Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN TUTORIAL

DENGAN KASUS HIV


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pembimbing : Mustiah Yulistiani, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Niken Maftukha (2211040022)
Berliana Pangestu (2211040049)
Ni’matul Khoeriyah (2211040070)
Ghandis Wulandari S (2211040007)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
BAB I
KLASIFIKASI DAN DEFINISI ISTILAH
KASUS TUTORIAL
Satu bulan SMRS seorang mahasiswi, Nn.M 27 tahun datang ke poli mata
RSBM dengan keluhan pandangan mata kabur dan nyeri pada kedua mata. Di
samping itu dia merasakan sering batuk, dahak (+), BB Turun (+), keringat
malam (+), sariawan mulut (+), dan nafsu makan menirin (+). Pasien disarankan
periksa ke Poli CVT. Pasien di diagnosis HIV / B20.
Tegak dengan gejala klinis dan Elisa Reaktif serta PCR (+) dan TB Paru. Pasien
menjalani pengobatanTB mulai 5 September 2014, pasien berada pada stadium
I : HIV dan stadium II : Asimtomatis.
HMRS pasien ke poli VCT untuk kontrol, mengambil OAT dan memulai terapi
ARV. Karena HB rendah, pasien disarankan mondok untuk transfusi darah,
pasien ditempatkan di ruang Cempaka satu ruangan dengan kasus penyakit yang
lain.
Dari wawancara diketahui pasien mempunyai faktor resiko unsafe sex (+) dan
tatto (+). Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil : HB 6,7 g/dL, Asam
urat 10,6 mg/dl, Fe 26, Na 133, Kalium 2,8, Ig G CMV (+) dan CD4 = 43.
Data antropometri pasien TB + 165 cm, BB = 60,2 Kg
Terapi medis yang diberikan : Infus NaCl 20tpm, Contrimuxazole 1 x 90 mg,
OAT Crifampisin, INH, Pirazinamid & etambutol 1 x 4 tab, Kcl 3 x1 , acyclovir
5 x 800 mg, sistenol 3 x 1 tab dan transfusi PRC sampai Hbb mencapai > 10 g/dl
(3kolf).
A. STEP 1 : KLASIFIKASI ISTILAH
1. VCT
2. HIV
3. Elisa Reaktif
4. PCR
5. TB Paru
6. OAT
7. Terapi ARV
8. Unsafe Sex
9. Ig G CMV
10. Ig M CMV
11. CD4
12. Cotrimuxazole
13. OAT Crifampisin
14. INH
15. Pirazinamid
16. Etambotul
17. Kcl
18. Acyclovir
19. Sistenol

B. STEP II : DEFINISI ISTILAH


1. VCT
VCT (Voluntary Counseling and Testing) adalah layanan konselin dan tes
HIV yang dilakukan secara sukarela (KTS). Layanan ini bertujuan untuk
membantu pencegahan, perawatan, dan pengobatan bagi orang dengan
HIV/AIDS (ODHA).
2. HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu spektrum penyakit
yang menyerang sel-sel kekebalan tubuh yang meliputi infeksi primer,
dengan atau tanpa sindrom akut, stadium asimtomatik, hingga stadium
lanjut.
3. Elisa Reaktif
Elisa Reaktif (Enzyme-linked immunosorbent assay) merupakan suatu
teknik yang digunakan untuk menilai kuantifikasi kadar peptida, protein,
antibodi dan hormon berdasarkan prinsip ikatan antigen-antibodi.
4. PCR
PCR adalah singkatan dari polymerase chain reaction. PCR merupakan
metode pemeriksaan virus SARS Co-2 dengan mendeteksi DNA virus. Uji
ini didapatkan hasil apakah seseorang positif atau tidak SARS Co-2.
5. TB Paru
TB paru adalah penyakit menular disebabkan bakteri mycobacterium
tuberculosis yang menyerang paru-paru (Yoshua et al, 2022).
6. OAT
OAT adalah Obat Anti tuberculosis.
7. Terapi ARV
Terapi ARV (Antiretrovial) adalah pengobatan untuk perawatan infeksi
oleh retrovirus, terutama HIV. Terapi ARV merupakan bagian dari obat
pengobatan HIV untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat
perburukan infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita
HIV, dan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah sampai tidak
terdeteksi.
8. Unsafe Sex
Unsafe sex adalah sex tidak aman dapat menyebabkan STD yang
mengancam jiwa.
9. Ig (Imunoglobin) G CMV positif
Ig (Imunoglobin) G CMV positif artinya bahwa seseorang pernah
mengalami infeksi virus tersebut dimasa lalu.
10. Ig (Imunoglobin) M CMV positif
Ig (Imunoglobin) M CMV positif adalah menunjukan adanya infeksi
primer dan perlu pengobatan serta evaluasi.
11. CD4
CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit yang merupakan bagian
penting dari sistem kekebalan tubuh disebut sebagai sel-T.
12. Cotrimuxazole
Cotrimuxazole adalah antibiotik yang digunakan untuk mengobati
berbagai infeksi bakteri, seperti bronkitis, otitis media, infeksi saluran
kemih.
13. OAT Crifampisin
OAT Crifampisin adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati
dan mencegah beberapa penyakit akibat infeksi bakteri, seperti
tuberculosis. Untuk pengobatan, rifampisisn biasanya harus
dikombinasikan dengan obat antibiotik lain.
14. INH
INH adalah isoniazid atau isonikotinilhidrazida, merupakan antibiotik
yang digunakan dalam pengobatan tuberculosis. Obat ini digunakan dalam
bentuk kombinasi dosis teap dengan beberapa obat lain, antara lain
rifampisin, pirazinamid, etambutol dan streptomisin.
15. Pirazinamid
Pirazinamid adalah obat yang digunakan untuk mengobati tuberculosis.
Obat ini digunakan secara bersamaan dalam bentuk kombinasi dosis tetap
dengan rifampisin, isoniazid, etambutol, dan streptomisin. Pirazinamid
tidak disarankan untuk pengobatan tuberculosis yang bersifat
laten.pirazinamid dikonsumsi melalui mulut.
16. Etambotul
Etambutol adalah antibiotik yang mencegah pertumbuhan bakteri
tuberculosis di dalam tubuh. Etambutol biasanya digunakan untuk
mengobati tuberculosis.
17. Kcl
Kcl (kalium klorida) adalah obat suplemen untuk mengatasi atau
mencegah hipokalema (kekurangan kalium)
18. Acyclovir
Acyclovir adalah obat untuk mengatasi infeksi virus herpes, termasuk
cacar air, cacar ular, atau herper genital. Selain itu, obat ini juga bisa
digunakan untuk mencegah kekambuhan infeksi virus herpes pada
seseorang dengan daya tahan tubuh yang lemah.
19. Sistenol
Sistenol adalah obat yang digunakan sebagai penurun demam yang disertai
batuk pada gejala influenza. Sistanol mengandung Paracetamol yang
berfungsi sebagai antipiretik sekaligus analgetik dikombinasikan dengan
Acetylcysteine yang berfungsi untuk mengurangi viskositas dahak.
BAB II
MENETAPKAN MASALAH
C. STEP III MENETAPKAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan HIV ?
2. Apa saja tanda gejala seseorang terkena HIV ?
3. Apakah riwayat TB Paru memiliki peran pendukung seseorang terserang
HIV?
4. Bagaimana cara penularan HIV ?
5. Bagaimana cara menetukan seseorang terkena HIV ? (Elisa Test)
6. Bagaimana cara mengurangi kemungkinan penyebaran HIV antar
manusia ?
7. Apakah riwayat TB paru mempengaruhi proses penanganan seseorang
dengan HIV ?
8. Bagaimana cara mengatasi masalah pandangan mata kabur dan nyeri pada
kedua mata, batuk berdahak, keringat malam, sariawan dan nafsu makan
menurun ?
9. Bagaimana komplikasi yang dapat terjadi dari HIV ?
JAWABAN :
1. Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus pada manusia yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu
yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS. Human Immunodeficiency
Virus (HIV) adalah jenis virus yang tergolong familia retrovirus, sel sel
darah putih yang diserang oleh HIV pada penderita yang terinfeksi adalah
sel-sel limfosit T (CD4) yang berfungsi dalam sistem imun (kekebalan)
tubuh. HIV memperbanyak diri dalam sel limfosit yang diinfeksinya dan
merusak sel-sel tersebut, sehingga mengakibatkan sistem imun terganggu
dan daya tahan tubuh berangsur-angsur menurun. HIV (Human
Immunodeficiency Virus) adalah suatu spektrum penyakit yang menyerang
sel-sel kekebalan tubuh yang meliputi infeksi primer, dengan atau tanpa
sindrom akut, stadium asimtomatik, hingga stadium lanjut (Hidayati,
2019)
2. Etiolog
HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh yang mengandung virus HIV
yaitu melalui hubungan seksual, baik hubungan homoseksual maupun
heteroseksual, jarum suntik pada pengguna narkotika, tranfusi komponen
darah, dan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dilahirkannya
(Putri, 2016).
Menurut Irwan (2017) penularan HIV dapat terjadi dengan cara
sebagai berikut :

