OLEH KELOMPOK 2
KELAS C KELAS D
Felmawati H. Waladow
T.A 2020
RESUME ANATOMI FISIOLOGI
A. Muskuloskeletal System
Muskuloskeletal berasal dari kata muskulo (muskular) yang berarti otot dan kata
skeletal yang berarti rangka/tulang. Muskulo adalah jaringan otot-otot tubuh yang di
pelajari secara khusus melalui ilmu biologi sedangkan yang di maksud dengan skeletal
atau osteo adalah tulang rangka tubuh yang di pelajari dalam ilmu osteologi.
muskuloskeletal terdiri dari:
- muskulo/ otot
- skeletal/ tulang
1. Muskulo/ Otot. Otot adalah organ yang memungkinkan tubuh dapat bergerak. Semua sel-
sel otot mempunyai kekhususan yaitu berkontraksi. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada
tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang kerangka
tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat dibawah permukaan kulit.
a. Fungsi Sistem Muskulo
- Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tesebut melekat dan
bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
- Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saaat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap
gaya gravitasi.
- Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk
mempertahankan suhu tubuh normal.
- Menyimpan cadangan makanan.
- Memberi bentuk luar tubuh.
b. Ciri-Ciri Sistem Muskulo
- Kontraktilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau tidak
melibatkan pemendekan otot.
- Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika distimulasi oleh impuls
saraf.
- Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihi panjang
otot saat rileks.
- Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi atau
meregang.
c. Jenis-jenis Otot
1) Otot Rangka.
Otot rangka merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka. Serabut
otot sangat panjang, panjangnya sampai 30 cm berbentuk silindris dengan lebar
berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron. Setiap serabut memiliki banyak inti
yang tersusun di bagian perifer. Kontraksi otot rangka sangat cepat, kuat, sebentar dan
cepat lelah.
Merupakan otot tidak berlurik dan involunter. jenis otot ini dapat ditemukan
pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba,
seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi
darah. otot polos adalah serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral,
berukuran kecil berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluh darah) sampai 0,5 mm
pada uterus wanita hamil. kontraksi otot polos kuat dan lambat.
- Otot polos unit ganda, ditemukan pada dindng pembuluh darah besar, pada jalan udara
besar traktus respiratorik, pada otot mata yang memfokuskan lensa dan menyesuaikan
ukuran pupil dan pada otot erektor pili rambut.
- Otot polos unit tunggal (viseral), ditemukan tersusun dalam lapisan dinding organ
berongga atau visera.
3) Otot Jantung
Otot jantung merupakan otot lurik, disebut juga otot seran lintang involunter.
otot ini hanya terdapat pada jantung. otot jantung bekerja terus menerus ssetiap saat
tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali
berdenyut. inti otot jantung berada di tengah, serabut ototnya bercabang dan bersatu
dengan serabut disebelahnya, kontraksi otot jantung otomatis dan ritmis.
d. Karakteristik Kontraksi Otot
e. Tonus Otot
Pada saat keadaan otot tidak digerakkan otot tersebut memang tidak dalam
keadaan fleksi namun terdapat renggangan dalam satuan tertentu antar otot, keadaan
renggangan inilah yang disebut dengan tonus otot (kontraksi yang terus dipertahankan
oleh otot).keadaan tonus otot menurun disebut hipotoni. sedangakan keadaan tonus
otot meningkat disebut hipertoni. pemeriksaan tonus otot dapat dilakukan dengan cara
palpasi dan gerak aktif.
f. Kelelahan Otot
kelelahan otot adalah otot yang berkontraksi kuat secara terus menerus.
penyebab kelelahan otot adalah : kehabisan cadangan glikogen, transmisi signal
melalui neuromuskular junction berkurang, gangguan suplai nutrien terutama O2,
gangguan aliran darah.
g. Sifat Kerja Otot
-Fleksor X ekstensor
-Supinasi X pronasi
-Depressor X lefator
-Sinergis X antagonis
-Dilatator X konstriktor
-Ddduktor X abductor
h. Remodelling Otot
-Hipertrofi otot disebabkan karena peningkatan filamen aktin dan myosin
-Atrofi otot disebabkan karena penurunan filamen aktin dan myosin
i. Rigor Mortis
merupakan kontraktur yang terjadi beberapa jam setelah meninggal.
penyebabnya adalah hilangnya semua ATP sehingga menyebabkan gagalnya
relaksasi otot. rigor mortis akan hilang setelah 15-25 jam, bila protein otot sudah
mengalami penghancuran akibat proses etolisis oleh enzim lisosom.
