Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Disusun oleh :
ASIF ROKHISYAM
NIM. 48933191582

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR


PROGRAM STUDY D3 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
(CAIRAN DAN ELEKTROLIT)

A. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


1. Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga
kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam
tubuh adalah salah satu bagian dari fisiologi homeostasis. Keseimbangan
cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai
cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari (pelarut) dan
zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan Elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan
yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler
adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu:
cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk
melakukan respons terhadap keadaan fisiologis dan lingkungan.
(Tamsuri.2004)
Kebutuhan cairan menurut berat badan:
NO UMUR BB (KG) CAIRAN (ML/24JAM)
1 3 hari 3,0 250-300
2 1 tahun 9,5 1150-1300
3 2 tahun 11,8 1300-1500
4 6 tahun 20 1500-2000
5 10 tahun 28,7 2000-2500
6 14 tahun 45 2200-2700
7 18 tahun (adult) 54 2200-2700

2. Fisiologi Cairan Dan Elektrolit


Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan
interstitial masuk kedalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membrane sel
yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua
substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode
perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan beberapa cara yaitu:
a. Difusi Merupakan proses di mana partikel yang terdapat di dalam
cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai
terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit di difusikan menembus
membrane sel. Klecepatan difusi di pengaruhi oleh ukuran molekul,
konsentarsi larutan dan temperature.
b. Osmosis Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melaui
membran semipermiabel dan larutan yang berkosentrasi lebih rendah
ke kosentrsi yang lebih tinggi yang sifat nya menarik.
c. Transport aktif Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke lebih
tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
3. System Yang Berperan Dalam Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
a. Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Terlihat pada fungsi
ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam
darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan
buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali
oleh kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring
cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma
yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan
yang tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui
tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang
dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi
oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam
b. Kulit
Merupakan  bagian penting pengaturan cairan yang terkait
dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat
pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan
mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan
vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara
penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung banyaknya
darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses
pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran
panas ke udara sekitar, konduksi (pengalihan panas ke benda yang
disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan yang
lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di
bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu
dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang
lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang
dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan
dan kondisi suhu tubuh yang panas
c. Paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan
menghasilkan insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses
pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan upaya
kemampuan bernapas
d. Gastroinstestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air.
Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam system ini sekitar 100-
200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system
endokrin, seperti: system hormonal
e. ADH
Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini
dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior, yang mensekresi
ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan
ekstrasel.
f. Aldosteron
Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh
kelenjar adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini
diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium dan
system angiotensin rennin
g. Prostaglandin
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang
berfunsi merespons radang, mengendalikan tekanan darah dan
konsentrasi uterus, serta mengatur pergerakan gastrointestul. Pada
ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal
h. Glukokortikoid
Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air
yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi
natrium
i. Mekanisme rasa haus
Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara
merangsang pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi
angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk rasa haus
4. Masalah-Masalah Pada Kebutuhan Cairan Dan Elektroli
a. Hipomelemi atau dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal terjadi karena asupan cairan dan
kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan
cairan tubuh dengan mengosongkan cairan vaskuler. Sebagai
kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh akan
mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi pada
pasien diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan volume cairan
eksternal, yaitu:
a. Dehidrasi isotonic, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan
dan elektrolit secara seimbang.
b. Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak
air daripada elektrolit
c. Dehidrasi hipitonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak
elektrolit daripada air
Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan menyebabkan
volume ekstrasel berkurang (hipovolume) dan perubahan hematokrit.
Pada keadaan dini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah intrasel
ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan
cairan ekstrasel dalam waktu yang lama, kadar urea, nitrogen dan
kreatinin meningkat dan menyebabkan perpindahan cairan intrasel
ke pembuluh darah. Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi
secara lambat atau cepat dan tidak delalu cepat diketahui. Kelebihan
asupan pelarut seperti protein dan klorida/natrium akan
menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara berlebihan
serta berkeringat dalam waktu lama dan terus-menerus. Hal ini dapat
terjadi pada pasien yang mengalami gangguan hipotalamus, kelenjar
gondok, ginjal diare, muntah secara terus-menerus, pemasangan
drainase dan lain-lain.
b. Hipervolume atau Overhidrasi
Terdapat 2 manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan
cairan yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema
(kelebihan cairan pada interstisial). Normalnya cairan interstisial
tidak terikat dengan air, tetapi elastic dan hanya terdapat diantara
jaringan. Pitting edema merupakan edema yang berada pada darah
perifer atau akan berbentuk cekung setelah ditekan pada daerah yang
bengkak, hal ini disebabkan oleh perpindahan cairan ke jaringan
melalui titik tekan. Cairan dalam jaringan yang edema tidak
digerakkan ke permukaan lain dengan jari. Nonpitting edema tidak
menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena
infeksi dan trauma yang menyebabkan membekunya cairan pada
permukaan jaringan. Kelebihan cairan vascular meningkatkan
hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan
interstisial.
Edema anasarka adalah edema yang terdapat di seluruh tubuh.
Peningkatan tekanan hidrostatik yang sangat besar menekan
sejumlah cairan hingga ke membrane kapiler paru sehingga
menyebabkan edema paru dan dapat mengakibatkan kematian.
Manifestasi edema paru adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk
dan adanya suara napas ronnchi basah. Keadaan edema ini
disebabkan oleh gagal jantung sehingga dapat mengakibatkan
peningkatan penekanan pada kapiler darah paru dan perpindahan
cairan ke jaringan paru. Perawat harus melakukan observasi secara
cermat bila memberikan cairan intravena pada pasien yang
mempunyai masalah jantung, sebab kelebihan cairan pada kapiler
paru terutama pada anak/bayi dan orang tua dapat membahayakan.
Pada anak, paru dan kapasitas vaskularnya kecil sehingga tidak
mampu menampung cairan dalam jumlah besar. Pada pasien tua,
elastisitas pembuluh darah menurun dan hanya mampu menampung
sedikit cairan. Kelebihan cairan ekstrasel dihubungkan dengan gagal
jantung, sirosis hati dan kelainan ginjal.
Pada kelebihan ekstrasel, gejala yang sering ditimbulkan
adalah edema perifer (pitting edema), asites, kelopak mata
membengkak, suara napas ronchi basah, penambahan berat badan
secara tidak normal/sangat cepat dan nilai hematokrit pada umumnya
normal, akan tetapi menurun bila kelebihan cairan bersifat akut
Masalah Kebutuhan Elektrolit
c. Hiiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam
plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium dalam
plasma sebanyak < 135 mEq/lt, rasa haus berlebihan, denyut nadi
yang cepat, hipotensi konvulsi dan membrane mukosa kering.
Hiponatremia disebabkan oleh hilangnya cairan tubuh secara
berlebihan, misalya ketika tubuh mengalami diare yang
berkepanjangan.
Hipernatremia Merupakan suatu keadaan dimana kadar
natrium dalam plasma tinggi, ditandai dengan adanya mukosa
kering, oliguri/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit
membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan,
konvulsi, suhu badan naik serta kadar natrium dalam plasma lebih
dari 145 mEq/lt. Kondisi ini dapat disebabkan karena dehidrasi,
diare, pemasukan air yang berlebihan sementara asupan garam
sedikit.
d. Hipokalemia
Merupakan kondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma
darah yang ditandai dengan adanya kram otot dankram perut, kejang,
bingung,kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/lt dan
kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh
pengaruh pengangkatan kelenjar gondok serta kehilangan sejumlah
kalsium karena sekresi intestinal.
e. Hipokalsemia
Merupakan kondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma
darah yang ditandai dengan adanya kram otot dankram perut, kejang,
bingung,kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/lt dan
kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh
pengaruh pengangkatan kelenjar gondok serta kehilangan sejumlah
kalsium karena sekresi intestinal.
f. Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium darah yang
dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar
gondok dan makan vitamin D secara berlebihan, ditandai dengan
adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual,
koma dan kadar kalsium dalam plasma mencapai lebih dari 4,3
mEq/lt.
g. Hipomagnesia
Merupakan kondisi kekurangan kadar magnesium dalam
darah, ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki
dan tangan, takikardi, hipertensi, disoriensi dan konvulasi. Kadar
magnesium dalam darah mencapai kurang dari 1,3 mEq/lt.
h. Hipermagnesia
Merupakan kondisi berlebihnya kadar magnesium dalam
darah, ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan dan
kadar magnesium mencapai lebih dari 2,5 mEq/lt.

B. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, agama,
pekerjaan, tanggal MRS, No registrasi, dll.
b. Keluhan Utama
c. Riwayat penyakit
d. Status gizi pasien dapat dikaji dengan pedoman A,B,C,D
e. Pemeriksaan fisik
Meliputi : Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, TTV, perilaku,
ekspresi wajah.
2. Diagnosa Keperawatan
Ada beberapa diagnose yang mungkin muncul pada pasien yang
mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yaitu:
a. Gangguan cairan dan elektrolit( kurang dari kebutuhan tubuh)
berhubungan dengan peningkatan output cairan yang berlebihan di
tandai dengan: muntah, poliksia, BAB cair, keringat yang
berlebihan.
b. Gangguan cairan dan elektrolit lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguan mekanisme regulator sekunder akibat
gagal ginjal.
c. Resiko kekurangan volume cairan.
3. Rencana Tindakan Dan Rasionalisasi
No Dx Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1 Setelah diberikan asuhan jaga pola minum - - Meningkatkan


keperawatan 3x24 jam Kolaborasi dengan ahli pengetahuan agar px
diharapkan kebutuhan cairan gisi tentang penentuan lebih kooperatif.
elektrolit terpenuhi dengan diet
criteria hasil :
 Px mampu mengontrol
tentang menjaga pola
minum

4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang
direncanakan
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan
yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah di tetapkan, di lakukan dengan cara
melibatkan pasien dan sesame tenaga kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien, Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States
Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004. Copy the BEST
Traders and Make Money

Tamsuri, anas. 2004. Klien dengan gangguan cairan/ elektrolit seri asuhan


kep.jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai