Anda di halaman 1dari 33

KELOMPOK II

AIDS & MULTIPLE SCLEROSISIS

Ruth Jansen (Nh0119069) Nur Rahmawati (NH0119050)


Nurmalida (Nh0119057) Nur Aprilia Mutmainnah (NH0119047)
Yusuf Arman Dahlan Wiranto (Nh0119083) Nurhidaya (NH0119054)
Peni Lungan (Nh0119060) Salvatika Rosare (NH0119070)
Agustina S.A.Kafomai Pieter Leatemia (NH0119061)

Sri Wahida Handini (NH0119074) Vivi Dyah Putri (nh0119077)
Welni (NH0119079) Rambolina Beay
APAKAH AIDS ITU ?
A CQUIRED (Bukan Keturunan)
I MMUNE (Sistem Kekebalan Tubuh)
D EFICIENCY (Tidak Berfungsi Dengan Baik)
S YNDROME (Memiliki Banyak Gejalah)

 AIDS (acquared Immune Deficiency Syndrome):


Merupakan infeksi atau sindrom yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
dari infeksi virus HIV

Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh


menyebabkan pengidap HIV (ODHA) amat rentan dan
muda terjangkit macam-macam penyakit
ETIOLOGI
Penyebab HIV/AIDS yaitu Trasmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri
dari lima fase yaitu :
golongan virus retro yang 1. Periode jendela.
disebut Human 2. Fase infeksi HIV primer akut.
Immunodeficiency virus 3. Infeksi asimtomatik.
4. Supresi imun simtomatik.
(HIV) 5. AIDS.

AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun
wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah:
• Lelaki homoseksual atau biseks.
• Bayi dari ibu / bapak terinfeksi.
• Orang yang ketagihan obat intravena
• Partner seks dari penderita AIDS
• Penerima darah atau produk darah (transfusi) (Susanto, 2013).
PATOFISILOGI HIV
Partikel virus yang berada dalam tubuh ODHA bergabung dengan DNA sel
pasien , sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup akan tetap
terinfeksi, sebagian berkembang masuk tahap AIDS pada 3 tahun
pertama, 50% berkembang menjadi pasien AIDS sesudah 10 tahun, dan
sesudah 13 tahun hampir semua orang yang terinfeksi HIV menunjukkan
gejala AIDS kemudian meninggal. Gejala tidak khas pada infeksi HIV akut, 3-
6 minggu setelah terinfeksi, gejala yang terjadi adalah demam, nyeri
menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau
batuk. Infeksi akut dimulai dari infeksi HIV asimptomatik . masa tanpa gejala
ini umumnya berlangsung selama 8-10 tahun, tetapi ada sekelompok kecil
orang yang perjalanan penyakitnya amat cepat, dapat hanya sekitar 2
tahun, dan ada pula yang perjalanannya lambat .
Replikasi yang cepat ini disertai dengan mutasi HIV dan seleksi, muncul HIV
yang resisten. Limfosit CD4 mengalami kehancuran bersamaan dengan
replikasi HIV, namun tubuh masih bisa menyeimbangkan dengan
memproduksi limfosit CD4 sekitar 109 sel setiap hari.
MANIFESTASI KLINIS

 Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda


penyakit. Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus primer
akut yang lamanya 1-2 minggu pasien akan merasakan sakit
seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun)
pasien akan mengalami demam,keringat dimalam
hari,penurunan BB,diare,neoropati,keletihan ruam
kulit,limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
LANJUTAN

Disaat fase Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bervariasi 1-5
tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi
opurtunistik,yang paling umum adalah pneumocystic carini (PCC), pneumonia
interstisial yang disebabkan suatu protozoa,infeksi lain termaksud
meningitis,kandidiasis,cytomegalovirus,mikrobakteri,atipikal.

 Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Acut gejala tidak khas dan mirip
tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat,lesu mengantuk,nyeri
sendi,sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah
ditubuh.
 Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Tenpa gejala

Diketahui oleh pemerikasaan kadar Infeksi Human Immunodeficiency Virus


(HIV).dalam darah akan diperoleh hasil positif.
Komplikasi AIDS
a) ORAL LESI
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma kaposi, HPV oral, gingvitis,peridonitis
Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi dehidrasi,penurunan
berat badan, keletihan dan cacat.
b) Neurologik
Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung HIV pada sel saraf,berefek
perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi sosial.
c) Gastroitestinal
o Diare karena bakteri dan virus,
o Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma kaposi, obat ilegal,
alkoholik. Dengan anoreksia mual muntah, nyeri abdomen, ikterik, demam atritis
d) Respirasi
Infeksi karena pneumocystic carinii,virus influenza,pneumococcus, dan
strongylodies dengan efek napas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan gagal napas
PENCEGAHAN
 Pencegahan penularan HIV dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Menghindari kontak seksual dengan orang yang diketahui menderita AIDS dan
menggunakan obat bius secara intravena
2. Hubungan seksual dengan multipartner memberikan kemungkinan lebih besar
mendapat AIDS
3. Tidak menggunakan jarum suntik intravena secara bersama
4. Tidak melakukan donor darah bagi orang berisiko tinggi AIDS.

