Anda di halaman 1dari 12

Pembaruan Kebijakan Pemakaian akan mulai berlaku secara efektif tanggal 25 Mei 2012. Baca lebih lanjut.

Regenerasi Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Regenerasi dalam biologi adalah menumbuhkan kembali bagian tubuh yang rusak atau

lepas. Daya regenerasi paling besar pada echinodermata dan platyhelminthes yang dimana tiap potongan tubuh dapat tumbuh menjadi individu baru yang sempurna. Pada Anelida kemampuan itu menurun. Daya itu tinggal sedikit dan terbatas pada bagian ujung anggota pada amfibi dan reptil. Pada mamalia daya itu paling kecil, terbatas pada penyembuhan luka.

Artikel bertopik biologi ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

Regenerasi Regenerasi ialah memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti semula. Kerusakan itu bervariasi. Ada yang ringan, seperti luka dan memar; ada yang sedang, yang menyebabkan ujung sebagian tubuh terbuang; dan ada yang berat yang menyebabkan suatu bagian besar tubuh terbuang. Daya Daya regenerasi tak sama pada berbagai organism. Ada yang tinggi dan ada yang rendah sekali dayanya. Tak jelas hubungan linier antara kedudukan sistematik hewan dengan daya regenerasi. Yang terkenal tinggi dayanya adalah Coelenterata, Platyhelminthes, Annelida, Crustacea, dan Urodela. Aves dan Mammalia paling rendah dayanya, biasanya terbatas kepada penyembuhan luka, bagian tubuh yang terlepas tak dapat ditumbuhkan kembali. Hydra dapat dipotong-potong sampai kecil sekali dan 1/200 bagian dari tubuhnya yang asli dapat beregenerasi jadi individu baru yang utuh. Pada Hydroid polyp, ada proses regenerasi yang terus-menerus, disebut regenerasi fisiologis. Tentakel dan dasarnya sekalian pada waktu tertentu dilepaskan, dibuang lalu tumbuh lagi yang baru dari bawah.

Setelah Coelenterata menyusul Platyhelminthes, hewan yang paling tinggi daya regenerasinya. Contoh Planaria yang mampu beregenerasi dari 1/300 fragmen tubuhnya menjadi individu yang utuh. Pada Annelida daya regenerasinya terbatas. Jika tubuh dipotong-potong, setiap potongan dapat tumbuh menjadi individu baru yang utuh, tapi segmennya tidak selengkap semula. Alat genitalia tak ikut beregenerasi. Jika potongan tak mengandung genitalia asli individu baru yang berasal dari situ tak bergenitalia. Hirudinea (pacet dan lintah) tidak beregenerasi. Nematoda juga tidak. Mollusca dayanya kecil saja. Mata yang lepas asal ada batangnya, masih bisa beregenerasi. Tapi kalau tak ada batang itu, tak mampu. Sebagian kepala atau kaki juga dapat beregenerasi. Pada Arthropoda terbatas pada anggota. Crustacea tergolong yang tinggi dayanya di dalam phylum ini, baik tingkat larva maupun dewasa. Pada Insecta terbatas pada waktu larva saja. Melepaskan sendiri ruas-ruas kaki biasa pada beberapa laba-laba dan kepiting, untuk melepaskan diri dari tangkapan musuh. Melepaskan bagian tubuh secara natural ini untuk diregenerasi lagi nanti disebut autotomy, artinya memotong-motong diri sendiri. Echinodermata tinggi juga daya regenerasinya. Seekor bintang laut kalau dicincang oleh nelayan lalu dilemparkan lagi ke laut (karena marah dan menganggap saingan mendapat ikan lokan), tiap cincangan kecil dapat lagi tumbuh jadi individu baru. Sedangkan pada Holothuroidea (teripang), sesekali waktu kadang dilepaskan sendiri alat-alat dalam lewat anus keluar, seperti alat pernapasan dan saluran pencernaan. Nanti dapat diganti dengan yang baru. Vertebrata, dibandingkan dengan Evertebrata, terendah daya regenerasinya. Di kalangan sub-phylum ini yang tertinggi daya regenerasinya ialah Urodela. Hewan ini banyak dipakai dalam regenarsi eksperimentil. Anggota tubuh, insang, ekor, rahang, mata, dapat tumbuh kembali kalau lepas atau terpotong. Pada Anura regenerasinya terbatas pada tingkat larva, dan hanya pada anggota dan ekor. Yang dewasa tak bisa beregenerasi sama sekali. Reptilia hanya terbatas pada ekor, yang seperti kepiting juga untuk melepaskan diri dari tanggapan musuh, ekor dibiarkan lepas. Pisces hanya pada sirip. Jadi nampak jelas di sini, kedudukan sistematik tak punya hubungan linier dengan daya regenerasi. Nematoda lebih rendah kedudukan sistematik dari Annelida; begitu juga Pisces terhadap Anura dan Urodela. Tapi kelompok pertama hampir tak ada regenerasinya.

