Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan jalan
kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Sel otot memiliki struktur filamen dalam sitoplasma,
bentuk selnya memanjang agar dapat melangsungkan perubahan sel menjadi pendek. Di balik
mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanik itu, terjadilah beberapa
proses kimiawi dasar yang berseri demi kelangsungan kontraksi otot. Dalam makalah ini, dengan
tujuan akhir pada penjelasan lengkap tentang proses di balik kontraksi otot, akan dibahas dahulu
mengenai zat-zat kimia penyusun filamen-filamen tebal dan tipis yaitu aktin dan miosin.

Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi untuk alat gerak, menyimpan glikogen
dan menentukan postur tubuh. Pada saat otot berkontraksi, filamen-filamen tersebut saling
bertautan yang mendapatkan energi dari mitokondria di sekitar miofibril. Otot terdiri atas otot
polos, otot jantung dan otot rangka. Dalam makalah ini saya akan menjelaskan tentang anatomi,
histologi dan fisiologi dari otot polos. Cara kerjanya tidak disadari (tidak sesuai kehendak) /
involuntary, memiliki satu nukleus yang terletak di tengah sel. Otot ini biasanya terdapat pada
saluran pencernaan seperti : lambung dan usus.

Otot polos terdapat pada hampir semua organ dan pembuluh-pembuluh darah dan memegang
peranan penting dalam fungsi sebagian besar organ dan sistem organ.

B. Rumusan Masalah

Untuk lebih terfokusnya pembahasan makalah ini, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :

1. Bagaimanakah bentuk dan struktur otot ?


2. Apakah fungsi otot rangka ?
3. Bagaimana histologi otot polos?
4. Bagaimana mekanisme kontraksi otot?
C. Tujuan Penulisan
a. Agar mahasiswa mampu jelaskan pengertian otot
b. Agar mahasiswa dapat menyebutkan macam-macam otot polos
c. Agar mahasiswa mengetahui struktur anatomi otot polos
d. Agar mahasiswa mengetahui struktur histologi otot polos
e. Agar mahasiswa mengetahui fisiologi mekanisme kontraksi otot polos
f. Agar mahasiswa paham tentang fungsi otot dalam tubuh manusia

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Otot polos adalah salah satu otot yang mempunyai bentuk yang polos dan bergelondong.
Aktivitas otot polos tidak dipengaruhi oleh kehendak kita (otot tidak sadar) sehingga disebut otot
involunter dan selnya dilengkapi dengan serabut saraf dari sistem saraf otonom. Kontraksi otot
polos sangat lambat dan lama, tetapi tidak mudah lelah. Otot polos terdapat pada alat-alat tubuh
bagian dalam sehingga disebut juga otot visera. Misalnya pada pembuluh darah, pembuluh limfa,
saluran pencernaan, kandung kemih, dan saluran pernapasan. Otot polos berfungsi memberi
gerakan di luar kehendak, misalnya gerakan zat sepanjang saluran pencernaan. Selain itu, berguna
pula untuk mengontrol diameter pembuluh darah dan gerakan pupil mata.
B. Anatomi Otot Polos
a. Penjelasan Anatomi Otot Polos
Otot polos terdiri dari sel-sel otot polos. Sel otot ini bentuknya seperti gelendongan,
dibagian tengan terbesar dankedua ujungnya meruncing. Otot polos memilki serat yang
arahnya searah panjang sel tersebut miofibril. Serat miofilamen dan masing-masing mifilamen
teridri dari protein otot yaitu aktin dan miosin. Otot polos bergerak secara teratur, dan tidak
cepat lelahg. Walaupun tidur. Otot masih mampu bekerja. Otot polos terdapat pada alat-alat
dinding tubuh dalam, misalnya pada dinding usus, dinding pembuluh darah, pembuluh limfe,
dinding saluran pencernaan, takea, cabang tenggorok, pada muskulus siliaris mata, otot polos
dalam kulit, saluran kelamin dan saluran ekskresi.

