Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PEMBELAJARAN LBM 7

KEPERAWATAN HIV/AIDS

Laporan
SGD Kelompok : 14
Judul LBM : Sakit Macam Apa Ini, Apa yang
Salah Dengan Tubuhku?
Tutor Pengampu SGD : Ns. Kurnia Wijayanti, M.Kep
Ketua : Risma Wulandari
Sekertaris : Aura Ramadhina
Disusn Oleh :
1. Aura Ramadhina (30901800024)
2. Dewi Lestari (30901800042)
3. Erviana Bunga Miskha (30901800060)
4. Henita Febriani (30901800077)
5. Intan Yuni Laila Ardiyani (30901800095)
6. Mellinia Ramadyanti (30901800113)
7. Nuris Futihatun N (30901800132)
8. RismaWulandari (30901800150)
9. Siti Nurhaliza (30901800169)
10. Umihanik (30901800187)
11. Yustika Yuni Astuti (30901800204)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
TAHUN PELAJAR 2019/2020
Lembar Belajar Mahasiswa 7
a. Judul : Sakit Macam Apa Ini, Apa yang Salah Dengan Tubuhku?
b. Skenario :
c.
Tn. B, 30 th datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan batuk berdahak dan sering
berkeringat saat malam hari. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi nafas 31 x/menit,
auskultasi paru ditemukan ronchi basah. Dari hasil wawancara diketahui pasien mempunyai
faktor resiko homosex, riwayat pengguna narkoba jenis suntik dan tatto. Hasil analisis dokter
pasien di diagnosis HIV/B20 pada fase/stadium II, dibuktikan dengan hasil pemeriksaan
antibody serum menggunakan ELISA hasil reaktif; Tes CD4 165 mm3 darah dan nampak
kesan TB paru pada x-ray thorax. Dokter memberikan resep profilaksis Cotrimoxazole 1 x
960 mg; dan OAT Rifampisin; INH, Pirazinamid & Etambutol 1x4 tab, Kcl 3x1. Selain itu
pasien dikonsulkan ke klinik VCT untuk menjalani konseling. Saat konselor menjelaskan
mengenai penyakit yang diderita pasien, terlihat sangat kaget lalu menangis dan tidak
menerima bahwa dia terkena HIV. Pasien khawatir akan stigma yang akan dialaminya berupa
pengucilan oleh keluarga dan teman-temannya. Saat konselor menganjurkan pasien agar
berdoa dan beribadah kepada Tuhan memohon kesembuhan, pasien mengatakan “saya belum
siap, selama ini saya tidak pernah beribadah”. Selain itu konselor pun menganjurkan kepada
pasien untuk menghindari distress berkepanjangan agar tidak mempengaruhi kekebalan
tubuhnya. Selain itu pasien diminta untuk menjaga kekebalan tubuh dengan berolah raga dan
rutin untuk konsultasi

STEP 1 :
1. Mencari kata sulit
) CD4
) PROFILAKSIS COTRIMOXAZOLE
) ELISA
Jawaban :
Kata Sulit
1. Tes CD4
Satu akibat dari infeksi HIV adalah kerusakan pada sistem kekebalan tubub
kita. HIV membunuh satu jenis sel darah putih yang disebut sel CD4. Sel ini
bagian penting dari sistem kekebalan tubuh, dan jika ada jumlahnya yang
kurang, sistem tersebut menjadi terlalu lemah untuk melawan infeksi.
Jumlah sel CD4 dapat diukur melalui tes darah khusus. (Handayani, Wawuri.
2019. Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS pada Siswa Kelas X
SMA N 1 Sentolo Tahun Akademik 2018/2019 )(yustika)

2. Profilaksis cotrimoxazole
kombinasi antibiotik yang terdiri dari trimethoprim dan sulfamethoxazole.
Obat ini digunakan untuk menangani infeksi yang disebabkan oleh bakteri,
seperti bronkitis, otitis media, dan infeksi saluran kemih. Selain itu,
kotrimoksazol juga dapat digunakan untuk menangani dan mencegah
pneumocystis carinii pneumonia (PCP) pada pasien dengan daya tahan tubuh
turun, seperti penderita HIV/AIDS.
(Siti nurhaliza)