Pada Aves, daya regenerasi hanya pada sebagian kecil paruh. Mammalia daya regenerasinya terbatas pada jaringan, tidak sampai tingkat alat. Regenerasi jaringan sering setara dengan penyembuhan luka. Luka di kulit yang besar, jaringan ikat baru agak beda dengan dermis asli, karena banyak sekali kolagennya, disebut parut. Jaringan yang tinggi daya regenerasinya pada Mammalia ialah tulang dan jaringan ikat; disusul oleh otot dan sel hati. Kerusakan atau patahan besar pada tulang dapat dikembalikan seperti asli, terutama pada anggota. Setiap celah yang terbentuk oleh trauma (benturan) segera diisi jaringan ikat. Jaringan yang tak mampu beregenerasi, seperti otot jantung, di celah yang luka diisi oleh jaringan ikat membentuk parut. Alat dalam dapat beregenerasi. Hati dapat diangkat sebagian dan yang hilang dapat ditumbuhkan kembali, meski tidak seutuh semula. Tendo juga mampu beregenerasi. Proses regenerasi Dipakai contoh (Urodela) dalam experiment untuk meneliti proses regenerasi. Satu kaki salamander ini dipotong dekat pangkal lengan, kemudian terjadilah proses berikut: 1. Darah mengalir menutupi permukaan luka, luka beku, membentuk scab yang sifatnya melindungi. 2. Epitel kulit menyebar di permukaan luka, di bawah scab. Sel epitel itu bergerak secara amoeboid. Butuh waktu dua hari agar kulit itu lengkap menutupi luka. (Pada Invertebrata otot bawah kulit ikut berkerut untuk mempercepat epitel menutup luka.) 3. Dedifferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan tulang rawan melarut, sel-selnya lepas dan bersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi, dan sel-selnya berdiferensiasi semuanya. Akhirnya, tak dapat lagi dibedakan mana sel yang berasal dari tulang, tulang rawan, atau jaringan ikat. Disusul selsel otot berdiferensiasi, serat myofibril hilang, inti membesar, sitoplasma menyempit. 4. Pembentukan Blastema, yakni kuncup regenerasi pada permukaan bekas luka. Scab mungkin sudah lepas pada waktu ini. Blastema berasal dari penimbunan sel-sel dedifferensiasi. Ada juga pendapat yang mengemukakan, bahwa blastema berasal juga dari sel-sel satelit pengembara, yang selalu ada di berbagai jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Sel-sel pengembara ini nanti akan berproliferasi membentuk blastema. Namun dengan memakai tracer radioaktif dapat kini diketahui, bahwa sel-sel blastema berasal dari segala jenis jaringan yang berdedifferensiasi sekitar amputasi.

