Anda di halaman 1dari 53

Kebutuhan Cairan, Elektrolit dan

Keseimbangan Cairan-Elektrolit

Oleh : Alpan Habibi, S.Kep.,Ns

Program Studi S1 Keperawatan FIKes UMT


Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

• Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu


proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam
berespons terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan.

PRESENTASI CAIRAN
DALAM TUBUH
CAIRAN & ELEKTROLIT
• Cairan Tubuh  Larutan yang terdiri dari air
(pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).

• Elektrolit  Zat kimia yang menghasilkan


partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan.
Distribusi Cairan Tubuh
• Cairan didalam sel tubuh

CAIRAN •

Sekitar 42% dari total berat badan
Dewasa sekitar 2/3 jumlah total cairan tubuh
INTRASELULER • Dewasa: 28 liter (laki-laki), 20 liter (perempuan)

• Cairan diluar sel tubuh, yang terdiri dari :


• Cairan Interstisial (cairan limfa)
• Cairan Intravaskular (plasma darah)
CAIRAN • Cairan Transeluler (cairan serebrospinal, pleural,
gastrointestinal, intraokuler, peritoneal, dan
EKSTRASELULER sinovial)
• Sekitar 17% berat badan total
• Dewasa sekitar 1/3 jumlah total cairan tubuh
SUMBER AIR TUBUH
Sumber Jumlah

Air Minum 1.300-2.000 ml/ hari

Air dalam Makanan 700 ml/ hari

Air dari Hasil Metabolisme Tubuh 200 ml/ hari

JUMLAH 2.200-2.900 ml/ hari


Kebutuhan Air Berdasarkan Umur Dan
Berat Badan
FUNGSI CAIRAN
1. Mempertahankan panas tubuh dan
pengaturan temperatur tubuh
2. Transport nutrien ke sel
3. Transport hasil sisa metabolisme
4. Transport hormon
5. Pelumas antar organ
6. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam
sistem kardiovaskuler
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Keseimbangan cairan dan elektrolit adalah


keseimbangan antara asupan dan keluaran
cairan.
INTAKE OUTPUT
Makanan 700 Urine 1.200-1500
Minuman 1.300-2.000 Feses 100
Hasil Metabolisme 200 Paru-paru 300-500
Kulit 600-800
JUMLAH 2.200-2.900 JUMLAH 2.200-2.900
PRINSIP DASAR KESEIMBANGAN
CAIRAN
1. Air bergerak melintasi membran sel karena osmolaritas
cairan interseluler dan ekstraseluler tetapi hampir sama satu
sama lain kecuali beberapa menit setelah perubahan salah
satu kompartemen.

2. Membran sel hampir sangat impermeabel terhadap banyak


zat terlarut karena jumlah osmol dalam cairan ekstraseluler
atau intraseluler tetapi konstan, kecuali jika zat terlarut
ditambahkan atau dikurangi dari kompartemen ekstraseluler.
Dengan kondisi ini kita dapat menganalisis efek berbagai
kondisi cairan abnormal terhadap volume dan osmolaritas
cairan ekstraseluler dan osmolaritas cairan intraseluler.
Faktor yang Mempengaruhi
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Usia
2. Aktivitas
3. Iklim
4. Diet
5. Stres
6. Penyakit
7. Tindakan Medis
8. Pengobatan
9. Pembedahan
Pergerakan Cairan Tubuh
• merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan
elektrolit didifusikan sampai menenambus membran sel. Kecepatan difusi dipengaruhi
Difus oleh ukuran molekul, konsenrasi larutan, dan temperatur.
i

• merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran semipermeabel


dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang
Osm sifatnya menarik.
osis

• Proses transpor aktif memerlukan energi metabolisme. Proses tranpor aktif penting
untuk mempertahankan keseimbangan natrium dan kalsium antara cairan intraseluler
Trans dan ekstraseluler. Dalam kondisi normal, konsentrasi natrium lebih tinggi pada cairan
for intraseluler dan kadar kalium lebih tinggi pada cairan ekstraseluler.
Aktif
Cara Perpindahan Cairan Tubuh
1. Fase I : Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam
sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru
dan tractus gastrointestinal.

2. Fase II : Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari


darah kapiler dan sel

3. Fase III : Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah


dari cairan interstitial masuk ke dalam sel.Pembuluh darah
kapiler dan membran sel yang merupakan membrane
semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan
komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.
Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan
Cairan dan Elektrolit
1. Ginjal
2. Kulit
3. Paru
4. Gastrointestinal
1. Ginjal

• Sebagai pengatur air


• Pengatur konsentrasi garam (Na+) dalam darah
• Pengatur keseimbangan asam-basa darah dan
• Ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.

Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal,
seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500
cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang tersaring
(filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua
bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan
aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2. Kulit

• Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas.
Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan
mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas
dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung banyaknya
darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat
dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi (pengalihan panas ke benda
yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan yang lebih dingin).
• Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis.
Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang
lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui
aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.
3. Paru

• Organ paru berperan mengeluarkan cairan


dengan menghasilkan Insensible Water Loss
(IWL) kurang lebih 400 ml/hari. Proses
pengeluaran cairan terkait dengan respons
akibat perubahan upaya kemampuan bernapas.
4. Gastrointestinal

• Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam


mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan
pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam
system ini sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan
keseimbangan cairan dapat melalui system endokrin, seperti:
system hormonal contohnya:
a) ADH
b) Aldosteron
c) Prostaglandin
d) Glukokortikoid
e) Mekanisme rasa haus
4. Gastrointestinal
PENGATURAN ELEKTROLIT
1. Natrium (Na+)
2. Kalium (K+)
3. Kalsium (Ca2+)
4. Magnesium (Mg2+)
5. Klorida (Cl-)
6. Bikarbonat (HCO3-)
7. Fosfat
NILAI NORMAL ELEKTROLIT
Jenis Elektrolit Nilai Normal

