Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN TUTORIAL

DENGAN KASUS HIV


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pembimbing : Mustiah Yulistiani, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Niken Maftukha (2211040022)
Berliana Pangestu (2211040049)
Ni’matul Khoeriyah (2211040070)
Ghandis Wulandari S (2211040007)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
TUTORIAL KASUS HIV
SEVEN JUMP TUTORIAL
Satu bulan SMRS seorang mahasiswi, Nn.M 27 tahun datang ke poli mata
RSBM dengan keluhan pandangan mata kabur dan nyeri pada kedua mata. Di
samping itu dia merasakan sering batuk, dahak (+), BB Turun (+), keringat
malam (+), sariawan mulut (+), dan nafsu makan menirin (+). Pasien disarankan
periksa ke Poli CVT. Pasien di diagnosis HIV / B20.
Tegak dengan gejala klinis dan Elisa Reaktif serta PCR (+) dan TB Paru. Pasien
menjalani pengobatanTB mulai 5 September 2014, pasien berada pada stadium
I : HIV dan stadium II : Asimtomatis.
HMRS pasien ke poli VCT untuk kontrol, mengambil OAT dan memulai terapi
ARV. Karena HB rendah, pasien disarankan mondok untuk transfusi darah,
pasien ditempatkan di ruang Cempaka satu ruangan dengan kasus penyakit yang
lain.
Dari wawancara diketahui pasien mempunyai faktor resiko unsafe sex (+) dan
tatto (+). Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil : HB 6,7 g/dL, Asam
urat 10,6 mg/dl, Fe 26, Na 133, Kalium 2,8, Ig G CMV (+) dan CD4 = 43.
Data antropometri pasien TB + 165 cm, BB = 60,2 Kg
Terapi medis yang diberikan : Infus NaCl 20tpm, Contrimuxazole 1 x 90 mg,
OAT Crifampisin, INH, Pirazinamid & etambutol 1 x 4 tab, Kcl 3 x1 , acyclovir
5 x 800 mg, sistenol 3 x 1 tab dan transfusi PRC sampai Hbb mencapai > 10 g/dl
(3kolf).
A. Step 1 : Klasifikasi Istilah (Identifikasi presipitasi, prediposisi,
komplikasi, terapi)
1. Kandidiasis oral
2. Sarcoma Kaposi
3. Ensefalopati
4. Neuropati
5. Diare
6. Hepatitis
7. Terapi AZT
8. Ribavirin

B. Step II : Definisi Istilah

1. Kandidiasis oral

Kandidiasis oral adalah suatu infeksi jamur, hampir terdapat secara


universal pada semua penderita AIDS ditandai oleh bercak-bercak putih
seperti krim dalam rongga mulut

2. Sarcoma Kaposi

Sarcoma Kaposi yaitu kelainaan malignitas yang berkaitan dengan HIV yang
sering ditemukan , merupakan penyakit yang melibatkan lapisan endotil pembuluh
darah dan limfe.
3. Ensefalopati
Ensefalopati adalah istilah umum untuk penyakit yang memengaruhi fungsi atau
struktur dari otak.
4. Neuropati
Neuropati adalah istilah yang digunakan untuk gejala gangguan atau penyakit
pada saraf di tubuh.
5. Diare
Diare merupakan penyakit yang membuat penderitanya sering buang air besar
dengan kondisi tinja encer atau cair

6. Hepatitis

Hepatitis adalah penyakit yang ditandai dengan peradangan pada organ hati.
Kondisi ini bisa terjadi karena infeksi virus, kebiasaan minum alkohol,
7. Terapi AZT
Obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat
replikasi HIV dengan menghambat enzim pembalik traskriptase
8. Ribavirin
Ribavirin merupakan agen antiviral yang diindikasikan pada pengobatan infeksi
Hepatitis C
C. Step III
1. Apakah yang dimaksud dengan HIV ?
2. Apa saja tanda gejala seseorang terkena HIV ?
3. Apakah riwayat TB Paru memiliki peran pendukung seseorang terserang
HIV?
4. Bagaimana cara penularan HIV ?
5. Bagaimana cara menetukan seseorang terkena HIV ? (Elisa Test)
6. Bagaimana cara mengurangi kemungkinan penyebaran HIV antar
manusia ?
7. Apakah riwayat TB paru mempengaruhi proses penanganan seseorang
dengan HIV ?
8. Bagaimana cara mengatasi masalah pandangan mata kabur dan nyeri pada
kedua mata, batuk berdahak, keringat malam, sariawan dan nafsu makan
menurun ?
9. Bagaimana komplikasi yang dapat terjadi dari HIV ?
D. Step IV : Pemecahan dan Analisis Masalah
1. Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus pada manusia yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang
relatif lama dapat menyebabkan AIDS. Human Immunodeficiency Virus
(HIV) adalah jenis virus yang tergolong familia retrovirus, sel sel darah
putih yang diserang oleh HIV pada penderita yang terinfeksi adalah sel-sel
limfosit T (CD4) yang berfungsi dalam sistem imun (kekebalan) tubuh.
HIV memperbanyak diri dalam sel limfosit yang diinfeksinya dan merusak
sel-sel tersebut, sehingga mengakibatkan sistem imun terganggu dan daya
tahan tubuh berangsur-angsur menurun ( Daili, F.S. , 2009)
2. Etiolog
HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh yang mengandungvirus HIV
yaitu melalui hubungan seksual, baik hubungan homoseksual maupun
heteroseksual, jarum suntik pada pengguna narkotika, tranfusi komponen
darah, dan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dilahirkannya
(Putri, 2016).
Menurut Irwan (2017) penularan HIV dapat terjadi dengan cara
sebagai berikut :

a. Berhubungan Seksual

Hubungan seksual secara dengan seorang pengidap HIV tanpa


menggunakan kondom. Kasus penularan ini sering terjadi dari total
kasus sekitar 80-90% data yang di dapat.
b. Darah dan Jarum suntik

1) Donor darah, pada donor darah sendiri risikonya sangat tinggi lebih
dari 90% jika darah yang didapatkan dari pendonor dengan positif
HIV.
2) Pemakaian jarum suntuk secara bergantian yang tidak steril dengan
seseorang yang mengidap HIV.
c. Ibu hamil
Pengidap HIV saat melahirkan atau pun setelah melahirkan yaitu
saat menyusui. Sekitar 25-40% terdapat 0,1% dari total kasus sedunia.
BKKN (2007) menegaskan bahwa HIV/AIDS tidak dapat
menular melalui aktifitas seperti :
1) Berjabat tangan

2) Makan bersama

3) Menggunakan telepon bergantian

4) Bergantian pakaian

5) Tinggal serumah dengan ODHA

6) Mandi bersama di kolam renang

7) Gigitan nyamuk

8) Batuk/bersin

9) Duduk bersama
3. Manifestasi Klinis

Menurut KPA (2007), gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu


gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi).

a. Gejala mayor

1) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

2) Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

3) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

4) Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis

5) Demensia/ HIV ensefalopati


b. Gejala Minor

1) Batuk menetap lebih dari 1 bulan

2) Dermatitis generalisata

3) Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang

4) Kandidias orofaringeal

5) Herpes simpleks kronis progresif

6) Limfadenopati generalisata

7) Retinitis virus Sitomegalo

Menurut Mayo Foundation for Medical Education and


Research (MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas
beberapa fase :
a. Fase awal

Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala


dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala
mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam
dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak
mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat
menularkan virus kepada orang lain.
b. Fase lanjut

Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8


atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan
virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS
akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti
pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang
khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan
pendek.
c. Fase akhir

Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun


atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul
dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut
AIDS.

Menurut Sylvia& Wilson (2005) AIDS memiliki beragam


manifestasi klinis meliputi:
a. Keganasan

Sarkoma Kaposi (SK) adalah jenis keganasan yang


tersering di jumpai pada laki -laki homoseks atau biseks yang
terinfeksi oleh HIV(20%),tetapi jarang pada orang dewasa lain
(kurang dari 2%) dansangat jarang pada anak. Tanda lesi berupa
bercak-bercak merahkekuningandi kulit,tetapi warna juga
mungkin bervariasi dari ungutua, merah muda, sampai merah
coklat.Gejala demam, penurunan berat badan, dan keringat
malam.
b. Sistem Syaraf Pusat (SSP)

Gejala tanda awal limfoma sistem syaraf pusat (SSP)


primer mencakup nyeri kepala, berkurangnya ingatan jangka
pendek, kelumpuhan syaraf kranialis, hemiparesis, dan perubahan
kepribadian.
c. Respiratorius

Pneumonia pneumocystis carini gejala: demam, batuk


kering nonproduktif, rasa lemah, dan sesak nafas.Gastro
Intestinal Manifestasi gastrointestinal penyakit AIDS mencakup
hilangnya selera makan, mual, vomitus, kandidiasis oral serta
esophagus dan diare kronis.
d. Neurologik

Manifestasi dini nerologik penyakit AIDS ensefalopati


HIV mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan
berkonsentrasi, konfusi progresif, pelambatan psikomotorik,
apatis dan ataksia.
e. Integumen

Manifestasi kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi


oportunis serta malignasi. Infeksi oportunistik seperti herpes
zoster dan herpes simpleks akan di sertai dengan pembentukan
vesikel yang nyeri dan merusak integritas kulit. Dermatitis
seboreika akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan indurasi
yang mengenai kulit kepala serta wajah. Penderita AIDS juga
dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang disertai
dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitis
atopik seperti exzema atau psoriasis.

4. Patofisiologi (Cara Penularan)

Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans (sel imun) adalah
sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen
grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka
Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi
virus dan sel yang terinfeksi.

Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan


melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi
untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam
nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat
mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV
didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus
HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah
mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang
memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi
limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau
fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak
menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan
menyebabkan penyakit yang serius.

Menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah
secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4
dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi
mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.

Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes


zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun
akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi.
Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap
AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau
apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AID
5. Cara Menentukan Terkonfirmasi HIV
6. Pengaruh TB Paru pada proses penanganan HIV
7. Komplikasi
a. Oral lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan
dan cacat.
1) Kandidiasis oral
Kandidiasis oral adalah suatu infeksi jamur, hampir
terdapat secara universal pada semua penderita AIDS serta
keadaan yang berhubungan dengan AIDS. Infeksi ini umumnya
mendahului infeksi serius lainnya. Kandidiasi oral ditandai oleh
bercak-bercak putih seperti krim dalam rongga mulut. Tanda –
tanda dan gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan yang
sulit serta nyeri dan rasa sakit di balik sternum (nyeri retrosternal).
Sebagian pasien juga menderita lesi oral yang mengalami ulserasi
dan menjadi rentan terutama terhadap penyebaran kandidiasis ke
sistem tubuh yang lain.
2) Sarcoma Kaposi
Sarcoma Kaposi (dilafalkan KA- posheez), yaitu
kelainaan malignitas yang berkaitan dengan HIV yang sering
ditemukan, merupakan penyakit yang melibatkan lapisan endotil
pembuluh darah dan limfe.
b. Neurologik
1) Kompleks dimensi AIDS karena serangan langsung HIV pada sel
saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan, kemampuan
motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial. Sebagian basar
penderita mula-mula mengeluh lambat berpikir atau sulit
berkonsentrasi dan memusatkan perhatian. Penyakit ini dapat
menuju dimensia sepenuhnya dengan kelumpuhan pada stadium
akhir. Tidak semua penderita mencapai stadium akhir ini.
2) Enselophaty akut karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis/ensefalitis. Dengan efek
sakit kepala, malaise, demam, paralise total/ parsial.
Ensefalopati HIV. Disebut pula sebagai kompleks
demensia AIDS (ADC; AIDS dementia complex), ensefalopati
HIV terjadi sedikitnya pada dua pertiga pasien-pasien AIDS.
Keadaan ini berupa sindrom klinis yang ditandai oleh penurunan
progresif pada fungsi kognitif, perilaku dan motorik. Tanda –
tanda dan gejalanya dapat samar- samar serta sulit dibedakan
dengan kelelahan, depresi atau efek terapi yang merugikan
terhadap infeksi dan malignansi.
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik,
dan menarik endokarditis.
4) Neuropati karena inflamasi demielinasi oleh serangan HIV dengan
disertai rasa nyeri serta patirasa pada akstremitas, kelemahan,
penurunan refleks tendon yang dalam, hipotensi orthostatik dan
impotensi.
c. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma dan sarkoma Kaposi. Dengan efek penurunan berat
badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri
abdomen, ikterik, demam atritik.
3) Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.
d. Respirasi
Infeksi karena pneumocystic carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus, dan strongyloidiasis dengan efek nafas
pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan gagal nafas.
e. Dermatologi
Lesi kulit stafilokokus: virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis, reaksi otot, lesi scabies, dan dekopitus dengan efek nyeri,
gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis.
f. Sensorik
1) Pandangan: Sarkoma kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan.
2) Pendengaran: otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
8. Prognosis
Prognosis infeksi HIV ditentukan oleh diagnosis dini dan
pengobatan pemeliharaan dengan terapi antiretroviral (ARV). Pasien yang
didiagnosis lebih dini dapat segera memulai terapi ARV untuk
meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan, menurunkan risiko
komplikasi, dan memperpanjang kesintasan hidup pasien.
E. Step V : Penetapan Learning Issue
Peran perawat untuk mengatasi masalah fisiologi dan psikologis pasien HIV
berupa : (berdasarkan jurnal internasional)
1. Kuratif
- Penurunan HB : Diit Adekuat
- Pengobatan HIV : Terapi ARV
- Pengobatan TB paru
2. Preventif
- Edukasi mencegah transmisi HIV (edukasi penggunaan alat
kontrasepsi kondom, tidak menjadi pendonor darah, penggunaan alat
suntik steril sekali pakai)
- Edukasi etika batuk dan bersin mencegah droplet
3. Rehailitatif
4. Supportif
5. Promotif
6. Step VI : Askep
1) Biodata
Nama : Nn. M
Umur : 27 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Banyumas
2) Keluhan Utama
Pada hari masuk RS pasien ke poli VCT untuk kontrol, mengambil OAT
dan memulai terapi ARV tetapi HB pasien rendah yaitu 6.7 g/gL.
Pasien mengatakan pandangan mata kabur, dan nyeri pada kedua mata.
Pasien juga mengeluhkan sering batuk dahak, BB turun, keringat malam,
sariawan di mulut, nafsu makan menurun.
3) Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Satu bulan sebelum masuk Rumah Sakit, Nn. M datang ke poli mata
RSBM dengan keluhan pandangan mata kabur, dan nyeri pada kedua
mata. Di samping itu Pasien juga mengeluhkan sering batuk dahak, BB
turun, keringat malam, sariawan di mulut, nafsu makan menurun.
Pasien disarankan periksa ke poli CVT. Pasien didiagnosa HIV/B20.
Ruangan dengan kasus penyakit yang lain. Dari wawancara diketahui
pasien mempunyai faktor risiko unsafe sex (+) dan tatto (+).
Pada hari masuk rumah sakit pasien ke poli VCT untuk kontrol,
mengambil OAT dan memuali terapi ARV. Karena HB rendah. Pasien
disarankan mondok untuk transfusi darah, pasien di tempatkan di ruang
Cempaka satu ruangan dengan kasus penyakit yang lain. Hasil
pemeriksaan laboratorium HB 6.7 g/dL, Asam urat 0.6 mg/dL, Fe 26,
Na 133, Kalium 2.8, Ig G CMV (+), Ig M CMV (+), CD4 = 43. Data
antropometri pasien TB = 165 cm, BB = 60,2 Kg.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat TB paru dan mulai menjalani pengobatan pada
5 september 2014.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki penyakit yang sama dengan
pasien.
4) Aspek Pengkajian
a. Biofisik
1) Sistem pernafasan
DS :
a) Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada pernafasan
b) Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit TB paru, sudah mulai
berobat sejak tanggal 5 september 2014
DO :
a) Inspeksi : Tidak terdapat benjolan, dada pasien tampak simetris,
frekuensi pernafasan 20 x/menit.
b) Palpasi : Tidak ada massa atau benjolan pada dada
c) Perkusi : Terdengar sonor
d) Auskultasi : Tidak terdapat suara nafas tambahan
2) Sistem kardiovaskuler dan hematology
DS :
a) Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada daerah dada.
DO :
a) Hb : 6.7 g/dL
b) Inspeksi : CRT <2 detik
c) Palpasi : Ictus cordis teraba, akral dingin
d) Perkusi : Batas atas bawah, kanan dan kiri bunyi sonor
e) Auskultasi : Bunyi jantung lup dup
3) Sistem pencernaan
DS :
a) Pasien mengatakan BB turun
b) Pasien mengatakan nafsu makan menurun
c) Pasien mengatakan sariawan di mulut
DO :
a) Mulut pasien tampak terdapat sariawan
b) Mukosa tampak kering
c) IAPP
 Inspeksi : Simetris, kulit sawo matang
 Auskultasi : BU : 17 x/menit
 Perkusi : Tidak terdapat bunyi timpani
 Palpasi : Tidak terdapat benjolan ataupun massa pada perut kanan
dan ada nyeri tekan
4) Sistem penginderaan
Mata
DS :
a) Pasien mengatakan pandangan mata kabur
b) Pasien mengatakan nyeri pada kedua mata
DO :
a) Pasien tampak tidak cukup jelas melihat objek jauh
b) Mata pasien simetris
c) Didapatkan pupil pasien isokor (2/2mm)
d) Konjungtiva pasien tidak anemis
Telinga
DS :
a) Pasien mengatakan pendengaran masih jelas
DO :
a) Telinga kanan dan kiri simetris.
b) Tinitus : Tidak ada.
c) Penurunan pendengaran kanan / kiri : Pendengaran masih
normal.
d) Serumen : Sedikit dan berwarna kuning, tidak cair dan tidak
bau.
Hidung
DS :
a) Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada hidung.
DO :
a) Hidung pasien tampak bersih
b) Hidung pasien simetris
Lidah/Perasa
DS :
a) Pasien mengatakan bisa merasakan makanan manis, asin, pahit,
asam dengan baik
b) Pasien mengatakan sariawan di mulut
DO :
a) Lidah tampak bersih
b) Tidak ada bau mulut
c) Terdapat sariawan di mulut pasien
5) Sistem perkemihan
DS :
a) Pasien mengatakan tidak ada keluhan saat berkemih.
b) Pasien mengatakan tidak ada nyeri tekan pada area kandung
kemih.
DO :
a) Warna urine kuning cerah, bau khas, kandung kemih tidak
membesar dan tidak ada nyeri tekan.
b) Pasien tidak menggunakan kateter.
6) Sistem endokrin
DS :
a) Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit DM.
DO :
a) Pasien tak tampak ada pembesaran kelenjar tiroid
b) Pasien tak tampak ada pembesaran kelenjar getah bening
c) Pasien tak tampak ada luka
7) Sistem integument
DS :
a) Pasien mengatakan tidak ada gatal
b) Pasien mengatakan berkeringat saat malam
DO :
a) Kulit pasien berwarna sawo mateng
b) Terdapat tatto pada pasien
c) Kuku pasien tampak bersih dan pendek
d) Rambut pasien tampak bersih dan berwarna hitam
8) Sistem persyarafan
DS :
a) Pasien mengatakan tidak ada gangguan pendengaran
DO :
a) GCS : E4V5M6
b) Kesadaran pasien composmentis
c) Didapatkan pupil pasien isokor (2/2mm)
d) Konjungtiva pasien tidak anemis
9) Sistem musculoskeletal
DS :
a) Pasien mengatakan tidak memiliki kelainan pada ekstremitas atas dan
bawah
b) Pasien mengatakan tidak memiliki kelainan pada tulang belakang
c) Pasien mengatakan tidak pernah mengalami fraktur
DO :
a) Nilai asam urat 10.6 mg/dL
10) Sistem imunitas
DS :
a) Klien mengatakan tidak memiliki alergi obat atau makanan.
DO :
a) Hasil pemeriksaan pasien terdiagnosa stadium 1 : HIV
b) Hasil pemeriksaan Ig G CMV (+), Ig M CMV (+), CD4 : 43