3. ELISA : Tes HIV dapat menggunakan tes cepat (rapid) HIV atau dengan reagen ELISA
(Enzym Linked Immunosorbent Assay). ELISA merupakan metode pilihan untuk
diagnosis HIV. Namun, metode ini memiliki beberapa kelemahan antara lain
memerlukan tenaga lebih, waktu lebih lama, peralatan lebih banyak, dan personil
berpengalaman; halhal ini memicu peralihan dari metode ELISA ke uji cepat. Lien, et
al, melaporkan bahwa kemampuan rapid test dan ELISA kurang lebih sama.
( Jurnal Antigen untuk Metode Serologi Deteksi Antibodi Anti-HIV;Ika Puspita Dewi,
CDK-268/ vol. 45 no. 9 th. 2018 ). ( Risma )

STEP 2 :
1. Kata Kunci :
1. Pasien memiliki resiko homosex, dan terdapat riwayat narkoba jenis suntik dan
tatto (umihan)
2.Hasil tes CD4 165 mm3 darah (risma)
3. Pasien di diagnosis HIV/B20 pasa fase/stasium II dibuktikan dengan Hasil
pemeriksaan antibody serum menggunakan ELISA hasil reaktif (Siti Nurhaliza)
2. Masalah : HIV/AIDS
STEP 3 :
Pertanyaan :
1.Definiso HIV/AIDS (intan)
2.Klasifikasi hiv / aids (yustika)
3.Etiologi HIV/AIDS ( siti nurhaliza)
4.Manifestasi klinis dari HIV AIDS(Risma)
5.Komplikasi hiv/AIDS ( Henita )
6.bagaimana cara penularan HIV (nuris)
7.Faktor resiko HIV/Aids (Dewi)
8.Patofisiologi dari hiv aids ( bunga)
9.Penatalaksanaan dari HIV/AIDS (melli)
10.Diagnosa dari kasus tersebut (umihan)
11. Fungsi pemeriksaan ELISA(nuris)
12.kenapa pasien TB bisa HIV dan distress bisa menurunkan imun

MENJAWAB PERTANYAAN
PERTANYAAN
1.Definiso HIV/AIDS (intan)
HIV adalah virus yang menyerang sel darah putih didalam tubuh (limfosit) yang
mengakibatkan turunya kekebalan tubuh manusia. Orang yang dalam darahnya
terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum tentu membutuhkan pengobatan.
Meskipun demikian, orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang lain
bila melakukan hubungan seks berisiko dan berbagi penggunaan alat suntik dengan
orang lain (KPAD Kab.Jember, 2015)
AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena kekebalan tubuh yang
menurun yang disebabkan oleh infeksi virus HIV. Akibat menurunnya kekebalan
tubuh pada seseorang maka orang tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti
TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran pernafasan, otak dan
kanker (KPAD, Kab.Jember, 2015)
Sumber : jurnal IKVSMA Volume 12 Nomor 1 Maret 2016.Hubungan Karakteristik
ODHA Dengan Kejadian Loss To Follw Up Terapi ARV di Kabupaten Jember. (Yustika)

HIV merupakan singkatan dari Human


Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem
kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positif T-sel dan makrofag–
komponenkomponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau
mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan
sistemkekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan
tubuh.Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi
menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit.
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No 7, November 2019 (Dewi)

Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang memperlemah kekebalan
pada tubuh manusia yang mengakibatkan seseorang terkena AIDS. ( Sunaryati, S.S.,
2014. 14 penyakit paling sering menyerang dan sangat mematikan. Yogyakarta:
Flashbooks).
Acquired Immuno Deficiency Syndrome atau AIDS adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh HIV. AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya
sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. (Scorviani, V. dan Taufan N.,
2016. Mengupas Tuntas 9 Jenis PMS. Yogyakarta: Nuha Medika) (nuris)
2.Klasifikasi hiv / aids (yustika)
*Stadium 1 :
1. Asimptomatik
2. Limfadenopati Generalisata
*Stadium 2 :
1. Berat badan menurutn <10 %
2. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan seperti, dermatitis seboroik, purigo,
onikomikosis, ulkus oral yang rekuren, kheilitis angularis.
3. Herpes zoster dalam 5 tahun terkahir
4. Infeksi saluran napas bagian atas seperti sinusitis bakterialis
*Stadium 3 :
1. Berat badan menurun < 10%
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
4. Kandidiasis orofaringeal
5. Oral hairy leukoplakia
6. TB paru dalam tahun terakhir
7. Infeksi bacterial yang berat seperti pneumonia, piomiositis
*Stadium 4 :
1. HIV wasting syndrome
2. Pnemonia Pneumocystis carinii
3. Toksoplasmosis otak
4. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan
5. Kriptokokosis ekstrapulmonar
6. Retinitis virus situmegalo
7. Herpes simpleks mukokutan > 1 bulan
8. Leukoensefalopati multifocal progresif
9. Mikosis diseminata seperti histoplasmosis
10. Tuberkulosis di luar paru
sumber: Asuhan Keperawatan HIV/AIDS;Revi Intansari, Krisna Maskunti(2016).
(risma)

a. Fase 1
Umur infeksi 1 – 6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar dan terinfeksi.
Tetapi ciri – ciri terinfeksi belum terlihat meskipun ia melakukan tes darah. Pada fase
ini antibody terhadap HIV belum terbentuk. Bisa saja terlihat/mengalami gejala –
gejala ringan, seperti flu (biasanya 2 – 3 hari dan sembuh sendiri).
b. Fase 2
Umur infeksi: 2 – 10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini individu sudah
positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah dapat menularkan pada
orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala – gejala ringan, seperti flu (biasanya 2
– 3 hari dan sembuh sendiri).
c. Fase 3
Mulai muncul gejala – gejala awal penyakit. Belum disebut gejala AIDS. Gejala –
gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada waktu malam, diare
terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang tidak sembuh –
sembuh, nafsu makan berkurang dan badan menjadi lemah, serta berat badan terus
berkurang. Pada fase ketiga ini sistem kekebalan tubuh mulai berkurang.
d. Fase 4
Sudah masuk fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan tubuh sangat
berkurang dilihat dari jumlah sel T nya. Timbul penyakit tertentu yang disebut
dengan infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi paru – paru yang menyebabkan radang
paru – paru dan kesulitan bernafas, kanker, khususnya sariawan, kanker kulit atau
sarcoma kaposi, infeksi usus yang menyebabkan diare parah berminggu – minggu,
dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala
Sumber: (Hasdianah & Dewi, 2014).
(Siti nurhaliza)

3.Etiologi HIV/AIDS ( siti nurhaliza)

Penyebab HIV/AIDS adalah golongan virus retro yang disebut Human


Immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai
retrovirus dan
disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retro virus baru yang diberi
nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan
HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV. Trasmisi infeksi HIV dan
AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
a). Periode jendela. Lamanya 4 minggusampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala
b). Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya lamanya 1 - 2 minggu dengan gejala flu.
c). Infeksi asimtomatik. Lamanya 1 - 15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
d) Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan demam, keringat malam hari,
Berat badan menurun, diare, neuropati, lemah, ras, limfa denopati, lesi mulut.
e) AIDS. Lamanya bervariasi antara 1 -5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis
berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
Sumber: Romy Wahyuni, Dewi Susanti. (2019). Jurnal Maternal dan Neonatal.
GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA TENTANG HIV/AIDS DI UNIVERSITAS PASIR
PENGARAIAN KABUPATEN ROKAN HULU. Vol. 2 No. 6 (melli)

