Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


(AKTIFITAS DAN ISTIRAHAT)

Disusun oleh :
ASIF ROKHISYAM
NIM. 48933191582

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
(AKTIFITAS DAN ISTIRAHAT)

A. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Aktifitas dan Istirahat


1. Pengertian
Aktivitas maupun latihan didefinisikan sebagai suatu aksi energetik
atau keadaan bergerak. Kehilangan kemampuan bergerak walaupun pada
waktu yang singkat memerlukan tindakan-tindakan tertentu yang tepat
baik oleh klien maupun perawat. (Priharjo, 1993 : 1 ).
Dalam keperawatan untuk menjaga keseimbangan pergerakan,
banyak aspek-aspek pergerakan yang perlu diketahui oleh perawat antara
lain : gerakan setiap persendian, postur tubuh, latihan, dan kemampuan
seseorang dalam melakukan suatu aktivitas.
2. Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal terdiri dari muskulus, tendon, ligament,
tulang, kartilago, persendian, dan bursa. Semua struktur ini bekerja
bersama-sama untuk menghasilkan gerakan. Ada tiga jenis otot utama
pada manusia, yaitu : otot polos, otot rangka, dan otot jantung. Dari
ketiga otot tersebut, otot yang paling berpengaruh untuk aktivitas atau
pergerakan yaitu otot rangka.
Otot rangka, terdiri dari serabut-serabut yang tersusun dalam
berkas yang disebut fasikel, semakin besar otot semakain banyak
serabutnya.
a. Otot biseps lengan pada lengan atas adalah otot yang besar dan
tersusun dari 260.000 serabut.
b. Otot kecil, seperti stapedius dalam telinga tengah, hanya terdiri dari
1.500 serabut.
Mekanisme interaksi aktin dan miosin pada sistem muskuloskeletal
yaitu :
a. Molekul aktin tersusun dari tiga protein
1) F- aktin fibrosa terbentuk dari dua rantai globular G-aktin yang
berpilin satu sama lain.
2) Molekul tropomiosin membentuk filamen yang memanjang
melebihi subunit aktin dan melapisi sisi yang berkaitan dengan
crossbridge miosin.
3) Molekul troponin berkaitan dengan molekul tropomiosin dan
menstabilkan posisi penghalang pada molekul tropomiosin.
b. Molekul miosin terbentuk dari dua rantai protein berat yang identik
dan dua pasang rantai ringan.
1) Bagian ekor rantai yang berat berpilin satu sama lain dengan dua
kepala protein globular atau crossbridge, menonjol di salah satu
ujungnya.
2) Crossbridge menghubungkan filamen tebal ke filament tipis.
Setiap crossbridge memiliki sisi pengikat aktin, sisi pengikat
ATP, dan aktivitas ATPase (enzim yang menghidrolisis aktivitas
ATP).
3) Beberapa ratus molekul miosin tersusun dalam setiap filamen
tebal dengan ekor cambuknya yang saling bertumpang tindih
dan kepala globularnya menghadap ke ujungnya.
Kesimpulannya, kontraksi otot terjadi apabila aktin berikatan
dengan kepala miosin.
Sistem rangka manusia merupakan rangka dalam atau
endosketeleton. Sistem rangka yang tersusun dari beragam jenis tulang
tidak dapat bergerak secara aktif. Akan tetapi, aktivitas otot yang melekat
pada tulang menyebabkan tulang tersebut ikut bergerak. Oleh sebab itu,
rangka (tulang) dikenal sebagai alat gerak pasif, sedangkan otot dikenal
sebagai alat gerak aktif.
Otot akan berkembang jika serabut-serabut otot mengalami
pembesaran. tendon merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengaitkan
otot dengan periosteum ( membrane fibrosa yang menutupi tulang ).
Tendon menyebabkan tulang bergerak sewaktu otot-otot skelet
berkontraksi. Ligamen merupakan jaringan ikat fibrosa yang kuat dan
padat yang mengikat antara satu tulang dengan tulang lain, juga
membantu tulang untuk bergerak. Tulang diklasifikasikan menurut
bentuk dan lokasinya.
Menurut bentuknya :
o tulang panjang (humerus, radius, femur, dan tibia)
o tulang pendek (karpal dan tarsal)
o tulang pipih (scapula, tulang rusuk, tulang tengkorak)
o tulang dengan bentuk tidak teratur (vertebra dan mandibula)
o tulang sesamoid ( patella)
o Menurut lokasinya :
o tulang aksial (tulang wajah, cranial, hyoid, vertebra, tulang rusuk,
dan sternum)
o tulang apendikular (klavikula, scapula, humerus, radius, ulna,
metacarpal, tulang pelvis, femur, patella, fibula, dan metatarsal)