a. Berhubungan Seksual

Hubungan seksual secara dengan seorang pengidap HIV tanpa


menggunakan kondom. Kasus penularan ini sering terjadi dari total
kasus sekitar 80-90% data yang di dapat.
b. Darah dan Jarum suntik

1) Donor darah, pada donor darah sendiri risikonya sangat tinggi lebih
dari 90% jika darah yang didapatkan dari pendonor dengan positif
HIV.
2) Pemakaian jarum suntuk secara bergantian yang tidak steril dengan
seseorang yang mengidap HIV.
c. Ibu hamil
Pengidap HIV saat melahirkan atau pun setelah melahirkan yaitu
saat menyusui. Sekitar 25-40% terdapat 0,1% dari total kasus sedunia.
BKKN (2007) menegaskan bahwa HIV/AIDS tidak dapat
menular melalui aktifitas seperti :
1) Berjabat tangan

2) Makan bersama

3) Menggunakan telepon bergantian

4) Bergantian pakaian

5) Tinggal serumah dengan ODHA


6) Mandi bersama di kolam renang

7) Gigitan nyamuk

8) Batuk/bersin

9) Duduk bersama

3. Manifestasi Klinis

Menurut KPA (2007), gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu


gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi).

a. Gejala mayor

1) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

2) Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

3) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

4) Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis

5) Demensia/ HIV ensefalopati


b. Gejala Minor

1) Batuk menetap lebih dari 1 bulan

2) Dermatitis generalisata

3) Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang

4) Kandidias orofaringeal

5) Herpes simpleks kronis progresif

6) Limfadenopati generalisata

7) Retinitis virus Sitomegalo

Menurut Mayo Foundation for Medical Education and


Research (MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas
beberapa fase :
a. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala
dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala
mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam
dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak
mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat
menularkan virus kepada orang lain.
b. Fase lanjut

Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8


atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan
virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS
akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti
pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang
khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan
pendek.
c. Fase akhir

Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun


atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul
dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut
AIDS.

Menurut Sylvia & Wilson (2005) AIDS memiliki


beragam manifestasi klinis meliputi:
a. Keganasan

Sarkoma Kaposi (SK) adalah jenis keganasan yang


tersering di jumpai pada laki -laki homoseks atau biseks yang
terinfeksi oleh HIV(20%),tetapi jarang pada orang dewasa lain
(kurang dari 2%) dansangat jarang pada anak. Tanda lesi berupa
bercak-bercak merahkekuningandi kulit,tetapi warna juga
mungkin bervariasi dari ungutua, merah muda, sampai merah
coklat.Gejala demam, penurunan berat badan, dan keringat
malam.
b. Sistem Syaraf Pusat (SSP)

Gejala tanda awal limfoma sistem syaraf pusat (SSP)


primer mencakup nyeri kepala, berkurangnya ingatan jangka
pendek, kelumpuhan syaraf kranialis, hemiparesis, dan perubahan
kepribadian.
c. Respiratorius

Pneumonia pneumocystis carini gejala: demam, batuk


kering nonproduktif, rasa lemah, dan sesak nafas.Gastro
Intestinal Manifestasi gastrointestinal penyakit AIDS mencakup
hilangnya selera makan, mual, vomitus, kandidiasis oral serta
esophagus dan diare kronis.
d. Neurologik

Manifestasi dini nerologik penyakit AIDS ensefalopati


HIV mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan
berkonsentrasi, konfusi progresif, pelambatan psikomotorik,
apatis dan ataksia.
e. Integumen

Manifestasi kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi


oportunis serta malignasi. Infeksi oportunistik seperti herpes
zoster dan herpes simpleks akan di sertai dengan pembentukan
vesikel yang nyeri dan merusak integritas kulit. Dermatitis
seboreika akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan indurasi
yang mengenai kulit kepala serta wajah. Penderita AIDS juga
dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang disertai
dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitis
atopik seperti exzema atau psoriasis.