Pencegahan HIV/AIDS selain dilakukan secara terpadu harus juga dilakukan pencegahan
secara dini. Pencegahan ini melalui kegiatan promosi antara lain melalui:
1. Penyuluhan dan sosialisasi informasi yang benar pada masyarakat dalam rangka
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat;
2. Menyediakan media informasi yang bermutu, memadai dan mudah diakses oleh
masyarakat;
3. Memberikan pendidikan kepada remaja, khususnya siswa SMA tentang pencegahan HIV
dan AIDS dalam materi kurikulum pendidikan sekolah formal dan non formal yang
terintegrasi dengan mata pelajaran Pendidkan jasmani dan Kesehatan (Penjaskes)
PENATALAKSANAAN
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu :
1.Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan
pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus
dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2.Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat
replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT
tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3.
3. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus
/ memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
o Didanosin23
o Ribavirin
o Diedoxycytidine
o Recombinant CD 4 dapat larut
LANJUTAN
4. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan
keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang
pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
5. Pendidikan untukmenghindari alkohol, dan obat terlarang, makan
makanan sehat, hindari stres, dan obat-obatan yang menggangu fungsi
imun
6. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ada tiga jenis utama tes HIV, antara lain :

1. Tes antibodi, yaitu jenis pemeriksaan untuk mendeteksi antibodi HIV dalam darah. Antibodi HIV
adalah protein yang diproduksi tubuh sebagai respons terhadap infeksi HIV. Tes antibodi terdiri atas
beberapa jenis, antara lain:
o ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay). ELISA merupakan tes HIV yang umumnya
digunakan sebagai langkah awal untuk mendeteksi antibodi HIV. Sampel darah yang telah diambil
akan dibawa ke laboratorium dan dimasukkan ke dalam wadah yang telah diberi antigen HIV.
Selanjutnya, enzim akan dimasukkan ke dalam wadah tersebut untuk mempercepat reaksi kimia
antara darah dan antigen. Jika darah mengandung antibodi HIV, maka darah akan mengikat antigen
tersebut di dalam wadah.
o IFA (immunofluorescene antibody assay). Tes yang dilakukan dengan menggunakan pewarna
fluoresens untuk mengidentifikasi keberadaan antibodi HIV. Pengamatan dilakukan dengan
bantuan mikroskop beresolusi tinggi. Tes ini biasanya digunakan untuk mengonfirmasi hasil tes
ELISA.
o Western Blot. Tes yang dilakukan dengan menggunakan metode pemisahan protein antibodi yang
diekstrak dari sel darah. Sebelumnya, tes ini juga digunakan untuk mengonfirmasi hasil tes ELISA,
namun saat ini Western Blot sudah jarang digunakan sebagai tes HIV.
LANJUTAN
2. Tes PCR (polymerase chain reaction). Tes yang digunakan untuk
mendeteksi RNA atau DNA HIV dalam darah. Tes
PCR dilakukan dengan cara memperbanyak DNA melalui reaksi
enzim. Tes PCR dapat dilakukan untuk memastikan keberadaan
virus HIV ketika hasil tes antibodi masih diragukan.
3. Tes kombinasi antibodi-antigen (Ab-Ag test). Tes yang
dilakukan untuk mendeteksi antigen HIV yang dikenal dengan
p24 dan antibodi HIV-1 atau HIV-2. Dengan mengidentifikasi
antigen p24, maka keberadaan virus HIV dapat terdeteksi sejak
dini sebelum antibodi HIV diproduksi dalam tubuh. Tubuh
umumnya membutuhkan waktu 2-6 minggu untuk memproduksi
antigen dan antibodi sebagai respons terhadap infeksi.
Multipel Sklerosis
(MS)
 
DEFENISI
Multipel Sklerosis (Multipel Sklerosis-MS) adalah penyakit kronis pada sistem
saraf pusat (SSP) yang dikarakteristikkan oleh sedikit lapisan dari batas
substansia alba pada saraf optik, otak, dan madula spinalis.
 