HIV ialah retrovirus yang disebut lymphadenophaty associated virus (LAV) atau
human T-cell leukemia virus 111 (HTLV-111) yang juga disebut human T-cell
lymphotrophic virus (retrovirus). LAV ditemukan oleh Montagnier dkk pada tahun
1983 di Prancis, sedangkan HTLV-111 ditemukan oleh Gallo di Amerika Serikat pada
tahun berikutnya. Virus yang sama ini ternyata banyak ditemukan di Afrika Tengah.
Sebuah penelitian pada 200 monyet hijau afrika, 70% dalam darahnya mengandung
virus tersebut tanpa menimbulkan penyakit. Nama lain virus tersebut adalah HIV.
HIV terdiri atas HIV-1 dan HIV-2 terbanyak karena HIV-1 terdiri atas dua untaian RNA
dalam inti protein yang dilindungi envelope lipid asal sel hospes. Virus AIDS bersifat
limpotropik khas dan mempunyai kemampuan untuk merusak sel darah putih
spesifik yang disebut limfosit T-helper atau limfosit pembawa factor T4 (CD4). Virus
ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah limfosit T-helper secara progresif dan
menimbulkan imunodefisiensi, yang selanjutnya terjadi infeksi sekuder atau
oportunistik oleh kuman, jamur,Sekali virus AIDS menginfeksi seseorang, virus
tersebut akan berada dalam tubuh korban selama seumur hidup. Badan penderita
akan mengalami reaksi terhadap invasi virus AIDS dengan jalannya membentuk
antibody spesifik, yaitu antibody HIV yang agaknya tidak dapat menetralisasi virus
tersebut dengan cara yang biasa sehingga penderita tetap akan merupakan individu
yang infektif dan merupakan bahaya yang dapat menularkan virusnya pada orang
lain disekelilingnya. Kebanyakan orang yang terinfeksi oleh virus AIDS hanya sedikit
yang menderita sakit atau sama sekali tidak sakit, akan tetapi hanya pada beberapa
orang perjalanan sakit dapat berlangsung dan berkembang menjadi AIDS yang full-
blown.
Kuswiyanto. 2015. Buku Ajar Virology untuk Analis Kesehatan. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Nurachmah. Elly. Mustikasari., 2009. Factor Pencegahan HIV/AIDS Akibat Perilaku
Bersiko Tertular pada Siswa SLTP( Henita )

Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV dari
sekelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy Associated
Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia Virus (HTL-III) yang juga disebut Human T-
Cell Lympanotropic Virus (retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya
(RNA) menjadi asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu
(Nurrarif & Hardhi, 2015). (Dewi)

4.Manifestasi klinis dari HIV AIDS(Risma)

Gejala mayor :
• Berat badan turun >10% dalam 1 bulan
• Diare kronik, berlangsung > 1 bulan
• Demam berkepanjangan > 1 bulan
• Penurunan Kesadaran
• Demensia/HIV ensefalopati
Gejala minor
• Batuk menetap > 1 bulan
• Dermatitis generalisata
• Herpes Zooster multisegmental dan berulang
• Kandidiasis orofaringeal
• Herpes simpleks kronis progresif
• Limfadenopati generalisata
• Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
• Retinitis Cytomegaloviru
An.Rosiana. 2014. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired
Imunnodeficiency Syndrome (AIDS). UNDIP: Semarang. (Yustika)

Secara umum dapat dikemukakan :


a. Rasa lelah dan lesu
b. Berat badan menurun secara drastis
c. Demam yang sering dan berkeringat waktu malam
d. Mencret dan kurang nafsu makan
e. Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
f. Pembengkakan leher dan lipatan paha
g. Radang paru
h. Kanker kulit ( bunga )

Tanda gejala
a). berat badan turun lebih dari 10%
b). demam lebih dari 38 derajat Celcius
c). berkeringat di malam hari tanpa sebab
d). diare kronis tanpa sebab yang jelas lebih dari 1 bulan
e). rasa lelah berkepanjangan
f). bercak - bercak putih pada lidah (hairy leukoplakia)
g). penyakit kulit (herpes zoster) dan penyakit jamur (candidiasis) pada mulut
h). pembesaran kelenjar getah bening (limfe), anemia (kurang darah), leukopenia
(kurang sel darah putih), limfopenia (kurang sel - sel limphosit) dan trombositopenia
(kurang sel -sel trombosit / sel pembekuan darah
i). ditemukan antigen HIV atau antibodi terhadap HIV
j). gejala klinis lainnya antara lain kelainan pada:
- Kulit dan rambut kepala
- Kulit muka dan kulit bahagian tubuh lainnya
- Mata
- Hidung
- Rongga mulut (langit - langit, gusi dan gigi)
- Paru - paru
- Alat kelamin (Hawari, 2006)
Sumber: Romy Wahyuni, Dewi Susanti. (2019). Jurnal Maternal dan Neonatal.
GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA TENTANG HIV/AIDS DI UNIVERSITAS PASIR
PENGARAIAN KABUPATEN ROKAN HULU. Vol. 2 No. 6 (melli)
5.Komplikasi hiv/AIDS ( Henita )

