1
Untuk keracunan makanan yang lain (Gadung, Jamur, Kupang, dll) dapat
diberikan air kelapa muda dengan tujuan untuk mengencrkan pengaruh racun di
saluran cerna.
E. Eliminasi
Eliminasi bertujuan untuk membersihkan racun yang diperkirakan sudah berada
di aliran darah. Eliminasi dapat dilakukan dengan Diuresis Paksa,
Hemodialisis, dan Hemoperfusi.
a. Diuresis paksa : Jenis diuresis paksa (DP) =
2
- Alkohol – metanol, etanol
- Minyak tanah
- Bahan kimia – tembaga, timbal, dsb
8. Tanda dan gejala dari intoksikasi organosfosfat
Tanda dan gejala dari keracunan organofosfat dapat dibagi menjadi 3 kategori
besar, termasuk (1) efek muskarinik, (2) efek nikotinik, dan (3) efek SSP
Jembatan keledai untuk mengingat efek muskarinik dari organofosfat adalah
SLUDGE (salivasi, lakrimasi, urinasi, diare, gangguan GI, emesis) dan
DUMBBBELS (diaphoresis dan diare, urinasi, miosis, bradikardi,
bronchospasme, bronchorrhea, emesis, lakrimasi berlebihan, dan salivasi).
Efek muskarinik oleh sistem organ termasuk :
- Cardiovascular – Bradikardi, hipotensi
- Respirasi - rhinorrhea, bronchorrhea, bronchospasme, batuk, distress
respirasi parah
- GI – hipersalivasi, mual dan muntah, nyeri abdomen, diare, inkontinensi
fecal
- Genitourinary – inkontinensia
- Ocular – penglihatan kabur, miosis
- Kelenjar – peningkatan lakrimasi, diaphoresis
Tanda dan gejala nikotinik termasuk fascikulasi otot, kram, kelemahan, dan
diaphragma failure. Efek nikotinik otonom termasuk hipertensi, takikardi,
midriasis dan pucat.
Efek SSP termasuk kecemasan, emosi labil, kegelisahan, bingung, ataksia,
tremor, kejang dan coma
Pertama, kita harus memberi atropin sulfat sampai pupil menjadi midriasi
kemudian kita memberikan pralidoxime (kolinesterase rejuvenator/ regenerator)
3
yang membuat kolinesterase dapat menhidrolisis asetilkolin lagi dan otot skeletal
dapat berfungsi kembali.
Enam bulan kemudian, Miss. Felly datang kembali ke UGD RSAL dengan keluhan tidak
sadar. Keluarganya menjelaskan, bahwa Miss. Felly ditemukan di kamarnya dalam
keadaan tidak sadar setelah meminum panadol 10 tablet.
Pemeriksaan fisik:
Kondisi umum: GCS: 3 – 4 – 4
Vital sign: TD = 110/70 mmHg Nadi = 112 b/min, reguler
Suhu = 36,8 C (axillar) RR = 24 x/min
4
Mata: Konjungtiva = pucat (-) ; sklera = ikterik (-) ; pupil = normal
Jantung/Paru: normal
Abdomen: normal dan ekstremitas: dingin
1. Manajemen intoksikasi paracetamol
5
direkomendasikan untuk melakukan transplantasi hepar apabila pH darah
arterinya < 7,3 setelah resusitasi cairan atau jika pasien memiliki ensefalopati
grade III / IV, prothrombin time > 100 detik, dan serum kreatinin > 300 mmol / L
dalam waktu 24 jam. Metode lain yang dapat dilakukan adalah transplantasi
hepar partial. Metode ini memberikan keuntungan suportif pada pasien, selagi
hepar pasien tersebut melakukan regenerasi. Sewaktu hepar sudah bisa
berfungsi, maka obat imunosupresif harus dihentikan dan tidak boleh
menggunakan obat imunosupresif selama masa hidupnya.
6
Bagaimana farmakologi atropin dalam kasus ini
Alkaloid natural dan obat antimuskarinic tertier diabsorbsi baik dari pencermaan dan
membran konjungtiva. Atropin dan agen tertier lainnya terdistribusi luas di dalam
tubuh. Level signifikan dapat mencapai sistem saraf pusat dalam 30 menit hingga 1
jam , dan hal ini dapat membatasi dosis yang dapat ditolerir untuk efek peripheral.
Setelah pemberian, eliminasi atropin dari darah terjadi dalam 2 fase, waktu paruh dari
fase cepat adalah 2 jam dan fase lambat adalah kira-kira 13 jam. Kira-kira 50%
dosis diekskresi tanpa diubah di urin. Sisanya terdapat di urin sebagai produk
hidrolisis dan konjugasi. Efek obat pada fungsi parasimpatis menurun cepat pada
semua organ , kecuali mata.