Kartilago merupakan jaringan ikat yang tersusun pada substansi


yang kuat dan berfungsi untuk menyokong pada beberapa bagian tubuh,
seperti saluran pendengaran, dan bagian invertebrata. Persendian
merupakan pertemuan antara dua atau lebih dan setiap persendian
mempunyai rentang gerak yang bervaskularisasi. Bursa merupakan
kantong cairan synovial yang terletak pada lokasi gesekan di sekitar
persendian antara tendon, ligament, dan tulang. Fungsinya untuk
mengurangi tekanan pada struktur yang saling bersinggungan.
3. Komplikasi
Gangguan pada aktifitas atau mobilitas
a. Atropi otot merupakan keadaan dimana otot menjadi mengecil
karena diganti dengan jaringan dan lemak.
b. Hipertropi otot merupakan pembesaran otot, terjadi akibat aktivitas
otot yang kuat dan berulang, jumlah serabut tidak bertambah tetapi
ada peningkatan diameter dan panjang serabut terkait dengan unsure-
unsur filament.
c. Nekrosis (jaringan mati) terjadi serabut atau iskemia dimana proses
regenerasi otot sangat minim
Gangguan pada istirahat atau tidur
a. Insomnia.
Insomnia mencakup banyak hal. Insomnia merupakan suatu
keadaan di mana seseorang sulit untuk memulai atau
mempertahankan keadaan tidurnya, bahkan seseorang yang
terbangun dari tidur tapi merasa belum cukup tidur dapat di sebut
mengalami insomnia (Japardi, 2002).
Jadi insomnia merupakan ketidak mampuan untuk mencukupi
kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas. Insomnia
bukan berarti seseorang tidak dapat tidur/kurang tidur karena orang
yang menderita insomnia sering dapat tidur lebih lama dari yang
mereka pikirkan, tetapi kualitasnya berkurang.
Jenis insomnia yaitu :
1) Insomnia insial adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat
memulai tidur.
2) Insomnia intermiten adalah ketidakmampuan seseorang untuk
dapat mempertahankan tidur atau keadaan sering terjaga dari
tidur.
3) Insomnia terminal adalah bangun secara dini dan tidak dapat
tidur lagi.
Beberapa factor yang menyebabkan seseorang mengalami
insomnia yaitu rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa
kondisi, dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur.
b. Narkolepsi.
Merupakan suatu keadaan tidur di mana seseorang sulit
mempertahankan keadaan terjaga/bangun/sadar. Penderita akan
sering mengantuk hingga dapat tertidur secara tiba-tiba, dapat di
katakan pula bahwa narkolepsi adalah serangan mengantuk yang
mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat di mana
serangan mengantuk tersebut datang.
Penyebabnya secara pasti belum jelas, tetapi di duga terjadi
akibat kerusakan genetika sistem saraf pusat di mana periode REM
tidak dapat dikendalikan. Serangan narkolepsi dapat menimbulkan
bahaya bila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang
bekerja pada alat-alat yang berputar-putar atau berada di tepi jurang.
c. Somnabulisme (tidur berjalan).
Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks
mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti
membuka pintu, duduk di tempat tidur, menabrak kursi,berjalan kaki
dan berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa menit
dan kembali tidur(Japardi, 2002). Lebih banyak terjadi pada anak-
anak, penderita mempunyai resiko terjadinya cidera.
d. Enuresis (ngompol).
Enuresis adalah kencing yang tidak di sengaja (mengompol)
terjadi pada anak-anak, remaja dan paling banyak pada laki-laki,
penyebab secara pasti belum jelas, namun ada beberapa faktor yang
menyebabkan Enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan
toilet training yang kaku.
e. Nocturia.
Merupakan suatu keadaan di mana klien sering terbangun pada
malam hari untuk buang air kecil.
f. Apnea / tidak bernapas dan Mendengkur.
Disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara
di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan Adenoid
dapat menjadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal
lidah yang menyumbat saluran nafas pada lansia. Otot-otot dibagian
belakang mulut mengendur lalu bergetar bila di lewati udara
pernafasan.
g. Delirium / Mengigau.
h. Sehubungan dengan gangguan penyakit seperti pain, anxiety dan
dispneu.
i. Nightmares dan  Night terrors (mimpi buruk).
Adalah mimpi buruk, umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun
atau lebih, setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga
dan berteriak, pucat dan ketakutan.
j. Tidur dan stadium penyakit (digigit nyamuk tse-tse).