5. Proliferasi sel-sel dedifferensiasi secara mitosis. Proliferasi ini serentak dengan proses dediferensiasi, dan memuncak pada waktu blastema dalam besarnya yang maskimal, dan waktu itu tak membelah lagi. 6. Redifferensiasi sel-sel dedifferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema itu. Pada Planaria telah diteliti bahwa sel-sel yang berasal dari parenkim (berasal dari lapis benih mesoderm), selain menumbuhkan alat derivate mesodermal (yakni otot dan parenkim lagi), juga sanggup menumbuhkan jaringan saraf dan saluran pencernaan (masing-masing berasal dari lapis benih ectoderm dan endoderm). Akhirnya anggota badan yang diamptasi itu akan tumbuh lagi sebesar semula, dengan struktur anatomis dan histologist yang serupa dengan asalnya.

Regenerasi alat lain salamander Secara experimental dilakukan juga amputasi pada salamander. Ternyata hasil regenerasi itu tidak seperti semula. Ekor baru tidak mengandung notochord lagi, dan vertebrae yang baru tidak mengandung tulang rawan. Ruas-ruas itu hanya menyelaputi batang saraf (medulla spinalis). Jumlah ruas vertebrae tersebut tidak selengkap asalnya. Dalam membuktikan bahwa sel dedifferensiasi bisa pluripotent, yakni dapat menumbuhkan jaringan yang bukan dari mana dia berasal, sering dilakukan eksperimen amputasi pada lensa salamander. Lensa baru terbentuk dari sel-sel dari pinggir dorsal iris, yang berasal dari mesoderm. Padahal embriologis lensa tersebut tumbuh/berasal dari epidermis. Peranan kulit dan saraf Jika kulit segera menutupi luka pada amputasi salamander, maka regenerasi terhalang. Seperti ditemukan pada katak, kulit segera menutupi luka. Karena itu jika kaki katak diamputasi, tak terjadi regenerasi, karena kulit segera menutupi luka tersebut. Dengan pemberian larutan garam untuk mencegah lapisan dermis kulit bergerak ke luka, ternyata dapat terjadi regenerasi. Jika hanya epidermis kulit yang menutup luka, maka regenerasi dapat terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa kulit, terutama dermis, mengandung suatu zat yang memblokir proses regenerasi. Dalam proses terjadinya regenerasi memerlukan kehadiran urat saraf. Jika saraf dipotong

waktu larva, kemudian anggota tubuh tersebut diamputasi, maka tidak ada regenerasi yang berlangsung. Dedifferensiasi akan terus berlangsung, tapi sel-selnya diabsorbsi masuk ke dalam tubuh, sehingga akhirnya proses regenerasi berhenti. Jika hanya saraf saja yang dipotong, tapi anggota tubuh tetap, anggota itu idak akan berdegererasi. Tapi jika saraf dipotong dan anggota tubuh diamputasi, maka tunggulnya akan berdegerasi. Jika dialihkan saraf lain ke tunggul amputasi yang sarafnya sendiri lebih dulu sudah diangkat, ternyata ada regenerasi. Hal tersebut membuktikan bahwa perlu kehadiran saraf dalam proses regenerasi. Tentang zat yang terkandung atau keluar dari saraf, yang bersifat trophic terhadap regenerasi tersebut belum diketahui.eksperimen selanjutnya terhadap amputasi anggota tubuh salamander ialah jika saraf diangkat setelah blastema terbentuk, maka regenerasi akan terus berlangsung. Jadi nampaknya saraf perlu untuk pembentukan blastema. Namun terjadi keanehan, yaitu jika sejak embryo saraf diangkat, pertumbuhan anggota akan terus berlangsung. Jika diamputasi pun, bagian tersebut akan beregenerasi. Sepertinya keperluan akan kehadiran saraf di tunggul amputasi hanya semacam ketagihan. REGENERASI HISTOLOGIS Pada Mammalia, termasuk manusia, daya regenerasinya sangat rendah, hanya terbatas pada taraf histologist, tidak sampai anatomis. Jaringan yang dapat beregenerasi ialah tulang, tulang rawan, otot, saraf, jaringan ikat dan juga beberapa kelenjar pencernaan seperti hati dan pancreas. Tulang Tulang dikenal paling tinggi penyembuhannya. Hal tersebut bisa diamati pada saat terjadi patah tulang. Mula-mula darah membeku di tempat patahan (fraktur). Disusul dengan hancurnya matriks tulang, dan osteosit di tempat tersebuat akan mati. Periosteum dan endosteum di sekitar patahan akan bereaksi dengan terjadinya proliferasi fibroblastnya. Sehingga terjadi penumpukan sel-sel di celah patahan. Proses tersebut akan disusul dengan terbentuknya tulang rawan hialin di daerah tersebut. Kemudian akan terjadi proses osifikasi secara Endochondral dan membranous. Trabeculae terbentuk di celah patahan, yang menghubungkan kedua ujung patahan, disebut callus. Ossifikasi berlangsung terus, sampai semua celah tersebut terisi kembali dengan bahan tulang. Dalam rangka menyembuhkan patah tulang biasanya dilakukan penekanan dari luar,

