Anda di halaman 1dari 26

lOMoARcPSD|17506549

LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DISUSUN OLEH:

1. ADE PUTRI KUSUMA DEWI


2. EVI SUZANNA
3. OCVALIANDINY
4. YUNITA HANDAYANI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG
2022
lOMoARcPSD|17506549

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


(CAIRAN DAN ELEKTROLIT)

A. Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan (Abdul 2008).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto dan Wartonah,
2004).
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output.
Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml-
3.500ml/hari, biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan
mekanisme haus.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya.

B. Komposisi Cairan Utama


Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
1. Cairan Intra Seluler (CIS)
Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di
seluruh tubuh (Abdul 2008). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari
total cairan tubuh (Total Body Water [TBW]). CIS merupakan media
lOMoARcPSD|17506549

tempat terjadinya aktivitas kimia sel (Taylor, 1989). Pada orang


dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh atau ⅔ dari TBW,
contoh: pria dewasa 70kg CIS 25liter. Sedangkan pada bayi 50%
cairan tubuhnya adalah cairan intraseluler.
2. Cairan Ekstra Seluler (CES)
Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa
CES menyusun sekitar 20% berat tubuh (Price dan Wilson, 1986).
Menurut Abdul (2008) CES terdiri dari 3 kelompok yaitu :
1). Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem
vaskuler.
2). Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel.
3). Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit
tubuh serta mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan
mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang
berperan yaitu :anion dan kation.

C. Faktor-Faktor Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain :
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena
usia akanberpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan
berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan
keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi
ginjal atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan
lOMoARcPSD|17506549

cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang


yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan
sampai dengan 5L/hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit.
Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar
protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan
protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam
proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan
edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan
natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air
melaluiIWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan
kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat
haus dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal
dari kondisi dehidrasi intraseluler, Sekresi angiotensin II sebagai respon
dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan
penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
lOMoARcPSD|17506549

bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri.


Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi
oleh tractus gastrointestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute
(proses) yaitu:
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus
urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam
kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml/24 jam, atau
sekitar 30-50 ml/jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat
kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila
aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan
menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam
tubuh.
b. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan
tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL/hari, tapi bila
proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat
meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang
panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan
impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL/hari,
yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus
besar (kolon).

D. Pergerakan Cairan dan Elektrolit Tubuh


Mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam 4 proses
transport:
lOMoARcPSD|17506549

1. Difusi
Yaitu perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju
area berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane
semipermiabel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh tiga hal, yakni
ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan temperatur larutan.
2. Filtrasi
Yaitu pergerakan cairan dan zat terlarut dari area dengan tekanan
hidrostatik tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah. Filtrasi
penting dalam mengatur cairan keluar dari arteri ujung kapiler. Ini
memungkinkan kekuatan yang memungkinkan ginjal untuk
memfilter 180 liter/hari.
3. Transport Aktif
Yaitu proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk
berpindah melintasi membrane sel melewati gradien konsentrasinya
(gerakan partikel dari konsentrasi 1 ke konsentrasi lain tanpa
memandang tingkatannya.
4. Osmosis
Yaitu perpindahan cairan melintasi membran semipermiabel dari
area berkonsentrasi menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Osmosis
dapat melewati semua membran bila konsentrasi yang terlarut
keduanya berubah.

E. Regulasi Elektrolit
1. Kation, terdiri dari :
a. Sodium (Na+) :
1). Kation berlebih di ruang ekstraseluler.
2). Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler.
3). Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus.
4). Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar
ion hidrigen pada ion sodium di tubulus ginjal : ion hidrogen
lOMoARcPSD|17506549

di ekresikan.
5). Sumber : snack, kue, rempah-rempah, dan daging panggang.
b. Potassium (K+) :
1). Kation berlebih di ruang intraseluler.
2). Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel.
3). Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle
dannerves.
4). Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.
c. Calcium (Ca++) :
1). Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride
di dalam tulang dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat.
2). Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle.
3). Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan
prosespengaktifan protrombin dan trombin.
4). Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang,
sayuran,dll.
2. Anion, terdiri dari :
a. Chloride (Cl-) :
1). Kadar berlebih di ruang ekstrasel.
2). Membantu proses keseimbangan natrium.
3). Komponen utama dari sekresi kelenjar
gaster. 4). Sumber : garam dapur.

b. Bicarbonat (HCO3-) :

1). Bagian dari bicarbonat buffer system.


2). Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam
karbonat dansuasana garam untuk menurunkan PH.
3). Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal.

c. Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-) :

1). Bagian dari fosfat buffer system.


2). Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel.
lOMoARcPSD|17506549

3). Bersama denganion kalsium meningkatkan kekuatan dan


kekerasan tulang.
4). Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.
5).
F. Gangguan Volume Cairan
1. Hipovolemia (Kekurangan Volume Cairan)
Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit
hilang pada proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan
tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama
(Brunner dan suddarth, 2002), pengertian hipovolemia yaitu sebagai
berikut :
a. Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume
cairan ekstraseluler (CES).
b. Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES).
c. Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian
ekstraseluler (CES)

Etiologi
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
a. Penurunan masukkan.
b. Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro
intestinal, ginjal abnormal, dll.
c. Perdarahan.

Patofisiologi:
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan
cairandan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional
(isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya,
gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu
diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler
sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan
intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh
lOMoARcPSD|17506549

beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit,


penurunan asupancairan , perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi
ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan
ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi
intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium,
perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapatterjadi akibat
obstruksi saluran pencernaan.

Manifestasi klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada
klien dengan hipovolemia antara lain: pusing, kelemahan, keletihan,
sinkope, anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan, mental,
konstipasi, oliguria. Tergantung jenis kehilangan cairan hipovolemia
dapat disertai ketidak seimbangan asam basa, osmolar/elektrolit.
Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat
berupa peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan
frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan
vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon antideuritik (ADH), dan
pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama menimbulkn
gagal ginjal akut.

Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volumecairan dapat
mengakibatkan :
a. Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Kejang pada dehidrasi hipertonik.
lOMoARcPSD|17506549

2. Hipervolemia (Kelebihan Volume Cairan)


Hipervolemia (FVE) yaitu Keadaan dimana seorang individu
mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler
atau interstisial. (Carpenito, 2000). Kelebihan volume cairan
mengacu pada perluasan isotonok dari CES yang disebabkan oleh
retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang
lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini
selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh
total, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan air tubuh total.
(Brunner dan Suddarth. 2002).

Etiologi
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
a. Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natriumdan
air.
c. Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
d. Perpindahan interstisial ke plasma.

Patofisiologi
Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam
kompartemen ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya
retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih
normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh
peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi
akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis
pada proses regulasi keseimbangan cairan.

Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien
dengan hipervolemia antara lain : sesak nafas, dan ortopnea.
Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hiperlemia adalah berupa
pelepasan Peptida Natriuretik Atrium (PNA), menimbulkan
lOMoARcPSD|17506549

peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh ginjal dan
penurunan pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada
homeostatisiselektrolit, keseimbangan asam-basa dan osmolalitas
sering menyertai hipervolemia. Hipervolemia dapat menimbulkan
gagal jantung dan edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan
disfungsi kardiovaskuler.

Komplikasi
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
a. Gagal ginjal, akut atau kronik, berhubungan dengan peningkatan
preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung.
b. Infark miokard.
c. Gagal jantung kongestif.
d. Gagal jantung kiri.
e. Penyakit katup.
f. Takikardi/aritmia berhubungan dengan hipertensi porta,
tekanan osmotik koloid plasma rendah, etensi natrium.
g. Penyakit hepar: Sirosis, Asites, Kanker berhubungan
dengan kerusakan arus balik vena.
h. Varikose vena.
i. Penyakit vaskuler perifer.
j. Flebitis kronis

Sedangkan gangguan lainya meliputi:


a. Gangguan Ketidak Seimbangan Elektrolit
1). Hyponatremia dan hypernatremia
Hyponatremia yaitu kekurangan sodium pd cairan
extrasel maksudnya terjadi perubahan tekanan osmotic
sehingga cairan bergerak dari extrasel ke intrasel
mengakibatkan sel membengkak. Sedangkan hypernatremia
yaitu kelebihan sodium pada cairan extrasel sehingga tekanan
osmotic extrasel meningkat mengakibatkan cairan intrasel
keluar maka sel mengalami dehidrasi.
lOMoARcPSD|17506549

2). Hipokalemia dan hiperkalemia


Hipokalemia adalah kekurangan kadar potasium dalam
cairan extrasel sehingga potasium keluar dari sel
mengakibatkan hidrogen dan sodium ditahan oleh sel maka
terjadi gangguan (perubahan) pH plasma. Sedangkan
hyperkalemia yaitu kelebihan kadar potasium pada cairan
ektrasel, hal ini jarang terjadi, kalaupun ada hal ini sangat
membahayakan kehidupan sebab akan menghambat transmisi
impuls jantung dan menyebabkan serangan jantung.
3). Hipokalsemia dan hiperkalsemia
Hipokalsemia yaitu kekurangan kadar calcium di cairan
ekstrasel, bila berlangsung lama, kondisi ini dapat
manyebabkan osteomalasia sebab tubuh akan berusaha
memenuhi kebutuhan calcium dengan mengambilnya dari
tulang. Hiperkalsemia yaitu kelebihan kadar calcium pada
cairan extrasel, kondisi ini menyebabkan penurunan
eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya menimbulkan
flaksiditas.
4). Hipokloremia dan hiperkloremia
Hipokloremia yaitu penurunan kadar ion klorida dalam
serum, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi
gastrointestinal yang berlebihan. Hiperkloremia yaitu
peningkatan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini kerap
dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat
dehidrasi dan masalah ginjal.
5). Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia yaitu penurunan kadar fosfat di dalam
serum, kondisi ini dapat muncul akibat penurunan absorbsi
fosfat di usus, peningkatan ekskresi fosfat dan peningkatan
ambilan fosfat untuk tulang. Hiperfosfatemia yaitu peningkatan
kadar ion fosfat dalam serum, kondisi ini dapat muncul pada
kasus gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun.
lOMoARcPSD|17506549

G. Tindakan Keperawatan
1. Pemberian cairan dan elektrolit per oral
a. Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada pasien-
pasien tertentu, misalnya pasien dengan dehidrasi ringan atau
DHF stadium I.
b. Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000cc/hari.
c. Pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan dan
minuman.
2. Pemberian therapy intravena
a. Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif
untuk memenuhi cairan extrasel secara langsung.
b. Tujuan terapy intravena :
1) Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu
mengkonsumsi cairan peroral secara adekuat.
2) Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga
keseimbangan elektrolit.
c. Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :
1) Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air,
misalnya dextrosa dan glukosa. Yang digunakan yaitu 5%
dextrosain water (DSW), amigen, dan aminovel.
2) Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik,
hypotonik, maupun hypertonik yang banyak digunakan yaitu
normal saline (isotonik) : NaCL 0,9%.
3) Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium
bicarbonat.
4) Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan
volume pembuluh darah atau plasma. Cara kerjanya adalah
meningkatkan tekanan osmotik darah.
3. Tindakan keperawatan pada pasien yang terpasang infus
a. Mempertahankan infus intravena terhadap daerah pemasangan
infusdan memberikan pendidikan kesehatan pada pasien.
b. Memenuhi rasa nyaman dan membantu aktivitas pasien
lOMoARcPSD|17506549

misalnya dalam pemenuhan personal hygiene, dan membantu


mobilitas.
c. Observasi komplikasi yang mungkin terjadi, misalnya :
1). Infiltrat: masukkannya cairan ke sub kutan.
2). Gejala: bengkak, dingin, nyeri, tetesan infus lambat.
3). Phlebitis : trauma mekanik pada vena atau iritasi bahan
kimia.
4). Gejala: nyeri, panas, kemerahan pada vena tempat
pemasangan.
5). Kelebihan inteke cairan : akibat tetesan infus yang terlalu
cepat.
d. Mengatur tetesan infus
Dilakukan setiap 30 menit sampai dengan 1 jam. Tetesan
terlalu cepat menyebabkan masalah pada paru-paru dan jantung.
Tetesan yang lambat dapat menyebabkan intake cairan dan
elektrolit yang tidak adekuat.
Faktor yang mempengaruhi jumlah tetesan :
1). Posisi pemasangan
2). Posisi dan patency tube/selang
3). Tinggi botol infus
4). Kemungkinan adanya infiltrat
e. Mengganti botol infus
Dilakukan jika cairan sudah di leher botol dan tetesan masih
berjalan.Prosedurnya :
1). Siapkan botol yang baru.
2). Klem selang.
3). Tarik jarum dan segera tusukan pada botol yang baru.
4). Gantungkan botol.
5). Buka klem dan hitung kembali tetesan.
6). Pasang label.
7). Catat tindakan yang dilakukan.
f. Mengganti selang infus
1). Minimal 3x4 jam, langkah-langkahnya
lOMoARcPSD|17506549

2). Siapkan infus set yang baru, termasuk botol.


3). Masukkan cairan sepanjang selang dan gantungkan botol
sertatutup klem.
4). Pegang poros jarum dan tangan lain melepas
selang. 5). Tusukan tube yang baru ke poros jarum.
6). Lanhkah berikutnya seperti memasang infus.
g. Menghentikan infus
1). Dilakukan bila program terapi telah selesai atau bila
akan menggantitusukan yang baru. Langkah-langkahnya:
2). Tutup klem infus.
3). Buka tape pada daerah tusukan sambil memegang jarum.
4). Tarik jarum sepenuhnya dan beri penekanan pada daerah
bebas tusukan dengan kapas beralkohol selama 2-3 menit
untuk mencegah perdarahan.
5). Tutup daerah bebas dengan kassa steril.
6). Catat waktu penghentian infus dan jumlah cairan yang
masuk dan yang tersisa dalam botol.
4. Tindakan keperawatan pada pasien yang terpasang transfusi darah
Pengertian disini adalah memasukkan darah lengkap atau
komponendarah ke dalam sirkulasi vena.
Tujuannya yaitu untuk :
a. Mengembalikan jumlah darah setelah perdarahan hebat.
b. Mengembalikan sel darah merah misalnya pada anemia berat.
c. Memberikan faktor-faktor plasma seperti antihemofilik.
Reaksi-reaksi transfusi yang mungkin timbul yaitu :
a. Hemofilik: terjadi apabila aglutinogen dengan anti
aglutinindengan tipe sama bertemu.
b. Febris: karena adanya kontaminasi pada darah atausensitivitas
dari sel darah putih.
c. Reaksi alergi: biasanya karena adanya antibody pada plasma
donor. Risiko transfusi yang utama adalah transfusi penyakit
hepatitis, AIDS,dsb.
lOMoARcPSD|17506549

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
b. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis
cairan danelektrolit.
d. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat
mengganggustatus cairan.
e. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
f. Faktor psikologis (perilaku emosional).
2. Pengukuran Klinik
a. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan
penambahan atau pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam
masalah keseimbangan cairan yang berhubungan dengan berat
badan :
1). Ringan : ± 2%
2). Sedang : ± 5%
3). Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu
yang samadengan menggunakan pakaian yang beratnya
sama.
b. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan,
dantekanan darah serta tingkat kesadaran.
c. Asupan cairan Asupan cairan
meliputi: 1). Cairan oral : NGT
dan oral
2). Cairan parental: termasuk obat-obat intravena 3).
Makanan yang cenderung mengandung air
4). Iritasi kateter
d. Pengukuran keluaran cairan
lOMoARcPSD|17506549

1). Urin: Volume, kejernihan/kepekatan


2). Feses : Jumlah dan konsistensi
3). Muntah

4). Tube drainage dan IWL


e. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar
200cc.
3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
a. Integument: Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan,
kelemahanotot, tetani dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler: Distensi vena jugularis, tekanan darah,
hemoglobindan bunyi jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurologi: Reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran.
e. Gastrointestinal : Keadaan mukosa mulut, mulut dan
lidah, muntah-muntah dan.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium,
kalium,klorida, ion bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin
(Hb),hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan
reaksi hemolitik.Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jens urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat
jenisnya 1,003-1,030.
lOMoARcPSD|17506549

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume CairanDefinisi :
Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami
atau resiko memgalami resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau
intravascular.
Batasan Karakteristik :
a. Ketidak cukupan asupan cairan per oral.
b. Balance negative antara asupan dan haluaran.
c. Penurunan berat badan.
d. Kulit/membrane mukosa kering (turgor menurun).
e. Peningkatan natrium serum.
f. Penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih.
g. Urine pekat atau sering berkemih.
h. Penurunan turgor kulit.
i. Haus, mual/anoreksia

Faktor yang berhubungan :


a. Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat
diabetesinsipidus.
b. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan
kehilangan
c. Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder
akibat demam,drainase abnormal, dari luka, diare.
d. Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic
atau alkohol yangberlebihan.
e. Berhubungan dengan mual, muntah.
f. Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder
akibat depresiatau keletihan.
g. Berhubungan dengan masalah diet.
h. Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan
lOMoARcPSD|17506549

konsentrasitinggi.
i. Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan
makansendiri akibat nyeri mulut.
2. Kelebihan Volume CairanDefinisi :
Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami
kelebihanbeban cairan intraseluler atau interstisial.
Batasan Karakteristik :
a. Edema
b. Kulit tegang, mengkilap.
c. Asupan melebihi haluaran.
d. Sesak napas
e. Kenaikan berat badan