a. Oral lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi,
penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency
Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan
motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial.
2) Ensefalophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis atau ensefalitis. Dengan efek: sakit kepala,
malaise, demam, paralise total/parsial.
3) Infark serebral kornea sifilis menin govaskuler, hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
4) Neuropati karena inflamasi diemilinasi oleh serangan HIV.
c. Gastrointertinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik, demam atritis.
3) Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal
dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus
dan strongyloides dengan efek sesak nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan,
gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus: virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekubitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar,
infeksi sekunder dan sepsis.

f. Sensorik
1) Pandangan: sarcoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2) Pendengaran: otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri (Susanto & Made Ari, 2013). (nuris)

6.bagaimana cara penularan HIV (nuris)

Melalui produk darah (jarum yang tidak steril atau darah yang tidak disaring).
Dari ibu ke bayi dalam proses mengandung, persalinan, atau menyusui.
Melalui hubungan seks vaginal, anal, atau oral tanpa alat pengaman.(aura)

Penularan HIV busa melalui mitra seksual multipel, tranfusi darah yang terinfeksi,
penggunaan j arum suntik terinfeksi dan transmisi dari ibu ke anak. Adanya ulkus
genital yang sering timbul pada penyakit hubungan seksual merupakan kemudahan
untuk infeksi virus. Kelompok wanita tuna susila memegang peranan penting dalam
penyebaran infeksi.
Disamping faktor tersebut penularan AIDS juga dapat terjadi akibat hubungan
pekerjaan. Dalam hal ini pekerjaan korban mempunyai peranan utama dalam
terjadinya penularan.
Tenaga kesehatan yang menangani penderita AIDS memiliki kecenderungan tinggi
untuk terkena penularan HIV
Sumber studi fenomena penyebaran HIV AIDS pada waria golongan risiko tinggi di
kota Bandung 2009 (umihan)

Hubungan seks tanpa kondom, Jarum suntik / tindik / tato yang tidak steril dan
dipakai bergantian, Peralatan dokter yang tidak steril, Mendapatkan transfusi darah
yang mengandung HIV Ibu HIV-positif ke bayinya: waktu dalam kandungan, ketika
melahirkan atau melalui ASI (Dewi)
Penularan HIV/AIDS terjadi akibat cairan tubuh yang mengandung virus HIV yaitu
melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual, jarum suntuk
pada pengguna narkotika, tranfusi komponen darah dan dari ibu yang terinfeksi HIV
ke bayi yang dilahirkan. Oleh karena itu kelompok resiko tinggi terhadap HIVAIDS
misalnya pengguna narkotika, pekerja seks komersial dan pelanggannya, serta
narapidana.
Nurachmah. Elly. Mustikasari., 2009. Factor Pencegahan HIV/AIDS Akibat Perilaku
Bersiko Tertular pada Siswa SLTP
( Henita )

7.Faktor resiko HIV/Aids (Dewi)

==> Menurut UNAIDS (2017), faktor risiko HIV/AIDS antara lain :


a. Pengguna napza suntik: menggunakan jarum secara bergantian

b. Pekerja seks dan pelanggan mereka: keterbatasan pendidikan dan peluang

untuk kehidupan yang layak memaksa mereka menjadi pekerja seks

c. Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki

d. Narapidana

e. Pelaut dan pekerja di sektor transportasi

f. Pekerja boro (migrant worker): melakukan hubungan seksual berisiko

seperti kekerasan seksual, hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi HIV tanpa
pelindung, mendatangi lokalisasi/komplek PSK dan membeli

seks.(nuris)
*Laki-laki homoseksual memiliki risiko tertular HIV/AIDS lebih besar daripada laki-
laki heteroseksual, khususnya melalui perilaku seksual berisiko, yaitu hubungan seks
dengan lebih dari satu partner dan seks anal, Ini karena adanya pertukaran cairan
tubuh antara orang yang terinfeksi dengan orang yang sehat. Kondisi ini akan
meningkat risikonya jika di organ seksual Anda terdapat luka terbuka. ( Risma )