biasanya berupa bilah papan. Hal tersebut akan menolong remodeling callus sehingga kedua tepi patahan bertaut dengan rata oleh callus. Pada tahap akhir, callus akan diresap dan diganti oleh tulang lamella. Tulang rawan Tulang rawan sulit beregenerasi setelah dewasa. Biasanya hasil regenerasi tersebut tidak sempurna seperti semula. Seperti halnya dengan penyembuhan patah tulang, di sisi sel-sel fibroblast dari perichondrium masuk patahan dan menghasilkan jaringan tulang rawan disitu. Jika terjadi kerusakan tulang rawan yang besar, maka sel fibroblast di tempat patahan akan membentuk jaringan ikat rapat.

Otot Otot jantung pada orang dewasa tidak dapat beregenerasi. Jika terjadi kerusakan (seperti infarct jantung), bekas otot yang rusak ditempati jaringan ikat berupa parut. Pada otot lurik, regenerasi dilakukan oleh sel satelit yang terletak bersebar di lamina basalis yang menyelaputi serat otot. Ketika terjadi kerusakan, sel-sel satelit sekitar kerusakan tersebut akan aktif dan berproliferasi, membentuk sel-sel otot lurik baru. Otot polos dapat beregenerasi sendiri dengan melakukan mitosis berulang-ulang untuk menggantikan bagian yang rusak. Saraf Serat saraf tepi yang putus dapat beregenerasi, asalkan perikaryon (soma neuron) tidak ikut rusak. Jika urat saraf terpotong, bagian ujung yang lepas dari perikaryon akan berdegerasi dan debrisnya diphagocytisis makrofag. Bagian pangkal yang berhubungan dengan perikaryon tetap bertahan dan akan beregenerasi. Proses yang terjadi adalah sebagai berikut: 1. Chromatolysis, yakni melarutnya badan Nissl 2. Perikaryon membesar. 3. Inti berpindah ke tepi 4. Bagian ujung akson yang dekat luka berdegenerasi sedikit, lalu tumbuh lagi. 5. Di ujung akson yang putus, setelah semua hancur dan dibersihkan makrofag, sel Schwann berproliferasi membentuk batang sel-sel. Bagian proximal akson kemudian