4. Patofisiologi (Cara Penularan)

Cara penularan HIV sampai saat ini diketahui melalui hubungan


seperti seksual (homoseksual maupun heteroseksual)serta cara non
seksual seperti melalui kontak dengan darah/produk darah, parenteral dan
transplasenta. Virus HIV sampai saat ini terbukti hanya menyerang sel
limfosit T sebagai sasarannya. Vehikulum yang dapat membawa virus
HIV keluar tubuh dan menularkan kepada orang lain melalui berbagai
cairan tubuh. Cairan tubuh yang terbukti menularkan diantaranya semen,
cairan vagina atau serviks dan darah penderita.

Jadi HIV dapat mencapai sirkulasi sistemik secara langsung dengan


diperantarai benda tajam yang mampu menembus dinding pembuluh
darah atau secara tidak langsung melalui kulit dan mukosa yang tidak
intak seperti yang terjadi pada kontak seksual. Begitu mencapai atau
berada dalam sirkulasi sistemik, 4-11 sejak paparan pertama HIV dapat
dideteksi di dalam darah. Dalam tubuh ODHA, partikel virus bergabung
dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV,
seumur hidup ia akan tetap terinfeksi.

Masa inkubasi penyakit HIV bervariasi, waktu dari penularan hingga


berkembang atau terdeteksinya antibodi biasanya 1-3 bulan. Penularan
virus HIV hingga terdiagnosis sebagai AIDS sekitar kurang lebih 1 tahun
hingga 15 tahun atau bahkan lebih. Median masa inkubasi pada anak-
anak yang terinfeksi lebih pendek dari orang dewasa. Masa inkubasi pada
orang dewasa berkisar 3 bulan sampai terbentuknya antibodi anti HIV
(Setiarto et al, 2021).