b. Sosial Kuktural
DS :
a) Pasien mengatakan keluarganya selalu memperhatikan
kesehatannya
b) Keluarga pasien mengatakan pasien mempunyai hubungan baik
dengan keluarga dan teman-temannya.
DO :
a) Selama pasien sakit, keluarga membantu aktivitas pasien
c) Pada saat dilakukan pengkajian pasien kurang kooperatif
c. Psikologis
DS :
a) Pasien merasa cemas dengan penyakit yang diderita sekarang,
pasien merasa adanya perubahan gaya hidup dan peran baik dalam
keluarga
DO :
a) Pasien tampak kurang nyaman dengan keadaan yang diderita
sekarang
d. Spiritual (FICA)
1. F (falth/Belief/Keyakinan)
DS :
a) Pasien mengatakan yakin dengan Tuhan, karena Tuhan memberi
cobaan pada hamba-Nya yang kuat
DO :
a) Pasien tampak sedih
2. I (Impertanie and fluence)
DS :
a) Pasien mengatakan merasa sedih dan lelah tetapi keluarganya
selalu mensupport dan mengingatkan bahwa Tuhan memberi sakit
agar senantiasa pasien memperhatiakn kesehatannya
DO :
a) Pasien tampak sedih
3. C (Community)
DS :
a) Pasien mengatakan saat sebelum sakit menjalankan ibadah secara
maksimal, tetapi saat sakit pasien melakukan ibadahnya tidak
maksimal dan terkadang sambil duduk
DO :
a) Pasien berbaring dan terkadang duduk
4. A (Address)
DS :
Pasien percaya dengan pelayanan RS ini yang membantu merawat
pasien dengan baik
DO : -
Jadi kesimpulannya, pasien merasa percaya dengan Tuhan, karena
Tuhan memberikan pasien sakit.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Jenis
No Hasil Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan
1 Hemoglobin 6.7 g/dL 10.9-14.9 Tidak Normal
2 Asam Urat 10,6 mg/dL 5.7-6. Tidak Normal
3 Fe 26 mcg/L 18-160 Normal
4 Na 133 mmol/L 136-145 Tidak Normal
5 Kalium 2.8 mmol/L 3.5-5.1 Tidak Normal
6 Ig M CMV Positif Terinfeksi
7 Ig G CMV Positif Terinfeksi
8 CD4 43 30-60% Normal

Terapi Yang Diberikan


1) Infus NaCl 20 tpm
2) Cotrimuxazole 1x960 mg
3) OAT Crifampisin
4) INH
5) Pirazinamid & etambutol 1x4 tab
6) Kcl 3x1
7) Acylovir 5x800 mg
8) Sistenol 3x1 tab
9) Transfusi PCR sampai Hb mencapai 10 g/dL (3 Kolf)

5) Analisa Masalah
Tgl/Jam Data Fokus Problem Etiologi
23 Nov DS : Perfusi Perifer Penurunan
2022 - Klien mengatakan lemas Tidak Efektif HB
DO :
- Klien terlihat pucat
- Klien terlihat berbaring
ditempat tidur
- Akral teraba dingin
- Warna kulit terlihat pucat
HB : 6,7
CD4 : 43

6) Diagnosa Keperawatan
Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Penurunan Hb
7) NCP (Nursing Care Planing) / Intervensi
No Tanggal Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawata
n
1. 23 Perfusi Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi - Untuk mengetahui
November Perifer selama 2x24 jam O: perkembangan
2022 Tidak diharapkan perfusi perifer - Periksa sirkulasi perifer (warna kulit, perfusi perifer
Efektif b.d dapat teratasi dengan suhu) - Untuk memenuhi
Penurunan kriteri hasil : T: kebutuhan darah
HB - Berikan transfusi darah pasien
Perfusi Perifer - Agar klien dapat
Indikator A T E: diberi penangan
Warna Kulit 2 4 - Ajarkan Diit adekuat segera jika terjadi
Pucat - Informasikan tanda dan gejala darurat tanda dan gejala
yang harus dilaporkan (rasa sakit yang yang tidak
1. Meningkat tidak hilang saat istirahat, luka tidak diinginkan
2. Cukup meningkat sembuh, hilangnya rasa)
3. Sedang K:
4. Cukup menurun - Kolaborasi pemberian obat sesuai
5. Menurun dengan anjuran dokter

Indikator A T
Akral 2 4
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik

8) Implementasi & Evalusi


No Tggl/Jam No Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD
1. 23 Perfusi Perifer S:
November Tidak Efektif - Memeriksa sirkulasi perifer (warna kulit, - Klien mengatakan lemas
2022 b.d Penurunan suhu) - Klien mengatakan mau mencoba
HB - Memberikan transfusi PRC diit adekuat
- Mengajarkan diit adekuat O:
- Menginformasikan tanda dan gejala - Klien terlihat pucat
darurat yang harus dilaporkan (rasa sakit - Klien terlihat berbaring ditempat
yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak tidur
sembuh, hilangnya rasa) - Akral teraba dingin
- Mengkolaborasi pemberian obat sesuai - Warna kulit terlihat pucat
dengan anjuran dokter HB : 6,7
A : Masalah teratasi sebagian
Indikator A T H
Warna Kulit 2 4 3
Pucat
Indikator A T H
Akral 2 4 3
P : Lanjutkan intervensi
- Memeriksa sirkulasi perifer (warna
kulit, suhu)
- Memberikan transfusi darah

Anda mungkin juga menyukai