2. Skeletal/ Tulang
a. Fungsi Tulang :
1. penunjang (support)
2. perlindungan (protection)
3. Pergerakan (movement)
4. Penyimpanan mineral dan jaringan lemak (adiposa)
-85% fosfor
-Jaringan adiposa terdapat pada cavum medullare tulang-tulang tertentu
b. Klasifikasi Tulang
Berdasarkan letak :
1. Axial skeleton
- Membentuk sumbu panjang tubuh
- Terdiri dari : cranium, columna vertebralis, dan costae
- Berfungsi sebagai : proteksi dan support
2. Appendicular skeleton
- Tulang ekstremitas superior dan inferior beserta cingulumnya (cingulum pectorale dan
pelvicum)
- Berfungsi sebagai : lokomosi dan perlindungan terhadap lingkungan
Berdasarkan struktur :
1. Pars cartilaginosa
- perichondrium
2. Pars ossea
- Periostenum, terdiri dari : osteoprogenitor, osteoblast.endosteum, terdiri dari :
osteoblast, osteoclast.
- Substantia compacta
- Substantia spongiosa (trabecularis)
Berdasarkan bentuk :
3. Sendi
Sendi adalah: Tempat dimana dua tulang atau lebih saling berhubungan, dimana
diantara tulang-tulang ini dapat terjadi pergerakan atau tidak.
Terbagi atas :
- Sendi Engsel = Ginglimus = Hingo Joint. sendi ini mirip engsel pada pintu. sumbu
gerak tegak lurus pada arah panjang tulang. gerakan yang bisa dilakukan : Flexio,
Ixtensio. contoh: sendi lutut, sendi siku, sendi mata kaki
- Sendi Condyloidea. sendi ini mempunyai permukaan konveryang nyata dan bersendi
dengan permukaan yang konkaf. sumbu gerak dan panjang tulang parallel. gerak yang
bisa dilakukan: flexio, extension, abduksi, adduksi, sedikit rotasi. contoh: art.
Metacapo. Phalangea, art. Interphalangea
- Sendi Elipsoidea. permukaan sendi berbentuk konvex ellips yang sesuai dengan
permukaan sendi (konkaf ellips). contoh: art. Carpalia. gerak yang bisa dilakukan:
flexio, extension, abduksio, adduksio
- Sendi Pasak/Sendi Kisar=pivot art. = rotary art. terdapat pasak tulang yang dikelilingi
oleh cincin ligamentum tulang. sumbu gerak sesuai panjang tulang. gerak yang bisa
dilakukan: rotasio. contoh: art. Atlanto-dentalis, art. Radio ulnaris sup
- Sendi Pelana = Art. Sellaris = saddle – shaplo. permukaan sendi berbentuk konkavo-
konvex yang saling berlawanan dan mirip pelana kuda. gerakan yang dapat dilakukan:
Flexio/extension, Abduksio/add, Rotasio. contoh : Art. Carpo-metacacarpa I
- Sendi Peluru = ball and socket = art. Globoidea. pada sendi ini: kepala sendi berbentuk
bola, lekuk sendi berbentuk socket. bentuk sendi ini memungkinkan pergerakan yang
sangat bebas yaitu: flexi, ext, abd, add, rotasi dan circumdixsi. contoh: sendi bahu,
sendi panggul
1) Sinartrosis (sendi mati), Persendian yang tidak dapat digerakkan, misalnya hubungan
antar tulang kepala. Sinartrosis ada dua bagian, yaitu : sinfibrosis dan sikondrosis
2) Amfiartrosis, Persendian yang menggerakkan dengan gerakan yang sangat terbatas.
Ex: Hubungan antar tulang rusuk dan tulang belakang
3) Diartrosis (sendi gerak), Persendian yang paling bebas gerakannya. Macam-macam
sendi gerak :
- Sendi peluru
- Sendi engsel
- Sendi putar
- Sendi pelana
- Sendi Luncur
c. Stabilitas Sendi
Tergantung pada:
- Bentuk, ukuran dan permukaan sendi. contoh: ball & socket pada sendi panggul
- Ligamentum
Lig. Fibrosa mencegah pergerakkan sendi yang berlebihan
Lig. Elastik mengembalikan ke panjang asalnya setelah teregang
- Tonus Otot
d. Hokum Hilton
Saraf yang mempersarafi sendi juga mempersarafi otot yang menggerakkan sendi
dan kulit sekitar insertio otot tersebut
B. Neurology Sistem
Sistem saraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul
saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi tanggapan
rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf ialah sel saraf atau neuron. Sistem saraf
sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas memungkinkan makhluk hidup bisa
menyesuaikan diri dan menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Jadi,
iritabilitas yaitu kemampuan menanggapi rangsangan.