tumbuh dan bercabang-cabang mengikuti batang sel-sel Schwann ke bagian distal, sehingga mencapai alat effector (otot, kelenjar). Jika jarak antara proksimal dengan distal yang putus jauh sekali dan batang sel-sel Schwann tak mencapai ujung bagian proksimal itu, ujung proksimal yang tumbuh tak sampai ke alat effector. Terbentuk gumpalan serabut saraf lepas di bawah kulit bekas luka atau amputasi, yang akan terasa sangat nyeri. Oleh karena itu, kehadiran sel-sel Schwann di bagian effector sangat perlu untuk mengarahkan atau jadi pedoman bagi axon untuk tumbuh. Jika neuron yang putus jaraknya terlalu dekat dengan bagian perikaryon, tidak aka nada reaksi sel-sel Schwann di bagian effector dan perikaryon lama-kelamaan akan mati. Neuroglia, termasuk sel Schwann, dapat beregenerasi dengan melakukan mitosis. Celahcelah bekas tempat neuron yang rusak dan hancur di saraf pusat (otak atau sumsum tulang belakang), misalnya karena penyakit atau kerusakan lain, akan diisi lagi oleh neuroglia, bukan oleh neuron baru. Hati Daya regenerasi hati cukup tinggi. Pada tikus, 2/3 belahan hati dapat diangkat, dan beberapa hari kemudian akan tumbuh lagi sampai sebesar semula. Jika hati terkontaminasi zat kimia yang sifatnya meracun sel-selnya, seperti hidrokarbon berchlor atau karena saluran empedu tersumbat, sebagian belahan hati dapat rusak. Yang rusak ini dapat diperbaiki lagi. Sel-sel epitel pelapis saluran empedu dalam hati dapat ikut bermitosis untuk menumbuhkan saluran-saluran baru bagi bagian yang sedang beregenerasi. Semakin lanjut umur seseorang, maka daya regenerasi hati akan semakin susut atau berkurang. Pancreas Daya regenerasi pancreas sangat rendah. Jika segumpal pancreas rusak dan lepas, regenerasi tidak akan dapat mengembalikan alat tersebut seperti semula, hanya terjadi perbaikan di daerah pinggir yang sangat tipis. Gumpalan yang hilang tadi tidak akan terganti. Tapi jika sebagian kecil saja yang rusak, dapat terjadi regenerasi pada saluran danpulau Langerhans, sedangkan regenerasi pada kelenjar acini sangat rendah dan sedikit. Diposkan ol

ekor itu tidak semula kembali karena ekor yang baru itu tidak m e n g a n d u n g notochord lagi. Kulit yang segera menutupi luka amputasi cicak akan menyebabkanregenerasi terhalang, namun jika hanya epidermis kulit yang menutup luka makaregenerasi terjadi. Hal ini menunjukkan kulit terutama kulit dermis mengandungsuatu zat yang memblokir proses regenerasi (Balinsky, 1983).Berdasarkan pengamatan cicak yang telah diputus ekornya dan dipeliharakurang lebih selama satu bulan mempunyai daya regenerasi sebagai berikut: minggu pertama: cicak mengalami pertambahan panjang 2 mm minggu kedua: cicak panjang mengalami pertambahan

3 m m Menurut Kalthof (1996), Regenerasi tidak sempurna ditandai

dengan adanya bentuk tubuh yang sama, tetapi ukurannya berbeda pada salah satu fase regenerasi.Faktor-faktor yang mempengaruhi petumbuhan dan perkembangan hewan dapatdibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi gendan hormon. Faktor eksternal meliputi air, makanan dan cahaya.1 . H o r m o n H o r m o n m e r u p a k a n s e n y a w a o r g a n i k y a n g m e n g a t u r p e r t u m b u h a n d a n perkembangan hewan adalah hormon somatotrof (hormon pertumbuhan).B i l a h e w a n k e k u r a n g a n h o r m o n p e r t u m b u h a n , m a k a p e r t u m b u h a n a k a n terhambat sehingga badannya kerdil. Bila kelebihan hormone pertumbuhan,maka akan mengalami pertumbuhan raksasa.2 . G e n Gen merupakan faktor keturunan yang diwariskan dari orang tua (induk)kepada keturunannya. Gen akan m e n g e n d a l i k a n p o l a p e r t u m b u h a n d a n perkembangan hewan.3 . M a k a n a n

