KEPERAWATAN HIV/AIDS
Laporan
SGD Kelompok : 14
Judul LBM : Sakit Macam Apa Ini, Apa yang
Salah Dengan Tubuhku?
Tutor Pengampu SGD : Ns. Kurnia Wijayanti, M.Kep
Ketua : Risma Wulandari
Sekertaris : Aura Ramadhina
Disusn Oleh :
1. Aura Ramadhina (30901800024)
2. Dewi Lestari (30901800042)
3. Erviana Bunga Miskha (30901800060)
4. Henita Febriani (30901800077)
5. Intan Yuni Laila Ardiyani (30901800095)
6. Mellinia Ramadyanti (30901800113)
7. Nuris Futihatun N (30901800132)
8. RismaWulandari (30901800150)
9. Siti Nurhaliza (30901800169)
10. Umihanik (30901800187)
11. Yustika Yuni Astuti (30901800204)
STEP 1 :
1. Mencari kata sulit
) CD4
) PROFILAKSIS COTRIMOXAZOLE
) ELISA
Jawaban :
Kata Sulit
1. Tes CD4
Satu akibat dari infeksi HIV adalah kerusakan pada sistem kekebalan tubub
kita. HIV membunuh satu jenis sel darah putih yang disebut sel CD4. Sel ini
bagian penting dari sistem kekebalan tubuh, dan jika ada jumlahnya yang
kurang, sistem tersebut menjadi terlalu lemah untuk melawan infeksi.
Jumlah sel CD4 dapat diukur melalui tes darah khusus. (Handayani, Wawuri.
2019. Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS pada Siswa Kelas X
SMA N 1 Sentolo Tahun Akademik 2018/2019 )(yustika)
2. Profilaksis cotrimoxazole
kombinasi antibiotik yang terdiri dari trimethoprim dan sulfamethoxazole.
Obat ini digunakan untuk menangani infeksi yang disebabkan oleh bakteri,
seperti bronkitis, otitis media, dan infeksi saluran kemih. Selain itu,
kotrimoksazol juga dapat digunakan untuk menangani dan mencegah
pneumocystis carinii pneumonia (PCP) pada pasien dengan daya tahan tubuh
turun, seperti penderita HIV/AIDS.
(Siti nurhaliza)
3. ELISA : Tes HIV dapat menggunakan tes cepat (rapid) HIV atau dengan reagen ELISA
(Enzym Linked Immunosorbent Assay). ELISA merupakan metode pilihan untuk
diagnosis HIV. Namun, metode ini memiliki beberapa kelemahan antara lain
memerlukan tenaga lebih, waktu lebih lama, peralatan lebih banyak, dan personil
berpengalaman; halhal ini memicu peralihan dari metode ELISA ke uji cepat. Lien, et
al, melaporkan bahwa kemampuan rapid test dan ELISA kurang lebih sama.
( Jurnal Antigen untuk Metode Serologi Deteksi Antibodi Anti-HIV;Ika Puspita Dewi,
CDK-268/ vol. 45 no. 9 th. 2018 ). ( Risma )
STEP 2 :
1. Kata Kunci :
1. Pasien memiliki resiko homosex, dan terdapat riwayat narkoba jenis suntik dan
tatto (umihan)
2.Hasil tes CD4 165 mm3 darah (risma)
3. Pasien di diagnosis HIV/B20 pasa fase/stasium II dibuktikan dengan Hasil
pemeriksaan antibody serum menggunakan ELISA hasil reaktif (Siti Nurhaliza)
2. Masalah : HIV/AIDS
STEP 3 :
Pertanyaan :
1.Definiso HIV/AIDS (intan)
2.Klasifikasi hiv / aids (yustika)
3.Etiologi HIV/AIDS ( siti nurhaliza)
4.Manifestasi klinis dari HIV AIDS(Risma)
5.Komplikasi hiv/AIDS ( Henita )
6.bagaimana cara penularan HIV (nuris)
7.Faktor resiko HIV/Aids (Dewi)
8.Patofisiologi dari hiv aids ( bunga)
9.Penatalaksanaan dari HIV/AIDS (melli)
10.Diagnosa dari kasus tersebut (umihan)
11. Fungsi pemeriksaan ELISA(nuris)
12.kenapa pasien TB bisa HIV dan distress bisa menurunkan imun
MENJAWAB PERTANYAAN
PERTANYAAN
1.Definiso HIV/AIDS (intan)
HIV adalah virus yang menyerang sel darah putih didalam tubuh (limfosit) yang
mengakibatkan turunya kekebalan tubuh manusia. Orang yang dalam darahnya
terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum tentu membutuhkan pengobatan.