Ciri-ciri otot polos adalah sebagai berikut :

1. Berbentuk gelendong
2. Satu sel pada masing-masing sel.
3. Tidak memiliki garis melintang.
4. Bekerja di luar kesadaran kita, sehingga disebut otak tak sadar.
b. Macam-Macam Otot Polos
Sifat otot polos bervariasi antara satu organ dan organ lainnya, tetapi pada umumnya
dikenal dua jenis utama yaitu tipe multiunit dan tipe viseral.
1. Tipe Multiunit
Tipe multiunit terdiri atas serat-serat yang berdiri sendiri yang fungsinya tidak
tergantung pada lainnya dan sering dipersarafi oleh ujung saraf tunggal. Lagipula, serat-
serat tersebut tidak pernah berkontraksi secara serentak. Beberapa contoh otot polos
multiunit yang ditemukan pada tubuh adalah serabut otot polos M. Ciliaris mata, iris
mata, membran niktitans yang meliputi mata beberapa binatang tingkat rendah, M.
2
Piloerector yang menyebabkan ereksi rambut bila dirangsang oleh sistem saraf simpatis
dan otot polos dari banyak pembuluh darah yang lebih besar.
2. Tipe Viseral
Tipe viseral terdiri atas berkas-berkas atau lapisan-lapisan padat sel-sel otot dan
membrana selnya berkontak langsung satu dengan yang lain pada banyak titik tertentu
untuk membentuk banyak gap junction'' atau neksus, melalui mana ion-ion dapat
mengalir dengan mudahnya dari dalam satu serat otot polos ke serat berikutnya. Jenis ini
terdapat pada dinding dari sebagian besar organ, misalnya pada saluran pencernaan,
saluran empedu, saluran keluar sistem urinaria dan pada uterus. Melalui perangsangan
saraf dari satu bagian otot, kontraksi ini diteruskan ke serat-serat yang berdekatan melalui
neksus-neksus. Tipe viseral ini juga dicirikan oleh kemampuannya untuk berkontraksi
secara spontan, bila diregangkan melebihi batas tertentu. Reaksi terhadap peregangan ini
sangat penting, karena memicu pengosongan suatu organ yang berongga bila tekanan
lumen menjadi sangat besar. Pada saluran cerna, kontraksi yarg spontan mencetuskan
suatu gelombang kontraksi, yang menghasilkan pemindahan isi usus dari bagian yang
teregang (distensi).

Sekarang akan dibahas persarafan otot polos. Otot polos dipengaruhi oleh sistem saraf
otonom, baik simpatis maupun parasimpatis. Terdapat dua jenis utama hubungan
neuromuskular, yaitu tipe kontak dan tipe difusa.

1. Tipe Kontak
Pada tipe kontak, setiap akson memberikan percabangan, yang tersebar di antara serat-
serat otot polos. Pada titik temu percabangan saraf tadi dengan serat-serat otot, selubung
Schwann terputus-putus dan akson yang telanjang membentuk varikositas, sesuai dengan
titik temu. Varikositas ini mengandung substansi transmitter (asetilkolin atau nor-
epinefrin). Contoh jenis persarafan ini terdapat pada otot polos tipe multiunit pada duktus
deferens.
2. Tipe Difusa
Pada tipe difusa, percabangan-percabangan akhir akson tidak pernah berhubungan
langsung dengan serat serat otot polos. Percabangan-percabangan ini keluar masuk
diantara serat-serat atau mungkin hanya mencapai jaringan ikat di antara berkas-berkas
atau lapisan lapisan serat tersebut. Percabangan akson juga membentuk varikositas dan
substansi transmiter yang dilepaskan harus berdifusi melalui ruang ekstrasel, seringkali
sampai sangat jauh untuk mencapai serat-serat otot yang dipersarafi. Sebagai contoh jenis
persarafan ini terdapat pada otot polos usus.
Reaksi otot polos terhadap perangsangan saraf atau rangsangan lain sangat
dipengaruhi oleh sejumlah hormon dan beberapa hormon bahkan mampu menimbulkan
kontraksi secara langsung. Hormon-hormon ini, yang mempengaruhi otot polos

3
(contohnya epinefrin, estrogen, progesteron, vasopressin dan oksitosin). Disini dan hanya
akan disebut estrogen sebagai contoh, yang mempertinggi sifat peka rangsang dari otot
uterus pada periode akhir kehamilan, efek ini yang mungkin membantu mulainya
persalinan.

