1. PENGERTIAN
Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat
berbagai penyakit (gangguan pada alat/ organ tubuh) yang bersifat fisik atau
mental. Gangguan mobilisasi fisik (imobilisasi) juga dapat diartikan sebagai
suatu keadaan ketika individu mengalami keterbatasan gerak fisik
(NANDA,2011)
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak
saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami
penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008).
Sedangkan imobilitas atau imobilisasi merupakan ketidakmampuan
untuk bergerak bebas yang disebabkan oleh kondisi dimana gerakan
terganggu atau dibatasi secara terapeutik (Potter dan perry, 2006 dalam
Asmadi, 2009, hlm.125). Menurut Aziz, 2014 menyatakan imobilitas
merupakan keadaan ketika eseorang tidak dapat bergerak secara bebas
karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada
ekstrmitas dan sebagainya.
2. ETIOLOGI
Penyebab utama immobilisasi adalah adanya kelemahan otot,
kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psiokologis. Gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam imobilisasi dapat disebabkan
oleh trauma,terjadinya trauma tersebut dapat menimbulkan adanya fraktur
yang menyebabkan pergeseran fragmen tulang sehingga terjadi perubahan
bentuk(deformitas) yang menimbulkan gangguan fungsi organ dan akhirnya
menimbulkan hambatan mobilitas fisik. Faktor – faktor yang Mempengaruhi
immobilisasi adalah :
a. Faktor internal, meliputi:
1) Penurunan fungsi musculoskeletal
a) otot-otot (atrofi, distrofi atau cedera)
b) tulang (infeksi, fraktur, tumor, osteoporosis
c) sendi (arthritis dan tumor)
d) kombinasi struktur (kanker dan obat-obatan)
2) perubahan fungsi neurologis seperti: infeksi, tumor, trauma,
obat-obatan, penyakit vaskuler (stroke), penyakit demielinasi
(sklerosis multiple), penyakit degenerative, terpajan produk
racun, gangguan metabolic dan gangguan nutrisi
3) nyeri
4) defisit perceptual
5) berkurangnya kemampuan kognitif (seperti demensia berat)
6) jatuh
7) perubahan hubungan sosial
b. Faktor eksternal, seperti : program terapeutik Program
penanganan medis memiliki pengaruh yang kuat terhadap
kualitas dan kuantitas pergerakan pasien. Contoh program
pembatasan meliputi : faktor-faktor mekanis dan farmakologis,
tirah baing, dan restrein
3. KLASIFIKASI
Jenis-Jenis Imobilitas (Aziz,2014)
1. Imobilitas fisik
Merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya gangguan komplikasi
pergerakan, seperti pada pasien dengan hemiplegia yang tidak
mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga
tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi
tekanan.
2. Imobilitas intelektual
Merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan
daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak
akibat suatu penyakit.
3. Imobilitas emosional
Merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan
secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuaikan diri. Contohnya, keadaan seseorang yang
mengalami stress berat yang dapat disebabkan karena bedah
amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota
tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
4. Imobilitas sosial
Merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan dalam
melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga
dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.
4. PATOFISIOLOGI
Imobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular,
meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan
saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya
kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem
pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot yaitu isotonik dan isometrik.
Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot
memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan
otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari
otot, misalnya menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan
volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik.
Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek,
namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya
peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama
jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra
indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi
paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan
suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan
perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok
otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan,
sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu
keadaan tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dapat dipertahankan
dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja
otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan
mendukung kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi
menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal
adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang:
panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal
berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu
mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel
darah merah.
5. PATHWAY
kelemahan otot, kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psiokologis
Faktor Internal : gangguan muskuloskeletal,gangguan neurologis, jatuh, nyeri dll.
Fungsi eksternal : faktor mekanis dan farmakologis, tirah baing, dan restrein
Stress Gelisah cemas
Gangguan Imobilisasi persedian protein
Konsentrasi serum protein
Gangguan
ansietas Penurunan aktivitas fisik perubahan fungsi otot,
pola tidur Resiko
Pendengaran, penglihatan Jatuh
Tirah baring lama
6. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala gangguan mobilisasi adalah:
a. Perubahan metabolisme
b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai
dampak dari imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein
menurun dan konsenstrasi protein serum berkurang sehingga
dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh.
c. Gangguan pengubahan zat gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya
pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan
zat- zat makanan pada tingkat sel menurun, dan tidak bisa
melaksanakan aktivitas metabolisme.
d. Gangguan fungsi gastrointestinal
e. Perubahan Sistem Pernapasan
Kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan
terjadinya lemah otot
f. Perubahan Kardiovaskular
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
h. Gangguan Muskular : menurunnya massa otot sebagai dampak
imobilisasi
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
a) Pengaturan posisi dengan cara mempertahankan posisi dalam postur
tubuh yang benar. Cara ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah
jadwal tentang perubahan posisi selamkurang lebih setengah jam.