Faktor yang berhubungan :


a. Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan
sekunder akibat gagal jantung.
b. Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan
penurunan curah jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal
jantung, dan penyakit katup jantung.
c. Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid
plasma yang rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit
hepar, serosis hepatis, asites, dan kanker.
d. Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder
akibatvarises vena, thrombus, imobilitas, dan flebitis kronis.
e. Berhubungan dengan retensi natrium, air, dan sekunder akibat
penggunaan kortikosteroid.
f. Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan.
g. Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet
lemak, dan malnutrisi.
h. Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder
akibat imobilitas, bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri
atau duduk dalam waktu yang lama.
i. Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil.
lOMoARcPSD|17506549

j. Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat,


sekunderakibat mastetomi.
lOMoARcPSD|17506549

3. Gangguan keseimbangan Elektrolit (kalium)


Batasan Karakteristik :
a. Perubahan kadar kalium.
b. Aritmia.
c. Kram tungkai.
d. Mual.
e. Hipotensi.
f. Bradikardia.
g. Kesemutan.

Faktor yang berhubungan :


a. Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat
trauma panas.
b. Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebih karena
muntah, diare.
c. Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder
akibatkerusakan ginjal.
d. Berhubungan dengan diet tinngi-kalium/rendah-kalium.

C. Intervensi (Perencanaan)

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatan Rasional


keperawatan hasil
Kekurangan Tujuan : a. Kaji cairan yang disukai a. Membuat klien lebih
volume cairan Menyeimbangkan klien dalam batas diet. kooperatif.
volume cairan sesuai b. Rencanakan target b. Mempermudah untuk
dengan kebutuhan pemberian asupan cairan memantauan kondisiklien.
tubuh untuk setiap sif, mis : siang c. Pemahaman tentang alasan
Kriteria Hasil: 1000 ml, sore 800 ml dan tersebut membantu

a. Terjdi peningkatan malam 200 ml. klien dlm mengatasi

asupan cairan min. c. Kaji pemahaman klien gangguan.


lOMoARcPSD|17506549

2000ml/hari tentang alasan d. Untuk mengontrol


(kecuali terjadi mempertahankan hidrasi yg asupan klien.
kontraindikasi). adekuat. e. Untuk mengetahui
b. Menjelaskan perlu- d. Catat asupan dan haluaran. prkembangan status
nya meningkatkan e. Pantau asupan per oral, min. kesehatan klien.

asupan cairan pada 1500 ml/ 24 jam.

saat stress/cuaca f. Pantau haluaran cairan 1000-

panas. 1500ml /24jam. Pantau berat

c. Mempertahankan jenis urine

berat jenis urine


dalam batas
normal.
d. Tidak menunjukan
tanda-tanda
dehidrasi.
Kelebihan Tujuan: Kebutuhan a. Kaji asupan diet dan kebiasaan a. Untuk mengontrol
volume cairan cairan klien dapat yang mendorong terjadinya asupan klien.
terpenuhi sesuai retensi cairan. b. Konsumsi garam yang
dengan kebutuhan b. Anjurkan klien untuk berlebihan meningktkan
tubuh klien. menurunkan konsumsi tekanan darah.
Kriteria hasil: garam. c. Makanan yg meng-
a. Klien akan c. Anjurkan klien untuk: gunakan penyedap rasadan
menyebutkan 1) Menghindari makanan pengawet.
faktor penyebab gurih, makanan kaleng dan d. Na+ mengikat air, jadi
dan metode
pencegahan edema.
lOMoARcPSD|17506549

b. Klien makanan beku. tubuh akan lebih merasa


memperlihatkan 2) Mengkonsumsi mkann tnpa lebih cepat haus.
penurunan edema garam dan menambahkan e. Venostasis dapat
bumbuaroma. mengakibatkan
3) Mggunakan cuka terhambatnya aliran
pengganti garam utk darah.
penyedap rasa sop, f. Guna memperlancar
rebusan dll. sirkulasi.
d. Kaji adanya tanda venostasis g. Perlukaan pada daerah
dan bendungan vena pada yang sakit menyebabkan
bagian tubuh yang kurang lancarnya sirkulasi
mengantung. peredaran darah di daerah
e. Untuk drainase limfatik yang tsb.
tidak adekuat. h. Semua kegiataan
f. Tinggikan ekstremitas dengan tersebut memperparah
mnggunakn bantal, keadaan klien.
imobilitas, bidai/ balutan i. Untuk mepercepat
yang kuat, serta berdiri/ perbaikan jaringan
duduk dlm waktu yg lama. tubuh.
g. Jangan memberikan suntikan/
infuse pd lenganyang sakit.
h. Tingatkan klien untuk
menghindari detergen yang
keras, membawa beban berat,
memegang rokok, mencabut
kutikula/ bintil kuku, me-
nyentuh kompor gas,
memgenakan perhiasan atau
jam tangan.
i. Lindungi kulit yg edema dari
cidera.
lOMoARcPSD|17506549

