Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT

PADA NY.E DENGAN ANEMIA

DI RUANGAN DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Disusun oleh :

RISMAWATI

2111040016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021-2022
I. Konsep kebutuhan
1. Definisi
cairan sangat diperlukan dalam tubuh karena berguna untuk mengangkut
zat makanan ke dalam sel, sisa metabolisme, zat pelarut elektrolit dan
non elektrolit, memelihara suhu tubuh, mempermudah eliminasi, dan
membantu pencernaan. Disampingkebutuhan cairan, kebutuhan elektrolit
(natrium, kalium, kalsium, klorida dan fosfat) sangat penting untuk
menjaga keseimbangan asam-basa, kondisi saraf, kontraksi muskular dan
osmolaritas. Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan dan elektrolit
dapat mempengaruhi sistem organ tubuh terutama ginjal. Untuk
mempertahankan kondisi cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang,
maka pemasukan (intake) harus sesuai dengan kebutuhan dan pengeluaran
(output). Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan,minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi
yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler.(Fitriana&Sutanto, 2017)
2. Fisiologi sistem
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat
banyak (sangat vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah
“menyaring/membersihkan” darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2
liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan
filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtratini
diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal
menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari. Proses pembentukan urine yaitu:
a. Proses Filtrasi
Pembentukan urine diawali dengan proses filtrasi darah di
glomerulus. Filtrasi merupakan perpindahan cairan dari
glomerulus menuju ke ruang kapsula bowman dengan
menembus membran filtrasi. Di dalam glomerulus, sel-sel darah,
trombosit, dan sebagian besar protein plasma disaring dan diikat agar
tidak ikut dikeluarkan. Hasil penyaringan tersebutberupa urine
primer. Kapiler yang berpori-pori dan sel-sel kapsula yang
terspesialisasi bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat terlarut yang
kecil, namun tidak terhadap sel darah atau molekul besar seperti
protein plasma, dengan demikian filtrat dalam kapsula bowmen
mengandung garam, glukosa, asam amino, vitamin, zat buangan
bernitrogen, dan molekul-molekul kecil lainnya. (Campbell,
2008).
b. Proses reabsorpsi
Urine yang dihasilkan setelah proses reabsorpsi disebut urine
sekunder (filtrat tubulus). Reabsorpsi adalah proses penyerapan
kembali filtrat glomerulus yang masih bisa digunakan oleh
tubuh. Bagian yang berperan dalam proses ini meliputi sel-sel
epitalium pada tubulus kontrotus proksimal, lengkung henle dan
tubulus distal. Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal
dan tubulus kontortus distal, pada tubulus kontortus proksimal
lebih diutamakan reabsorpsi glukosa, asam amino dan air yang
dilakukan dengan proses osmosis. Sedangkan reabsorpsi yang
terjadi di tubulus kontortus distal yaitu reabsorpsi ion natrium dan
air, air yang di reabsorpsi tergantung dari kebutuhan.
Reabsorpsi zat-zat tertentu dapat terjadi secara transfor aktif dan difusi.
Zat-zat penting bagi tubuh yang secara aktif di reabsorpsi adalah
garam-garam tertentu, asam amino, glukosa, asam asetoasetat,
hormon dan vitamin. Zat-zat tersebut di reabsorpsi secara aktif di
tubulus proksimal sehingga tidak ada lagi di lengkung henle
(Campbell, 2008).
c. Proses augmentasi
Proses terakhir yaitu Augmentasi (penambahan), berlangsung di
tubulus distal. Pada proses ini terjadi penyerapan air dan
penambahan zat-zat seperti H+ , K+ , keratin dan urea dalam
urin sehingga urine hanya berisi zat-zat yang benar-benar sudah
tidak berguna lagi. Dari tubulus distal, urine dikumpulkan
melalui pembuluh pengumpul dan selanjutnya masuk ke pelvis
(rongga ginjal), kemudian dialirkan ke kandung kemih atau vesica
urinaria melalui saluran ureter. Kandung kemih memiliki fungsi
sebagai tempat penampungan urine sementra. Pada proses ini zat-zat
yang sudah tidak bergunabagi tubuh akan dibuang ke tubulus-tubulus
nefron ginjal. Zat-zat yang sudah tidak diperlukan tubuh
atau konsentrasinya terlalu banyak di dalam aliran darah, akan
dikeluarkan bersama urine tersier atau urine sesungguhnya. Urine
keluar dari tubuh melalui lubang urine yang sebelumnya
melewati uretra terlebih dahulu. Proses pembentukan urine
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal yang menyangkut