Etiologi
Multipel Sklerosis biasanya disebabkan oleh beberapa hal seperti :
a) Lapisan merujuk pada destruksi melin, lemak, dan material
protein yang menutupi lapisan saraf tertentu dalam otak dan
medula spinalis.
b) Lapisan mengakibatkan gangguan transmisi impuls saraf
c) Perubahan inflamasi mengakibatkan jaringan parut (scar) yang
berefek terhadap lapisan saraf
d) Penyebab tidak diketahui tetapi kemungkinan berhubungan
dengan disfungsi autoimun, kelainan genetik, atau proses infeksi.
e) revalensi terbanyak di wilayah lintang utara dan di antara bangsa
caucastian.
Pemeriksaan Diagnostik

Dalam menegakkan diagnostis Multipel Sklerosis dibutuhkan


beberapa pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
 Periksaan elektroporesis susunan saraf pusat, antibodi Ig
dalam SPP yang abnormal
 Gambaran MRI ditemukan sedikit scar plag sepanjang
substansia alba dari SSP
 Penglihatan, pendengaran, dan somatosensorik dengan
konduksi lambat menunjukkan adanya kelainan.
Komplikasi

Komplikasi yang biasanya sering terjadi pada multipel sklerosis


adalah
 Disfungsi pernapasan
 Infeksi kandung kemih, sistem pernapasan, dan sepsis
 Komplikasi dari imobilitas
Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan adalah menghilangkan gejala dan membantu
fungsi klien. Penatalaksanaan meliputi penatalaksanaan pada
serangan akut dan kronik.
a) Penatalaksanaan serangan akut
 Hormon kortikosteroid atau adrenokortikosteroid digunakan
untuk menurunkan inflamasi, kekambuhan dalam waktu
singkat atau eksaserbasi (exacerbation)
 Imunosupresan (immunosuppressant) dapat menstabilkan
kondisi penyakit
 Beta interferon ( Betaseron) digunakan untuk mempercepat
penurunan gejala.
Penatalaksanaan gejala kronik

 Pengobatan spastik seperti bacloferen ( Lioresal ), dantrolene


(Dantrium), diazepam (Valium), terapi fisik, intervensi pembedahan
 Kontrol kelelahan dengan namatidin (simmetrel)
 Pengobatan depresi dengan anti depresan dan konseling
 Penatalaksanaan kandung kemih dengan antikolinergik dan
pemasangan kateter tetap
 Penatalaksanaan BAB dengan laksatif dan supositoria
 Penatalaksanaan rehabilitasi dengan terapi fisik dan terapi kerja
 Kontrol distonia dengan karbamazim (Treganol)
 Penatalaksanaan gejala nyeri dengan karbamazepin (Tegratol),
fenitoin, (Dilantin), perfenazim dengan amitriptilin (Triavili)
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
PASIEN HIV/AIDS

Pengkajian
 Identitas pasien.

Nama :Tn. A
Umur : 37 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Banten/Indonesia.
Agama : Kristen Katholik
Status perkawinan : Belum kawin
Pendidikan/pekerjaan : SMA Makasar
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Alamat : Jl. Garuda
Alasan masuk rumah sakit
 Alasan dirawat : mencret sejak 1 bulan yang lalu, malam keringat dingin dan kadang demam serta
tubuh terasa lemah.
 Keluhan utama : Diare tak terkontrol tanpa merasakan sakit perut penyebab tidak diketahui, dengan
faktor yang memperberat adalah bila bergerak dan usaha yang dilakukan adalah diam.
Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sebelum sakit ini :
pasien sebelumnya tidak pernah sakit serius kecuali batuk dan pilek.
 Riwayat kesehatan sekarang :
sejak 12 tahun, yang lalu pasien mengkonsumsi obat putaw dengan
cara suntik. Karena menggunakan obat terlarang akhirnya dikucilkan
oleh saudara-saudaranya. Klien memakai obat karena merasa terpukul
akibat ditinggal menginggal ibunya. Sejak 1 bulan yang lalu klin
mencret-mencret 3-5 kali sehari. Sejak 15 hari yang lalu mencretnya
makin keras dan tak terkontrol. Klien tgl 10-1-2016, memeriksakan
diri ke UGD RSUD nabire.
 Riwayat kesehatan keluarga :
Kedua orang tua sudah meninggal, tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama atau PMS. Tidak ada penyakit bawaan
dalam keluarga klien
Pengkajian Kasus Kelolaan
•aktivitas hidup sehari – hari
Aktivitas sehari-hari Pre-masuk rumah sakit Di rumah sakit