4. Klasifikasi Nilai-Nilai Normal


Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat aktivitas /
Kategori
mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang
lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain
dan peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan

Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu dengan


sentralnya adalah gravitasi. Kemampuan tubuh dalam mempertahankan
keseimbangan seperti kemampuan mangangkat beban, maksimal 57 %.

B. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan meliputi :
1) Riwayat aktivitas dan olah raga
2) Toleransi aktivitas
3) Jenis dan frekuensi olah raga
4) Faktor yang mempengaruhi mobilitas
5) Pengararuh imobilitas
b. Pemeriksaan Fisik : Data Focus
1) Kesejajaran tubuh
Mengidentifikasi perubahan postur tubuh akibat pertumbuhan
dan perkembangan normal. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
inspeksi pasien dari lateral, anterior, dan posterior guna
mengamati :
- bahu dan pinggul sejajar
- jari - jari kaki mengarah kedepan
- tulang belakang lurus, tidak melengkung kesisi yang lain
2) Cara berjalan
Dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko
cedera akibat jatuh.
- Kepala tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus
- Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu daripada jari kaki
- Lengan mengayun kedepan bersamaan dengan ayunan kaki
di sisi yang berlawanan
- Gaya berjalan halus, terkoordinasi
3) Penampilan dan pergerakan sendi
Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian
rentang gerak aktif atau rentang gerak pasif. Hal-hal yang dikaji
yaitu :
- Adanya kemerahan / pembengkakan sendi
- Deformitas
- Adanya nyeri tekan
- Krepitasi
- Peningkatan temperature di sekitar sendi
- Perkembangan otot yang terkait dengan masing – masing
sendi
- Derajat gerak sendi
4) Kemampuan dan keterbatasan gerak
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
- Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien
untuk bergerak
- Adanya hambatan dalam bergerak ( terpasang infus, gips )
- Keseimbangan dan koordinasi klien
- Adanya hipotensi ortostatik
- Kenyamanan klien
5) Kekuatan dan massa otot
Perawat harus mengkaji kekuatan dan kemampuan klien untuk
bergerak, langkah ini diambil untuk menurunkan risiko tegang
otot dan cedera tubuh baik pada klien maupun perawat.
Tingkatan kekuatan otot
Skala Kekuatan (%) Ciri
0 0 Paralisis total
1 10 Tidak ada gerakan, teraba/terlihat
adanya kontraksi
2 25 Gerakan otot penuh menentanggravitasi,
dengan sokongan
3 50 Gerakan normal menentang gravitasi
4 75 Gerakan normal penuh menentang
gravitasi dengan sedikit tahanan
5 100 Gerakan normal penuh menentang
gravitasi dengan tahana penuh
(Priharjo, 2006 : 159)

6) Toleransi aktivitas
Pengkajian ini bermanfaat untuk membantu meningkatkan
kemandirian klien yang mengalami :
- Disabilitas kardiovaskuler dan respiratorik
c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Diagnostik
o Foto rontgen
o Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan
perubahan hubungan tulang.
o CT scan tulang
o Mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di
daerah yang sulit untuk dievaluasi (mis: asetabulum).
o MRI
o Untuk melihat abnormalitas ( tumor, penyempitan jalur
jaringan lunak melalui tulang).