5. Cara Menentukan Terkonfirmasi HIV


Prosedur laboratorium untuk HIV sesuai dengan panduan
nasional yang berlaku pada saat ini, yaitu dengan menggunakan
strategi 3 dan selalu didahului dengan konseling pra tes atau informasi
singkat. Ketiga tes tersebut dapat menggunakan reagen tes cepat atau
dengan ELISA. Untuk pemeriksaan pertama (A1) harus digunakan tes
dengan sensitivitas yang tinggi (99%), sedang untuk pemeriksaan
selanjutnya (A2 dan A3) menggunakan tes dengan spesifisitas tinggi
(≥ 99%). Antibodi biasanya baru dapat terdeteksi dalam waktu 2
minggu hingga 3 bulan setelah terinfeksi HIV yang disebut masa
jendela. Bila tes HIV yang dilakukan dalam masa jendela menunjukan
hasil “negatif” maka perlu dilakukan tes ulang, terutama bila masih
terdapat perilaku yang berisiko (Setiarto et al, 2021).
6. Pengaruh TB Paru pada proses penanganan HIV
Pengendalian HIV tidak akan berhasil dengan baik tanpa keberhasilan
pengendalian TB, sebaliknya TB merupakan salah satu IO yang banyak
terjadi dan penyebab utama kematian pada ODHA. Kolaborasi kegiatan
bagi kedua program di semua tingkat merupakan suatu keharusan agar
mampu menanggulangi kedua penyakit tersebut secara efektif dan efisien
(Dafitri et al, 2020).
7. Komplikasi
a. Oral lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan
dan cacat.
1) Kandidiasis oral
Kandidiasis oral adalah suatu infeksi jamur, hampir
terdapat secara universal pada semua penderita AIDS serta
keadaan yang berhubungan dengan AIDS. Infeksi ini umumnya
mendahului infeksi serius lainnya. Kandidiasi oral ditandai oleh
bercak-bercak putih seperti krim dalam rongga mulut. Tanda –
tanda dan gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan yang
sulit serta nyeri dan rasa sakit di balik sternum (nyeri retrosternal).
Sebagian pasien juga menderita lesi oral yang mengalami ulserasi
dan menjadi rentan terutama terhadap penyebaran kandidiasis ke
sistem tubuh yang lain.
2) Sarcoma Kaposi
Sarcoma Kaposi (dilafalkan KA-posheez), yaitu
kelainaan malignitas yang berkaitan dengan HIV yang sering
ditemukan, merupakan penyakit yang melibatkan lapisan endotil
pembuluh darah dan limfe.
b. Neurologik
1) Kompleks dimensi AIDS karena serangan langsung HIV pada sel
saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan, kemampuan
motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial. Sebagian basar
penderita mula-mula mengeluh lambat berpikir atau sulit
berkonsentrasi dan memusatkan perhatian. Penyakit ini dapat
menuju dimensia sepenuhnya dengan kelumpuhan pada stadium
akhir. Tidak semua penderita mencapai stadium akhir ini.
2) Enselophaty akut karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis/ensefalitis. Dengan efek
sakit kepala, malaise, demam, paralise total/ parsial.
Ensefalopati HIV. Disebut pula sebagai kompleks
demensia AIDS (ADC; AIDS dementia complex), ensefalopati
HIV terjadi sedikitnya pada dua pertiga pasien-pasien AIDS.
Keadaan ini berupa sindrom klinis yang ditandai oleh penurunan
progresif pada fungsi kognitif, perilaku dan motorik. Tanda –
tanda dan gejalanya dapat samar- samar serta sulit dibedakan
dengan kelelahan, depresi atau efek terapi yang merugikan
terhadap infeksi dan malignansi.
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik,
dan menarik endokarditis.
4) Neuropati karena inflamasi demielinasi oleh serangan HIV dengan
disertai rasa nyeri serta patirasa pada akstremitas, kelemahan,
penurunan refleks tendon yang dalam, hipotensi orthostatik dan
impotensi.
c. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma dan sarkoma Kaposi. Dengan efek penurunan berat
badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri
abdomen, ikterik, demam atritik.
3) Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.
d. Respirasi
Infeksi karena pneumocystic carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus, dan strongyloidiasis dengan efek nafas
pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan gagal nafas.
e. Dermatologi
Lesi kulit stafilokokus: virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis, reaksi otot, lesi scabies, dan dekopitus dengan efek nyeri,
gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis.
f. Sensorik
1) Pandangan: Sarkoma kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan.
2) Pendengaran: otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
8. Prognosis
Prognosis infeksi HIV ditentukan oleh diagnosis dini dan
pengobatan pemeliharaan dengan terapi antiretroviral (ARV). Pasien yang
didiagnosis lebih dini dapat segera memulai terapi ARV untuk
meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan, menurunkan risiko
komplikasi, dan memperpanjang kesintasan hidup pasien (Dafitri, 2020).
BAB III
PEMECAHAN ANALISIS MASALAH DAN LERNING ISSUE
D. STEP IV PEMECAHAN DAN ANALISIS MASALAH
1) Biodata
Nama : Nn. M
Umur : 27 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Banyumas
2) Keluhan Utama
HB pasien rendah yaitu 6.7 g/gL.
3) Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Satu bulan sebelum masuk Rumah Sakit, Nn. M datang ke poli mata
RSBM dengan keluhan pandangan mata kabur, dan nyeri pada kedua
mata. Di samping itu Pasien juga mengeluhkan sering batuk dahak, BB
turun, keringat malam, sariawan di mulut, nafsu makan menurun.
Pasien disarankan periksa ke poli CVT. Pasien didiagnosa HIV/B20.
Ruangan dengan kasus penyakit yang lain. Dari wawancara diketahui
pasien mempunyai faktor risiko unsafe sex (+) dan tatto (+).
Pada hari masuk rumah sakit pasien ke poli VCT untuk kontrol,
mengambil OAT dan memuali terapi ARV. Karena HB rendah. Pasien
disarankan mondok untuk transfusi darah, pasien di tempatkan di ruang
Cempaka satu ruangan dengan kasus penyakit yang lain. Hasil
pemeriksaan laboratorium HB 6.7 g/dL, Asam urat 0.6 mg/dL, Fe 26,
Na 133, Kalium 2.8, Ig G CMV (+), Ig M CMV (+), CD4 = 43. Data
antropometri pasien TB = 165 cm, BB = 60,2 Kg.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat TB paru dan mulai menjalani pengobatan pada
5 september 2014.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki penyakit yang sama dengan
pasien.
4) Aspek Pengkajian
a. Biofisik
1) Sistem pernafasan
DS :
a) Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit TB paru, sudah
mulai berobat sejak tanggal 5 september 2014
DO :
a) Inspeksi : Tidak terdapat benjolan, dada pasien tampak simetris,
frekuensi pernafasan 20 x/menit.
b) Palpasi : Tidak ada massa atau benjolan pada dada
c) Perkusi : Terdengar sonor
d) Auskultasi : Tidak terdapat suara nafas tambahan
Masalah Keperawatan : Gangguan Pertukaran Gas b.d TB
Paru
2) Sistem kardiovaskuler dan hematology
DS :
a) Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada daerah dada.
DO :
a) Hb : 6.7 g/dL
b) Inspeksi : CRT <2 detik
c) Palpasi : Ictus cordis teraba, akral dingin
d) Perkusi : Batas atas bawah, kanan dan kiri bunyi sonor
e) Auskultasi : Bunyi jantung lup dup
Masalah Keperawatan : Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d
Penurunan HB
3) Sistem pencernaan
DS :
a) Pasien mengatakan BB turun
b) Pasien mengatakan nafsu makan menurun
c) Pasien mengatakan sariawan di mulut
DO :
a) Mulut pasien tampak terdapat sariawan
b) Mukosa tampak kering
c) IAPP
 Inspeksi : Simetris, kulit sawo matang
 Auskultasi : BU : 17 x/menit
 Perkusi : Tidak terdapat bunyi timpani
 Palpasi : Tidak terdapat benjolan ataupun massa pada perut
kanan dan ada nyeri tekan
Masalah Keperawatan : Risiko Defisit Nutrisi b.d AIDS
4) Sistem penginderaan
Mata
DS :
a) Pasien mengatakan pandangan mata kabur
b) Pasien mengatakan nyeri pada kedua mata
DO :
a) Pasien tampak tidak cukup jelas melihat objek jauh
b) Mata pasien simetris
c) Didapatkan pupil pasien isokor (2/2mm)
d) Konjungtiva pasien tidak anemis
Telinga
DS :
a) Pasien mengatakan pendengaran masih jelas
DO :
a) Telinga kanan dan kiri simetris.
b) Tinitus : Tidak ada.
c) Penurunan pendengaran kanan / kiri : Pendengaran masih
normal.
d) Serumen : Sedikit dan berwarna kuning, tidak cair dan tidak
bau.
Hidung
DS :
a) Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada hidung.
DO :
a) Hidung pasien tampak bersih
b) Hidung pasien simetris
Lidah/Perasa
DS :
a) Pasien mengatakan bisa merasakan makanan manis, asin, pahit,
asam dengan baik
b) Pasien mengatakan sariawan di mulut
DO :
a) Lidah tampak bersih
b) Tidak ada bau mulut
c) Terdapat sariawan di mulut pasien
5) Sistem perkemihan
DS :
a) Pasien mengatakan tidak ada keluhan saat berkemih.
b) Pasien mengatakan tidak ada nyeri tekan pada area kandung
kemih.
DO :
a) Warna urine kuning cerah, bau khas, kandung kemih tidak
membesar dan tidak ada nyeri tekan.
b) Pasien tidak menggunakan kateter.
6) Sistem endokrin
DS :
a) Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit DM.
DO :
a) Pasien tak tampak ada pembesaran kelenjar tiroid
b) Pasien tak tampak ada pembesaran kelenjar getah bening
c) Pasien tak tampak ada luka
7) Sistem integument
DS :
a) Pasien mengatakan tidak ada gatal
b) Pasien mengatakan berkeringat saat malam
DO :
a) Kulit pasien berwarna sawo mateng
b) Terdapat tatto pada pasien
c) Kuku pasien tampak bersih dan pendek
d) Rambut pasien tampak bersih dan berwarna hitam
8) Sistem persyarafan
DS :
a) Pasien mengatakan tidak ada gangguan pendengaran
DO :
a) GCS : E4V5M6
b) Kesadaran pasien composmentis
c) Didapatkan pupil pasien isokor (2/2mm)
d) Konjungtiva pasien tidak anemis
9) Sistem musculoskeletal
DS :
a) Pasien mengatakan tidak memiliki kelainan pada ekstremitas
atas dan bawah
b) Pasien mengatakan tidak memiliki kelainan pada tulang
belakang
c) Pasien mengatakan tidak pernah mengalami fraktur
DO :
a) Nilai asam urat 10.6 mg/dL
10) Sistem imunitas
DS :
a) Klien mengatakan tidak memiliki alergi obat atau makanan.
DO :
a) Hasil pemeriksaan pasien terdiagnosa stadium 1 : HIV, Stadium
2 : asimtomatis
b) Hasil pemeriksaan Ig G CMV (+), Ig M CMV (+), CD4 : 43
Masalah Keperawatan : Pasien memiliki riwayat HIV / AIDS
b. Sosial Kuktural
DS :
a) Pasien mengatakan keluarganya selalu memperhatikan
kesehatannya
b) Keluarga pasien mengatakan pasien mempunyai hubungan baik
dengan keluarga dan teman-temannya.
DO :
a) Selama pasien sakit, keluarga membantu aktivitas pasien
c) Pada saat dilakukan pengkajian pasien kurang kooperatif
c. Psikologis
DS :
a) Pasien merasa cemas dengan penyakit yang diderita sekarang,
pasien merasa adanya perubahan gaya hidup.
DO :
a) Pasien tampak kurang nyaman dengan keadaan yang diderita
sekarang.
Masalah keperawatan : Ansietas b.d HIV/AIDS
d. Spiritual (FICA)
1. F (falth/Belief/Keyakinan)
DS :
a) Pasien mengatakan yakin dengan Tuhan, karena Tuhan memberi
cobaan pada hamba-Nya yang kuat
DO :
a) Pasien tampak sedih
2. I (Impertanie and fluence)
DS :
a) Pasien mengatakan merasa menyesal, sedih dan lelah tetapi
keluarganya selalu mensupport dan mengingatkan bahwa Tuhan
memberi sakit agar senantiasa pasien memperhatiakn kesehatannya
DO :
a) Pasien tampak sedih
3. C (Community)
DS :
a) Pasien mengatakan saat sebelum sakit tidak menjalankan kewajiban
dengan maksimal
DO :
a) Pasien tampak menyesal
4. A (Address)
DS :
a) Pasien percaya dengan pelayanan RS ini yang membantu merawat
pasien dengan baik
DO : -
Jadi kesimpulannya, pasien merasa percaya dengan Tuhan, karena
Tuhan memberikan pasien sakit.
Pemeriksaan penunjang :
Elisa Reaktif
PCR : Positif

Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Jenis
No Hasil Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan
1 Hemoglobin 6.7 g/dL 10.9-14.9 Tidak Normal
2 Asam Urat 10,6 mg/dL 5.7-6. Tidak Normal
3 Fe 26 mcg/L 18-160 Normal
4 Na 133 mmol/L 136-145 Tidak Normal
5 Kalium 2.8 mmol/L 3.5-5.1 Tidak Normal
6 Ig M CMV Positif Terinfeksi
7 Ig G CMV Positif Terinfeksi
8 CD4 43 30-60% Normal

Terapi Yang Diberikan


1) Infus NaCl 20 tpm
2) Cotrimuxazole 1x960 mg
3) OAT Crifampisin
4) INH
5) Pirazinamid & etambutol 1x4 tab
6) Kcl 3x1
7) Acylovir 5x800 mg
8) Sistenol 3x1 tab
9) Transfusi PCR sampai Hb mencapai 10 g/dL (3 Kolf)

5) Analisa Masalah
Tgl/ Data Fokus Problem Etiologi
Jam
23 Nov DS : Ganggua TB Paru
2022 n
 Pasien mengatakan memiliki keluhan
Pertukara
batuk dan berdahak n Gas
 Pasien mengatakan memiliki riwayat
penyakit TB paru, sudah mulai berobat
sejak tanggal 5 september 2014
 Pasien mengatakan memiliki riwayat
penglihatan mata sering kabur
DO :
 Inspeksi : Tidak terdapat benjolan, dada
pasien tampak simetris, frekuensi
pernafasan 20 x/menit.
 Palpasi : Tidak ada massa atau benjolan
pada dada
 Perkusi : Terdengar sonor
 Auskultasi : Terdapat suara nafas
tambahan ronchi

23 Nov DS : Perfusi Penuruna


2022 Perifer n HB
 Pasien mengatakan tidak ada keluhan Tidak
pada daerah dada Efektif

DO :
 Hb : 6.7 g/Dl
 Inspeksi : CRT <2 detik
 Palpasi : Ictus cordis teraba, akral dingin
 Perkusi : Batas atas bawah, kanan dan
kiri bunyi sonor
 Auskultasi : Bunyi jantung lup dup

23 Nov DS : Risiko HIV/


2022 Defisit AIDS
 Pasien mengatakan BB turun
Nutrisi
 Pasien mengatakan nafsu makan
menurun
 Pasien mengatakan sariawan di mulut

DO :
 Mulut pasien tampak terdapat sariawan
 Mukosa tampak kering
 IAPP
Inspeksi : Simetris, kulit sawo matang
Auskultasi : BU : 17 x/menit
Perkusi : Tidak terdapat bunyi timpani
Palpasi : Tidak terdapat benjolan ataupun
massa pada perut kanan dan ada nyeri
tekan

