Anda di halaman 1dari 7

I.

Konsep Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


1.1 Definisi

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan (Abdul 2008).

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik


karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam
berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto dan
Wartonah, 2004).

Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output.


Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara
1.500ml-3.500ml/hari, biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan
dengan mekanisme haus.

Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,


minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya.

2.1 Fisiologi Sistem

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu:

a. Cairan Intra Seluler (CIS)


Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh
tubuh (Abdul 2008). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total
cairan tubuh (Total Body Water [TBW]). CIS merupakan media
tempat terjadinya aktivitas kimia sel (Taylor, 1989). Pada orang
dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh atau ⅔ dari TBW,
contoh: pria dewasa 70kg CIS 25liter. Sedangkan pada bayi 50%
cairan tubuhnya adalah cairan intraseluler.
b. Cairan Ekstra Seluler (CES)
Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa
CES menyusun sekitar 20% berat tubuh (Price dan Wilson, 1986).
Menurut Abdul (2008) CES terdiri dari 3 kelompok yaitu:
(1) Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem
vaskuler.
(2) Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel.
(3) Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh
serta mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan
mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit
yang berperan yaitu anion dan kation.
3.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Sistem

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit


tubuh antara lain:

a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia
akanberpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan
berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan
keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi
ginjal atau jantung.
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan
cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang
yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan
cairan sampai dengan 5L/hari.
c. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit.
Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar
protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan
protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam
proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan
edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan
natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh misalnya:
(1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air
melaluiIWL.
(2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi
proses Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran.
(3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan
kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus.


Pusat haus dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus
berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, Sekresi angiotensin II sebagai
respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan
penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri.
Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi
oleh tractus gastrointestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute
(proses) yaitu:

a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus
urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam
kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml/24 jam, atau
sekitar 30-50 ml/jam pada orang dewasa.
b. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan
tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 ml/hari, tapi bila
proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat
meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang
panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan
impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 ml/hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar
(kolon).
4.1 Macam-Macam Gangguan Yang Mungkin Terjadi Pada Sistem
Permasalahan yang terjadi pada gangguan keseimbangan cairan yaitu:
a. Ketidakseimbangan Volume
(1) Kekurangan volume cairan ekstraseluler
Kekurangan volume ekstraseluler didefinisikan sebagai
kehilangan cairan tubuh isotonik, yang disertai kehilangan
natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan
volume isotonik seringkali diistilahkan dehidrasi yang seharusna
dipakai untuk kondisi kehilangan air murni yang relatif
mengakibatkan hipernatremia.
(2) Kelebihan volume ekstraselulser
Kebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air
kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang kira-kira sama.
Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada
ekstraseluler, maka cairan akan berpindah ke kompartemen cairan
interstitial sehingga menyebabkan edema.
b. Gangguan Ketidakseimbangan Elektrolit
Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam
cairan tubuh. Permasalahan yang terjadi:
(1) Hipokalemia, yaitu keadaan di aman kadar kalium serum kurang
dari 3,5 mEq/L
(2) Hiperkalemia yaitu suatu keadaan di mana kadar kalsium serum
lebih dari atau sama dengan 5,5 mEq/L
(3) Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera
dikenali, dan ditangani untuk menghindari disritmia dan gagal
jantung yang fatal.
II. Rencana Asuhan Klien Dengan Gangguan Keseimbangan Cairan Dan
Elektrolit
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama: klien mengeluhkan lemas, bab cair tidak terhitung
jumlahnya dan sudah jatuh 2x dan pasien mengatakan tidak nafsu
untuk makan
b. Riwayat penyakit sekarang: BAB cair lebih dari 10 kali
c. Riwayat penyakit dahulu: tidak ada
2.1.2 Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran: sadar (compos mentis)
b. TTV: peningkatan suhu 37,7ᵒC
c. Kepala: normal
d. Leher: normal
e. Dada: normal
f. Perut: abnormal
g. Anggota gerak: normal
2.1.3 Pemeriksaan Penunjang
Peneriksaan lab diantaranya:

a. Pemeriksaan elektrolit serum


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium,
klorida, ion bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb),
hematrokit (Ht).
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat
jenisnya 1,003-1,030.
2.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan cairan dan
elektrolit adalah:
Diagnosa 1 (Hipovolemia)
2.2.1 Definisi: Penurunan volume cairan intravascular, interstisial,
dan/atau intraselular.
2.2.2 Batasan karakteristik
Kriteria mayor:
Objektif: tekanan darah menurun, membrane mukosa kering
Kriteria minor:
Subjektif: merasa lemah
2.2.3 Faktor yang berhubungan: muntah, diare
Diagnosa 2 (Defisit Nutrisi)
2.2.4 Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
2.2.5 Batasan karakteristik
Kriteria mayor:

Kriteria minor:
Subjektif: membrane mukosa pucat, diare
2.2.6 Faktor yang berhubungan: infeksi
Diagnosa 3: (gangguan pola tidur)
2.2.7 Definisi: gangguan kualitas dan kuantitas tidur
2.2.8 Batasan karakteristik
Kriteria mayor:
Subjektif: mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas tidur
Kriteria minor:
Subjektif: mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
2.2.9 Faktor yang berhubungan: kecemasan
2.3 Perencanaan

No SDKI SLKI SIKI


.
1.
2.
3.

Anda mungkin juga menyukai