C. Histologi Otot Polos


a. Penjelasan histologi otot polos
Sel-sel otot polos berkembang dari sel-sel mesenkim pada janin. Selama diferensiasi,
sel-sel ini memanjang dan miofilamen-miofilamen tampak dalam sitoplasma; berarti mioblast
berkembang. Mioblast ini mampu bermitosis, tetapi secara bertahap berdiferensiasi menjadi
sel-sel otot polos yang sebenarnya. Pada beberapa keadaan, pembesaran dan pertambahan
jumlah sel-sel otot polos terjadi setelah lahir. Sebagai contoh, terlihat pada pembesaran uterus
selama kehamilan.

b. Bagian-bagian otot polos:


1. Sarkolema

Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai
pelindung otot

2. Sarkoplasma

Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril dan
miofilamen berada

3. Miofibril

Miofibril merupakan serat-serat pada otot.

4. Miofilamen

Miofilamen adalah benang-benang/filamen halus yang berasal dari miofibril.Miofibril


terbagi atas 2 macam, yakni :

4
a. Miofilamen homogen (terdapat pada otot polos)
b. Miofilamen heterogen (terdapat pada otot jantung/otot cardiak dan pada otot
rangka/otot lurik).

Di dalam miofilamen terdapat protein kontaraktil yang disebut aktomiosin (aktin dan
miosin), tropopin dan tropomiosin. Ketika otot kita berkontraksi (memendek)maka protein
aktin yang sedang bekerja dan jika otot kita melakukan relaksasi (memanjang) maka
miosin yang sedang bekerja.

D. Fisiologi Otot Polos


a. Penjelasan fisiologilogi otot polos

Serat-serat otot polos merupakan sel yang panjang, berbentuk kumparan(gelendong)


dengan ujung runcing. Serat-serat ini mungkin terdapat satu-satu, tetapi lebih sering tersusun
dalam lapisan-lap yang padat, dimana batas tiap sel sukar diamati dengan mikroskop cahaya.
Melalui maserasi dengan asam nitrat, maka mungkin dapat memisahkan serat-serat itu dan
memperoleh gambaran yang jelas dari bentuk gelendongnya. Ukurannya, baik panjang
maupun diameter serat-serat tersebut sangat bervarisi serat-serat yang paling besar terdapat
pada uterus selama kehamilan, dimana ukurannya sampai 12 x 600 pm, sedangkan serat yang
terkecil terdapat pada arteriol k sekitar 2 x 10-15 µm.

Otot polos bekerja secara tidak disengaja, atau berkontraksi tanpa kendali kesadaran,
dan tidak seperti jenis otot lain, otot polos tidak memiliki striasi. Karena memungkinkan
elastisitas sambil mempertahankan kemampuan untuk berkontraksi, jenis otot ini cocok untuk
organ berongga dalam tubuh yang perlu untuk memperluas dan kontraksi untuk menahan dan
meloloskan zat yang berbeda, seperti air seni atau darah. Lokasi meliputi pembuluh darah,
pembuluh limfatik, saluran gastrointestinal (GI), rahim, saluran reproduksi wanita dan laki-
laki, kandung kemih, saluran pernapasan, iris, pili arrector, dan otot siliaris.

Dua jenis otot, rangka dan jantung, sangat berbeda dengan otot polos dalam bentuk
serta fungsi. Perbedaan paling mencolok adalah kurangnya otot ‘dari strisi, atau garis-garis
yang melintasi sel-sel otot, atau serat. Dalam otot rangka dan jantung, komponen kontraktil
dari serat otot tersebut akan disusun dalam sarkomer, dan ujung dan tengah setiap sarkomer
muncul sebagai garis-garis. Otot polos tidak diatur dalam sarkomer. Seperti otot jantung, tapi
tidak seperti otot rangka, sel-sel biasanya memiliki hanya satu inti, biasanya terletak di tengah-
tengah serat. Di bawah mikroskop, seseorang dapat memberitahu otot polos dan jantung
terpisah dengan mencari cakram diselingi garis gelap bernoda antara sel-sel, yang hanya
terjadi pada otot jantung.