Makanan sangat diperlukan oleh hewan maupun makhluk hidup l a i n n y a . Makanan digunakan sebagai zat pembangun tubuh dan sumber

energi.4

Air merupakan pelarut dan media untuk terjadinya reaksi

metabolisme tubuh.Reaksi metabolisme ini akan menghasilkan energi, membantu pembentukansel-sel yang baru, dan memperbaiki sel-sel yang rusak.5 . C a h a y a M a t a h a r i Cahaya matahari sangat diperlukan dalam pembentukan vitamin D. Vitaminitu diperlukan dalam pembentukan tulang. V . K E S I M P U L A N

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat d i a m b i l kesimpulan sebagai berikut :1 . R e g e n e r a s i a d a l a h p r o s e s p e r t u m b u h a n d a n p e r b a i k a n p a d a b a g i a n o r g a n yang hilang atau rusak.

2.Proses penyembuhan ekor yang terpotong dimulai d e n g a n t e r j a d i n y a pembekuan darah disekitar luka yang nantinya akan terbentuk scab. V I . D A F T A R R E F E R E N S I

Balinsky, B. I. 1981. An Introduction to Embriology. W. B. Saunders Company,Philadelpia.Balinsky, B. I. 1983. An Introduction to Embriology. W. B. Saunders Company,LondonClause R. Amanda. 2006. Caudal Autotomy and Regeneration in LizardsKimbal, J. W. 1993. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.

Khaltoff, Klaus. 1996. Analysis of Biological Development . McGraw-Hill,Inc, NewYork Radiopoetro. 1986. Zoologi. Erlangga. JakartaSounder, J. W. 1982. Developmental Biology. Macmillan Publishing Co. New York.

2.1. Cacing Tanah Secara sistematik, acing tanah bertubuh tanpa kerangka yang tersusun oleh segmen-segmen (bagian-bagian ) fraksi luar dan fraksi dalamyang saling brhubungan secara integral, diselaputi oleh epidermis (kulit) berupa kutikula (kulit kaku) berpigmen tipis dan setae (lapisan daging semu bawah