23 Nov DS : Ansietas HIV/


2022 AIDS
 Pasien merasa cemas dengan penyakit
yang diderita sekarang, pasien merasa
adanya perubahan gaya hidup dan peran
baik dalam keluarga
DO :
 Pasien tampak kurang nyaman dengan
keadaan yang diderita sekarang

6) Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Pola Nafas b.d TB Paru (Sekret)
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Penurunan HB
3. Risiko Defisit Nutrisi b.d HIV/AIDS
4. Ansietas b.d HIV/AIDS
7) NCP (Nursing Care Planing) / Intervensi
No Tanggal Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. 23 Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan Respirasi - Untuk mengeluarkan sputum
November Pertukaran Gas selama 2x24 jam diharapkan Gangguan  Monitor kemampuan batuk - Untuk menegtahui efektivitas
2022 b.d TB Paru Pertukaran Gas dapat berkurang dengan efektif fisioterapi dada
(Sekret) kriteri hasil :  Monitor adanya produksi - Upaya untuk mengeluarkan
Indikator A T sputum sputum
Pasien 2 4  Lakukan fisioterapi dada
mengatakan Terdapat Sekret (Effectiveness of a chest
batuk banyak berkurang
physiotherapy care map in
dengan sekret
dahak hospitalized patients (T
Pasien 2 4
Sereearuno, 2020)).
mengatakan Penglihatan Penglihatan
penglihatan kabur Fokus
kabur
(Penglihatan
kabur)
Terdapat 2 4
bunyi napas Bunyi Bunyi
tambahan Ronchi Ronchi
Ronchi terdengar berkurang
(Bunyi naafs
tambahan)
2. 23 Perfusi Perifer Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Sirkulasi - Untuk memantau nadi perifer,
November Tidak Efektif selama 2x24 jam diharapkan perfusi  Periksa sirkulasi perifer warna, suhu, akral, turgor
2022 b.d Penurunan perifer dapat teratasi dengan kriteri hasil : (nadi perifer, warna, suhu, - Agar HB meningkat
HB akral, turgor) - Untuk mengetahui konsentrasi
Perfusi Perifer  Berikan terapi transfusi hemoglobin
Indikator A T darah 3 kolf
Warna Kulit 2 4 (Post-transfusion
pasien terlihat Warna Warna
Pucat (warna kulit kulit hemoglobin values and
kulit) pucat normal patient blood managemen
sawo
matang (Moerman, 2019))
Akral pasien 2 4  Pantau nilai hemoglobin
dingin Akral Akral
dingin hangat
Turgor kulit 2 4
berkurang turgor Turgor
kulit kulit
buruk baik
3. 23 Risiko Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi - Mencegah terjadinya alergi
November Nutrisi b.d selama 2x24 jam diharapkan Risiko defisit  Identifikasi alergi dan - Meningkatkan kebersihan dan
2022 HIV/AIDS nutrisi dapat teratasi dengan kriteri hasil : intoleransi makanan kesehatan
Status Nutrisi  Lakukan oral hygiene - Mencegah terjadinya konstipasi
Indikator A T sebelum makan - Meningkatkan status nutrisi
Pasien 2 5 (Oral health & HIV/AIDS
mengatakan Sariawan Tidak (Gennaro et al, 2008)).
memiliki sariawan  Berikan makanan tinggi
sariawan serat untuk mencegah
Pasien 2 4 konstipasi
mengatakan berat BB BB  Berikan suplemen makanan,
badannya meurun menurun kembali jika perlu
normal
Pasien 2 4
mengatakan Nafsu Nafsu
nafsu makan makan makan
menurun menurun baik
4. 23 Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi Relaksasi - Untuk mengetahui tingkan
November HIV/AIDS selama 2x24 jam diharapkan Ansietas  Periksa ketegangan otot, kecemasan
2022 berkurang dengan kriteri hasil : frekuensi nadi, tekanan - Meningkatkan kenyamanan
darah, dan suhu - Meningkatkan respon
Risiko Ansietas  Ciptakan lingkungan yang - Meningkatkan kenyamanan
Indikator A T tenang - agar pemahaman relaksasi
Pasien 2 4  Gunakan nada suara lembut dapat terpenuhi
mengatakan Tingkat Tingkat dengan irama lambat - meningkatkan kenyamanan
khawatir dan khawatir khawatir  Gunakan relaksasi sebagai
cemas karena meningkat menurun penunjang dengan analgetik
penyakitnya atau tnindakan medis lain
(Verbalisasi  Jelaskan secara rinci
khawatir akibat intervensi relaksasi yang
kondisi yang dipilih
dihadapi)  Anjurkan mengambil posisi
Pasien terlihat 2 4 nyaman
pucat (Pucat) Pucat Tidak  Dukungan keluarga
pucat (The importance of the
family : a longitudinal
study of the predictors of
depression in HIV patients
in the south Afrika
(Wouters et al, 2016))

8) Implementasi & Evalusi


Hari-1
No Tggl/Jam No Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD
1. 23 Gangguan S:
November Pertukaran  Memonitor kemampuan
batuk efektif  Pasien mengatakan memiliki keluhan batuk dan
2022 Gas b.d TB
Paru (Sekret)  Memonitor adanya berdahak
produksi sputum
 Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit TB
 Melakukan fisioterapi
dada paru, sudah mulai berobat sejak tanggal 5 september
2014
 Pasien mengatakan memiliki riwayat penglihatan
mata sering kabur
O:
 Inspeksi : Tidak terdapat benjolan, dada pasien
tampak simetris, frekuensi pernafasan 20 x/menit.
 Palpasi : Tidak ada massa atau benjolan pada dada
 Perkusi : Terdengar sonor
 Auskultasi : Terdapat suara nafas tambahan ronchi
 Setelah dilakukan fisioterapi dada pasien dapat
mengeluarkan dahak