Sel-sel dari jenis otot biasanya rapi dikelompokkan bersama dalam bundel atau
lembaran dan dipisahkan oleh jaringan ikat. Fusiform, atau berbentuk gelendong, serat
berkontraksi oleh aksi filamen aktin meluncur di atas filamen miosin untuk memperpendek

5
dan memanjangkan sel. Pelepasan kalsium memicu kontraksi dengan fosforilasi, atau
menambahkan fosfat (PO4) ke miosin. Ini berbeda dari kontraksi otot rangka dan jantung,
yang terjadi ketika kalsium mengikat troponin, komponen yang hilang pada otot polos.
Kontraksi dalam jenis otot tidak dapat dikendalikan secara sadar, seperti otot jantung, yang
memungkinkan untuk respon yang lebih cepat dan berfungsi terus menerus sementara orang
tersebut tidak sadar. Mereka bukannya dikendalikan oleh sistem saraf otonom dan sel tetangga
yang mungkin mengirimkan pesan kimia untuk kontraksi yang tidak diinginkan.

b. Mekanisme kontraksi otot


Kontraksi otot polos ini rata-rata sepuluh kali lebih rendah dari pada otot skelet dan
kontraksi otot polos dapat berlangsung dalam jangka panjang, kontraksi terus menerus
disebut tonus. Sebagai contoh, otot polos pada dinding arteriol berkontraksi tonik selama
hampir seumur hidup dan kontraksi tonik dari dinding usus menghasilkan suatu tekanan tetap
pada isi usus. Kontraksi tonik ini disebabkan adanya penjumlahan dari pada kontraksi
irreguler yang terus menerus, tidak bergantung pada persarafannya. Lagipula, otot polos
dapat berkontraksi secara ritmik dan kontraksi ritmik ini dapat berpengaruh pada kontraksi
tonik.
Otot polos juga berbeda dengan otot skelet dalam hal kemampuannya yang lebih besar
untuk memendek. Sampai 25% dari pada panjang ototnya dalam keadaan istirahat (pada
kontraksi, otot skelet hanya memendek sampai 67% - 76% dari pada panjang otot saat
istirahat.
 OTOT POLOS VISERAL

Aktivitas Listrik& Mekanik

Otot polos viseral ditandai oleh ketidakstabilan potensial membrannya dan terdapat
kontraksi yang berkesinambungan tidak teratur, yang tidak bergantung pada
persarafannya. Keadaan berkon traksi parsial yang terus menerus itu disebut sebagai
tonus, Potensial membran tidak mempunyai nilai potensial "istirahat" yang sebenarnya,
yaitu relatif rendah saat jaringan tersebut aktif dan lebih tinggi bila dihambat, tetapi pada
masa-masa yang relatif tenang, rata-rata nilainya adalah sekitar 50 mV. Berbagai jenis
gelombang berhimpitan dengan potensial membran. Terdapat fluktuasi sinusoid lambat
yang menyerupai gelombang dengan amplitudo beberapa millivolt, dan spike potensial
aksi yang kadang melampaui garis potensial nol dan kadang-kadang tidak. Di berbagai
jaringan, spike ini berdurasi sekitar 50 mdet. Namun, di beberapa jaringan potensial aksi
memperlihatkan pemanjangan dataran (plateau) selama repolarisasi, seperti potensial aksi
di otot jantung. Karena aktivitasnya terus berlangsung, hubungan antara peristiwa listrik
dan mekanik di otot polos viseral sulit untuk dipelajari, tetapi dengan menggunakan
sedinan otot polos yang relatif inaktif, dapat dihasilkan spike tunggal. Otot mulai
berkontraksi kira-kira 200 mdet setelah dimulainya spike dan 150 mdet setelah
6
berakhirnya spike tersebut. Puncak kontraksi dapat dicapai hingga 500 mdet setelah spike.
Jadi, penggabungan eksitasi kontraksi di otot polos viseral adalah proses yang sangat
lambat dibandingkan dengan yang terjadi di otot rangka dan otot jantung, yang jarak
waktu antara mulai depolarisasi sampai mulainya kontraksi kurang dari 10 mdet.

