Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN MULTIPEL SCLEROSIS

Kelompok 2:
Anhari Sahdi (NH0116015)
Christina Djontar (NH0119014)
Fahriah Amin (NH0119017)
Fegar Hidayat(NH0119018)
Firdayani Rumakelrat (NH0119019)
Gloria Stevani (NH0119020)
Hana Khoirunnisa (NH0119021)
Hermin Ere (NH0119023)
Ika Dewi Lestari (NH0119024)
Ima Mardiana Mangar (NH0119025)
Imelda Rumlawang(NH0119026)
Intan Asriyani Palola (NH0119028)
Jusma (NH0119030)
Mizan Farazli Iza (NH0119038)
Novita Masto (NH0119042)
 
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFINISI
Multiple sclerosis (MS) merupakan keadaan kronis,
penyakit degeneratif dikarakteristikkan oleh adanya
bercak kecil demielinasi pada otak dan medulla
spinalis. Demielinasi menunjukkan kerusakan myelin
yaklni adanya material lunak dan protein disekitar
serabut-serabut saraf otak. Myelin adah Substansi
putih yang menutupi serabut saraf yang berperan
dalam konduksi saraf normal (konduksi salutatory).
Etiologi

Kerusakan myelin pada MS mungkin terjadi akibat respon


abnormal dari sistem kekebalan tubuh, yang seharusnya
melindungi tubuh dari serangan organisme berbahaya
(bakteri dan virus).
Gangguan autoimun (kemungkinan dirangsang / infeksi
virus)
Genetik
Kelainan pada unsur p8okok lipid mielin
Racun yang beredar dal888am CSS
Infeksi virus pada SSP
Klasifikasi

Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill,2000),ada beberapa


kategori sklerosis    multipel berdasarkan progresivitasnya
adalah
 Relapsing Remitting sklerosis multipel
 Primary progressiv ms
 Secondary Progressiv sklerosis multipel
 Benign sklerosis multipel
Patofisiologi

Pada kasus multipel sklerosis pemicu terjadinya kerusakan myelin


belum diketahui secara pasti. Namun suatu teori menyatakan
bahwa adanya serangan reaksi autoimun yang disebabkan oleh
infeksi virus dan toksin lingkungan serta dipengaruhi oleh faktor
genetik individu. Respon imun memicu kerusakan selaput myelin
yang menyelimuti saraf pusat. Proses yang disebut demyelinasi ini
disertai dengan edema dan inflamasi. Adanya inflamasi kronis dan
terbentuknya jaringan parut menyebabkan konduksi impuls saraf
menjadi terganggu atau menjadi lambat. Antibodi myelin protein
spesifik ditemukan di serum dan cairan serebrospinal pada pasien
yang menderita multipel sklerosis. Sel T limfosit merusak myelin
juga dilibatkan dalam proses autoimun untuk merusak myelin dan
terjadi inflamasi. Remyelinasi sel saraf dapat terjadi tapi
prosesnya lambat dan dapat terjadi perbaikan sehingga gejala
yang terjadi dapat berkurang
Manifestasi klinis

1. Gangguan sensorik
2. Gangguan motorik
3. Gangguan indra perasa
4. Gangguan kemampuan berbicara
5. Gangguan berkemih dan BAB
6. Gangguan seksual
7. Gangguan kognitif dan emosi
8. Gangguan nervus cranialis
Pemeriksaan diagnostik
 Pemeriksaan elektroforesis terhadap CSS : Untuk mengungkapkan adanya ikatan oligoklonal
( beberapa pita imunoglobulin G [ IgG ] ), yang menunjukkan abnormalitas immunoglobulin.
 Pemeriksaan potensial bangkitan : dilakukan untuk memebantu memastikan luasnya proses
penyakit dan dan memantau perubahan penyakit.
 CT scan : dapat menunjukkan atrofi serabral
 MRI untuk memperlihatkan plak-plak kecil dan untuk mengevaluasi perjalanan penyakit dan
efek pengobatan.
 Pemeriksaan urodinamik untuk mengetahui disfungsi kandung kemih
 Pengujian neuropsikologik dapat  diindikasikan untuk mengkaji kerusakan kognitif.
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan farmakoterapi
2. Terapi suportif
3. Blok saraf dan pembedaan
Komplikasi
1. Disfungsi pernafasan
2.  Infeksi kandung kemih, system pernafasan dan sepsis
3. Komlikasi dari mobilitas
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MULTIFLE
SCLEROSIS
Identitas Pasien
Nama : Nn. S
Agama : Islam
Umur : 22 tahun
Status perkawinan : Belum kawin
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Bugis
Alamat : Makassar
Pendidikan : PT
Tgl masuk RS : 22 Oktober 2021
Pekerjaan : Mahasiswa
Tgl pengkajian : 23 oktober 2021
RIWAYAT PENYAKIT
 Keluhan Utama Saat Masuk RS
Terasa lemah pada bagian ekstremitas bawah,terlihat lemah dan putus asa. Klien nampak cemas
 Riwayat Penyakit Saat Ini :
Seminggu yang lalu pasien selalu mengeluh lemas dan kadang kehilangan koordinasi atau keseimbangan
tubuh, klien juga selalu pusing.Klien cemas dan takut kalau sesuatu yang buruk bisa terjadi.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Sejak 4 bulan yang lalu, klien memang selalu merasa lemah dan kadang juga kehilangan.Daya ingat
pasien juga menurun, bahkan klien sering Tremor.

 Pengkajian Pola Fungsional Kesehatan (Menurut Gordon)


 Persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Klien kurang mengetahui tentang apa yang terjadi pada dirinya, klien hanya merasa itu hal biasa karena sering
mengalami. Tapi akhir akhir ini klien merasa kalau penyakitnya tambah parah. Yan
 Pola nutrisi metabolik Kebiasaan makan, pasien makan 3 kali sehari.
 Pola eliminasi
BAB :
Sebelum sakit :BAB 1 – 2 kali sehari, tidak ada bau
Selama sakit :BAB 1-2 kali sehari, tapi sedikit kesulitan untuk ke WC
BAK :
Sebelum sakit :BAK ± 5 kali sehari,
Selama di rumah sakit : BAK ± 3-4 kali, tidak ada kesulitan
 Pola aktivitas dan latihan

 Pola tidur dan istirahat


Sebelum sakit :mulai tidur jam 11 malam kemudian bangun jam 5 pagi. Tidur siang jarang
dilakukan Selama sakit tidur klien kekurangan tidur karena terus merasa khawatir
 Pola perseptual
 Pasien tidak mengeluh adanya gangguan penglihatan, tidak memakai alat bantu,
pendengaran masih baik, pengecapan masih baik, bisa merasakan panas, dingin dan
nyeri.
 Pola persepsi diri
Klien merasa tidak percaya diri dan malu. Klien mulai menyalahkan dirinya
 seksual dan reproduksi
Tidak ada masalah pada reproduksi
 Pola peran hubungan
Hubungan klien dan keluarga dekat,sert klien mempunyai banyak teman dan sahabat yang
selalu bersamanya
 Pola management koping/stres
Klien shock setelah mengetahui kalau dirinya terkena penyakit multifle sclerotus. Klien tidak
tau kenapa bisa menderita penyakit itu, klien terus bertanya tanya penyebabnya pada dokter
dan perawat.
PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan umum : lemah,


 Kesadaran : compos mentis
 TD : 90/60 mmHg,
 RR : 27 X/mnt,
 Nadi : 109 X/mnt,
 Suhu : 36,8 2 C,
 BB : 55 Kg,
 TB : 160 Cm.
 Kepala : rambut lebat, warna hitam, dan tidak ada luka
 sklera : ikterik (-), -konjungtiva pucat, terdapat lingkaran hitam disekitar mata,
 pipi :tidak ada masalah pada pipi. Kecuali pipi pasien nampak tirus akibat stress yang
dialaminya
 Leher : kelenjar thiroid tidak membesar
 Thorax : bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi supraklavikula, tak terdengar wheezing
dan bunyi jantung S 1/ 2 murni
 Abdomen :palpasi tak supel, nyeri tekan (-), peristaltik (+) normal, teraba keras dipermukaan
perut, H/L tak teraba Inguinal : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
 Ekstremitas : tidak terdapat edema, reflek fisiologis normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan :


HB : 6 g/dl (normal 14,0 – 18,0)
AL : 11,1 (normal 4,8 – 10,8)
EO : 4,1 (normal 0,9 – 2,9)
GDS : 100 g/dl
SGOT, SGPT, BUN, uric, creatinin : dalam batas normal
Ro thorax : tak ada kelainan
EKG : Sinus Ritme
USG : -
Program Terapi
Pasien belum mendapatkan terapi, karena terapi masih direncanakan.
 Infus RL 16 tetes/menit makro-

Prioritas Masalah Keperawatan


Hasil pengkajian dengan wawancara
 Klien nampak lemah, sering kehilangan keseimbangan dan pusing
 Klien cemas akan penyakit yang dideritanya
DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Ansietas
 Hambatan mobilisasi berhubungan dengan kelemahan
Diagnosis Rencana keperawatan
Keperawatan
Tujuan Rencana Tindakan Rasional

Ansietas Tingkat ansietas Observasi Untuk menurunkan


menurun Identifikasi saat tingkat ansietas
tingkat anxietas klien.
berubah (mis.
Kondisi, waktu,
stressor)
Identifikasi
kemampuan
mengambil
keputusan
Monitor tanda
anxietas (verbal dan
non verbal)
Terapeutik
Ciptakan suasana 
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan ,
jika memungkinkan
Pahami situasi yang
membuat anxietas
Dengarkan dengan penuh
perhatian
Gunakan pedekatan yang
tenang dan meyakinkan
Motivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
Diskusikan perencanaan 
realistis tentang peristiwa
yang akan datang
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
N Hari/ Diagnosa Imlementasi Evaluasi
o tgl Keperawat
an
1 Senin, Ansietas Terapeutik S : Ny. S mangatakan
25/10/ 1. Menciptakan suasana  terapeutik sudah dapat sedikit
2021 untuk menumbuhkan kepercayaan tenang tetapi cemas
2. Menemani pasien untuk hanya berkurang belum
mengurangi kecemasan , jika hilang sepenuhnya
memungkinkan O : Keadaan umum
3. Memahami situasi yang membuat klien tambak baik, nafsu
anxietas makan klien bertambah
4. Memfasilitasi aktivitas ambulasi A : Masalah teratasi
dengan alat bantu (mis, tongkat, kruk) sebagian
5. Memfasilitasi melakukan mobilisasi P : Intervensi
fisik, jika perlu dilanjutkan
6. Melibatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi.
1. Berkolaborasidalam pemberian obat
anti anxietas, jikaperlu

Anda mungkin juga menyukai