2) Pemeriksaan Laboratorium
o Pemeriksaan darah dan urine : memberikan informasi
mengenai masalah musculoskeletal primer atau komplikasi
yang terjadi (infeksi).
o Pemeriksaan Hb : (biasanya lebih rendah bila terjadi
perdarahan akibat trauma)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Resiko intoleransi aktivits
a. Definisi
Risiko untuk mengalami ketidakcukupan energy secara
fisiologis atau psikologis dalam memenuhi aktivitas sehari hari yang
dibutuhkan atau diperlukan.
b. Batasan Karakteristik / faktor resiko
 Tidak berpengalaman dalam beraktivitas
 Terdapat masalah sirkulasi / respirasi
 Riwayat intoleransi
3. Faktor – Faktor yang Berhubungan
 Gangguan kardiovaskular
Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas
a. Definisi
Ketidakcukupan energi secara fisiologis atau psikologis dalam
memenuhi aktivitas sehari hari yang dibutuhkan atau diperlukan.
b. Batasan Karakteristik
 Laporan verbal : kelelahan dan kelemahan
 Respon terhadap aktivitas menunjukan nadi dan tekanan darah
abnormal
 Perubahan EKG menunjukan aritmia atau disritmia
 Dispneu dan ketidaknyamanan
c. Faktor – Faktor yang Berhubungan
 Tirah baring atau imobilisasi
 Kelemahan secara menyeluruh
 Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
 Gaya hidup yang menetap
Diagnosa 3 :gangguan mobilitas fisik
a. Definisi
Keterbatasan dalam pergerakan fisik pada bagian tubuh
tertentu atau pada satu atau lebih ekstremitas . Suatu kondisi dimana
individu tidak saja kehilangan kemampuan bergeraknya secara total,
tetapi juga mengalami penurunan aktivitas.
b. Batasan Karakteristik
 Postur tubuh tidak stabil selama melakukan aktifitas rutin
 Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik
kasar
 Keterbatasan kemampuan melakukan ketererampilan motorik
halus
 Tidak ada koordinasi gerak atau gerakan tak ritmis
 Keterbatasan ROM
 Sulit berbalik
 Perubahan gaya berjalan (missal menjadi pelan, sulit memulai
langkah, kaki diseret, goyah pada posisi lateral)
 Penurunan waktu reaksi
 Gerakan menjadi napas pendek
 Usaha yang kuat untuk perubahan gerak (peningkatan
perhatatian dalam aktivitas lain, mengontrol perilaku, focus
dalam tidak mampu beraktivitas)
 Gerak lambat
 Gerakan menyebabkan tremor
c. Faktor – Faktor yang Berhubungan
 Pengobatan
 Terapi pembatasan gerak
 Kurang pengetahuan mengenai manfaat pergerakan fisik
 IMT diatas 75 % sesuai dengan usia
 Kerusakan sensori persepsi
 Nyeri, tidak nyaman
 Kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular
 Intoleransi aktivitas
 Depresi mood atau cemas
 Kerusakan kognitif
 Penurunan kekuatan otot, control, dan massa
 Keengganan untuk memulai gerak
 Gaya hidup menetap, tidak fit
 Malnutrisi umum atau spesifik
 Kehilangan integritas struktur tulang
 Keterlambatan perkembangan
 Kekakuan sendi atau kontraktur
 Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
 Berhubungan dengan metabolisme seluler
 Keterbatasan dukungan lingkungan fisik atau social
 Kepercayaaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas
yang tepat disesuaikan dengan umur
4. Perencanaan
a. Dx. 1
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
masalah teratasi
Kriteria Hasil :
1) berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan
2) melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang diukur
Intervensi Rasional
1. kaji respon klien terhadap aktivitas, 1. Membantu dalam respon fisiologi
perhatikan frekuensi nadi lebih dari terhadap stress aktivitas dan, bila
20 kali per menit diatas frekuensi ada merupakan indicator dari
istirahat; peningkatan TD yang nyata kelebihan kerja yang berkaitan
selama/sesudah aktivitas (tekanan dengan tingkat aktivitas.
sistolik meningkat 40 mmHg atau
tekanan diastolic meningkat 20
mmHg); dispnea atu nyeri dada;
keletihan dan kelemahan yang
berlebihan; diaphoresis;
pusing/pingsan.
2. Teknik menghemat energi
2. Instruksikan pasien tentang teknik mengurangi pengurangan energi,
penghematan energi, mis : juga membantu keseimbangan
penggunaan kursi roda saat mandi, antara suplai dan kebutuhan
dduduk ssat menyisir oksigen.
rambut,melakukan aktivitas dengan
perlahan.
3. Kemajuan aktivitas bertahap
3. Berikan dorongan untuk melakukan mencegah peningkatan kerja
aktivitas / perawatan diri bertahap jantung tiba-tiba. Memberikan
jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan hanya sebatas kebutuhan
bantuan sesuai kebutuhan. akan mendorong kemandirian
dalam melakukan aktivitas