A.       Makan dan minum    


1.      Nutrisi Pola makan tidak teratur, tetapi tidak ada napsu Pola makan 3 kali/hari bubur, namun tidak ada
  makan, terutama jika sudah memakai obat. napsu makan, nyeri saat menelan, makan hanya
  Minum air putih dengan jumlah tidak tentu kadang 1/2 porsi.
2.      Minum minuman keras. Minum air putih 2-3 gelas dan teh hangat 2-3
gelas.

B.        Eliminasi Mencret 5 X/hari,, seperti lendir, tidak bercampur Mencret dengan frekuensi 5-7 X/hari, encer,
darah dan berbau. BAK 2 X hari dan tidak ada tidak ada isi tanpa diikuti sakit perut dan BAK
kelainan. 2 X/hari serta tidak ada kelainan.

C. Istirahat dan tidur Pasien tidak bisa istirahat dan tidur karena terus Pasien istirahat di tempat tidur saja. Pasien
keluar memcret serta perasaan tidak menentu tidak bisa istirahat dan tidur karena terus
akibat tidak dapat putaw sejak 20 hari. keluar mencret serta perasaan tidak menentu
akibat tidak dapat putaw sejak 20 hari.

D. Aktivitas Pasien sebagai guide freelance sejak sebulan Pasien mengatakan tidak bisa melakukan
tidak bekerja. aktivitasnya karena lemah, merasa tidak
berdaya dan cepat lelah. Pasien partial care.
E. Kebersihan diri Jarang dilakukan. Mandi dibantu petugas,
dan menggosok gigi
dilakukan di tempat tidur.
Hambatan dalam
melakukan kebersihan diri
adalah lemah .

F. Rekreasi Tidak ada, hanya dengan Hanya ingin bercerita


memakai putaw. dengan petugas.
Psikososial.
 Psikologis :
pasien belum tahu penyakit yang dialaminya, klien hanya merasa
ditelantarkan oleh teman dan keluarganya. Klien punya kaka di
Bandung, tetapi sejak lama tidak berkomunikasi.Klien tidak percaya
dengan kondisinya sekarang. Mekanisme koping pasrah. Klien ingin
diperlakukan manusiawi. Klien pada tanggal 14-1-2002 bermaksud
melakukan bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari lantai II akibat
merasa tidak berguna lagi.
 Sosial :
sejak 12 tahun sudah berkomunikasi dengan keluarga sejak ayah dan
ibunya meninggal, teman-temanya sebagian pemakai putaw yang
sekarang entah dimana.
 Spiritual :
Pada waktu sehat sangat jarang ke Gereja. Klien minta didampingi
Pastur Jelanti dari Menara Kathedral Surabaya
Pemeriksaan Fisik
TTV
Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan pucat
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg
N : 120 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 37,8oC
BB : 40 kg