Dasar Molekular Kontraksi

Ca2+ berperan dalam memicu kontraksi otot polos seperti halnya pada otot rangka.
Namun, karena secara umum retikulum sarkoplasma otot polos viseral kurang
berkembang, peningkatan konsentrasi Ca2+ intrasel yang membangkitkan kontraksi
terutama disebabkan oleh influks Ca2+ dari CES melalui kanal Ca2+ bergerbang voltase
dan bergerbang ligan. Di samping itu, miosin otot polos harus terfosforilasi untuk dapat
mengaktifkan miosin ATP-ase. Fosforilasi dan defosforilasi miosin juga terjadi pada otot
rangka tetapi fosforilasi tidak diperlukan untuk pengaktifan ATP-ase. Di otot polos, Ca2+
berikatan pada kalmodulin, dan kompleks yang terbentuk akan mengaktifknn miosin
kinase rantai ringan yang bergantung pada kalmodulin (calmodulin-dependent myosin
light chain kinase). Enzim ini mengkatalisls fosforilasi rantai ringan miosin pada serin di
posisi 19. Fosforilasi ini akan meningkatkan aktivitas ATP.

Hal ini sangat berbeda dengan otot rangka dan otot jantung, yang kontraksinya dipicu
oleh pengikatan Ca2+ ke troponin C.

Miosin mengalami defosforilasi oleh miosin fosfatase rantai ringan dalam sel.
Namun, defosforilasi miosin kinase rantai ringan tidak selalu menyebabkan relaksasi otot
polos. Berbagai mekanisme berperan. Salah satu tampaknya adalah mekanisme latch
bridge, yang menyebabkan jembatan silang miosin tetap terikat ke aktin beberapa lama
setelah menurunnya konsentrasi Ca2+ sitoplasma. Hal ini menimbulkan kontraksi yang
menetap dengan penggunaan energi yang sedikit, yang sangat penting pada otot polos
pembuluh darah. Relaksasi mungkinan terjadi ketika kompleks Ca2+-kalmodulin akhirnya
terurai atau ketika mekanisme lain bekerja.

Rangkaian peristiwa kontraksi dan relaksasi otot polos viseral.

1. Pengikatan asetilkolin ke reseptor muskarinik

2. Peningkatan influks Ca2+ ke dalam sel

3. Pengaktifan miosin kinase rantai ringan yang bergantung pada kalmodulin

4. Fosforilasi miosin

5. Penigkatan aktivitas miosin ATP-ase dan pengikatan miosin ke aktin

6. Kontraksi

7. Defosforilasi miosin oleh miosin fosfatase rantai ringan

7
8. Relaksasi atau kontraksi yang dipertahankan oleh mekanisme latch brigde dan
mekanisme lain

Peristiwa pada otot polos multi-unit secara umum serupa.

Perbedaan antara otot polos jantung dan otot polos vaskular perlu digarisbawahi,
karena keduanya berperan dalam pengaturan kardiovaskular. Di jantung, responsnya
bersifat fasik, yaitu kontraksi bergantian dengan relaksasi, sedangkan di otot polos,
kontraksi sering bersifat tonik karena mekanisme latch bride. Di samping itu, peningkatan
kadar AMP siklik intrasel meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung, sedangkan AMP
siklik mengakibatkan relaksasi otot polos vaskular karena AMP siklik memfosforilasi
rantai ringan miosin kinase sehingga afinitasnya terhadap kalmodulin berkurang.