Natrium 135 - 145 mEq/L

Kalium 3.5 - 5 mEq/L

Kalsium 4.5 – 5.8 mEq/L (8.5 – 10.5 mg/dl)

Magnesium 1.5 – 2.5 mEq/L

Klorida 98 – 106 mEq/L

Bikarbonat 24 – 28 mEq/L

Fosfat 2.7 – 4.5 mg/dl


GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN
DAN ELEKTROLIT TUBUH
1. Ketidakseimbangan Cairan
2. Defisit Volume Cairan
3. Defisit Cairan
4. Dehidrasi
5. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)
6. Edema
1. Ketidakseimbangan Cairan
Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu
gangguan keseimbangan isotonis dan osmolar.Ketidakseimbangan
isotonis terjadi ketika sejumlah cairan dan elektrolit hilang
bersamaan dalam proporsi yang seimbang. Sedangkan
ketidakseimbangan osmolar terjadi ketika kehilangan cairan tidak
diimbangi dengan perubahan kadar elektrolit dalam proporsi yang
seimbang sehingga menyebabkan perubahan pada konsentrasi dan
osmolalitas serum. Berdasarkan hal tersebut, terdapat empat
kategori ketidak seimbangan cairan, yaitu :
a. Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik
b. Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)
c. Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan
d. Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)
2. Defisit Volume Cairan
• Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam

jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia.Umumnya,

gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan

interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.Untuk

untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum,

defisit volumecairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit,

penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan

berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan

ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial

seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisitertentu, seperti

terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran

pencernaan.
3. Defisit Cairan
Faktor Resiko
1. kehilangan cairan berlebih (muntah,
diare,dan pengisapan lambung) tanda klinis :
kehilangan berat badan
2. ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia,
mual muntah, tidak ada cairan dan depresi
konfusi) tanda klinis : penurunan tekanan
darah
4. Dehidrasi
• Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat kehilangan

cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional,

terutama natrium.Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan kadarnatrium,

peningkatan osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari sel dan

kompartemen interstitial menuju ruang vascular. Kondisi ini menybabkan gangguan

fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko mengalami dehidrasi salah satunya

adalah individu lansia.Mereka mengalami penurunan respons haus atau pemekatan

urine.Di samping itu lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar sehingga beresiko

tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit dalam tubuh.Klien

dengan diabetes insipidus akibat penurunan hormon diuretik sering mengalami

kehilangan cairan tupe hiperosmolar. Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan


5. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam

proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan

tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload

cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan. Penyebab spesifik kelebihan cairan,

antara lain :

a. Asupan natrium yang berlebihan

b. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan gangguan mekanisme regulasi

cairan.

c. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung (gagal ginjal kongestif), gagal ginjal, sirosis hati,

sindrom Cushing

d. Kelebihan steroid.

Kelebihan Volume Cairan, Factor resiko :

1) Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena. Tanda klinis : penambahan berat badan

2) Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan. Tanda klinis : edema perifer dan nadi kuat
6. Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam kompartemen ekstraselulermeningkatkan

tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema).

Edema yang sering terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat local atau menyeluruh, tergantung pada

kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi ketika adapeningkatan produksi cairan interstisial/gangguan perpindahan

cairan interstisial. Hal ini dapat terjadi ketika:

a. Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang menyebabkan perpindahan cairan dari kapiler

menuju ruang interstisial).

b. Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia, obstruksisirkulasi vena) yang menyebabkan cairann

dalam pembuluh darahterdorong ke ruang interstisial.

c. Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade limfatik)

Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau cekungan setelah dilakukan penekanan pada area yang

bengkak. Cekungan unu terjadiakibat pergerakan cairan dari daerah yang ditekan menuju jaringan sekitar (menjauhi lokasi

tekanan). Umumnya, edema jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh gangguan natrium. Adapun edema yang disebabkan

oleh retensi cairan hanya menimbulkan edema non pitting.


JENIS-JENIS CAIRAN
1. HIPOTONIK
2. ISOTONIK
3. HIPERTONIK
1. CAIRAN HIPOTONIK
2. CAIRAN ISOTONIK
3. CAIRAN HIPERTONIK
PEMBAGIAN CAIRAN
1. KRISTALOID
2. KOLOID
1. KRISTALOID
2. KOLOID
JENIS-JENIS CAIRAN INFUS
1. Asering
2. KA-EN 1B
3. KA-EN 3A & KA-EN 3B
4. KA-EN MG3
5. KA-EN 4A
6. KA-EN 4B
7. Otsu NS
8. Otsu RL
9. MARTOS 10
10. AMIPAREN
11. AMINOVEL -600
12. PAN-AMIN G
1. ASERING
2. KA-EN 1B
3. KA-EN 3A & KA-EN 3B
4. KA-EN MG3
5. KA-EN 4A
6. KA-EN 4B
7. Otsu NS
8. Otsu RL
9. MARTOS 10
10. AMIPAREN
11. AMINOVEL 600
12. PAN-AMIN G
CARA MENGHITUNG TETESAN INFUS
FAKTOR TETES
FAKTOR TETES BAYI/ANAK
• Faktor tetes = 60
CONTOH SOAL
Kebutuhan Cairan, Elektrolit dan
Keseimbangan Cairan-Elektrolit
• Pemberian Terapi Cairan Intravena
• Pemberian Tranfusi Darah
• Menghitung Intake Output

Anda mungkin juga menyukai