kulit), kecuali pada dua segmen pertama (bagian mulut) ; bersifat hermaprodit (kelamin ganda) dengan gonads (peranti kelamin) seadanya pada segmen-segmen tertentu. Apabila dewasa bagian epidermis pada posisi tertentu akan membengkak membentuk klitelum (tabung peranakan atau rahim), tempat mengeluarkan kokon (seludang bulat) berisi telur dan ova (bakal telur). Setelah kawin (kopulasi), telur akan berkembang didalamnyadan apabila menetas langsung serupa cacing dewasa. Secara struktural, cacing tanah mempunyai rongga besar coelomic yang mengandunag coelomocytes (pembuluh-pembuluh mikro), yang merupakan system vaskuler (bejana) tertutup. Saluran makanan berupa tabung anterior dan posterior,ekskresi (kotoran) dikeluarkan lewat anus atau peranti khusus yang disebut nephridia. Respirasi (pernapasan) terjadi melalui kulit (kutikuler). a. Segmentasi Luar Bagian luar cacing tanah tersusun oleh barisan segmen-segmen yang diperantai oleh alur atau lekukan antar segmen yang bertepatan dengan posisi septa pembagi badan secara internal. Segmensegmen ini mempunyai lebar yang bervariasi dan paling lebar pada zona anterior dan zona kliteler. Dalam pendiskripsiannya, segmen-segmen dan alur antarsegmen ini di beri kombinasi nomor urut dari depan ke belakang,3/4 berarti nomor segmen ke-3 (S ke -3) dan nomor alur antar segmen ke-4 (AAS ke-4). Segmen-segmen eksternal juga mempunyai alur-alur sekunder. Segmen anterior yang paling depan (segmen pertama) yang mengelilingi mulut dan tempat menempelnya prostomium (cuping mulut)dan peristomium (bibir). Sebagai unit mulut peristomium dan prostomium menyatu dalam kombinasi posisi yang bervariasi menurut spesiesnya sehingga karakter ini merupakan salah satu kunci deskripsispesies cacing tanah. b. Chaeotaxy (pola susunan setae) Setae adalah struktur fungsional sebagi pemegang substrat dan peranti bergerak termasuk dalam berkopulsi berbentuk serupa bulu yang timbul di dalam kantung rambut pada bagian luar kulita yang dapat dimelarkerutkan melalui otot protractor retractor. Kedua otot ini tumbuh dari lapisan otot sirkuler, melewati otot longitudinaldi dasar lubang rambut. Setae mempunyai bentuk yang bervariasi tergantung spesiesnya, ada yang berbentuk batang, jamur atau serupa rambut. Bentuk ini juga tergantung posisinya yang paling sering adalah seperti pada Lumbricus, yaitu berbentuk kurva sigmoid dengan panjang sekitar 1mm. Pada L. terrestris, setae ini membesar baik pada ujung anterior maupun posteriornya. c. Pigmentasi pada kulit Warna cacing tanah tergantung pada ada tidaknya dan jenis pigmen yang dimilikinya. Sel atau butiran pigmen ini berada di dalam lapisan otot di bawah kulitnya. Paling tidak sebagian warna juga disebabkan oleh adanya cairan kulomik kuning atau sel klorogagen hijau dekat permukaan. Warna bagian dada dan perut umumnya lebih muda ketimbang bagian lainnya, kecuali misalnya Megascolesidae yang berpigmen gelap, berwarma sama. Pigmen cacing tanah umumnya adalah profirins, yang boleh jadi berasal dari hasil hancuran sel klorogagen. Cacing yang tanpa atau berpigmen sedikit jika berkulit transparan biasanya terlihat berwarna merah atau pinkakibat adanya haemoglobin dari zona di permukaan pembuluh kapiler tetapi jika kulitnya tidak transparan akan terlihat putih d. Kulom (rongga badan)

Kulom merupakan rongga sepanjang badan yang berisi cairan kulomik. Cairan kulomik ini berwarna putih susu dan kadangkala kun ing oleh adanya eleosit, yaitu sel-sel berlemak butiran, seperti pada Dendrobaena snbrubicunda.