hormon antidiuretik dan insulin, serta faktor eksternal yaitu
menyangkut jumlah air yang diminum. Melalui proses
augmentasi inilah akan terbentuk urine sesungguhnya yang
mengandung urea, asam urat, sisa-sisa pembongkaran dan zat-zat
yang berlebihan dalam darah seperti : vitamin C, obat-obatan,
hormon, dan garamgaram lainnya (Campbell, 2008)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem
a. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal
ini, usia berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan
tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di
masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih
besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan
yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih
besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada
bayi dan anak-anakjuga dipengaruhi oleh laju metabolik yang
tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan
ginjal orangdewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat
pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan
pernapasan.Pada lansia, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan
ginjal.
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses
metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan
haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan
yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan
yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami
peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
c. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak
terlalu panastidakakan mengalami pengeluaran cairan yang
ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalamsituasi ini, cairan
yang keluar umumnya tidak disadari (insensible water loss/IWL).
Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh
suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang
tinggal di lingkungan yang bersuhu tinggi atau didaerah deangan
kelembaban yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan
cairandan elektrolit. Demikian pulapada orang yang bekerja
berat dilingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan
cairan sebanyak lima litersehari melalui keringat. Umumnya, orang
yang biasa berada di lingkungan panas akankehilangan cairan
sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempatyang panas,
sedangkan orang yang tidak biasaberada di lingkunganpanas
dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan
elektrolit. Jika asupanmaknan tidak seimbang, tubuh berusaha
memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah
simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan
kadar albumin.
e. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit
tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolisme
seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot.
Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium. Disamping
itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormon
antidiuritik yang dapat mengurangi produksi urin.
f. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan
elektrolit dasar selatau jaringan yang rusak (mis. luka robek, atau
luka bakar). Pasien yang menderita diare juga dapat mengalami
peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui
saluran gastrointestinal.Gangguan jantung dan ginjal jugadapat
menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran
darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompa jantung
menurun,tubuh akan melakukan penimbunan cairan dan natrium
sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan
(hipervelomia).Lebih lajut, kondisi ini dapat menyebabkan edema
paru. Normalnya, urin akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup
untuk menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa
dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak,ginjal akan memfiltrasi
cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi
urin akan meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan
cairan, ginjal akan menurunkan produksi urin dengan berbagi
cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensinatrium
dan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami kerusakan,
kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun.
Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis.gagal ginjal) individu
dapat mengalami oliguria (produksi urin kurang dari40ml/ 24 jam)
sehingga anuria (produksi urin kurang dari200 ml/ 24 jam).
g. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap
kebutuhan cairan danelektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan
lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti diuretik maupun laksatif secara
berlebihan dapatmenyebabkan peningkatan kehilangan cairan
dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defisitcairan tubuh. Selain itu,
penggunan diuretik menyebabkan kehilangan natrium sehinggakadar
kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula
menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
i. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresikotinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan
banyak darah selama periode operasi, sedangkanbeberapa klien
lainya justru mengalami kelebihan beban cairanakibat asupan
cairanberlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi
hormon ADH selama masa stress akibat obat-obat anastesi
4. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem
a. Hipovolemia (Dehidrasi)
Hipovolemia merupakan kehilangan air dari tubuh atau jaringan atau
keadaan yang merupakan akibat dari kehilangan air abnormal.
Hipovolemia dapat terjadi karena kekurangan pemasukan air
(anoreksia, mual, muntah, tidak mampu menelan, depresi) atau
pengeluaran yang berlebihan (kehilangan melalui kulit, GI, ginjal,
perdarahan). Kekurangan cairan dapat terjadi sendiri atau kombinasi
dengan ketidak seimbangan elektrolit. Mekanisme kompensasi
hipovolemia termasuk peningkatan rangsang sistem saraf simpatis
(peningkatan frekuensi jantung dan tahanan vaskuler), rasa haus,
pelepasan hormon antidiuretik (ADH), dan pelepasan
aldosteron.Ada 3 macam dehidrasi yaitu:
1) Dehidrasi isotonik: terjadi jika kehilangan sejumlah cairan dan
elektrolitnya yang seimbang
2) Dehidrasi hipertonik: terjadi jika kehilagan sejumlah airlebih
banyak dari elektrolitc
3) Dehidrasi hipotonik: terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan
elektrolit daripada air.
Gejala hipovolemia:
1) Pusing, lemah, letih, sinkope, anoreksia, mual, muntah haus,
kekacauan mental, konstipasi, oliguria.
2) Menurunnyaturgor kulit dan lidah
3) Menurunnyakelembaban di mulut/keringnya mukosa mulut
4) Menurunnya produksi urine (kurang dari 30 ml/jam untuk orang
dewasa)
5) Nadi cepatdan lemah
6) Menurunnyatemperatur tubuh
7) Ektremitasdingin
8) Hipotensi, frekuensi nafas cepat
9) Kehilanganberat badan yang cepat
b. Hipervolemia(Edema)Edema adalah penimbunan cairan berlebihan
di antara sel-sel tubuh atau didalam berbagai rongga tubuh.
Edema disebut juga dengan efusi, asites. Penamaan tergantung
pada lokasi terjadinya. Edema lokal disebut pitting, sedangkan
edema umum disebut edema anasarka.
Etiologi hipervolemia:
1) Penyakit karena gangguan pada mekanisme regulasi (gagal
jantung, cushing syndrome, gagal ginjal, serosis hati)
2) Intake natrium klorida yang berlebihan
3) Pemberian infus yang mengandung natrium dalam jumlah
berlebihan
4) Banyak makan makanan yang mengandung natrium
Gejala hipervolemia:
1) Sesak nafas, ortopnea
2) Edema perifer, kenaikan berat badan sementara (2%
hipervolemia ringan, 5% hipervolemia sedang dan 8%
hipervolemia berat)
3) Nadi kuat, takikardia
4) Asites, efusi pleura, bila sudah beratbisa menimbulkan edema
pulmo
5) Kulit lembab
6) Irama gallop
Kelebihan air dan natrium pada kompartemen ekstraseluler dapat
meningkatkan tekanan osmotik. Cairan akan ditarik keluar sel,
sehingga mengakibatkan edema (cairan yang berlebihan dalam
ruang interstisial). Edema terjadi sebagai akibat dari pertambahan
volume cairan interstisial dan diartikan sebagai bengkak yang dapat
teraba dari ruang interstisial. Edema bisa bersifat terlokalisasi
(contoh tromboflebitis pada obstruksi vena) dan umum (contoh gagal
jantung). Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler akibat
penambahan volume atau obstruksi vena, peningkatan
permeabilitas kapiler karena luka bakar, alergi, atau infeksi akan
menyebabkan peningkatan volume cairan interstisial. Penurunan
pembuangan cairan interstisial terjadi bila terdapat obstruksi pada
aliran keluar limfatik atau penurunan tekanan onkotik (protein bisa
membantu untuk menahan volume vaskuler pada ruang vaskuler).
Retensi air dan natrium oleh ginjal yang meningkat akan
mempertahankan edema umum
c. Sindrom ruang
ketigaSindrom ini terjadi ketika cairan ekstrasel berpindah ke dalam
suatu ruangan tubuh (pleura, peritoneal, pericardial), sehingga
cairan tersebut terjebak di dalamnya, akibatnya kompartemen
ekstrasel kekurangan cairan. Obstruksi usus yang kecil atau luka
bakar dapat menyebabkan perpindahan cairan sebanyak 5-10 liter.