8.Patofisiologi dari hiv aids ( bunga)


*PATOFISIOLOGI.*
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel-sel yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe,
limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel
lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian
yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka
Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel
killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat
double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai
sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang
membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga
keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper.
Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper
adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi
antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan
mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper
terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan
memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel
T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat
tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama
waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum
infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Ketika sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru
akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang
didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah,
atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
sumber: Asuhan Keperawatan HIV/AIDS;Revi Intansari, Krisna Maskunti(2016).
(risma)

==> Menurut Robbins, Dkk (2011) perjalanan HIV paling baik

dipahami dengan menggunakan kaidah saling mempengaruhi antara HIV

dan sistem imun. Ada tiga tahap yang dikenali yang mencerminkan

dinamika interaksi antara virus dan penjamu. (1) fase akut pada tahap

awal; (2) fase kronis pada tahap menengah; dan (3) fase kritis pada tahap

akhir.

Fase akut menggambarkan respon awal seseorang deawas yang

imunokompeten terhadap infeksi HIV. Secara klinis, hal yanmg khas


merupakan penyakit yang sembuh sendiri yang terjadi pada 50% hingga

70% dari orang dewasa selama 3-6 minggu setelah infeksi; fase ini

ditandai dengan gejalah nonspesifik yaitu nyeri tenggorokan, nilagioa,


demam, ruam, dan kadang-kadang meningitis aseptik. Fase ini juga
ditandai dengan prooduksi virus dalam jumlah besar, viremia dan
persemaian yang luas pada jaringan limfoid perifer, yang secara khas

disertai dengtan berkurangnya sel T CD4+ kembali mendekati jumlah


normal
Fase kronis, pada tahap menengah, menunjukan tahap penahanan

relatif virus. Pada fase ini, sebagaian besar sistem imun masih utuh,

tetapi replikasi virus berlanjut hingga beberapa tahun. Pada pasien tiudak

menunjukan gejala ataupn limfadenopati persisten, dsan banyak

penderita yang mengalami infeksi oportunistik ”ringan” seperti sariawan

(candida) atau herpes zoster selama fase ini replikasi virus dalam

jaringan limfoid terus berlanjut. Pergantian virus yang meluas akan disertai dengan
kehilangan sel CD4+ yang berlanjut. Namun, karena

kemampuan regenerasi imun besar, sel CD4+ akan tergantikan dengan

juumlah yang besar.


Tahap akhir, fase kritis , ditandai dengan kehancuran pertahanna

penjamu yang sangat merugikan viremia yang nyata, srerta penyakit

kinis. Para pasien khasnya akan mengalami demam lebih dari satu bulan,

mudah lelah, penurunan berat badan, dan diare. Jumlah sel CD4+
menurun dibawah 500 sel/µL. (nuris)

Dalam tubuh odha, partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien sehingga satu
kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup dia akan tetap terinfeksi. Dari semua
orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang masuk tahap AIDS pada 3 tahun
pertama, 50% berkembang menjadi AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun
hamper semua orang terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian
meninggal. Perjalanan penyakit tersebut menunjukkan gambaran penyakit yang
kronis, sesuai dengan perusakan system kekebalan tubuh yang juga bertahap
Olson. Rittenhouse. Kate., Nardin. De. Ernesto., 2014. Imunologi dan Serologi Klinis
Modern untuk Kedokteran dan Analis Kesehatan (MTL/CLT). Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
( Henita )

9.Penatalaksanaan dari HIV/AIDS (melli)