A : Masalah teratasi sebagian


Indikator A T H
Pasien 2 4 3
mengatakan Terdapat Sekret Sekret
batuk banyak berkurang sedikit
dengan sekret berkurang
dahak
Pasien 2 4 2
mengatakan Penglihatan Penglihatan Penglihatan
penglihatan kabur Fokus kabur
kabur
(Penglihatan
kabur)
Terdapat 2 4 2
bunyi napas Bunyi Bunyi Masih
tambahan Ronchi Ronchi terdengar
Ronchi terdengar berkurang ronchi
(Bunyi
naafs
tambahan)

P : Lanjutkan intervensi
- Monitor adanya produksi sputum
- Lakukan fisioterapi dada
23 Perfusi Perifer  Memeriksa sirkulasi S:
November Tidak Efektif perifer (nasi perifer,
 Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada daerah
2022 b.d Penurunan warna, suhu, akral,
HB turgor) dada
 Memberikan terapi
transfusi darah 3 kolf O:
 Memantau nilai
 Hb : 6.7 g/Dl
heboglobin
 Inspeksi : CRT <2 detik
 Palpasi : Ictus cordis teraba, akral dingin
 Perkusi : Batas atas bawah, kanan dan kiri bunyi
sonor
A : Masalah teratasi sebagian

Indikator A T H
Warna Kulit 2 4 3
pasien terlihat Warna Warna Pucat
Pucat (warna kulit kulit berkurang
kulit) pucat normal
sawo
matang
Akral pasien 2 4 3
dingin Akral Akral Akral
dingin hangat dingin
menurun
Turgor kulit 2 4 2
berkurang turgor Turgor Turgor
kulit kulit kulit
buruk baik kurang
baik
P : Lanjutkan Intervensi
 Periksa sirkulasi perifer (nasi perifer, warna, suhu,
akral, turgor)
 Berikan terapi transfusi darah
 Pantau nilai heboglobin

23 Resiko Defisit  Mengidentifikasi alergi S:


November Nutrisi b.d dan intoleransi makanan
 Pasien mengatakan BB turun
2022 HIV/AIDS  Melakukan oral hygiene
sebelum makan  Pasien mengatakan nafsu makan menurun
 Memberikan makanan
 Pasien mengatakan sariawan di mulut
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi  Pasien mengatakan tidak memiliki alergi
 Memberikan suplemen
makanan, jika perlu
O:
 Mulut pasien tampak terdapat sariawan
 Mukosa tampak kering
 IAPP
Inspeksi : Simetris, kulit sawo matang
Auskultasi : BU : 17 x/menit
Perkusi : Tidak terdapat bunyi timpani
Palpasi : Tidak terdapat benjolan ataupun massa
pada perut kanan dan ada nyeri tekan

A : Masalah belum teratasi

Indikator A T H
Pasien 2 5 2
mengatakan Sariawan Tidak Sariawan
memiliki sariawan
sariawan
Pasien 2 4 2
mengatakan berat BB BB BB
badannya meurun menurun kembali menurun
normal
Pasien 2 4 2
mengatakan Nafsu Nafsu Nafsu
nafsu makan makan makan makan
menurun menurun baik menurun
P : Lanjutkan Intervensi
 Lakukan oral hygiene sebelum makan
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
 Berikan suplemen makanan, jika perlu

23 Ansietas b.d  Memeriksa ketegangan S:


November HIV/AIDS otot, frekuensi nadi,
 Pasien mengatakan merasa cemas dengan penyakit
2022 tekanan darah, dan suhu
 Menciptakan lingkungan yang diderita sekarang, pasien merasa adanya
yang tenang perubahan gaya hidup dan peran baik dalam
 Menggunakan nada
suara lembut dengan keluarga
irama lambat O:
 Menggunakan relaksasi
sebagai penunjang  Pasien tampak kurang nyaman dengan keadaan yang
dengan analgetik atau diderita sekarang
tnindakan medis lain
 Menjelaskan secara rinci A : Masalah
intervensi relaksasi yang Indikator A T H
dipilih
Pasien 2 4
 Menganjurkan mengatakan Tingkat Tingkat
mengambil posisi khawatir dan khawatir khawatir
nyaman cemas karena meningkat menuru
penyakitnya n
(Verbalisasi
khawatir akibat
kondisi yang
dihadapi)
Pasien terlihat 2 4
pucat (Pucat) Pucat Tidak
pucat

P : Lanjutkan Intervensi

Hari Ke-2
No Tggl/Jam No Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD
1. 24 Gangguan - Memonitor adanya S:
November Pertukaran produksi sputum
 Pasien mengatakan sedikit lebih nyaman setelah
2022 Gas b.d TB - Melakukan fisioterapi
Paru (Sekret) dada melakukan fisioterapi dada
O:
 Inspeksi : Tidak terdapat benjolan, dada pasien
tampak simetris, frekuensi pernafasan 19 x/menit.
 Palpasi : Tidak ada massa atau benjolan pada dada
 Perkusi : Terdengar sonor
 Auskultasi : Terdapat suara nafas tambahan ronchi
 Setelah dilakukan fisioterapi dada pasien dapat
mengeluarkan dahak

A : Masalah teratasi sebagian


Indikator A T H
Pasien 2 4 3
mengatakan Terdapat Sekret Sekret
batuk banyak berkurang sedikit
dengan sekret berkurang
dahak
Pasien 2 4 2
mengatakan Penglihatan Penglihatan Penglihatan
penglihatan kabur Fokus kabur
kabur
(Penglihatan
kabur)
Terdapat 2 4 2
bunyi napas Bunyi Bunyi Masih
tambahan Ronchi Ronchi terdengar
Ronchi terdengar berkurang ronchi
(Bunyi
naafs
tambahan)
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor adanya produksi sputum
- Lakukan fisioterapi dada
24 Perfusi Perifer  Memeriksa sirkulasi S:
November Tidak Efektif perifer (nasi perifer,
 Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada daerah
2022 b.d Penurunan warna, suhu, akral,
HB turgor) dada
 Memberikan terapi
transfusi darah O:
 Memantau nilai
 Hb : 6.7 g/dL
hemogloin
 Inspeksi : CRT <2 detik
 Palpasi : Ictus cordis teraba, akral dingin
 Perkusi : Batas atas bawah, kanan dan kiri bunyi
sonor
A : Masalah teratasi sebagian