Sistem saraf memiliki tiga fungsi utama, yakni menerima informasi dalam bentuk
rangsangan atau stimulus; memproses informasi yang diterima; serta memberi tanggapan (respon)
terhadap rangsangan.
Sistem saraf tersusun atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron merupakan
unit struktural dan fungsional dari sistem saraf. Neuron memiliki kemampuan mersepon
rangsangan yang cukup kuat. Neuron tidak bisa mengalami pembelahan sehingga tidak
dapat diganti jika sudah rusak. Neuron bersatu membentuk jaringan untuk mengantarkan
suatu impuls (rangsangan)
1. Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang. Dendrit merupakan
perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan
rangsangan ke badan sel.
2. Badan Sel adalah bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel berfungsi
untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Badan sel
saraf mengandung inti sel dan sitoplasma.
3. Nukleus adalah inti sel saraf yang berfungsi sebagai pengatur kegiatan sel saraf
(neuron).
4. Neurit (Akson) adalah tonjolan sitoplasma yang panjang (lebih panjang daripada
dendrit), berfungsi untuk menjalarkan impuls saraf meninggalkan badan sel saraf
ke neuron atau jaringan lainnya. Jumlah akson biasanya hanya satu pada setiap
neuron.
5. Selubung Mielin adalah sebuah selaput yang banyak mengandung lemak yang
berfungsi untuk melindungi akson dari kerusakan. Selubung mielin bersegmen-
segmen. Lekukan di antara dua segmen disebut nodus ranvier.
6. Sel Schwann adalah jaringan yang membantu menyediakan makanan untuk neurit
(akson) dan membantu regenerasi neurit (akson).
7. Nodus ranvier berfungsi untuk mempercepat transmisi impuls saraf. Adanya nodus
ranvier tersebut memungkinkan saraf meloncat dari satu nodus ke nodus yang lain,
sehingga impuls lebih cepat sampai pada tujuan.
8. Sinapsis adalah pertemuan antara ujung neurit (akson) di sel saraf satu dan ujung
dendrit di sel saraf lainnya. Pada setiap sinapsis terdapat celah sinapsis. Pada
bagian ujung akson terdapat kantong yang disebut bulbus akson. Kantong tersebut
berisi zat kimia yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter dapat berupa
asetilkolin dan kolinesterase yang berfungsi dalam penyampaian impuls saraf pada
sinapsis.
1. Sel saraf sensorik adalah sel saraf yang mempunyai fungsi menerima rangsang
yang datang kepada tubuh atau panca indra, dirubah menjadi impuls (rangsangan)
saraf, dan meneruskannya ke otak. Badan sel saraf ini bergerombol membentuk
ganglia, akson pendek, dan dendritnya panjang.
2. Sel saraf motorik adalah sel saraf yang mempunyai fungsi untuk membawa impuls
saraf dari pusat saraf (otak) dan sumsum tulang belakang menuju otot. Sel saraf
ini mempunyai dendrit yang pendek dan akson yang panjang.
3. Sel saraf penghubung adalah sel saraf yang banyak terdapat di dalam otak dan
sumsum tulang belakang. Neuron (sel saraf) tersebut berfungsi untuk
menghubungkan atau meneruskan impuls (rangsangan) dari sel saraf sensorik ke
sel saraf motorik
c. Sumsum lanjutan
Sumsum lanjutan terdapat di muka otak kecil dan di bawah otak besar, dan
merupakan perpanjangan dari sumsum tulang belakang. Bagian dalamnya berisi neuron
sehingga berwarna kelabu. Sedangkan, bagian luarnya berwarna putih karena berisi
neurit dan dendrit. Fungsi sumsum lanjutan adalah sebagai pengatur pernapasan,
gerakan jantung, dan gerak alat pencernaan.
