Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


IMOBILITAS

NAMA : Dora Ariyati Osman


NIM : 19020018

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
IMOBILISASI

1. PENGERTIAN
Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat
berbagai penyakit (gangguan pada alat/ organ tubuh) yang bersifat fisik atau
mental. Gangguan mobilisasi fisik (imobilisasi) juga dapat diartikan sebagai
suatu keadaan ketika individu mengalami keterbatasan gerak fisik
(NANDA,2011)
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak
saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami
penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008).
Sedangkan imobilitas atau imobilisasi merupakan ketidakmampuan
untuk bergerak bebas yang disebabkan oleh kondisi dimana gerakan
terganggu atau dibatasi secara terapeutik (Potter dan perry, 2006 dalam
Asmadi, 2009, hlm.125). Menurut Aziz, 2014 menyatakan imobilitas
merupakan keadaan ketika eseorang tidak dapat bergerak secara bebas
karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada
ekstrmitas dan sebagainya.

2. ETIOLOGI
Penyebab utama immobilisasi adalah adanya kelemahan otot,
kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psiokologis. Gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam imobilisasi dapat disebabkan
oleh trauma,terjadinya trauma tersebut dapat menimbulkan adanya fraktur
yang menyebabkan pergeseran fragmen tulang sehingga terjadi perubahan
bentuk(deformitas) yang menimbulkan gangguan fungsi organ dan akhirnya
menimbulkan hambatan mobilitas fisik. Faktor – faktor yang Mempengaruhi
immobilisasi adalah :
a. Faktor internal, meliputi:
1) Penurunan fungsi musculoskeletal
a) otot-otot (atrofi, distrofi atau cedera)
b) tulang (infeksi, fraktur, tumor, osteoporosis
c) sendi (arthritis dan tumor)
d) kombinasi struktur (kanker dan obat-obatan)
2) perubahan fungsi neurologis seperti: infeksi, tumor, trauma,
obat-obatan, penyakit vaskuler (stroke), penyakit demielinasi
(sklerosis multiple), penyakit degenerative, terpajan produk
racun, gangguan metabolic dan gangguan nutrisi
3) nyeri
4) defisit perceptual
5) berkurangnya kemampuan kognitif (seperti demensia berat)
6) jatuh
7) perubahan hubungan sosial
b. Faktor eksternal, seperti : program terapeutik Program
penanganan medis memiliki pengaruh yang kuat terhadap
kualitas dan kuantitas pergerakan pasien. Contoh program
pembatasan meliputi : faktor-faktor mekanis dan farmakologis,
tirah baing, dan restrein

3. KLASIFIKASI
 Jenis-Jenis Imobilitas (Aziz,2014)
1. Imobilitas fisik
Merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya gangguan komplikasi
pergerakan, seperti pada pasien dengan hemiplegia yang tidak
mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga
tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi
tekanan.
2. Imobilitas intelektual
Merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan
daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak
akibat suatu penyakit.
3. Imobilitas emosional
Merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan
secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuaikan diri. Contohnya, keadaan seseorang yang
mengalami stress berat yang dapat disebabkan karena bedah
amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota
tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
4. Imobilitas sosial
Merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan dalam
melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga
dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.

4. PATOFISIOLOGI
 Imobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular,
meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan
saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya
kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem
pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot yaitu isotonik dan isometrik.
Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot
memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan
otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari
otot, misalnya menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan
volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik.
Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek,
namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya
peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama
jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra
indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi
paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan
suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan
perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok
otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan,
sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu
keadaan tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dapat dipertahankan
dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja
otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan
mendukung kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi
menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal
adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang:
panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal
berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu
mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel
darah merah.
5. PATHWAY
kelemahan otot, kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psiokologis
Faktor Internal : gangguan muskuloskeletal,gangguan neurologis, jatuh, nyeri dll.
Fungsi eksternal : faktor mekanis dan farmakologis, tirah baing, dan restrein
Stress Gelisah cemas
Gangguan Imobilisasi persedian protein
Konsentrasi serum protein
Gangguan
ansietas Penurunan aktivitas fisik perubahan fungsi otot,
pola tidur Resiko
Pendengaran, penglihatan Jatuh
Tirah baring lama

Kehilangan kemampuan jaringan kulit kadar hb gangguan


massa otot saraf otonom tertekan katabolisme
ekspansi metabolisme
stabilitas kerja jantung perubahan sistem paru anoreksia
integumen kulit
kerusakan hipotensi ortostatik Ketidakefekt nitrogen
muskuloskeletal kontraksi pembuluh ifan pola
nafas
Penurunan terganggu
curah darah
Kekuatan otot jantung
konstipasi
sel kulit menjadi
Resiko
Kontraktur sendi mati dekubitus
Ketidakseimbang
Kerusakan an nutrisi kurang
Sendi tidak dapat integrits Dekubitus dari kebutuhan
kulit tubuh
Mempertahankan
Rentan gerak gatal dan tidaknyaman cairan dari
Intravakuler ke
Ketidaktepatan interstitial
Gangguan
Melanika tubuh rasa
Defisit perawatan nyaman edema
diri mandi,
Resiko berpakaian,
Cedera eliminasi Kelebihan
volume
Hambatan cairan
mobilitas fisik

memaksakan pergerakan Nyeri Nyeri Kronis


Ketidakefeifan
koping
depresi Perubahan perilaku emosi labil cepat marah muncul masalah tdk dpt diselesaikam

perubahan psikologi menarik diri Isolasi sosial

6. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala gangguan mobilisasi adalah:

a. Perubahan metabolisme
b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai
dampak dari imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein
menurun dan konsenstrasi protein serum berkurang sehingga
dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh.
c. Gangguan pengubahan zat gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya
pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan
zat- zat makanan pada tingkat sel menurun, dan tidak bisa
melaksanakan aktivitas metabolisme.
d. Gangguan fungsi gastrointestinal
e. Perubahan Sistem Pernapasan
Kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan
terjadinya lemah otot
f. Perubahan Kardiovaskular
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
h. Gangguan Muskular : menurunnya massa otot sebagai dampak
imobilisasi

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan


perubahan hubungan tulang.
b. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang
tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor
jaringan lunak atau cidera ligament atau tendon. Digunakan untuk
mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang didaerah yang
sulit dievaluasi.
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio,
dan computer untuk memperlihatkan abnormalitas (mis: tumor atau
penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang. Dll.
d. Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑,
kreatinin dan SGOT ↑ pada kerusakan otot.

8. PENATALAKSANAAN MEDIS
a) Pengaturan posisi dengan cara mempertahankan posisi dalam postur
tubuh yang benar. Cara ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah
jadwal tentang perubahan posisi selamkurang lebih setengah jam.
Pelaksanaannya dilakukan secara bertahapagar kemampuan
kekuatan otot dan ketahanan dapat meningkat secara berangsur-
angsur.
b) Ambulasi dini merupakan saah satu tindakan yang dapat
meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat
tidur, berdiri di samping tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan
seterusnya. Kegiatan ini dapat dilakukan secara berangsur-angsur.
c) Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri untuk melatih
kekuatan dan ketahanan serta kemampuan sendi agar mudah
bergerak.
d) Latihan isotonik dan isometrik. Latihan ini juga dapat digunakan
untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot dengan cara mengangkat
beban yang ringan, kemudian beban yang berat. Latihan isotonik
(dynamic exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM)
secara aktif, sedangkan latihan isometrik (static exercise) dapat
dilakukan dengan meningkatkan curah jantung ringan dan nadi.
e) Latihan ROM, baik secara aktif maupun pasif. ROM merupakan
tindakan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan
pada otot.

9. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan
tulang yang abnormal akibat tumor tulang.Pemendekan
ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam
kesejajaran anatomis.Angulasi abnormal pada tulang panjang
Tipe gerakan Derajat rentang
normal
Leher, spinal, servikal
Fleksi : menggerakkan dagu 45
menempel ke dada
Ekstensi : mengembalikan kepala 45
ke posisi tegak
Hiperekstensi : menekuk kepala ke 10
belakang sejau mungkin
Fleksi lateral : memiringkan 40-45
kepala sejau mungkin ke arah
setiap bahu
Rotasi : memutar kepala sejau 180
mungkin dalam gerakan sirkuler
Bahu
Fleksi : menaikkan lengan dari 180
posisi di samping tubuh ke depan
ke posisi di atas kepala
Ekstensi : mengembalikan lengan 180
ke posisi semula
Abduksi : menaikkan lengan ke 180
posisi samping di atas kepala
dengan telapak tangan jauh dari
kepala
Adduksi : menurunkan lengan ke 320
samping dan menyilang tubu sejau
mungkin
Rotasi dalam : dengan siku fleksi, 90
memutar bahu dengan
menggerakkan lengan sampai ibu
jari menghadap ke dalam dan ke
belakang.
Rotasi luar : dengan siku fleksi, 90
menggerakkan lengan sampai ibu
jari ke atas dan samping kepala
Lengan bawa
Supinasi : memutar lengan bawa 70-90
dan telapak tangan seingga telapak
tangan menghadap ke atas
Pronasi : memutar lengan bawah 70-90
sehingga telapak tangan
menghadap ke bawah
Pergelangan tangan
Fleksi : menggerakkan telapak 80-90
tangan ke sisi dalam lengan bawah
Ekstensi : menggerakkan jari-jari 80-90
sehingga jari-jari, tangan, dan
lengan bawa berada pada arah yg
sama
Abduksi (fleksi radial) : menekuk Sampai 30
atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah
tulang.
b. Mengkaji tulang belakang
1) Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
2) Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian
dada)
3) Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian
pinggang berlebihan)
c. Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif,
deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya
kekakuan sendi
d. Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan
koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar
ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi,
nyeri otot.
e. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih
panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema.
Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut
perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
f. Mengkaji fungsional klien
 Kategori tingkat kemampuan aktivitas
Rentang gerak (range of motion-ROM)
Skala ADL (Acthyfiti Dayli Living)
1 : Pasien mampu berdiri
2 : Pasien memerlukan bantuan/ peralatan minimal
3 :Pasien memerlukan bantuan sedang/ dengan
pengawasan
4 : Pasien memerlukan bantuan khusus dan memerlukan
alat
5 : Tergantung secara total pada pemberian asuhan
Kekuatan Otot/ Tonus Otot
1 : Otot sama sekali tidak bekerja
2 (10%) : Tampak berkontraksi/ ada sakit gerakan
tahanan sewaktu jatuh
3 (25%) : Mampu menahan tegak tapi dengan
sentuhan agak jauh
4 (50%) : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif
untuk menahan berat
5 (75%) : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif
untuk menahan berat dan melawan tekanan secara
stimulan

2. Riwayat keperawatan sekarang


Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien
yang menyebabkan terjadinya keluhan atau gangguan dalam
mobilitas dan imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot,
kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah terganggunya
mobilitas dan imobilitas,dan lama terjadinya gangguan
mobilitas.

3. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita


Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan moblitas, misalnya adanya riwayat
penyakit sistem neurologis (kecelakaan cerebrovaskuler, trauma
kepala, peningkatan tekanan intrakranial, cedera medulla
spinalis, dan lain-lain). Riwayat penyakit sistem kardiovaskuler
(infark miokard, gagal jantung kongestif). Riwayat penyakit
sistem muskuloskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis). Riwayat
penyakitistek pernafasan (penyakit paru obstruksi menahun,
pneumonia). Riwayat pemakaian obat (seperti sedative,
hipnotik, depresan sistem saraf pusat).
4. Kemampuan fungsi motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan
dan kiri, kaki kanan dan kaki kiri untuk menilai ada atau
tidaknya kelemahan, kekuatan atau spastis.

5. Kemampuan mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan
tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk,
berdiri, bangun dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat
kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:

Tingkat Kategori
aktivitas/mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang
lain,dan peralatan
Gerak sendi Derajat
Tingkat 4 Sangat bergantung dan tidak dapat
rentang
melakukan atau berpartisipasi dalam
normal
Bahu perawatan
Abduksi: Gerakan lengan kelateral dari posisi samping 180
atas
Kepala: Telapak tangan menghadap ke posisi yang
paling jauh

Siku
Fleksi: Angkat lengan bawah ke arah depan dan ke 150
arah atas menujubahu

Pergelangan tangan
Fleksi: Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam 80-90
lengan bawah
Ekstensi: Luruskan pergelangan tangan dari posisi 80-90
fleksi 70-90
Hiperekstensi: Tekukjari-jari tangan ke arah belakang
sejauh mungkin. 0-20
Abduksi: Tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari
ketika telapak tangan menghadap ke atas. 30-50
Adduksi: Tekuk pergelangan tangan ke arah
kelingking, telapak tangan menghadap ke atas
Tangan dan jari
Fleksi: Buat kepalan tangan 90
Ekstensi:Luruskan jari 90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke belakang 90
sejauh mungkin
Abduksi: Kembangkan jari tangan 20
Adduksi: Rapatkan jari-jari tangan 20
6. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh
adanya gangguan mobilitas dan imobilitas antara lain perubahan
perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme
koping dan lain-lain.

10. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1) Hambatan mobiitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal ditandai dengan keterbatasan kemampuan
melakukan keterampilan motorik kasar dan keterbatasan rentang
gerak sendi

2) Resiko jatuh berhubungan intoleransi aktivitas di tandai dengan


kelemahan otot.
11. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 Hambatan Mobilitas Setelah dilakukan asuhan NIC Label Exercise Therapy:
Fisik berhubungan keperawatan ...x24jam Joint Mobility o Menentukan
dengan gangguan diharapkan pasien dapat batas gerakan
muskuloskeletal tetap mempertahankan o Kaji keterbatasan yang akan
ditandai dengan pergerakannya, dengan gerak sendi dilakukan
keterbatasan criteria: o Motivasi yang
kemampuan NOC Label : Body o Kaji motivasi klien tinggi dari
melakukan Mechanics Performance untuk pasien dpt
keterampilan  Menggunakan mempertahankan melancarkan
motorik kasar posisi duduk yang pergerakan sendi latihan
benar o Jelaskan o Agar pasien
 Mempertahankan alasan/rasional beserta keluarga
kekuatan otot pemberian latihan dapat memahami
 Mempertahankan kepada pasien/ dan mengetahui
fleksibilitas sendi keluarga alasanpemberian
latihan
o Monitor lokasi o Agar dapat
ketidaknyamanan memberikan
atau nyeri selama intervensi secara
aktivitas tepat
o Lindungi pasien
dari cedera selama o Cedera yg
latihan timbul dapat
memperburuk
o Bantu klien ke kondisi klien
posisi yang optimal
untuk latihan o Memaksimalkan
REFRENSI

Alimul H., A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia-Aplikasi


Konsep dan
Proses Keperawatan. Buku 1. Jakarta : Salemba Medika.
Alimul Aziz, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia, Jilid 2. Jakarta : Salemba
Medika.
Bulechec M.Gloria, Butcher K. Howard, Dochterman Joanne McCloskey.
2004. Nursing
Carpenito,Linda Jual. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta :
EGC Interventions Classification (NIC). Edisi 5. Amerika: Mosby
Hidayat,A.Aziz Alimul.2014. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia.Jakarta : Salemba Medika
Joanne&Gloria. 2004. Nursing Intervension Classification Fourth Edition,
USA : Mosby Elsevier
Moorhead, Sue. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth
Edition. USA: Mosby Elseviyer.
Mubarak, Wahit & Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC.
NANDA. 2006. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2005-
2006. Jakarta : Prima Medika
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep,
proses dan praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan
Praktik,Ed.4. Vol.2. Jakarta : EGC.
T. Heather Herdman. 2011. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan
intervensi NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai