Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

HIV
A. Pengertian
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit kekurangan sistem imun
yang disebabkan oleh retrovirus HIV tipe 1 atau HIV tipe 2 (Copstead dan Banasik, 2012). Infeksi HIV
adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih infeksi oleh HIV biasanya
berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progresif, menyebabkan terjadinya infeksi
oportunistik dan kanker tertentu (terutama pada orang dewasa) (Bararah dan Jauhar. 2013). Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan
hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Sylvia & Lorraine, 2012 dalam Fauziah, 2017).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yaitu sekumpulan gejala penyakit yang timbul
karena kekebalan tubuh yang menurun disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang maka orang tersebut sangat mudah terkena
penyakit seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, saluran pencernaan, otak, dan kanker.
Kondisi ini juga disebut ketika sel CD4+ sudah benar-benar rusak sehingga kekebalan tubuh seseorang
sangat rentan sekali terjadi infeksi penyakit menular lainnya (Keller Dwiyanti, 2019 dalam Estania,
2022).
B. Penyebab
Penyebab dari HIV/AIDS adalah golongan virus retro yang disebut Human Immunodeficiency
Virus (HIV). Transmisi infeksi HIV/AIDS terdiri dari 5 fase yaitu (Wahyuny & Susanti, 2019) :
1. Periode Jendela
Periode jendela terjadi selama 4 minggu sampai 6 bulan pasca pajanan tanpa gejala khas yang
muncul.
2. Fase infeksi HIV primer akut
Fase ini terjadi selama 1-2 minggu dengan gejala flu
3. Fase asimptomatik
Fase ini terjadi selama 1-15 minggu atau lebih dari setahun dengan tidak ada gejala.
4. Supresi imun simptomatik
Fase ini terjadi diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat pada malam hari, berat badan
menurun, diare, neuropati, lemah limfadenopati dan sariawan/Candidiasis.
5. AIDS
AIDS terjadi bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi diagnosa ditegakkan. Didapatkan gejala infeksi
oportunistik berat dan tumor pada berbagai sistem tubuh dan manifestasi neurologis.
C. Patofisiologi
Perjalanan klinis dari tahap terinfeksi HIV sampai tahap AIDS, sejalan dengan penurunan
derajat imunitas pasien, terutama imunitas seluler dan menunjukkan gambaran penyakit yang kronis.
Penurunan imunitas sering diikuti dengan peningkatan risiko dan derajat keparahan infeksi oportunistik
serta penyakit keganasan. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang menjadi AIDS
pada tiga tahun pertama, 50 % menjadi AIDS sesudah 10 tahun, dan hampir 100% pasien HIV
menunjukkan gejala AIDS setelah 13 tahun. Dalam tubuh Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), partikel
virus akan bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga orang terinfeksi HIV seumur hidup akan tetap
terinfeksi (Desmawati, 2013 dalam Estania, 2022).
Gejala tidak khas seperti demam, diare, nyeri telan, pembengkakan kelenjar getah bening,
ruam, atau batuk muncul pada 3 samapi 6 minggu setelah infeksi. Kondisi ini dikenal dengan infeksi
primer. Virulensi terjadi karena induksi sel T-helper tidak berjalan atau tidak berfungsi normal,
sehingga infeksi oportunistik berkembang, seperti TBC, Sel NK, akibatnya daya tubuh menurun drastis
dan pasien akan jatuh kekondisi stadium lanjut.
D. Manifestasi Klinis HIV/AIDS
Menurut (Nasronudin, 2020) manifestasi merupakan gejala dan tanda infeksi virus akut,
keadaan asimtomatis berkepanjangan hingga manifestasi AIDS berat. Manifestasi gejala dan tanda dari
HIV dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
1. Tahap infeksi akut
Muncul gejala tetapi tidak spesifik. Tahap ini muncul 6 minggu pertama setelah paparan HIV dapat
berupa demam, rasa letih, nyeri otot dan sendi, nyeri telan, pembesaran kelenjar getah bening, dan
dapat juga disertai meningitis aseptik yang ditandai demam, nyeri kepala hebat, kejang-kejang, dan
kelumpuhan saraf otak.
2. Tahap asimtomatis
Pada tahap ini gejala dan keluhan hilang. Tahap ini berlangsung 6 minggu hingga beberapa bulan
bahkan tahun setelah infeksi. Pada saat ini sedang terjadi internalisasi HIV ke intraseluler. Pada
tahap ini aktivitas penderita masih normal.
3. Tahap simptomatis
Pada tahap ini gejala keluhan lebih spesifik dengan gradasi sedang sampai berat. Berat badan
menurun tetapi, tidak sampai 10%, pada selaput mulut terjadi sariawan berulang, terjadi peradangan
pada sudut mulut, ditemukan infeksi bakteri pada saluran napas bagian atas namun, penderita dapat
melakukan aktivitas meskipun terganggu
4. Tahap lanjut/AIDS
Pada tahap ini terjadi penurunan berat badan lebih dari 10 %, diare yang lebih dari 1 bulan, panas
yang tidak diketahui sebabnya lebih dari 1 bulan, kandidiasis oral, oral hairy leukopenia,
tuberkulosis paru, dan pneumonia bakteri. Penderita diserbu berbagai macam infeksi sekunder
misalnya, pneumonia pneumokistik karinii, tokoplasmosis otak, diare akibat kriptosporidiosis,
penyakit virus sitomegalo, infeksi virus herpes kandidiasis pada esofagus, trakea, bronkus atau paru
serta infeksi jamur yang lain misalnya, histoplasmosis, koksidiomikosis. Dapat juga ditemukan
beberapa jenis malignansi, termasuk keganasan kelenjar getah bening dan sarkoma kaposi.
Hiperaktivitas komplemen menginduksi sekresi histamin. Histamin menimbulkan keluhan gatal-
gatal pada kulit dengan diiringi mikroorganisme di kulit memicu terjadinya dermatitis.
E. Pemeriksaan Penunjang HIV/AIDS
Diagnosa HIV dan AIDS (Kementrian kesehatan RI, 2019) bisa diupayakan melalui
pemeriksaan antibody HIV, antara lain:
1) Enzim Immunasorbent Assay (EIA) yang berguna dalam mendeteksi antibody IgM dan IgG HIV-1
dan HIV-2
2) Rapid test/ simple assay. Bergantung pada jenis alatnya, tes dapat dilakukan dalam waktu 20 menit
hingga 2 jam dan merupakan tes yang paling sering dipakai dengan fasilitas yang terbatas.
3) Wesbern Bloting (WB), pemeriksaan ini memerlukan waktu yang lama dan mahal, perlu keahlian
khusus karena akan digunakan sebagai konfirmasi diagnostic.
4) Enzyme linked immunoassay (ELIZA) merupakan pemeriksaan mahal dan membutuhkan waktu
lama (Nurul Hidayat & Barakbah, 2018).
F. Tatalaksana HIV/AIDS
1. Perawatan pasien
a. Dukungan dengan membrikan gizi yang cukup, pola hidup bersiah dan sehat dan mencegah
terjadinya infeksi
b. Menyelesaikan infeksi oportunistik atau infeksi lain serta keganasan yang muncul
c. Menghambat pembelahan HIV melalui obat antivirus, contoh dideosinukleotid, merupakan
azidomitidin (AZT) yang bisa mengahambat enzim RT beritengrasi ke. DNA virus, sehingga
trnaskripsi DNA HIV tidak dapat terjadi
d. Menanggulangi dampak sosial
e. Bimbingan konseling pada keluarga terkait HIV/AIDS
f. Tenaga kesehatan harus selalu memperhatikan perlindungan universal dalam menangani kasus
HIV/ AIDS.
2. Pengobatan HIV/AIDS
Penatalaksanaan terapi HIV/AIDS menggunakan Antiretroviral Theraphy (ART). ART ini berfungsi
menghambat atau memperlambat pertumbuhan virus, bukan membunuh virus HIV
G. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi : nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR.
2. Keluhan utama.
Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori ditemui keluahn utama
sesak nafas. Keluahn utama lainnya dirtemui pada pasien penyakit HIV AIDS, yaitu demam
yang berkepanjangan (lebih dari 3 bulan), diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus
menerus, penurunan berat badan lebih dari 10%, batuk kronis lebih dari 1 bulan, infeksi mulut
dan tenggorokan disebabkan oleh jamur candida albikans,pembekakan kelenjar getah bening
diseluruh tubuh, munculnya herpes zooster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh tubuh.
3. Riwayat kesehatan sekarang.
Keluhan yang biasanya disampaikan oleh pasien HIV/AIDS adalah: pasien mengeluhkan napas
sesak (dispnea) bagi pasien yang memiliki manifestasi respiratori, batuk-batuk, nyeri dada, dan
demam, pasien akan mengeluhkan mual, dan diare serta penurunan berat badan drastis.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama. Adanya riwayat penggunaan
narkoba suntik, hubungan seks bebas atau berhubungan seks dengan penderita HIV/AIDS
terkena cairan tubuh penderita HIV/AIDS.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga yang menderita penyakit HIV/
AIDS. Kemungkinan dengan adanya orang tua yang terinfeksi HIV. Pengakajian lebih lanjut
juga dilakukan pada riwayat pekerjaan keluarga, adanya keluarga bekerja ditempat hiburan
malam, bekerja sebagai PSK (pekerja seks komersial).
6. Pola aktifitas sehari-hari (ADL) meliputi :
a. Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat.
Pasien HIV/ AIDS akan mengalami perubahan atau gangguan pada personal hygiene,
misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK dikarenakan kondisi tubuh yang
lemah, pasien kesulitan melakukan kegiatan tersebut dan pasien biasanya cenderung
dibantu oleh keluarga atau perawat.
b. Pola nutrisi
Biasanya pasien dengan HIV / AIDS mengalami penurunan nafsu makan, mual, muntah,
nyeri menelan, dan juga pasien akan mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis
dalam jangka waktu singkat (terkadang lebih dari 10% BB).
c. Pola eliminasi
Biasanya pasien mengalami diare, feses encer, disertai mucus berdarah
d. Pola istrihat dan tidur
Biasanya pasien dengan HIV/ AIDS pola istrirahat dan tidur mengalami gangguan karena
adanya gejala seperti demam dan keringat pada malam hari yang berulang. Selain itu juga
didukung oleh perasaan cemas dan depresi terhadap penyakit.
e. Pola aktifitas dan latihan
Biasanya pada pasien HIV/ AIDS aktifitas dan latihan mengalami perubahan. Ada
beberapa orang tidak dapat melakukan aktifitasnya seperti bekerja. Hal ini disebabkan
mereka menarik diri dari lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja, karena depresi
terkait penyakitnya ataupun karena kondisi tubuh yang lemah.
f. Pola prespsi dan kosep diri
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan mara, cemas, depresi dan stres.
g. Pola sensori kognitif
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan pengecapan dan gangguan
penglihatan. Pasien juga biasanya mengalami penurunan daya ingat, kesulitan
berkonsentrasi, kesulitan dalam respon verbal. Gangguan kognitif lain yang terganggu
yaitu bisa mengalami halusinasi.
h. Pola hubungan peran
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan peran yang dapat mengganggu
hubungan interpesonal yaitu pasien merasa malu atau harga diri rendah.
i. Pola penanggulangan stres
Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan mengalami cemas, gelisa dan depresi karena
penyakit yang dideritanya. Lamanya waktu perawtan, perjalanan penyakit yang kronik,
perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa marah, marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat menyebabkan
penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif dan adaptif.
j. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien awalnya akan berubah, karena mereka
menganggap hal yang menimpa mereka sebagai balasan perbuatan mereka. Adanya status
perubahan kesehatan dan penurunan fungsi tubuh mempengaruhi nilai
kepercayaan pasien dalam kehidupan mereka dan agama merupakan hal penting dalam
hidup pasien.
7. Pemeriksaan fisik
a. Gambaran umum : ditemukan pasien tampak lemah
b. Kesdaran : composmentis kooperatif, sampai terjadi penurunan tingkat kesadaran, apatis,
somnolen, stupor bahkan koma.
c. Vital sign : TD; biasanya ditemukan dalam batas normal, nadi; terkadang ditemukan
frekuensi nadi meningkat, pernapasan : biasanya ditemukn frekuensi pernapasan
meningkat, suhu; suhu biasanya ditemukan meningkat krena demam, BB ; biasanya
mengalami
penrunan(bahkan hingga 10% BB), TB; Biasanya tidak mengalami peningkatan (tinggi
badan tetap).
d. Kepala : biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis seboreika
e. Mata : biasanya konjungtifa anemis , sclera tidak ikterik, pupil isokor, refleks pupil
terganggu
f. Hidung : biasanya ditemukan adanya pernapasan cuping hidung
g. Leher: kaku kuduk (penyebab kelainan neurologic karena infeksi jamur criptococus
neofarmns)
h. Gigi dan mulutr : biasany ditemukan ulserasi dan adanya bercak-bercak putih seperti krim
yang menunjukan kandidiasis
i. Jantung: Biasanya tidak ditemukan kelainan
j. Paru-paru : Biasanya terdapat nyeri dada pada pasien AIDS yang disertai dengan TB napas
pendek (cusmaul)
k. Abdomen : Biasanya bising usus yang hiperaktif
l. Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda-tanda lesi (lesi sarkoma
kaposi)
m. Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus oto menurun,
akral dingin
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul diantaranya :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan.
c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi oportunistik)
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
.
1. Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan Observasi :
efektif berhubungan dengan intervensi keperawatan 1) Identifikasi kemampuan
hipersekresi jalan napas bersihan jalan napas batuk
dibuktikan dengan batuk tidak meningkat dengan kriteria 2) Monitor adanya retensi
efektif atau tidak mampu batuk, hasil : sputum
sputum berlebih/obstruksi di 1) Batuk efektif 3) Monitor tanda dan gejala
jalan napas, terdapat suara napas meningkat infeksi saluran napas 28
tambahan seperti mengi, 2) Produksi sputum 4) Monitor pola napas
wheezing, ronkhi, gelisah, menurun 5) Monitor bunyi napas
sianosis, frekuensi napas 3) Dispnea menurun tambahan (mis. ronchi,
menururn, bunyi napas 4) Frekuensi napas mengi, wheezing,
menurun, pola napas berubah. membaik gurgling)
5) Pola napas 6) Monitor sputum (jumlah,
membaik warna, aroma)
Terapeutik :
1) Terapeutik Atur posisi
semi fowler atau fowler
2) Berikan minum hangat
3) Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
4) Berikan oksigen, jika
perlu
5) Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
6) Anjurkan tarik napas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik
kemudian, keluarkan dari
mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik

7) Anjurkan mengulangi
tarik napas dalam hingga
3 kali
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian
Mukolitik atau
Ekspektoran.
2. Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan Observasi :
dengan kurangnya asupan intervensi keperawatan 1) Identifikasi alergi dan
makanan dibuktikan dengan status nutrisi membaik intoleransi makanan
berat badan menurun 10% meningkat dengan 2) Identifikasi faktor yang
dibawah rentang ideal, nafsu kriteria hasil : mempengaruhi asupan
makan menurun, bising usus 1) Porsi makanan yang gizi
hiperaktif, otot pengunyah 3) Identifikasi makanan
lemah, otot menelan lemah, dihabiskan meningkat yang disukai
membran mukosa pucat, 2) Kekuatan otot 4) Monitor asupan makanan
sariawan, diare. penguyah meningkat 5) Monitor hasil
3) Kekuatan otot laboratorium
menelan meningkat 6) Monitor mual dan
4) Sariawan menurun muntah
5) Diare menurun 7) Monitor warna
6) Berat badan membaik konjungtiva
7) Indeks Massa Tubuh Terapeutik :
membaik 1) Lakukan oral hygiene
8) Frekuensi makan sebelum makan, jika perlu
membaik 2) Ukur antropometri
9) Nafsu makan komposisi tubuh (mis.
membaik menghitung IMT)
10) Bising usus membaik 3) Hitung perubahan berat
badan
4) Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian
medikasi/obat-obatan

3. Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan Observasi :


proses penyakit (infeksi intervensi keperawatan 1) Identifikasi penyebab
oportunistik) dibuktikan dengan termoregulasi membaik hipertemia (mis.
suhu tubuh diatas nilai normal, dengan kriteria hasil : dehidrasi, terpapar
kulit merah, kejang, takikardi, 11) Menggigil menurun lingkungan panas,
takipnea, kulit terasa hangat. 12) Pucat menurun penggunaan inkubator)
13) Suhu tubuh membaik 2) Monitor suhu tubuh
14) Suhu kulit membaik 3) Monitror kadar elektrolit
15) Tekanan darah 4) Monitor komplikasi
membaik akibat hipertermia
Terapeutik :
1) Sediakan lingkungan yang
dingin
2) Longgarkan atau lepaskan
pakaian
3) Berikan cairan oral
4) Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis
5) Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
6) Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
7) Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi :
1) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena

Pathway HIV/AIDS

Infeksi HIV

Pelemahan sistem imun :CD4 dan


CD 8 menurun

Infeksi Oportunistik AIDS Infeksi Oportunistik

Adanya bakteri di jalan Infeksi saluran cerna Reaksi inflamasi :


napas pelepasan mediator
sitokinin

Reaksi inflamasi dan infeksi : Nafsu makan menurun


hipersekresi eksudat Peningkatan respon suhu
tubuh di hipotalamus
anterior
Penumpukan eksudat di Penurunan intake
jalan napas
Peningkatan suhu tubuh
Penurunan BB
Bersihan jalan napas tidak
efektif
hipertermi
Defisit Nutrisi, kurang dari
kebutuhan tubuh

Anda mungkin juga menyukai