Atropin menyebabkan blokade kerja cholinomimetic reversible pada reseptor
muskarinik. Blokade oleh dosis kecil atropin dapat diatasi dengan konsentrasi
tinggi asetilkolin atau agonist muskarinic yang ekuivalen. Atropin sangat selektif
untuk reseptor muskarinik.
Efek terhadap sistem organ:
1. Sistem saraf pusat
Dalam dosis yang biasanya digunakan, atropine memiliki efek stimulan yang
minimal pada SSP, terutama pusat medullaris parasimpatetik.
2. Mata
Otot konstriktor pupil bergantung pada aktivasi muscarinic cholinoceptor. Aktivasi
reseptor ini diblok oleh atropine topical (midriasis). Efek okular penting yang
kedua dari obat anti muskarinik ialah dapat melemahkan kontraksi otot siliaris,
atau cycloplegia. Cycloplegia menyebabkan hilangnya kemampuan
akomodasi; mata yang teratropinisasi secara keseluruhan tidak dapat
focus dalam penglihatan dekat. Efek ketiga ialah dapat menurunkan sekresi
lakrimal.
3. Sistem kardiovaskular
Nodus sinoatrial (SA) sangat sensitive terhadap blokade reseptor muskarinik.
Dosis atropine sedang hingga tinggi menyebabkan takikardi dan berdetak
secara spontan oleh blokade dari vagal slowing. Takikardia dapat muncul tapi
memiliki efek kecil terhadap tekanan darah.
4. Sistem respirasi
Baik otot polos dan kelenjar sekretoris jalan nafas menerima inervasi vagus dan
mengandung reseptor muskarinik. Bahkan dalam individu normal, administrasi
atropine dapat menyebabkan bronkodilatasi dan menurunkan sekresi. Obat-
obatan antimuskarinik sering digunakan sebelum adminstrasi anastesi inhalant
untuk mengurangi akumulasi sekresi di dalam trakea dan kemungkinan
terjadinya laryngospasme.
7
5. Sistem gastrointestinal
Blokade reseptor muskarinik memiliki efek dramatis pada pergerakan dan
beberapa fungsi sekresi dari gut. Obat antimuskarinik memiliki efek yang
signifikan pada sekresi saliva; mulut kering sering muncul pada pasien yang
menggunakan obat anti muskarinik untuk penyakit Parkinson atau kondisi urinary
nya. Blokade sekresi gaster kurang efektif: volume dan jumlah asam,
pepsin, dan mucin semuanya berkurang, tapi mungkin diperlukan atropine
dalam dosis besar. Motilitas otot polos gastrointestinal dipengaruhi dari gaster
hingga colon. Secara umum, obat antimuskarinik menghilangkan tonus dan
pergerakan propulsive; dinding viscera menjadi relax. Maka dari itu, waktu
pengosongan lambung lebih lama dan waktu transit di usus juga memanjang.
6. Traktus genitourinaria
Aksi antimuskarinik dari atropine dan analognya me-relax-kan otot polos
ureter dan dinding kandung kemih dan melambatkan voiding (urinasi).
7. Kelenjar keringat
Atropin menekan thermoregulatory sweating. Sabut kolinergik simpatetik
menginervasi kelenjar keringat eccrine, dan reseptor muskariniknya dapat
diakses oleh antimuskarinik. Pada orang dewasa, temperature tubuh
meningkat oleh efek ini jika dosis yang besar diadministrasikan, tapi di bayi dan
anak-anak, bahkan dosis normal pun dapat menyebabkan “demam atropine”
8
5. Factor resiko yang berpotensi meningkatkan resiko dari keracunan
paracetamol?
Konsumsi alkohol eksesif yang kronis dapat menginduksi CYP2E1, yang
akhirnya meningkatkan potensi keracunan paracetamol. Bagi pengguna alkohol
kronis mungkin memiliki efek yang protektif thd overdosis paracetamol, namun
tdk pada pengguna alkohol non-kronis.
Berpuasa adalah faktor resiko, kemungkinan karena penurunan dari simpanan
glutathion hepatik. Penggunaan konkomitan dari obat-obatan lain yang
menginduksi enzim CYP, seperti antiepileptik termasuk carbamazepin, phenytoin
dan barbiturat, juga dilaporkan sebagai faktor resiko.
Campuran dari paracetamol dan kafein dalam jumlah yang banyak dapat
menyebabkan kerusakan liver. Namun, jumlah kafein yang ditunjukkan untuk
menyebabkan efek pada studi terdahulu tersebut lebih tinggi dibandingkan dosis
yang dikonsumsi peminum kopi.