PENATALAKSANAAN
1.)REHABILITASI
Rehabilitas ditujukan pada pengidap atau pasien AIDS dan keluarga atau orang
terdekat, dengan melakukan konseling yang bertujuan untuk:
1. Memberikan dukungan mental-psikologis
2. Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak berisiko tinggi
menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang berisiko.
3. Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa
mempertahankan kondisi tubuh yang baik.
4. Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang berkaitan
dengan penyakitnya, antara lain bagaimana mengutarakan masalah-masalah pribadi
dan sensitif kepada keluarga dan orang terdekat.
2.)EDUKASI
Edukasi pada masalah HIV/AIDS bertujuan untuk mendidik pasien dan keluarganya
tentang bagaimana menghadapi hidup bersama AIDS, kemungkinan diskriminasi
masyaratak sekitar, bagaimana tanggung jawab keluarga, teman dekat atau
masyarakat lain. Pendidikan juga diberikan tentang hidup sehat, mengatur diet,
menghindari kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan, antara lain: rokok,
minuman keras. Narkotik, dsb.
sumber: Asuhan Keperawatan HIV/AIDS;Revi Intansari, Krisna Maskunti(2016).
(risma)

10.Diagnosa dan intervensi kasus tersebut (umihan)

Dx : Distress spiritual b.d. kejadian yg tidak diharapkan


DS : -
DO : Pasien mengatakan , "Saya belum siap, selama ini saya tidak pernah beribadah"

Intervensi :
Observasi :
a. dentifikasi perasaan khawatir, kesepian dan ketidaberdayaan
b. Identifikasi pandangan tentang hubungan antar spiritual dan kesehatan
c. Identifikasi harapan dan kekuatan pasien
d. Identifikasi ketaatan dalam beragama

Teraupetik :
a. Berikan kesempatan mengekspresikan perasaan tentang penyakit dan kematian
b. Berikan kesempatan mengekspresikan dan meredakan marah secara tepat
c. Yakinkan bahwa perawat bersedia mendukung selama masa ketidakberdayaan
d. Sediakan privasi dan waktu tenang untuk aktivitas spiritual
e. Diskusikan keyakinan tentang makna dan tujuan hidup, jika perlu
f. Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah

Edukasi :
a. Anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman, dan/atau orang lain
b. Anjurkan berpartisipasi dalam kelompok pendukung
c. Anjurkan metode relaksasi, meditasi, dan imajinasi terbimbing

Kolaborasi :
a. Atur kunjungan dengan rohaniawan (mis. ustadz, pendeta, romo, biksu)
Sumber : SDKI (2016) SIKI (2018) (melli)

Dx: Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan d.d merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang dihadapi
DS: -

DO : Pasien khawatir akan stigma yang akan dialaminya berupa pengucilan oleh
keluarga dan teman-temannya

Intervensi :

Observasi :

• Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis, kondisi, waktu, strecor)

• Identifikasi kemampuan mengambil keputusan

• Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)

Terapeutik :

• Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan

• Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan

• Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan penuh perhatian

• Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan

Edukasi :
• Jelaskan tujuan dan mungkin sensasi yang dialami

• Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis

• Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi

• Latih teknik relaksasi

Kolaborasi :

• Kolaborasi pemberian obat anti ansietas, jika perlu


Sumber : SDKI (2016) SIKI (2018) (nuris)

11. apa fungsi dari pemeriksaan ELISA (Nuris)


 ELISA merupakan rapid test atau uji cepat dalam mendeteksi atau
mengkuantifikasi jumlah antibodi atau antigen melawan virus, bakteri, atau bahan
lain. Metode ELISA untuk mengukur reaksi Antigen (Ag) Antibodi(Ab) meningkat
penggunaannya dalam pendeteksian antigen (dari agen infeksius) atau antibodi
karena metodenya yang sederhana tapi sensitif.(risma)

Teknik yang menggabungkan sepsifisitas antibody sengan sensitivitas uji enzim


secara sederhana, dengan menggunakan antibody atau antigen yang digabungkan
kesuatu enzim yang mudah diuji. ELISA memberikan pengukuran antigen dan
antibody yang baik secara relative maupun kuantitatif. ELISA dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya antigen yang dikenali oleh antibody atau dapat digunakan untuk
menguji antibody yang mengenali antigen. (Melli)

12. kenapa Pasien TB bisa HIV, dan distress bisa menurunkan imun?
 Kaitan antara hubungan penyakit TB paru denganHIV adalah karena sistem
kekebalan tubuh manusiamempunyai tugas untuk melawan infeksi danserangan
penyakit yang menyerang tubuh, selain ituusaha dalam menyerang terjadinya infeksi
ini biasanya akan membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lemah.(risma)