Ganguan Tujuan: Penurunan kadar kalium Penurunan kadar kalium


keseimbangan Klien memiliki a. Observasi tanda dan gejala a. Dengan meng-etahui
elektrolit keseimbangan hipokalemia (vertigo, tanda hipo-kalemia,
(kalium) perawat dapat
cairan, elektrolit hipotensi ariotmia, mual, menetapkn lngkh
dan asam- basa muntah, diare, distensi slanjutnya.
dalam 48 jam. abdomen ,pnurunn b. Poliuria dapat

Kriteria hasil: peristaltis, kelemahan otot, menyebabkan

a. Klien dan kram tungkai). pengeluaran kalium

menjelaskan diet b. Catat asupan dan haluaran. secara berlebihan.


c. Kelebihan cairan dapat
yang sesuai utk c. Tentukan status hidrasi klien
menyebabkan pnurunan
mmpertahnkan bila terjadi hipokalemia.
kadarkalium serum.
kadar kalium d. Kenali perubahan tingkah
d. Nilai kalium yangrendah
dalam batas laku yang merupakan tanda-
dapat me- nyebabkan
normal. tanda hipokalemia.
konfusi, mudh mrah,
b. Klien e. Anjurkan klien dan keluarga
depresi mental.
berpartipasi untuk untuk mngkonsmsi makan-
e. Kalium membantu
melaporkan tanda– an tinggi kalium (misalnya
menyeimbangkan cairan
tanda Buah-buahan, sari buah, buah tubuh.
klinis hipokalemia kering, syur, daging, kacang- f. Segmen ST dan
atau hiperkaenia. kacangan, teh, kopi, dan gelombang T yg datar
c. Kadar kalium kola). atau terbalik merupkn
dlam batas f. Laporkan perubahan EKG; indikasi hipokalemia.
normal/dapat segmen ST yg memanjang, g. Untuk mengurangiresiko
ditoleransi depresi. iritasi mukosa lambung.
g. Encerkan suplemen kalium h. Streoid kortison dapat
per oral sedikitnya dalam menyebabkan retensi
113,2 gram air/sari buah utk natrium dan ekresi
mengurangi resiko iritasi kalium.

mukosa lambung. i. Nilai kalium yangrendah

h. Pantau nilai kalium serum


lOMoARcPSD|17506549

pada klien yang mendapat dapat me- ningkatkan


obat diuretic dan steroid. kerjadigitalis.
i. Kaji tanda dan gejala Peningkatan Kadar Kalium
toksisitas digitalis jika klien a. Dengan mengetahui
tengah mendapat obat tanda hipokalemia,
golongan digitalis dan perawat dapat
diuretik atau steroid. menetapkan langkah
Peningkatan Kadar Kalium selanjutnya.
a. Observasi tanda dan gejala b. Haluaran urin yg sedikit
hiperkalemia (misalnya dapat me- nyebabkan
Bradikardia, kram abdomen hiper-kalemia.
oliguria, ksemutan dan kebas c. Nilai kalium lebih dari
pada ekstremtas). 7mEq/ l dapat menye-
b. Kaji haluaran urin. babkan hentijantung.
Sedikitnya 25ml/jam atau d. Untuk melihat adanya
600 ml/ hari. pelebaran kompleksQRS
c. Laporkan nilai kalium serum dan gelombang T tggi yg
yang melebihi 5mEq/l batasi merupkan tanda
asupan kalium jika perlu. hiperkalemia.
d. Pantau EKG
lOMoARcPSD|17506549

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2006).”Diagnosa Keperawatan”.Jakarta : EGC.


Doenges, Moorhouse, Geissler. (2005), Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Harnawatiaj.(2008). Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, (http://wordpress.com.
Diakses 12 Mei 2012)
Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul. (2008). ”Kebutuhan Dasar Manusia”.
Jakarta : EGC.
Perry dan Potter. (2005). Fundamental Of Nursing. USA:C.V Moasby Company
St.Louis

Anda mungkin juga menyukai