Indikator A T H
Warna Kulit 2 4 3
pasien terlihat Warna Warna Pucat
Pucat (warna kulit kulit berkurang
kulit) pucat normal
sawo
matang
Akral pasien 2 4 3
dingin Akral Akral Akral
dingin hangat dingin
menurun
Turgor kulit 2 4 2
berkurang turgor Turgor Turgor
kulit kulit kulit
buruk baik kurang
baik
P : Lanjutkan Intervensi
 Periksa sirkulasi perifer (nasi perifer, warna, suhu,
akral, turgor)
 Berikan terapi transfusi darah
 Pantau nilai heboglobin
24 Resiko Defisit  Melakukan oral hygiene S:
November Nutrisi b.d sebelum makan
 Pasien mengatakan BB turun
2022 HIV/AIDS  Memberikan makanan
tinggi serat untuk  Pasien mengatakan nafsu makan menurun
mencegah konstipasi
 Pasien mengatakan sariawan di mulut
 Memberikan suplemen
makanan, jika perlu  Pasien mengatakan tidak memiliki alergi

O:
 Mulut pasien tampak terdapat sariawan
 Mukosa tampak kering
 IAPP
Inspeksi : Simetris, kulit sawo matang
Auskultasi : BU : 17 x/menit
Perkusi : Tidak terdapat bunyi timpani
Palpasi : Tidak terdapat benjolan ataupun massa
pada perut kanan dan ada nyeri tekan
A : Masalah belum teratasi

Indikator A T H
Pasien 2 5 2
mengatakan Sariawan Tidak Sariawan
memiliki sariawan
sariawan
Pasien 2 4 2
mengatakan berat BB BB BB
badannya meurun menurun kembali menurun
normal
Pasien 2 4 2
mengatakan Nafsu Nafsu Nafsu
nafsu makan makan makan makan
menurun menurun baik menurun
P : Lanjutkan Intervensi
 Lakukan oral hygiene sebelum makan
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
 Berikan suplemen makanan, jika perlu

24 Ansietas b.d  Memeriksa ketegangan S:


November HIV/AIDS otot, frekuensi nadi,
 Pasien mengatakan merasa cemas dengan penyakit
2022 tekanan darah, dan suhu
 Menciptakan lingkungan yang diderita sekarang, pasien merasa adanya
yang tenang perubahan gaya hidup dan peran baik dalam
 Menggunakan nada
suara lembut dengan keluarga
irama lambat O:
 Menggunakan relaksasi
sebagai penunjang  Pasien tampak kurang nyaman dengan keadaan yang
dengan analgetik atau diderita sekarang
tnindakan medis lain
 Menjelaskan secara rinci A : Masalah
intervensi relaksasi yang Indikator A T H
dipilih
Pasien 2 4 3
 Menganjurkan mengatakan Tingkat Tingkat Tingkat
mengambil posisi khawatir dan khawatir khawatir khawatir
nyaman cemas karena meningkat menuru sedikit
penyakitnya n menurun
(Verbalisasi
khawatir akibat
kondisi yang
dihadapi)
Pasien terlihat 2 4 3
pucat (Pucat) Pucat Tidak Sedikit
pucat pucat

P : Lanjutkan Intervensi
E. STEP V : PENETAPAN LEARNING ISSUE
Peran perawat untuk mengatasi masalah fisiologi dan psikologis pasien HIV
berupa :
a. Kuratif
1. HIV
Effects of antiretroviral therapy in the central nervus system : beyond
viral suppression (Jordan-Scuitto et al, 2021)
Konsentrasi hemoglobin
Post-transfusion hemoglobin values and patient blood managemen
(Moerman, 2019)
2. TB Paru
Bersihan jalan nafas
Effectiveness of a chest physiotherapy care map in hospitalized
patients (T Sereearuno, 2020).
b. Preventif
- Oral health & HIV/AIDS (Gennaro et al, 2008)
c. Supportif
The importance of the family : a longitudinal study of the predictors of
depression in HIV patients in the south Afrika (Wouters et al, 2016)
DAFTAR PUSTAKA
Dafitri, I. A., Medison, I., & Mizarti, D. (2020). Laporan Kasus TB Paru
Koinfeksi HIV/AIDS. Jurnal Kedokteran YARSI, 28(2), 021-031.
Gennaro S, Naidoo S, Berthold P. Oral health & HIV/AIDS. MCN Am J Matern
Child Nurs. (2008). Jan-Feb; 33(1):50-7.doi:
10.1097/01.NMC.0000305658. 32237.7d. PMID: 18158528.
Hidayati Nurul A. (2019). Manajemen HIV/AIDS. Surabaya. Airlangga
University Press.
Jordan-Sciutto KL. Effects of Antiretroviral Therapy in the Central Nervous
System: Beyond Viral Suppression. J Neuroimmune Pharmacol.
(2021). Mar;16(1):71-73. doi: 10.1007/s11481-021-09987-2. Epub
2021 Mar 2. PMID: 33649998; PMCID: PMC8118691.
Moerman J, Vermeulen E, Van Mullem M, Badts AM, Lybeert P, Compernolle
V, Georgsen J. Post-transfusion hemoglobin values and patient blood
management. Acta Clin Belg. (2019). Jun;74(3):164-168. doi:
10.1080/17843286.2018.1475939. Epub 2018 May 17. PMID:
29770734.
Sereearuno T, Rittayamai N, Lawansil S, Thirapatarapong W. Effectiveness of a
chest physiotherapy care map in hospitalized patients. Heart Lung.
(2020). Sep-Oct;49(5):616-621. doi: 10.1016/j.hrtlng.2020.03.014.
Epub 2020 Apr 25. PMID: 32340869.
Setiarto Bimo H et al. (2021). Penanganan Virus HIV/AIDS. Yogyakarta. Budi
Utama
Wouters E, Masquillier C, le Roux Booysen F. The Importance of the Family: A
Longitudinal Study of the Predictors of Depression in HIV Patients in
South Africa. AIDS Behav. (2016). Aug;20(8):1591-602. doi:
10.1007/s10461-016-1294-0. PMID: 26781870.

Anda mungkin juga menyukai