d. Ketidakseimbangan osmolar
Dehidrasi (ketidakseimbangan hiperosmolar) terjadi bila ada
kehilangan air tanpa disertai kehilangan elektrolit yang proporsional,
terutama natrium. Faktor risiko terjadinya dehidrasi meliputi kondisi
yang mengganggu asupan oral (perubahan fungsi neurologis), lansia
yang lemah (penurunan fungsi tubuh, peningkatan lemak tubuh),
penurunan sekresi ADH (pada diabetes insipidus), Ketidakseimbangan
hiperosmolar disebabkan oleh setiap kondisi yang berhubungan
dengan diuresis osmotik dan pemberian larutan hipertonik
melalui intravena. Ketidakseimbangan hipoosmolar terjadi
ketika asupan cairan berlebihan (polidipsi psikogenik) atau
sekresi ADH berlebihan. Rencana asuhan klien dengan gangguan
kebutuhan
II. Rencana asuhan klien dengan ganggun kebutuhan..
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
Menurut Harnanto&Rahayu (2016), pengkajian untuk kebutuhan
dasar cairan dan elektrolit adalah:
1) Faktor risiko terjadinya ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan
asam basa:
 Usia: sangat muda, sangat tua.
 Penyakit kronik: kanker, penyakit kardiovaskular (gagal
jantung kongestif), penyakit endokrin (cushing,
DM), malnutrisi, PPOK, penyakit ginjal (gagal ginjal
prorogresif), perubahan tingkat kesadaran.
 Trauma: cedera akibat kecelakaan, cedera kepala, combostio.
 Terapi: diuretik, steroid, terapiIV, nutrisi parental total.
 Kehilangan melalui saluran gastrointestinal:
gastroenteritis, pengisapan nasogastrik, fistula.
2) Riwayat keluhan: kepala sakit/pusing/pening, rasa baal dan
kesemutan.
3) Pola intake: jumlah dan tipe cairan yang biasa dikonsumsi,
riwayat anoreksia, kram abdomen, rasa haus yang berlebihan. 4)Pola
eliminasi: kebiasaan berkemih, adakah perubahan baik dalam
jumlah maupun frekuensi berkemih, bagaimana
karakteristik urine, apakah tubuh banyak mengeluarkan cairan?
Bila ya ! melalui apa? Muntah, diare, berkeringat.
b. Pengkajian fisik
Dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit.Pemeriksaan fisik meliputi:
1) Keadaan umum: iritabilitas, letargi, bingung, disorientasi
2) )Berat badan Timbang berat badan setiap hari untuk mengetahui
risiko terkena gangguan cairan dan elektrolit. Dengan demikian,
retensi cairan dapat dideteksi lebih dini karena 2,5–5 kg cairan
tertahan di dalam tubuh sebelum muncul edema. Perubahan dapat
turun, naik, atau stabil.
3) Intake dan output cairan Intake cairan meliputi per oral, selang
NGT, dan parenteral. Output cairan meliputi urine, feses, muntah,
pengisapan gaster, drainage selang paska bedah, maupun IWL.
Apakah balance cairan seimbang, positif atau negatif. Kaji
volume, warna, dan konsentrasi urine.
4) Mata:
 Cekung, konjungtiva kering, air mataberkurang atau tidak
ada
 Edema periorbital, papiledema
5) Tenggorokan dan mulut : Membran mukosa kering, lengket, bibir
pecah-pecah dan kering, saliva menurun, lidah di bagian
longitudinal mengerut
6) Sistem kardiovaskular:
 inspeksi: Vena leher: JVP/jugularis vena pressur datar
atau distensi Central venus pressure (CVP) abnormal Bagian
tubuh yang tertekan, pengisian vena lambat
 Palpasi: Edema: lihat adanya pitting edema pada
punggung, sakrum, dan tungkai (pre tibia, maleolus
medialis, punggung kaki). Denyut nadi: frekuensi, kekuatan
Pengisian kapiler.
 Auskultasi: tekanan darah: ukur pada posisi tidur dan
duduk, lihat perbedaannya, stabil, meningkat, atau menurun.
Bunyi jantung: adakah bunyi tambahan.
7) Sistem pernapasan:dispnea, frekuensi, suara abnormal (creckles)
8) Sistem gastro intestinal:
 Inspeksi: abdomen cekung/distensi, muntah, diare.
 Auskultasi: hiperperistaltik disertai diare, atau hipoperistaltik.
9) Sistem ginjal: oliguria atau anuria, diuresis,berat jenis
urinemeningkat.
10) Sistem neuromuskular :
 Inspeksi: kram otot, tetani, koma, tremor
 Palpasi:hipotonisit, hipertonisitas
 Perkusi: refleks tendon dalam (menurun/tidak ada,
hiperaktif/meningkat)k)Kulit:-Suhu tubuh: meningkat/menurun-
Inspeksi: kering, kemerahan.
 Palpasi: turgor kulit tidak elastik, kulit dingin dan lembab.
c. Pemeriksaan penunjang
1) Kadar elektrolit serum
2) Hitung darah lengkap
3) Kadar kreatinin
4) Analisis gas darah arter
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan pengeluaran cairan
berlebih melalui feses
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan yang tidak adekuat
3. Rencana keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria Rencana Rasional
Keperawatan Hasil Tindakan
Kekurangan 1. Mencegah 1. Tinja 1. Kaji tanda- 1. Untuk mengetahui
cairan tubuh dan lunak dan tanda vital, keadaan umum dan
berhubungan meringankan berbentuk turgor kulit, tanda dehidrasi
dengan diare 2. Membran membran
pengeluaran 2. Meningka- mukosa mukosa dan
cairan tkan keseim- lembab status mental 2. Untuk mengetahui
berlebih bangan cairan 3. Mata keadaan sistem
melalui feses dan elektrolit, tidak 2. Kaji abdomen gastrointestinal
dan mence- cekung (inspeksi,
gah kompli- 4. Elastis- palpasi, perkusi 3. Untuk
kasi yang itas turgor dan auskultasi) memberikan
diakibatkan kulit baik penanganan
oleh kadar 5. Tidak ada 3. Kenali medikasi yang tepat
cairan dan rasa haus penyebab diare
serum berlebihan (misal,
elektrolit 6. Tidak makanan, hewan 4. Untuk
yang terjadi peliharaan, mengganti cairan
abnormal demam bakteri) tubuh
atau tidak
diharapkan 4. Berikan
3. Memperta- cairan terapi 5. Mencegah
hankan integ- larutan rehidrasi dehidrasi berulang
ritas kulit dan oral (oralit)
membran
mukosa agar 5. Pertahankan 6. Untuk
tetap lembab intake cairan, mengevaluasi
sedikit tapi keefektifan
sering intervensi