STEP 4

SUMBER

1.Jurnal KESMAS, Vol. 8, No 7, November 2019


Sunaryati, S.S., 2014. 14 penyakit paling sering menyerang dan sangat mematikan.
Yogyakarta: Flashbooks).
(Scorviani, V. dan Taufan N., 2016. Mengupas Tuntas 9 Jenis PMS. Yogyakarta: Nuha
Medika)
(Jurnal Antigen untuk Metode Serologi Deteksi Antibodi Anti-HIV;Ika Puspita Dewi,
CDK-268/ vol. 45 no. 9 th. 2018

2. Asuhan Keperawatan HIV/AIDS;Revi Intansari, Krisna Maskunti(2016)


(Hasdianah & Dewi, 2014).
Romy Wahyuni, Dewi Susanti. (2019). Jurnal Maternal dan Neonatal. GAMBARAN
PENGETAHUAN MAHASISWA TENTANG HIV/AIDS DI UNIVERSITAS PASIR
PENGARAIAN KABUPATEN ROKAN HULU. Vol. 2 No. 6
Buku asuhan keperawatan salemba medika

3. Kuswiyanto. 2015. Buku Ajar Virology untuk Analis Kesehatan. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Nurachmah. Elly. Mustikasari., 2009. Factor Pencegahan HIV/AIDS Akibat Perilaku
Bersiko Tertular pada Siswa SLTP (Nurrarif & Hardhi, 2015).

4.An.Rosiana. 2014. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired


Imunnodeficiency Syndrome (AIDS). UNDIP: Semarang.
Romy Wahyuni, Dewi Susanti. (2019). Jurnal Maternal dan Neonatal. GAMBARAN
PENGETAHUAN MAHASISWA TENTANG HIV/AIDS DI UNIVERSITAS PASIR
PENGARAIAN KABUPATEN ROKAN HULU. Vol. 2 No. 6

5.Irianto Koes. 2014. Bakteriologi Medis, Mikologi Medias, dan Virologi Medis
(Medical Bacteriology, Medical Micology, and Medical Virology). Bandung. Penerbit
Alfabeta.
(Susanto & Made Ari, 2013).

6. Studi fenomena penyebaran HIV AIDS pada waria golongan risiko tinggi di kota
Bandung 2009
Nurachmah. Elly. Mustikasari., 2009. Factor Pencegahan HIV/AIDS Akibat Perilaku
Bersiko Tertular pada Siswa SLTP

7. UNAIDS (2017)
Asuhan Keperawatan HIV/AIDS;Revi Intansari, Krisna Maskunti(2016).
Robbins, Dkk (2011)

8.Olson. Rittenhouse. Kate., Nardin. De. Ernesto., 2014. Imunologi dan Serologi Klinis
Modern untuk Kedokteran dan Analis Kesehatan (MTL/CLT). Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

9.Asuhan Keperawatan HIV/AIDS;Revi Intansari, Krisna Maskunti(2016).


10.SDKI (2016) SIKI (2018)
Step 5

KONSEP MAPPING
Definisi HIV/AIDS
Virus yang menyerang sel darah putih ( Kekebalan tubuh )
Etiologi HIV/AIDS
Transmisi infeksi HIV/AIDS(Terdiri 5 fase)

Patofisiologi
-fase akut pada tahap awal
-fase kronis pada tahap menengah
Fase kritis pada tahap akhir

Klasifikasi HIV/AIDS : Terjadinya Komplikasi :


perubahan respon tubuh (stadium I-IV) orallesi,neurologik,gastrointertinal,respirasi,dermat
ologik,sensorik.

Manifestasi Klinis
Gejala Mayor dan Gejala Minor

Penularan HIV
Sex bebas,penggunaan alat tak steril,transfusi
darah,ibu hamil HIV/AIDS,dll.

Penatalaksanaan
Rehabilitas dan Edukasi

Diagnosa kep:
-Distress spiritual b.d kejadian yg tak di harapkan .
-Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan.

Fungsi Pemeriksaan ELISA Pasien TB bs HIV dan distress bis


Mengukur reaksi antigen,antibodi menurunkan imun
Karena sistem kekbalan tubuh manusia
memepunyai tugas melawan infeksi.

Anda mungkin juga menyukai