 OTOT POLOS MULTI-UNIT


Berbeda dengan otot polos viseral, otot polos multi-unit tidak mempunyai sinsitium
dan kontraksinya tidak menyebar melalui sinsitium tersebut. Karena hal tersebut,
kontraksi otot polos multi-unit terlihat terpisah-pisah, halus, dan terbatas dibandingkan
dengan otot viseral. Seperti pada otot polos viseral, otot polos multi-unit sangat peka
terhadap zat-zat kimia darah dan biasanya diaktifkan oleh neurotransmitter (asetilkolin
dan nor-epinefrin) yang dilepaskan di ujung-ujung saraf motorik. Nor-epinefrin cenderung
menetap diotot dan, setelah rangsangan tunggal, akan melepaskan potensial aksi yang
berulang, bukan potensial aksi tunggal. Oleh karena itu, respons yang dihasilkan biasanya
merupakan tetanus yang tidak teratur, dan bukan kontraksi kedutan tunggal. Jika terjadi
kontraksi kedutan, responsnya menyerupai kontraksi kedutan otot rangka tetapi
berlangsung 10 kali lebih lama.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Otot polos adalah otot yang ditemukan dalam organ pencernaan dan pembuluh darah, bekerja
dengan pengaturan dari sistem syaraf tak sadar atau saraf otonom. Otot polos dibentuk oleh sel-sel
otot yang terbentuk dari gelendong dengan kedua ujung meruncing, serta mempunyai satu inti
tunggal yang terletak di tengah dan bentuknya pipih.

Otot polos dibagi menjadi 2 jenis :

1. Otot polos multiunit


2. Otot polos viseral

Otot polos mempunyai serabut kontraktil yang tidak memantulkan cahaya berselang-
seling, sehingga sarkoplasmanya tampak polos dan homogen.

Aktivitas otot polos tidak dipengaruhi oleh kehendak kita (otot tidak sadar) sehingga
disebut otot involunter dan selnya dilengkapi dengan serabut saraf dari sistem saraf
otonom. Kontraksi otot polos sangat lambat dan lama, tetapi tidak mudah lelah. Otot polos
terdapat pada alat-alat tubuh bagian dalam sehingga disebut juga otot visera. Misalnya
pada pembuluh darah, pembuluh limfa, saluran pencernaan, kandung kemih, dan saluran
pernapasan. Otot polos berfungsi memberi gerakan di luar kehendak, misalnya gerakan zat
sepanjang saluran pencernaan. Selain itu, berguna pula untuk mengontrol diameter
pembuluh darah dan gerakan pupil mata.

Rangkaian peristiwa kontraksi dan relaksasi otot polos.

1. Pengikatan asetilkolin ke reseptor muskarinik


2. Peningkatan influks Ca2+ ke dalam sel

9
3. Pengaktifan miosin kinase rantai ringan yang bergantung pada kalmodulin
4. Fosforilasi miosin
5. Penigkatan aktivitas miosin ATP-ase dan pengikatan miosin ke aktin
6. Kontraksi
7. Defosforilasi miosin oleh miosin fosfatase rantai ringan
8. Relaksasi atau kontraksi yang dipertahankan oleh mekanisme latch brigde dan mekanisme lain
B. Saran-Saran
a. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
b. Semoga dengan adanya materi pada makalah ini bisa menunjang pambelajaran.
c. Penyusun makalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kelancaran dan
kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Moore, Essential Clinical Anatomy, 2nd Ed, Lippicott Williams & Wilkins. 2002
Elsevier, Gray’s Anatomy, 39nd Edition, Kenneth P. Moses, John C. Banks, Atlas of Clinical Broos
Anatomy, 2005
Ganong WF,. Review of Medical Physiology. 20th Edition. New York: Lange Medical Book /
Mcgraw-Hill Medical Publishingdevinision, 2001.
Guyton AC, Hall JE,. Textbook of Medical Physiology. 10th Ed. Philadelphia: WB. Saunders Co.
2000
Basic Histology, Text And Atlas, L.C.Junqueira And J.Carnairo, 11th Ed. Macgraw-Hill’s Acces
Medic.
Snell, Richard S. 1997. Clinical Anatomy for Medical Student, 3 Th Edotion. Jakarta : Penerbik Buku
Kedoktera EGC.
Geneser Finn. 1993. Textbook of Histology. Munksgaard, Copenhagen, Dernmark.

11

Anda mungkin juga menyukai