Meskipun demikian, orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang lain
bila melakukan hubungan seks berisiko dan berbagi penggunaan alat suntik dengan
orang lain (KPAD Kab.Jember, 2015)
AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena kekebalan tubuh yang
menurun yang disebabkan oleh infeksi virus HIV. Akibat menurunnya kekebalan
tubuh pada seseorang maka orang tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti
TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran pernafasan, otak dan
kanker (KPAD, Kab.Jember, 2015)
Sumber : jurnal IKVSMA Volume 12 Nomor 1 Maret 2016.Hubungan Karakteristik
ODHA Dengan Kejadian Loss To Follw Up Terapi ARV di Kabupaten Jember. (Yustika)
Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang memperlemah kekebalan
pada tubuh manusia yang mengakibatkan seseorang terkena AIDS. ( Sunaryati, S.S.,
2014. 14 penyakit paling sering menyerang dan sangat mematikan. Yogyakarta:
Flashbooks).
Acquired Immuno Deficiency Syndrome atau AIDS adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh HIV. AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya
sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. (Scorviani, V. dan Taufan N.,
2016. Mengupas Tuntas 9 Jenis PMS. Yogyakarta: Nuha Medika) (nuris)
2.Klasifikasi hiv / aids (yustika)
*Stadium 1 :
1. Asimptomatik
2. Limfadenopati Generalisata
*Stadium 2 :
1. Berat badan menurutn <10 %
2. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan seperti, dermatitis seboroik, purigo,
onikomikosis, ulkus oral yang rekuren, kheilitis angularis.
3. Herpes zoster dalam 5 tahun terkahir
4. Infeksi saluran napas bagian atas seperti sinusitis bakterialis
*Stadium 3 :
1. Berat badan menurun < 10%
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
4. Kandidiasis orofaringeal
5. Oral hairy leukoplakia
6. TB paru dalam tahun terakhir
7. Infeksi bacterial yang berat seperti pneumonia, piomiositis
*Stadium 4 :
1. HIV wasting syndrome
2. Pnemonia Pneumocystis carinii
3. Toksoplasmosis otak
4. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan
5. Kriptokokosis ekstrapulmonar
6. Retinitis virus situmegalo
7. Herpes simpleks mukokutan > 1 bulan
8. Leukoensefalopati multifocal progresif
9. Mikosis diseminata seperti histoplasmosis
10. Tuberkulosis di luar paru
sumber: Asuhan Keperawatan HIV/AIDS;Revi Intansari, Krisna Maskunti(2016).
(risma)
a. Fase 1
Umur infeksi 1 – 6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar dan terinfeksi.
Tetapi ciri – ciri terinfeksi belum terlihat meskipun ia melakukan tes darah. Pada fase
ini antibody terhadap HIV belum terbentuk. Bisa saja terlihat/mengalami gejala –
gejala ringan, seperti flu (biasanya 2 – 3 hari dan sembuh sendiri).
b. Fase 2
Umur infeksi: 2 – 10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini individu sudah
positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah dapat menularkan pada
orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala – gejala ringan, seperti flu (biasanya 2
– 3 hari dan sembuh sendiri).
c. Fase 3
Mulai muncul gejala – gejala awal penyakit. Belum disebut gejala AIDS. Gejala –
gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada waktu malam, diare
terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang tidak sembuh –
sembuh, nafsu makan berkurang dan badan menjadi lemah, serta berat badan terus
berkurang. Pada fase ketiga ini sistem kekebalan tubuh mulai berkurang.
d. Fase 4
Sudah masuk fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan tubuh sangat
berkurang dilihat dari jumlah sel T nya. Timbul penyakit tertentu yang disebut
dengan infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi paru – paru yang menyebabkan radang
paru – paru dan kesulitan bernafas, kanker, khususnya sariawan, kanker kulit atau
sarcoma kaposi, infeksi usus yang menyebabkan diare parah berminggu – minggu,
dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala
Sumber: (Hasdianah & Dewi, 2014).
(Siti nurhaliza)
HIV ialah retrovirus yang disebut lymphadenophaty associated virus (LAV) atau
human T-cell leukemia virus 111 (HTLV-111) yang juga disebut human T-cell
lymphotrophic virus (retrovirus). LAV ditemukan oleh Montagnier dkk pada tahun
1983 di Prancis, sedangkan HTLV-111 ditemukan oleh Gallo di Amerika Serikat pada
tahun berikutnya. Virus yang sama ini ternyata banyak ditemukan di Afrika Tengah.
Sebuah penelitian pada 200 monyet hijau afrika, 70% dalam darahnya mengandung
virus tersebut tanpa menimbulkan penyakit. Nama lain virus tersebut adalah HIV.
HIV terdiri atas HIV-1 dan HIV-2 terbanyak karena HIV-1 terdiri atas dua untaian RNA
dalam inti protein yang dilindungi envelope lipid asal sel hospes. Virus AIDS bersifat
limpotropik khas dan mempunyai kemampuan untuk merusak sel darah putih
spesifik yang disebut limfosit T-helper atau limfosit pembawa factor T4 (CD4). Virus
ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah limfosit T-helper secara progresif dan
menimbulkan imunodefisiensi, yang selanjutnya terjadi infeksi sekuder atau
oportunistik oleh kuman, jamur,Sekali virus AIDS menginfeksi seseorang, virus
tersebut akan berada dalam tubuh korban selama seumur hidup. Badan penderita
akan mengalami reaksi terhadap invasi virus AIDS dengan jalannya membentuk
antibody spesifik, yaitu antibody HIV yang agaknya tidak dapat menetralisasi virus
tersebut dengan cara yang biasa sehingga penderita tetap akan merupakan individu
yang infektif dan merupakan bahaya yang dapat menularkan virusnya pada orang
lain disekelilingnya. Kebanyakan orang yang terinfeksi oleh virus AIDS hanya sedikit
yang menderita sakit atau sama sekali tidak sakit, akan tetapi hanya pada beberapa
orang perjalanan sakit dapat berlangsung dan berkembang menjadi AIDS yang full-
blown.
Kuswiyanto. 2015. Buku Ajar Virology untuk Analis Kesehatan. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Nurachmah. Elly. Mustikasari., 2009. Factor Pencegahan HIV/AIDS Akibat Perilaku
Bersiko Tertular pada Siswa SLTP( Henita )
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV dari
sekelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy Associated
Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia Virus (HTL-III) yang juga disebut Human T-
Cell Lympanotropic Virus (retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya
(RNA) menjadi asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu
(Nurrarif & Hardhi, 2015). (Dewi)
Gejala mayor :
• Berat badan turun >10% dalam 1 bulan
• Diare kronik, berlangsung > 1 bulan
• Demam berkepanjangan > 1 bulan
• Penurunan Kesadaran
• Demensia/HIV ensefalopati
Gejala minor
• Batuk menetap > 1 bulan
• Dermatitis generalisata
• Herpes Zooster multisegmental dan berulang
• Kandidiasis orofaringeal
• Herpes simpleks kronis progresif
• Limfadenopati generalisata
• Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
• Retinitis Cytomegaloviru
An.Rosiana. 2014. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired
Imunnodeficiency Syndrome (AIDS). UNDIP: Semarang. (Yustika)
Tanda gejala
a). berat badan turun lebih dari 10%
b). demam lebih dari 38 derajat Celcius
c). berkeringat di malam hari tanpa sebab
d). diare kronis tanpa sebab yang jelas lebih dari 1 bulan
e). rasa lelah berkepanjangan
f). bercak - bercak putih pada lidah (hairy leukoplakia)
g). penyakit kulit (herpes zoster) dan penyakit jamur (candidiasis) pada mulut
h). pembesaran kelenjar getah bening (limfe), anemia (kurang darah), leukopenia
(kurang sel darah putih), limfopenia (kurang sel - sel limphosit) dan trombositopenia
(kurang sel -sel trombosit / sel pembekuan darah
i). ditemukan antigen HIV atau antibodi terhadap HIV
j). gejala klinis lainnya antara lain kelainan pada:
- Kulit dan rambut kepala
- Kulit muka dan kulit bahagian tubuh lainnya
- Mata
- Hidung
- Rongga mulut (langit - langit, gusi dan gigi)
- Paru - paru
- Alat kelamin (Hawari, 2006)
Sumber: Romy Wahyuni, Dewi Susanti. (2019). Jurnal Maternal dan Neonatal.
GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA TENTANG HIV/AIDS DI UNIVERSITAS PASIR
PENGARAIAN KABUPATEN ROKAN HULU. Vol. 2 No. 6 (melli)
5.Komplikasi hiv/AIDS ( Henita )
a. Oral lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi,
penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency
Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan
motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial.
2) Ensefalophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis atau ensefalitis. Dengan efek: sakit kepala,
malaise, demam, paralise total/parsial.
3) Infark serebral kornea sifilis menin govaskuler, hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
4) Neuropati karena inflamasi diemilinasi oleh serangan HIV.
c. Gastrointertinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik, demam atritis.
3) Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal
dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus
dan strongyloides dengan efek sesak nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan,
gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus: virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekubitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar,
infeksi sekunder dan sepsis.
f. Sensorik
1) Pandangan: sarcoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2) Pendengaran: otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri (Susanto & Made Ari, 2013). (nuris)
Melalui produk darah (jarum yang tidak steril atau darah yang tidak disaring).
Dari ibu ke bayi dalam proses mengandung, persalinan, atau menyusui.
Melalui hubungan seks vaginal, anal, atau oral tanpa alat pengaman.(aura)
Penularan HIV busa melalui mitra seksual multipel, tranfusi darah yang terinfeksi,
penggunaan j arum suntik terinfeksi dan transmisi dari ibu ke anak. Adanya ulkus
genital yang sering timbul pada penyakit hubungan seksual merupakan kemudahan
untuk infeksi virus. Kelompok wanita tuna susila memegang peranan penting dalam
penyebaran infeksi.
Disamping faktor tersebut penularan AIDS juga dapat terjadi akibat hubungan
pekerjaan. Dalam hal ini pekerjaan korban mempunyai peranan utama dalam
terjadinya penularan.
Tenaga kesehatan yang menangani penderita AIDS memiliki kecenderungan tinggi
untuk terkena penularan HIV
Sumber studi fenomena penyebaran HIV AIDS pada waria golongan risiko tinggi di
kota Bandung 2009 (umihan)
Hubungan seks tanpa kondom, Jarum suntik / tindik / tato yang tidak steril dan
dipakai bergantian, Peralatan dokter yang tidak steril, Mendapatkan transfusi darah
yang mengandung HIV Ibu HIV-positif ke bayinya: waktu dalam kandungan, ketika
melahirkan atau melalui ASI (Dewi)
Penularan HIV/AIDS terjadi akibat cairan tubuh yang mengandung virus HIV yaitu
melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual, jarum suntuk
pada pengguna narkotika, tranfusi komponen darah dan dari ibu yang terinfeksi HIV
ke bayi yang dilahirkan. Oleh karena itu kelompok resiko tinggi terhadap HIVAIDS
misalnya pengguna narkotika, pekerja seks komersial dan pelanggannya, serta
narapidana.
Nurachmah. Elly. Mustikasari., 2009. Factor Pencegahan HIV/AIDS Akibat Perilaku
Bersiko Tertular pada Siswa SLTP
( Henita )
d. Narapidana
seperti kekerasan seksual, hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi HIV tanpa
pelindung, mendatangi lokalisasi/komplek PSK dan membeli
seks.(nuris)
*Laki-laki homoseksual memiliki risiko tertular HIV/AIDS lebih besar daripada laki-
laki heteroseksual, khususnya melalui perilaku seksual berisiko, yaitu hubungan seks
dengan lebih dari satu partner dan seks anal, Ini karena adanya pertukaran cairan
tubuh antara orang yang terinfeksi dengan orang yang sehat. Kondisi ini akan
meningkat risikonya jika di organ seksual Anda terdapat luka terbuka. ( Risma )
dan sistem imun. Ada tiga tahap yang dikenali yang mencerminkan
dinamika interaksi antara virus dan penjamu. (1) fase akut pada tahap
awal; (2) fase kronis pada tahap menengah; dan (3) fase kritis pada tahap
akhir.