Sistem saraf sadar bekerja atas dasar kesadaran dan kemauan kita. Ketika Anda
makan, menulis, berbicara, maka saraf inilah yang mengkoordinirnya. Saraf ini mene-
ruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, dan meneruskan impuls dari sistem
saraf pusat ke semua otot kerangka tubuh. Sistem saraf sadar terdiri atas 12 pasang
saraf kranial, yang keluar dari otak dan 31 pasang saraf spinal yang keluar dari
sumsum tulang belakang 31 pasang saraf spinal.
- Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini merupakansaraf sensori.
- Saraf okulomotori, troklear, abdusen, spinal, hipoglosal. Kelima saraf tersebut
merupakan saraf motorik.
- Saraf trigeminal, fasial, glossofaringeal, dan vagus. Keempat saraf tersebut merupakan
saraf gabungan dari saraf sensorik dan motorik. Agar lebih memahami tentang jenis-
jenis saraf kranial.
b. Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom)
Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah
kehendak saraf pusat. Contoh gerakan tersebut misalnya denyut jantung, perubahan
pupil mata, gerak alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain-lain. Kerja saraf
otonom ternyata sedikit banyak dipengaruhi oleh hipotalamus di otak. Coba Anda
ingat kembali fungsi hipotalamus yang sudah dijelaskan di depan. Apabila
hipotalamus dirangsang, maka akan berpengaruh terhadap gerak otonom seperti
contoh yang telah diambil, antara lain mempercepat denyut jantung, melebarkan pupil
mata, dan menghambat kerja saluran pencernaan. Sistem saraf otonom ini dibedakan
menjadi dua, yaitu :
1) Saraf Simpatik
Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf ini terutama
untuk memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah menghambat
kerja organ tubuh. Fungsi memacu, antara lain mempercepat detak jantung,
memperbesar pupil mata, memperbesar bronkus. Adapun fungsi yang menghambat,
antara lain memperlambat kerja alat pencernaan, menghambat ereksi, dan
menghambat kontraksi kantung seni.
2) Sistem Saraf Parasimpatik
Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan dengan
saraf simpatik. Saraf parasimpatik memiliki fungsi, antara lain menghambat detak
jantung, memperkecil pupil mata, memperkecil bronkus, mempercepat kerja alat
pencernaan, merangsang ereksi, dan mepercepat kontraksi kantung seni. Karena cara
kerja kedua saraf itu berlawanan, makamengakibatkan keadaan yang normal.
C. Imunologi dan Onkologi Sistem
A. Imunologi System
1. Sistem Imun
Sistem imun adalah suatu sistem kompleks yang memberikan respon imun
(humoral dan seluler) untuk menghadapi agens asing spesifik seperti bakteri, virus,
toksin, atau zat lain yang oleh tubuh dianggap “bukan bagian diri”. Sistem imun dapat
membedakan berbagai zat asing dan responnya terutama jika dibutuhkan. Respon imun
memiliki kemampuan untuk mengingat kembali kontak sebelumnya dengan suatu agens
tertentu, sehingga pajanan berikutnya akan menimbulkan respon yang lebih cepat dan
Sistem imun meliputi organ-organ limfoid primer (sumsum tulang belakang dan
kelenjar timus), jaringan limfoid sekunder (nodus limfe, limpa, adenoid, amandel, bercak
peyer pada usus halus, dan apendiks), juga beberapa sel lain yang dan produksi sel
Respon imun itu dapat dinyatakan dengan salah satu dari dua mekanisme yang
berlainan. Beberapa respon imun dilakukan oleh sel-sel hidup, populasi khusus kimfosit.
Respon seperti itu dikatakan ditengahi sel. Respon imun yang lain dilakukan oleh
molekul protein yang dinamai antibodi, yang tersimpan dalam limfadan plasma darah
(Kimball, 2005 : 540). Walaupun demikian, respon imun terhadap “diri sendiri” dapat
terjadi dan membentuk suatu kondisi yang disebut autoimunitas. Autoimunitas dapat
a. Antigen
Antigen adalah suatu zat yang menyebabkan respons imun spesifik. Antigen
biasanya berupa zat dengan berat molekul besar dan juga kompleks zat kimia seperti
proteindan polisakarida.
a. Determinan antigenic (epitop) adalah kelompok kimia terkecil dari suatu antigen
yang dapat membangkitkan respons imun. Suatu antigen dapat memiliki dua
atau lebih molekul determinan antigenik, satu molekul pun dalam keadaan yang
b. Hapten adalah senyawa kecil yang jika sendirian tidak dapat menginduksi
respons imun, tetapi senyawa ini menjadi imunogenik jika bersatu dengan
c. Hapten dapat berupa obat, antibiotic, zat tambahan makanan, atau kosmetik. Ada
banyak senyawa dengan berat molekul kecil yang jika berkonjugasi dengan
b. Antibodi
Antibodi adalah suatu protein yang dihasilkan sistem imun sebagai respons
terhadap keberadaan antigen dan akan bereaksi khususnya dengan antigen tersebut.