6. Catat intake 7. Untuk


dan output mendapatkan data
yang akurat

7. Ajarkan dan
instruksikan
keluarga untuk
mencatat warna,
volume,
frekuensi dan
konsistensi feses
8. Ajarkan 8. Untuk
keluarga untuk mempertahanka n
membuat larutan terapi cairan
rehidrasi oral

9. Berikan 9. Untuk
pendidikan menambah
kesehatan pada pengetahuan
keluarga tentang
diare dan
perilaku hidup
bersih dan sehat

Perubahan 1. Meningka- 1. Adanya 1. Kaji alergi 1. Untuk


nutrisi: tkan nutrisi peningkatan makanan mengkaji
kurang dari yang tersedia berat badan toleransi
kebutuhan untuk sesuai pemberian
tubuh memenuhi dengan makanan
berhubungan kebutuhan berat badan
dengan metabolism ideal 2. Observasi dan 2. Sebagai tolak ukur
masukan tubuh 2. Tidak ada catat respon pemberian terapi
yang tidak 2. Memperta- tanda-tanda terhadap selanjutnya
adekuat hankan status malnutrisi pemberian
nutrisi yang 3. Tidak ada makanan
adekuat mual, 3. Mempertaha-
muntah 3. Pantau asupan nkan intake yang
nutrisi (jumlah, adekuat
jenis dan pola
makan)

4. Beri makanan 4. Mencegah timbul


dalam porsi rasa mual akibat perut
sedikit tapi terlalu penuh
sering, suapi
jika perlu

5. Manajemen 5. Diet yang tepat


nutrisi: berikan penting untuk
makanan bergizi mempertahanka n
tinggi protein kadar nutrisi dalam
dan tinggi tubuh
kalori. Hindari
pemberian
pisang, beras,
apel, roti dan teh
karena terlalu
tinggi
karbohidrat dan
rendah elektrolit

6. Tentukan 6. Meningkatkan
kemampuan kepatuhan terhadap
keluarga program terapeutik
untuk
memenuhi
kebutuhan 7. Mengawasi
nutrisi penurunan berat
badan
7. Timbang
berat badan 8. Untuk mencegah
anak tiap hari salah pemberian
makanan pada anak
8. Berikan
pendidikan
kesehatan pada
keluarga
tentang
pemberian diet
pada anak
yang
mengalami
diare dan
tentang gizi
seimbang pada
anak
Daftar Pustaka

Campbell, N. A. & J. B. Reece. (2008). Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3.


Terjemahan: Damaring Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga.Doenges, M. E., Moorhouse,
M. F., & Geissler, A. C. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:EGC
Devi.B.K.A. (2017). Anatomi fisiologi dan biokimia keperawatan . Yogyakarta:
PUSTAKABARUPRESS
Harnanto, A,M. & Rahayu,. (2016). Kebutuhan dasar manusia II. Jakarta: Kemenkes
RI
Susanto, A. V., & Fitriana, Y. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia.
Yogjakarta:Pustaka Baru Press.

Anda mungkin juga menyukai