b. Dx. 2
Tujuan :
setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah
teratasi
Kriteria Hasil :
1) berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan
2) melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang diukur
3) menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
Intervensi Rasional
1. kaji respon klien terhadap aktivitas, 1. Membantu dalam respon
perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 fisiologi terhadap stress
kali per menit diatas frekuensi istirahat aktivitas dan, bila ada
; peningkatan TD yang nyata merupakan indicator dari
selama/sesudah aktivitas (tekanan kelebihan kerja yang berkaitan
sistolik meningkat 40 mmHg atau dengan tingkat aktivitas.
tekanan diastolic meningkat 20 2. Teknik menghemat energi
mmHg) ; dispnea atu nyeri dada ; mengurangi pengurangan
keletihan dan kelemahan yang energi, juga membantu
berlebihan ; diaphoresis ; keseimbangan antara suplai dan
pusing/pingsan. kebutuhan oksigen.
2. Instruksikan pasien tentang teknik 3. Kemajuan aktivitas bertahap
penghematan energi, mis : penggunaan mencegah peningkatan kerja
kursi roda saat mandi, dduduk ssat jantung tiba-tiba. Memberikan
menyisir rambut,melakukan aktivitas bantuan hanya sebatas
dengan perlahan. kebutuhan akan mendorong
3. Berikan dorongan untuk melakukan kemandirian dalam melakukan
aktivitas / perawatan diri bertahap jika aktivitas
dapat ditoleransi. Berikan bantuan
sesuai kebutuhan.

c. Dx. 3
Tujuan :
Setelah dilakukan asuha keperawatan selama 4 x 24 jam  masalah
teratasi
Kriteria Hasil :
1) Klien akan mengungkapkan bertambahnya kekuatan dan daya
tahan ekstremitaskatkan
2) Mampu mengidentifikasi beberapa alternatif untuk membantu
mempertahankan tingkat aktivitas saat sekarang
3) Berpartisipasi dalam program rehabilitasi untuk
meningkatkan kemampuan untuk beraktivitas

Intervensi Rasional
1. Identifikasi factor-faktor yang 1. Memberikan kesempatan untuk memecahkan
mempengaruhi kemampuan untuk masalah untuk mempertahankan atau
aktif, seperti temperature yang meningkatkan mobilitas.
sangat tinggi, insomnia, 2. Meningkatkan kemandirian dan rasa control
pemasukan makanan yang tidak diri, dapat menurunkan perasaan tidak
adekuat. berdaya.
2. Anjurkan klien untuk melakukan 3. Menurunkan tekanan terus menerus pada
perawatan diri sendiri, sesuai daerah yang sama, mencegah kerusakan kulit.
dengan kemampuan maksimal Meminimalkan spasme fleksor lutut dan
yang dimiliki klien. panggul.
3. Lakukan perubahan posisi secara 4. Bermanfaat dalam mengembangkan program
teratur ketika klien tirah baring  di latihan individual dan mengidentifikasi
tempat tidur atau dikursi. kebutuhan alat untuk menghilangkan spasme
4. Konsultasikan dengan ahli terapi otot, meningkatkan fungsi motorik,
fisik atau terapi kerja menurunkan atrofi, dan kontraktur pada
system musculoskeletal.

DAFTAR PUSTAKA

Doengos.E.Maryln,dkk (2002) Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta


NANDA 2005 – 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan.

Perry, Potter, (2010), Fundamental Keperawatan, Jakarta:Salemba Medika

Priharjo, Robert, (1993), Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien, Jakarta: EGC

Priharjo, Robert. 1993. Perwatan nyeri Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien.


Jakarta : EGC

Tucker, Susan Martin, (1998), Standar Perawatan Pasien Volume 1, Jakarta:


EGC

Widuri, Hesti, (2010), Kebuttuhan Dasar Manusia (Aspek Mobilitas dan


Istirahat Tidur), Yogyakarta: Gosyen Publishing

Anda mungkin juga menyukai