e. Saluran pencernaan Saluran makanan cacing tanah pada dasarnya berupa tabung yang memanjang dari mulut hingga anus, dengan diferensiasi berupa liang: a. buccal yaitu tabung mulut sepanjang 1-2 segmen pertama, b. pharynx yaitu tabung lanjutan yang melebar ke bawah sepanjang hingga segmen ke-6, atasnya tebal, berlendir, glanduler, dan mempunyai kelenjar pharyngealyang tammapk seperti massa putih ; berfungsi sebagi pompa pengisap, c. oesophagus yaitu terusan pharynx berupa tabung sempit, d. crop adalah modifikasi tabung belakang berbentuk tembolokberfungsi sebagai gudang penyimpanan, e. gizzard empedu dan , f. instestin berupa saluran pencernaan berbentuk lurus yang berakhir pada anus. Namun sebagian besar cacing aquatic tidak mempunyai gizzard dan kadangkala juga crop. Cacing tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan sistem pertahanan mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu dapat menghadapi invasi mikroorganisme patogen di lingkungan mereka. Penelitian yang telah berlangsung selama sekitar 50 tahun menunjukkan bahwa cacing tanah memiliki kekebalan humoral dan selular mekanisme. Selain itu telah ditemukan bahwa cairan selom cacing tanah mengandung lebih dari 40 protein dan pameran beberapa aktivitas biologis sebagai berikut: cytolytic, proteolitik, antimikroba, hemolitik, hemagglutinating, tumorolytic, dan kegiatan mitogenic. Cairan dari selom foetida Eisenia Andrei telah diteliti memiliki sebuah aktivitas antimikroba terhadap Aeromonas hydrophila dan Bacillus megaterium yang dikenal sebagai patogen cacing tanah. Setelah itu diperoleh dua protein, bernama Fetidins, dari cairan selom cacing tanah dan menegaskan bahwa aktivitas antibakteri ini disebabkan karena fetidins. Lumbricus rubellus juga memiliki dua agen antibakteri bernama Lumbricin 1 dan Lumbricin 2. Baru-baru ini, dua jenis faktor antibakteri yang mempunyai aktivitas seperti lisozim dengan aktivitas hemolitik serta pengenalan pola protein bernama selom cytolytic faktor (CCF) telah diidentifikasi dalam foetida Eisenia cacing tanah. Lysenin protein yang berbeda dan Eisenia foetida lysenin-seperti protein memiliki beberapa kegiatan yang diberikan cytolytic hemolitik, antibakteri dan membran-permeabilizing property. 2.2. Regenerasi Regenerasi dalam biologi adalah menumbuhkan kembali bagian tubuh yang rusak atau lepas. Daya regenerasi paling besar pada echinodermata dan platyhelminthes yang dimana tiap potongan tubuh dapat tumbuh menjadi individu baru yang sempurna. Pada Anelida kemampuan itu menurun. Daya itu tinggal sedikit dan terbatas pada bagian ujung anggota pada amfibi dan reptil. Pada mamalia daya itu paling kecil, terbatas pada penyembuhan luka. Regenerasi berlangsung melalui dua cara yaitu : (1) Epimorfis, apabila perbaikan disebabkan oleh proliferasi jaringan baru yang disebut blastema diatas jaringan lama.(2) Morfalaksis, apabila perbaikan disebabkan oleh reorganisasi jaringan lama. Pada Annelida daya regenerasinya terbatas. Jika tubuh dipotong-potong, setiap potongan dapat tumbuh menjadi individu baru yang utuh, tapi segmennya tidak selengkap semula. Alat genitalia tak ikut beregenerasi. Jika potongan tak mengandung genitalia asli individu baru yang berasal dari situ

tak bergenitalia. Hirudinea (pacet dan lintah) tidak beregenerasi. Nematoda juga tidak beregenerasi. (http://semilirsenja.blogspot.com/2010/03/regenerasi.html) Pada kebanyakan Annelida terbukti regenerasi dapat dilkukan sangat terbatas, misalnya hanya beberapa segmen saja dari bagian anterior yang dapat dibentuk, dan jumlah segmen ini tergantung pada spesies.Pada cacing tanah Alloobophora foetida jumlah itu empat atau lima saja. Apabila lima segmen itu kurang dipotong dari dari bagian anterior dari cacing ini, maka regenerasi akan terjadi secara lengkap. Tetapi apabila lebih dari lima segmen dipotong, maka hanya empat atau lima segmen baru yang dibentuk, dan dengan demikian cacing ini akan lebih pendek dari aslinya. Apabila potongan dilakukan di belakang segmen genital (segmen 10-14), maka hanya empat atau lima segmen kearah anterior yang dibentuk dan alat genital yang ikut terpotong tidak pernah diperbaharui. Dengan demikian tipe regenerasi yang terjadi adalah epimorfis. Epimorfis umum dijumpai pada hewan tingkat tinggi. III. METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan - cacing tanah - silet - penggaris - tanah 3.2 Prosedur Kerja 1. Diukur cacing tanah menggunakan penggaris 2. Diamati letak klitelum cacing tanah 3. dipotong bagian tubuh cacing tanah sebelum klitelum , lalu ukur bagian tersebut menggunakan penggaris 4. Masukan potongan tubuh tersebut ke tanah lalu di amati 5. lakukan langkah yang sama pada pemotongan bagian tubuh cacing setelah klitelum.

Anda mungkin juga menyukai