Pelaksanaannya dilakukan secara bertahapagar kemampuan
kekuatan otot dan ketahanan dapat meningkat secara berangsur-
angsur.
b) Ambulasi dini merupakan saah satu tindakan yang dapat
meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat
tidur, berdiri di samping tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan
seterusnya. Kegiatan ini dapat dilakukan secara berangsur-angsur.
c) Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri untuk melatih
kekuatan dan ketahanan serta kemampuan sendi agar mudah
bergerak.
d) Latihan isotonik dan isometrik. Latihan ini juga dapat digunakan
untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot dengan cara mengangkat
beban yang ringan, kemudian beban yang berat. Latihan isotonik
(dynamic exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM)
secara aktif, sedangkan latihan isometrik (static exercise) dapat
dilakukan dengan meningkatkan curah jantung ringan dan nadi.
e) Latihan ROM, baik secara aktif maupun pasif. ROM merupakan
tindakan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan
pada otot.
9. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan
tulang yang abnormal akibat tumor tulang.Pemendekan
ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam
kesejajaran anatomis.Angulasi abnormal pada tulang panjang
Tipe gerakan Derajat rentang
normal
Leher, spinal, servikal
Fleksi : menggerakkan dagu 45
menempel ke dada
Ekstensi : mengembalikan kepala 45
ke posisi tegak
Hiperekstensi : menekuk kepala ke 10
belakang sejau mungkin
Fleksi lateral : memiringkan 40-45
kepala sejau mungkin ke arah
setiap bahu
Rotasi : memutar kepala sejau 180
mungkin dalam gerakan sirkuler
Bahu
Fleksi : menaikkan lengan dari 180
posisi di samping tubuh ke depan
ke posisi di atas kepala
Ekstensi : mengembalikan lengan 180
ke posisi semula
Abduksi : menaikkan lengan ke 180
posisi samping di atas kepala
dengan telapak tangan jauh dari
kepala
Adduksi : menurunkan lengan ke 320
samping dan menyilang tubu sejau
mungkin
Rotasi dalam : dengan siku fleksi, 90
memutar bahu dengan
menggerakkan lengan sampai ibu
jari menghadap ke dalam dan ke
belakang.
Rotasi luar : dengan siku fleksi, 90
menggerakkan lengan sampai ibu
jari ke atas dan samping kepala
Lengan bawa
Supinasi : memutar lengan bawa 70-90
dan telapak tangan seingga telapak
tangan menghadap ke atas
Pronasi : memutar lengan bawah 70-90
sehingga telapak tangan
menghadap ke bawah
Pergelangan tangan
Fleksi : menggerakkan telapak 80-90
tangan ke sisi dalam lengan bawah
Ekstensi : menggerakkan jari-jari 80-90
sehingga jari-jari, tangan, dan
lengan bawa berada pada arah yg
sama
Abduksi (fleksi radial) : menekuk Sampai 30
atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah
tulang.
b. Mengkaji tulang belakang
1) Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
2) Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian
dada)
3) Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian
pinggang berlebihan)
c. Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif,
deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya
kekakuan sendi
d. Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan
koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar
ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi,
nyeri otot.
e. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih
panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema.
Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut
perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
f. Mengkaji fungsional klien
Kategori tingkat kemampuan aktivitas
Rentang gerak (range of motion-ROM)
Skala ADL (Acthyfiti Dayli Living)
1 : Pasien mampu berdiri
2 : Pasien memerlukan bantuan/ peralatan minimal
3 :Pasien memerlukan bantuan sedang/ dengan
pengawasan
4 : Pasien memerlukan bantuan khusus dan memerlukan
alat
5 : Tergantung secara total pada pemberian asuhan
Kekuatan Otot/ Tonus Otot
1 : Otot sama sekali tidak bekerja
2 (10%) : Tampak berkontraksi/ ada sakit gerakan
tahanan sewaktu jatuh
3 (25%) : Mampu menahan tegak tapi dengan
sentuhan agak jauh
4 (50%) : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif
untuk menahan berat
5 (75%) : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif
untuk menahan berat dan melawan tekanan secara
stimulan
5. Kemampuan mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan
tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk,
berdiri, bangun dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat
kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:
Tingkat Kategori
aktivitas/mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang
lain,dan peralatan
Gerak sendi Derajat
Tingkat 4 Sangat bergantung dan tidak dapat
rentang
melakukan atau berpartisipasi dalam
normal
Bahu perawatan
Abduksi: Gerakan lengan kelateral dari posisi samping 180
atas
Kepala: Telapak tangan menghadap ke posisi yang
paling jauh
Siku
Fleksi: Angkat lengan bawah ke arah depan dan ke 150
arah atas menujubahu
Pergelangan tangan
Fleksi: Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam 80-90
lengan bawah
Ekstensi: Luruskan pergelangan tangan dari posisi 80-90
fleksi 70-90
Hiperekstensi: Tekukjari-jari tangan ke arah belakang
sejauh mungkin. 0-20
Abduksi: Tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari
ketika telapak tangan menghadap ke atas. 30-50
Adduksi: Tekuk pergelangan tangan ke arah
kelingking, telapak tangan menghadap ke atas
Tangan dan jari
Fleksi: Buat kepalan tangan 90
Ekstensi:Luruskan jari 90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke belakang 90
sejauh mungkin
Abduksi: Kembangkan jari tangan 20
Adduksi: Rapatkan jari-jari tangan 20
6. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh
adanya gangguan mobilitas dan imobilitas antara lain perubahan
perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme
koping dan lain-lain.