Sebuah molekul antibodi terdiri dari empat rantai polipeptida: dua rantai berat
identik dan dua rantai ringan identik. Istilah berat dan ringan mengacu pada berat
molekul relatifnya. Rantai-rantai dihubungkan dengan ikatan disulfida (-S-S-) dan
ikatan lain untuk membentuk molekul berbentuk Y yang memiliki area hinge
(engsel) fleksibel. Ini untuk memungkinkan terjadinya perubahan bentuk saat
bereaksi dengan jumlah antigen maksimum. regia variable pada rantai berat dan
ringan terletak di bagian ujung lengan Y. regia ini membentuk dua sisi pengikat
yang disebut bivalen.
a. Regia variable pada antibodi yang berbeda memiliki rangkaian asam amino
yang berbeda.
b. Spesifitas suatu antibodi terhadap antigen tertentu bergantung pada struktur
regia variabelnya.
c. Regia konstan terdiri dari lengan Y dan batang molekul, selalu identik pada
semua antibodi dari kelas yang sama.
tubuh. Pada manusia (dan mamalia lain), organ-organ pusat sistem tersebut ialah
sumsum tulang belakang dan timus. Sumsum tulang mengandung sel-sel batang
yang menghasilkan seluruh sel darah. Kelima macam sel darah putih itu masing-
masing memainkan sedikit peranan dalam imunitas. Tetapi peranan utama diambil
oleh monosit (yang berkembang dalam jaringan menjadi makrofag) dan khususnya
limfosit.
Salah satu tugas utama sistem imun tersebut ialah membentuk pertahanan
terhadap bahan-bahan asing, yang dinamai antigen, yang memasuki tubuh. Baik
sumsum tulang maupun timus secara patut tidak untuk pertahanan ini. Maka
tersebarkan dari sumsum tulang dan timus menjadi kelompok jaringan limfosit yang
dibagikan ke seluruh tubuh. Sistem ini terdiri atas limpa, sejumlah besar simpul
Menurut Sloane 2004 : 257 menyatakan sisi pengikat antigen pada region
variable antibodi akan berikatan dengan sisi penghubung determinan antigenic pada
presipitasi.
2) Netralisasi terjadi saat antibodi menutup sisi toksik antigen dan menjadikannya tidak
berbahaya.
3) Aglutinasi (pengumpalan) terjadi jika antigen adalah materi partikulat, seperti bakteri
atau sel-sel merah.
4) Presipitasi terjadi jika antigen dapat larut. Kompleks imun menjadi besar akibat
hubungan silang molekul antigen sehingga tidak dapat larut dan berpresipitasi. Reaksi
presipitasi antara antigen dan antibodi dapat dipakai secara klinis untuk mendeteksi
dan mengukur salah satu komponen berikut;
- Imunoelektroforesis adalah suatu metode untuk menganalisis campuran antigen
(protein) dan antibodinya. Protein digerakkan pada bidang listrik (elektroforesis)
untuk dipisahkan dan kemudian dibiarkan berdifusi dalam jeli agar tempat setiap
protein membentuk garis presipitin dengan antibodinya.
- Radioimunoassai (RIA) didasarkan pada pengikatan kompetitif secara radioaktif
antara antigen berlabel dan antigen tanpa label untuk sejumlah kecil antibodi.
Metode ini memungkinkan dilakukannya analisi terhadap antigen, antibodi, atau
kompleks dalam jumlah yang sangat kecil melalui pengukuran radioaktivasinya
bukan melalui cara kimia.
4. Jenis Imunitas
1) Imunitas aktif, didapat akibat kontak langsung dengan mikroorganisme atau
toksin sehingga tubuh memproduksi antibodinya sendiri.
- Imunitas aktif dapatan secara alami, terjadi jika seseorang terpapar suatu
penyakit dan sistem imun memproduksi antibodi serta limfosit khusus.
Imunitas dapat bersifat seumur hidup (campak, cacar) atau sementara
(pneumonia pneumokokal, gonore).
- Imunitas aktif dapatan secara buatan (terinduksi) merupakan hasil vaksinasi.
Vaksin dibuat dari patigen yang mati atau dilemahkan atau toksin yang telah
diubah. Vaksin ini dapat merangsang respons imun, tetapi tidakmenyebabkan
penyakit (Sloane, 2004 : 257).
2) Imunitas pasif, terjadi jika antibodi dipindah dari satu individu ke individu lain.
- Imunitas pasif alami, terjadi pada janin saat antibodi lgG inu masuk
menembus plasenta. Antibodi lgG member perlindungan sementara
(mingguan sampai bulanan) pada sistem imun yang imatur.
- Imunitas pasif buatan adalah imunitas yang diberikan melalui injeksi antibodi
yang diproduksi oleh orang atau hewan yang kebal karena pernah terpapar
suatu antigen (Sloane, 2004 : 259).
B. Onkologi System
Onkologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada penyakit kanker.
Onkologi terbagi menjadi beberapa subspesialisasi, yaitu onkologi medis, radiasi, bedah,
ginekologi, anak, dan hematologic dalam onkologi, segala sesuatu yang berkaitan dengan
kanker akan dipelajari, termasuk cara mendiagnosis, mengobati, merawat, maupun
mencegahnya.
Jenis-Jenis Onkologi
a. Onkologi medis merupakan ilmu onkologi yang berfokus pada pengobatan dan
perawatan kanker menggunakan kemoterapi, terapi hormon, terapi target, dan
imunoterapi.
b. Sedangkan onkologi bedah adalah cabang ilmu onkologi yang berfokus pada
penanganan kanker melalui prosedur bedah,
Onkologi merupakan bidang ilmu kedokteran yang berfokus pada deteksi dan
penanganan penyakit kanker. Meski begitu, dalam merawat penderita kanker, dokter
onkolog biasanya juga akan bekerja sama dengan dokter umum dan dokter spesialis di
bidang lain.
D. Hemodialisis
hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end
stage renal disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen.
Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari
dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan (Suharyanto dan Madjid, 2009).
buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau
pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat. Penderita gagal
hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak
dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien (Brunner & Suddarth,
1. Tujuan
sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme
yang lain), menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat, meningkatkan kualitas hidup
pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal serta Menggantikan fungsi ginjal
sambil menunggu program pengobatan yang lain (Suharyanto dan Madjid, 2009).
Dialisis didefinisikan sebagai difusi molekul dalam cairan yang melalui membran
Hemodialisis adalah untuk mengembalikan suasana cairan ekstra dan intrasel yang
memindahkan beberapa zat terlarut seperti urea dari darah ke dialisat. dan dengan
memindahkan zat terlarut lain seperti bikarbonat dari dialisat ke dalam darah.
Konsentrasi zat terlarut dan berat molekul merupakan penentu utama laju difusi.
Molekul kecil, seperti urea, cepat berdifusi, sedangkan molekul yang susunan yang
kompleks serta molekul besar, seperti fosfat, β2- microglobulin, dan albumin, dan
zat terlarut yang terikat protein seperti p- cresol, lebih lambat berdifusi. Disamping
difusi, zat terlarut dapat melalui lubang kecil (pori-pori) di membran dengan
bantuan proses konveksi yang ditentukan oleh gradien tekanan hidrostatik dan
Ultrafiltrasi saat berlangsung, tidak ada perubahan dalam konsentrasi zat terlarut;
tujuan utama dari ultrafiltrasi ini adalah untuk membuang kelebihan cairan tubuh
total. Sesi tiap dialisis, status fisiologis pasien harus diperiksa agar peresepan
dialisis dapat disesuaikan dengan tujuan untuk masing-masing sesi. Hal ini dapat
berkaitan untuk mencapai laju dan jumlah keseluruhan pembuangan cairan dan zat
(symptoms) yang dikenal sebagai sindrom uremi (uremic syndrome), walaupun sulit
membuktikan bahwa disfungsi sel ataupun organ tertentu merupakan penyebab dari
2. Efek samping
Peran hemodialisa memang amat memang sangat vital, menggantikan fungsi
ginjal untuk menyaring tubuh. Namun, bukan berarti proses ini bebas efek samping.
Dalam beberapa kasus, hemodialisa bisa menimbulkan efek samping, seperti kram
otot atau kulit gatal.
Tak hanya itu saja, dalam beberapa kasus cuci darah juga bisa menimbilkan
efek samping seperti perut terasa penuh, atau kenaikan berat badan karena cairan
dialisat yang digunakan menggandung kadar gula tinggi.
Dalam proses ini, pembuluh darah pasien akan dimasukkan jarum oleh
petugas medis. Tindakan ini bertujuan untuk menghubungkan aliran darah tubuh
pasien ke mesin pencuci darah. Setelah itu, darah kotor akan disaring dalam mesin
pencuci darah. Setelah proses penyaringan usai, selanjutnya darah yang bersih akan
dialirkan ke dalam tubuh pasien.
Cuci darah dengan menggunakan metode hemodialisa menghabiskan waktu
sekitar empat jam per sesi. Dalam seminggu, pengidap perlu menjalani setidaknya 3
sesi dan hanya bisa dilakukan di klinik cuci darah atau rumah sakit.
4. Penatalaksaan yang Menjalankan Hemodialisis
kehidupan pasien yang gagal ginjal. Pasien hemodialisis harus mendapat asupan
makanan yang cukup agar tetap dalam gizi yang baik. Gizi kurang merupakan
prediktor yang penting untuk terjadinya kematian pada pasien hemodialisis. Asupan
dengan nilai biologis tinggi. Asupan kalium diberikan 40-70 meq/hari. Pembatasan
kalium sangat diperlukan, karena itu makanan tinggi kalium seperti buah-buahan dan
sesuai dengan jumlah urin yang ada ditambah insensible water loss. Asupan natrium
dibatasi 40-120 mEq.hari guna mengendalikan tekanan darah dan edema. Asupan
tinggi natrium akan menimbulkan rasa haus yang selanjutnya mendorong pasien
untuk minum. Bila asupan cairan berlebihan maka selama periode di antara dialisis
akan terjadi kenaikan berat badan yang besar (Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia, 2006). Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau
untuk memastikan agar kadar obat-obatan ini dalam darah dan jaringan dapat
Kerugian :
Anestesi Regional
Blok Epidural
- Dicapai dgn menyuntikan anestetik local kedlm kanalis spinalis sekeliling
duramater.
- Memblok fungsi sensori, motor & otonomik mirip dgn anestesi spinal
hanya tempat yang membedakannya.
- Dosis lebih besar.
- Keuntungan : tidak sakit kepala
- Kerugian : memerluan keakhlian khusus untuk menyuntikan kedalam
epidural bukan ke subarahnoid.
- Bila tidak sengaja pada arakhnoid akan terjadi anesthesia spinal tinggi dan
mengakibatkan hipotensi berat, henti napas.
- Penanganan komplikasi : dukungan jalan nafas, ciaran intravena &
penggunaan vasopressor.
Blok Pleksus brakialis, Menyebabkan anesthesia pada lengan.
Anastesia Paravertebral, Menyebabkan anestesi pd saraf yang mempersarafi dada,
dinding abdomen & ekstrimitas.
Blok Transakral (Kaudal), Menyebabkan anestesi pd perineum, kadang abdomen
bawah.
4. Asuhan Keperawatan Intraoperatif
Pada sebagian besar rumah sakit, klien lebih dahulu masuk ke ruang
tahanan sementara yang berada di luar ruang operasi. Disana perawat menjelaskan
tahap-tahap yang akan dilaksanakan untuk menyiapakan klien menjalani
permbedahan. Perawat di ruang tahanan sementara biasanya adalah bagian ddari
petugas ruang operasi dan mengenakan pakaian, topi, dan alas kaki khusus ruang
operasi sesuai dengan kebijakn pengontrolan infeksi rumah sakit.
Adalah penyuntikan larutan yang mengandung anestetik local ke dlm jaringan pda
bidang yang direncanakan sebagai tempat insisi.
Anestesi Regional
Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan/Tarwo, Ns, S.Kep, Ratna Ariani, Ns,
S.Kep, Dra. Wartona, Ns, S.Kep., Jakarta:TIM, 2009.
https://www.academia.edu/15759059/ANATOMI_FISIOLOGI_SISTEM_SARAF
https://www.academia.edu/36768940/ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_SISTEM_IMUN_PA
DA_MANUSIA