatu penyakit adalah melalui

pemanfaatan keterangan tentang frekwensi dan penyebaran penyakit


terutama penyebaran penyakit menurut waktu. Dengan diketahuinya

waktu muncul dan berakhirnya suatu penyakit, maka dapatlah

diperkirakan perkembangan penyakit tersebut.

4. Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan.

karena epidemiologi mempelajari tentang frekwensi dan penyebaran

masalah kesehatan, maka akan diperoleh keterangan tentang keadaan

masalah kesehatan tersebut. Keadaan yang dimaksud di sini merupakan

perpaduan dari keterangan menurut ciri – ciri manusia, tempat dan waktu.
DAFTAR PUSTAKA

http://husnhy.blogspot.com/2014/01/makalah-tentang-hivaids.html

https://www.alodokter.com/hiv-aids/pengobatan

Umam, Husnul dkk, 2015. Identifikasi Karakteristik


Orang Risiko Tinggi Hiv Dan Aids Tentangprogram
Pelayananvoluntary Counseling And Testing(Vct.
Universitas Riau)

Anda mungkin juga menyukai