Head to toe :
 Kepala:
Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala nampak kotor dan berbau, Rambut ikal, nampak
kurang bersih.
 Mata (penglihatan).
Ketajaman penglihatan dapat melihat, konjungtiva anemis, refleks cahaya mata baik, tidak
menggunakan alat bantu kacamata.
 Hidung (penciuman).
Bentuk dan posisi normal, tidak ada deviasi septum, epistaksis, rhinoroe, peradangan mukosa dan
polip. Fungsi penciuman normal.Telinga (pendengaran).
Serumen dan cairan, perdarahan dan otorhoe, peradangan, pemakaian alat bantu, semuanya tidak
ditemukan pada pasien. Ketajaman pendengaran dan fungsi pendengaran normal.
 Mulut dan gigi.
Ada bau mulut, perdarahan dan peradangan tidak ada, ada karang gigi/karies. Lidah
bercak-bercak putih dan tidak hiperemik serta tidak ada peradangan pada faring.
 Leher.
Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba, tekanan vena jugularis tidak
meningkat, dan tidak ada kaku kuduk/tengkuk.
 Thoraks.
Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal. Auskultasi bunyi paru normal. Bunyi
jantung S1 dan S2 tunggal. Tidak ada murmur.
 Abdomen.
Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak membesar, ada nyeri tekan,
perkusi bunyi redup, bising usus 14 X/menit.
 Repoduksi
Penis normal, lesi tidak ada
 Ekstremitas
Klien masih mampu duduk berdiri dan berjalan sedikit, tetapi cepat lelah. Ektremitas
atas kanan terdapat tatoo dan pada tangan kiri tampak tanda bekas suntikan.
 Integumen.
Kulit keriput, pucat, akral hangat.
Pemeriksaan Penunjang
    Laboratorium :
Tanggal 10-1 2016
Hb : 8,7
Leukosit : 8,8
Trombosit : 208
PCV : 0,25
Terapi :
tanggal 14-1-2016
-          Diet TKTP
-          RL 14 X/mnt
-          Cotimoxazol : 2 X II tab
-          Corosorb : 3 X 1 tab
-          Valium : 3 X 1 tab
Klasifikasi Data
Data Subyektif Data Obyektif
 Pasien mengatakan lemah, cepat lelah,  Keadaan umum : Pasien tampak lemah,
bila melaukan aktivitas, terbatas. kurus, dan pucat
 Pasien mengatakan kadang demam. Kesadaran : Compos Mentis
 Pasien mengatakan tidak ada nafsu TD : 110/70 mmHg
makan, saat menelan sakit, mengatakan N : 120 x/ mnt
tidak bisa menghabiskan porsi yang R : 22 x/ mnt
disiapkan SB : 37,8oC
 Pasien mengatakan diare sejak 1 bulan  BB : 40 kg Turgor masih baik,
yang lalu, mengatakan menceret 5-7 inkontinensia alvi, BAB encer, membran
kali/hari, kadang demam dan keringat mukosa kering, bising usus meningkat 20
pada malam hari, minum 2-3 gelas/hari X/menit
 Klien merasa diasingkan oleh keluarga  Lemah, 4 hari tidak makan, mulut kotor,
dan teman-temannya, klien tidak punya lemah, holitosis, lidah ada bercak-bercak
uang lagi, klien merasa frustasi karena keputihan, Hb 8,7g/dl, pucat, konjungtiva
tidak punya teman dan merasa terisolasi. anemis
Minta dipanggilkan Pastur Jelantik dari  
Gereja Katedral.
 
Data
Analisis dataPenyebab Masalah
Ds :
Pasien mengatakan kadang demam
Do :
Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan
pucat
Kesadaran : Compos Mentis Immunocompromised Resiko Infeksi
TD : 110/70 mmHg
N : 120 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 38,oC

Ds :
Pasien mengatakan diare sejak 1 bulan yang lalu,
mengatakan menceret 5-7 kali/hari, kadang demam dan
keringat pada malam hari, minum 2-3 gelas/hari. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume
Diare intake cairan
Do : cairan
Turgor masih baik, inkontinensia alvi, BAB
encer, membran mukosa kering, bising usus
meningkat 20 X/menit
Ds :
Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan, saat
menelan sakit, mengatakan tidak bisa menghabiskan
porsi yang disiapkan.
Intake yang tidak adekuat
Do : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
 
Lemah, 4 hari tidak makan, mulut kotor,
lemah, holitosis, lidah ada bercak-bercak
keputihan, Hb 8,7g/dl, pucat, konjungtiva
anemis
Ds :
Klien merasa diasingkan oleh keluarga dan
teman-temannya, klien tidak punya uang lagi,
klien merasa frustasi karena tidak punya
teman dan merasa terisolasi. Minta
Harga diri rendah Resiko bunuh diri
dipanggilkan Pastur.
Do :
Mencoba melakukan percobaan bunuh diri
tanggal 14-1-2016, dengan berusaha
menceburkan diri dari lantai II.
Diagnosa Keperawatan berdasarkan
Prioritas
a. Resiko tinggi terhadap kekurangan
volume cairan b/d kehilangan yang
berlebihan, diare berat
b.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d intake yang tidak adekuat
c. Resiko infeksi b/d immunocompromised
d.Resiko bunuh diri b/d harga diri rendah
Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Resiko tinggi terhadap kekurangan volume  Monitor tanda-tanda  Volume cairan deplesi
cairan b/d kehilangan yang berlebihan, diare Keseimbangan cairan dehidrasi. merupakan komplikasi dan
berat, ditandai dengan : dan elektrolit   dapat dikoreksi.
Ds : dipertahankan dengan  Monitor intake dan  Melihat kebutuhan cairan
Pasien mengatakan diare sejak 1 bulan yang kriteria intake ouput yang masuk dan keluar.
lalu, mengatakan menceret 5-7 kali/hari, seimbang output, turgor  Anjurkan untuk  Sebagai kompensasi akibat
kadang demam dan keringat pada malam normal, membran minum peroral peningkatan output.
hari, minum 2-3 gelas/hari. mukosa lembab, kadar  Atur pemberian infus  Memenuhi kebutuhan
Do : urine normal, tidak dan eletrolit : RL 20 intake yang peroral yang
Turgor masih baik, inkontinensia diare setelh 3 hari tetes/menit. tidak terpenuhi.
alvi, BAB encer, membran mukosa perawatan.  Kolaborasi pemberian  Mencegah kehilangan
kering, bising usus meningkat 20 antidiare antimikroba cairan tubuh lewat diare
X/menit (BAB).

2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Setelah satu 4 hari  Monitor kemampuan  Mengetahui jenis makanan
tubuh b/d intake yang tidak adekuat ditandai perawatan pasien mengunyah dan yang lebih cocok
dengan : mempunyai intake menelan.  Untuk membandingkan
Ds : kalori dan protein yang  Monitor intake dan kebutuhan dengan suplai
Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan, adekuat untuk ouput. sehingga diharapkan tidak
saat menelan sakit, mengatakan tidak bisa memenuhi kebutuhan  Rencanakan diet terjadi kurang nutrisi
menghabiskan porsi yang disiapkan. metaboliknya dengan dengan pasien dan  Untuk mengurangi kotoran
Do : kriteria pasien makan, orang penting dalam mulut yang dapat
Lemah, 4 hari tidak makan, mulut kotor, serum albumin dan lainnya.Anjurkan oral menurunkan nafsu makan.
lemah, holitosis, lidah ada bercak-bercak protein dalam batas hygiene sebelum  Untuk mengatasi
keputihan, Hb 8,7g/dl, pucat, konjungtiva normal, menghabiskan makan. penurunan keluhan makan
anemis porsi yang disiapkan,  Anjurkan untuk beri
  tidak nyeri saat makanan ringan sedikit
menelan, mulut bersih. tapi sering.Timbang
TB/BB
 
3
Resiko infeksi b/d immunocompromised Pasien akan bebas infeksi  Monitor tanda-tanda  Untuk pengobatan dini 
ditandai dengan : oportunistikdankomplika infeksi baru.  Mencegah pasien terpapar
Ds : si nya dengan kriteria tak  gunakan teknik aseptik oleh kuman patogen yang
Pasien mengatakan kadang ada tanda-tanda infeksi pada setiap tindakan diperoleh di rumah sakit.
demam baru, lab tidak ada invasif. Cuci tangan  Mencegah bertambahnya
Do : infeksi oportunis, tanda sebelum meberikan infeksi
Keadaan umum : Pasien tampak lemah, vital dalam batas normal, tindakan.  Mempertahankan kadar
kurus, dan pucat tidak ada luka atau  Anjurkan pasien metoda darah yang terapeutik.
Kesadaran : Compos Mentis eksudat. mencegah terpapar
TD : 110/70 mmHg terhadap lingkungan yang
N : 120 x/ mnt patogen.
R : 22 x/ mnt  Atur pemberian
SB : 37,8oC antiinfeksi sesuai order
 
4
Resiko bunuh diri b/d harga diri rendah Setelah 4 hari klien tidak  Waspada pada  Karena tanda tersebut
ditandai dengan : membahayakan dirinya setiapancaman bunuh diri sebagai tanda permintaan
Ds : sendiri secara fisik.  Jauhkan semua benda tolong
Klien merasa diasingkan oleh berbahaya dari lingkungan  Untuk mencegah
keluarga dan teman-temannya, klien klien penggunaan benda tersebut
tidak punya uang lagi, klien merasa  Observasi secara ketat untuk tindakan bunuh diri
frustasi karena tidak punya teman  Observasi jika klien minum  Untuk mencegah jika
dan merasa terisolasi. Minta obat ditemukan gejala perilaku
dipanggilkan Pastur.  Komunikasikan kepedulian bunuh diri
Do : perawat kepada klien.  Obat mengandung
Mencoba melakukan percobaan bunuh diri  Waspada jika tiba-tiba antidepresan dapat
tanggal 14-1-2016, dengan berusaha menjadi tenang dan tampak mengurangi perilaku bunuh
menceburkan diri dari lantai II. tentram  diri klien.
   Dukung perilaku positif  Untuk meningkatkan harga
klien. diri klien
 Karena hal tersebut
merupakan suatu cara
mengelabui petugas.
 Meningkatkan harga diri
klien

Anda mungkin juga menyukai