70% dari orang dewasa selama 3-6 minggu setelah infeksi; fase ini
relatif virus. Pada fase ini, sebagaian besar sistem imun masih utuh,
tetapi replikasi virus berlanjut hingga beberapa tahun. Pada pasien tiudak
(candida) atau herpes zoster selama fase ini replikasi virus dalam
jaringan limfoid terus berlanjut. Pergantian virus yang meluas akan disertai dengan
kehilangan sel CD4+ yang berlanjut. Namun, karena
kinis. Para pasien khasnya akan mengalami demam lebih dari satu bulan,
mudah lelah, penurunan berat badan, dan diare. Jumlah sel CD4+
menurun dibawah 500 sel/µL. (nuris)
Dalam tubuh odha, partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien sehingga satu
kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup dia akan tetap terinfeksi. Dari semua
orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang masuk tahap AIDS pada 3 tahun
pertama, 50% berkembang menjadi AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun
hamper semua orang terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian
meninggal. Perjalanan penyakit tersebut menunjukkan gambaran penyakit yang
kronis, sesuai dengan perusakan system kekebalan tubuh yang juga bertahap
Olson. Rittenhouse. Kate., Nardin. De. Ernesto., 2014. Imunologi dan Serologi Klinis
Modern untuk Kedokteran dan Analis Kesehatan (MTL/CLT). Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
( Henita )
Intervensi :
Observasi :
a. dentifikasi perasaan khawatir, kesepian dan ketidaberdayaan
b. Identifikasi pandangan tentang hubungan antar spiritual dan kesehatan
c. Identifikasi harapan dan kekuatan pasien
d. Identifikasi ketaatan dalam beragama
Teraupetik :
a. Berikan kesempatan mengekspresikan perasaan tentang penyakit dan kematian
b. Berikan kesempatan mengekspresikan dan meredakan marah secara tepat
c. Yakinkan bahwa perawat bersedia mendukung selama masa ketidakberdayaan
d. Sediakan privasi dan waktu tenang untuk aktivitas spiritual
e. Diskusikan keyakinan tentang makna dan tujuan hidup, jika perlu
f. Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
Edukasi :
a. Anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman, dan/atau orang lain
b. Anjurkan berpartisipasi dalam kelompok pendukung
c. Anjurkan metode relaksasi, meditasi, dan imajinasi terbimbing
Kolaborasi :
a. Atur kunjungan dengan rohaniawan (mis. ustadz, pendeta, romo, biksu)
Sumber : SDKI (2016) SIKI (2018) (melli)
Dx: Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan d.d merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang dihadapi
DS: -
DO : Pasien khawatir akan stigma yang akan dialaminya berupa pengucilan oleh
keluarga dan teman-temannya
Intervensi :
Observasi :
Terapeutik :
Edukasi :
• Jelaskan tujuan dan mungkin sensasi yang dialami
Kolaborasi :
12. kenapa Pasien TB bisa HIV, dan distress bisa menurunkan imun?
Kaitan antara hubungan penyakit TB paru denganHIV adalah karena sistem
kekebalan tubuh manusiamempunyai tugas untuk melawan infeksi danserangan
penyakit yang menyerang tubuh, selain ituusaha dalam menyerang terjadinya infeksi
ini biasanya akan membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lemah.(risma)
STEP 4
SUMBER
3. Kuswiyanto. 2015. Buku Ajar Virology untuk Analis Kesehatan. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Nurachmah. Elly. Mustikasari., 2009. Factor Pencegahan HIV/AIDS Akibat Perilaku
Bersiko Tertular pada Siswa SLTP (Nurrarif & Hardhi, 2015).
5.Irianto Koes. 2014. Bakteriologi Medis, Mikologi Medias, dan Virologi Medis
(Medical Bacteriology, Medical Micology, and Medical Virology). Bandung. Penerbit
Alfabeta.
(Susanto & Made Ari, 2013).
6. Studi fenomena penyebaran HIV AIDS pada waria golongan risiko tinggi di kota
Bandung 2009
Nurachmah. Elly. Mustikasari., 2009. Factor Pencegahan HIV/AIDS Akibat Perilaku
Bersiko Tertular pada Siswa SLTP
7. UNAIDS (2017)
Asuhan Keperawatan HIV/AIDS;Revi Intansari, Krisna Maskunti(2016).
Robbins, Dkk (2011)
8.Olson. Rittenhouse. Kate., Nardin. De. Ernesto., 2014. Imunologi dan Serologi Klinis
Modern untuk Kedokteran dan Analis Kesehatan (MTL/CLT). Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
KONSEP MAPPING
Definisi HIV/AIDS
Virus yang menyerang sel darah putih ( Kekebalan tubuh )
Etiologi HIV/AIDS
Transmisi infeksi HIV/AIDS(Terdiri 5 fase)
Patofisiologi
-fase akut pada tahap awal
-fase kronis pada tahap menengah
Fase kritis pada tahap akhir
Manifestasi Klinis
Gejala Mayor dan Gejala Minor
Penularan HIV
Sex bebas,penggunaan alat tak steril,transfusi
darah,ibu hamil HIV/AIDS,dll.
Penatalaksanaan
Rehabilitas dan Edukasi
Diagnosa kep:
-Distress spiritual b.d kejadian yg tak di harapkan .
-Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan.