2. Melalui cairan semen, air mani (sperma atau peju Pria). misalnya ; seorang Pria
berhubungan badan dengan pasangannya tanpa menggunakan kondom atau pengaman
lainnya, oral sex, dsb
3. Melalui cairan vagina pada Wanita. misalnya ; Wanita yang berhubungan badan tanpa
pengaman, pinjam-meminjam alat bantu seks, oral seks, dsb.
4. Melalui Air Susu Ibu (ASI). misalnya ; Bayi meminum ASI dari wanita hiv+, Pria
meminum susu ASI pasangannya, dsb.
Adapun cairan tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita HIV+ antara lain
Saliva (air liur atau air ludah), Feses (kotoran atau tinja), Air mata, Air keringat
serta Urine (Air seni atau air kencing).
Tanda dan Gejala Penyakit AIDS
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah
seperti dibawah ini :
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri
dada dan demam seperti terserang infeksi virus lainnya ( Pneumonia ). Tidak jarang diagnosa
pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti
hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga
mulut dan kerongkongan, serta mengalami diare yang kronik.
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga Wasting Syndrome, yaitu
kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem
protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga
karena gangguan absorbsi / penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang
mengakibatkan diare kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan
kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon
anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung ( Peripheral ) akan menimbulkan
nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu
mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5. System Integument ( Jaringan kulit ). Penderita mengalami serangan virus cacar air
( Herpes simplex ) atau cacar api ( Herpes zoster ) dan berbagai macam penyakit kulit yang
menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan
rambut pada kulit ( Folliculities ), kulit kering berbercak ( kulit lapisan luar retak-retak ) serta
Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit
jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih,
menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya
yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang
mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory
disease ( PID ) dan mengalami masa haid yang tidak teratur ( abnormal ).
http://herbal-xanthone.com/?%26nbsp%3B-_HIV
Penyakit yang nama panjangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah infeksi virus
yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih dan mengakibatkan AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome).
AIDS adalah suatu keadaan dimana penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga
mempermudah penyakit lain untuk menyerang. Seseorang yang baru terinfeksi HIV, bisa jadi
tidak mengalami AIDS.
Gejala
AIDS bisa jadi baru muncul setelah beberapa tahun terinfeksi.
Penyebab
Penyebab terjadinya infeksi adalah virus HIV-1 dan virus HIV-2. Infeksi virus ini bisa
disebabkan karena hubungan seksual (terutama pada orang yang sering berganti pasangan),
jarum suntik tidak steril, tranfusi darah, dan persalinan bayi yang orangtuanya mengidap
HIV/AIDS.
Gejala Infeksi yang terjadi pada bayi, tidak langsung menampakkan gejala. Sekitar 20 persen
kasus HIV pada bayi, baru memperlihatkan gejala ketika anak berusia 1-2 tahun. Selebihnya,
gejala baru terlihat bertahun-tahun kemudian.
Gejala awal yang bisa ditemukan pada anak yang terinfeksi HIV; pertumbuhan yang jelek,
penurunan berat badan, demam yang berlangsung lama atau berulang, diare yang menetap
atau berulang, pembengkakan kelenjar getah bening, pembesaran hati dan limpa,
pembengkakan dan peradangan kelenjar liur di pipi, infeksi jamur yang menetap atau
berulang (thrush) di mulut atau daerah yang tertutup popok, infeksi bakteri berulang
(misalnya infeksi telinga tengah, pneumonia dan meningitis), infeksi oportunistik virus,
jamur dan parasit, keterlambatan atau kemunduran perkembangan sistem saraf.
Pada anak-anak yang terinfeksi oleh HIV, bisa terjadi infeksi oportunistik berikut:
Pneumonia pneumokistik
Pneumonia interstisial limfoid (pneumonia yang menjadi kronis dan kadang ditandai dengan
batuk serta sesak nafas)
Infeksi bakteri
Meningitis
Infeksi jamur
Esofagitis (peradangan kerongkongan)
Pan American Health Organization pada tahun 2008 mengeluarkan panduan pemeriksaan
HIV menggunakan kombinasi antara uji cepat dengan ELISA. Panduan tersebut berisi tiga
macam algoritme pemeriksaan HIV, dengan penggunaannya pada kondisi yang spesifik.
Algoritme pertama yaitu dengan pemeriksaan HIV secara serial untuk diterapkan pada daerah
dengan prevalens HIV < 5%. Algoritme kedua juga melakukan pemeriksaan HIV secara
serial, hanya saja pemeriksaan ini untuk diterapkan di daerah dengan prevalens HIV > 5%
atau terhadap sasaran pemeriksaan yang memiliki perilaku berisiko tinggi. Pemeriksaan serial
yaitu memeriksakan sampel dengan satu reagen yang sangat sensitif, kemudian sampel yang
reaktif pada pemeriksaan awal diperiksa kembali dengan reagen kedua yang sangat spesifik.
Algoritme ketiga merupakan pemeriksaan HIV secara paralel, yaitu memeriksakan sampel
dengan dua reagen yang berbeda secara bersamaan. Algoritme ketiga ini diusulkan untuk
diterapkan pada keadaan semisal kunjungan pertama wanita hamil ke klinik layanan
antenatal, yang membutuhkan keputusan cepat apakah akan melakukan intervensi untuk
mencegah penularan HIV ke anaknya. Kondisi lain yang memungkinkan diterapkannya
strategi pemeriksaan secara paralel yaitu pada keadaan gawat darurat, kecelakaan kerja, dan
kekerasan seksual. Ketiga algoritme tersebut dijabarkan sebagai berikut:
c. Bila tubuh kita kemasukan suatu bibit penyakit. baik itu suatu bakteri, virus, atau lainnya
(ini semua disebut antigen) maka tubuh kita akan membuat zat anti untuk melawan antigen
tersebut. Zat anti ini disebut antibodi, yang keberadaannya di dalam darah dapat dideteksi
dengan pemeriksaan menggunakan zat-zat tertentu (yang disebut reagensia). Tubuh
membutuhkan waktu tertentu untuk membentuk antibodi, yang kemudian dapat terdeteksi
dengan pemeriksaan laboratorium.
d. Pada infeksi HIV, adanya antibodi yang dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium
ini adalah setelah 1 sampai 6 bulan seseorang terinfeksi atau tetular HIV. Sedangkan sebelum
waktu ini, permeriksaan darah tidak akan menunjukkan adanya antibodi HIV (disebut hasil
tes negatif) walaupun sebenarnya di dalam tubuhnya sudah ada HIV. Periode inilah yang
dikenal dengan sebutan periode jendela (window period). Walaupun peimeriksaan darahnya
masih negatif namun orang tersebut sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.
2. Macam-macam Tes untuk Mendeteksi Infeksi HIV
Diagnosis HIV
Ditemukanya antibodi HIV dengan pemeriksaan ELISA perlu dikonfirmasi dengan western
immunoblot. Tes HIV Elisa (+) sebanyak tiga kali ndengan reagen yang berlainan merk
menunjukan pasien positif mengidap HIV
Diagnosis AIDS
Minimal dua tanda mayor yg berhubungan dengan tanda minor tanpa diketahui kasus
imunosupresi lain seperti kanker dan malnutrisi berat, atau bila terdapat salah satu saja dari
tanda lain
Dikenal dua macam tes yang saat ini sering dipakai untuk menentukan adanya antibodi
HIV,yaitu :
a. Tes secara Elisa (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
b. Tes secara Immunoblot atau Western Blot
Pemeriksaan adanya antibodi terhadap HIV secara Elisa dipakai untuk penyaringan adanya
infeksi HIV atau skrining darah donor transfusi darah. Hasil positif dari tes Elisa ini, yang
artinya kemungkinan ada antibodi terhadap HIV, masih perlu dipastikan dengan pemeriksaan
lanjutan melalui tes secara Western Blot.
Perneriksaan secara Western Blot ini lebih spesifik terhadap HIV, walaupun lebih mahal dan
lebih sulit dilakukan. Oleh sebab itu cara Western Blot tidak digunakan untuk penyaringan,
tetapi seperti telah disebutkan, digunakan untuk memastikan hasil tes Elisa.
3. Hasil tes HIV
a. Hasil tes positif(+) berarti seseorang mempunyai antibodi (zat anti) terhadap virus HIV,
dengan demikian ia tentu telah terinfeksi HIV.
Hasil positif ini juga berarti, orang tersebut dapat menularkan HIV kepada orang lain.
berpantang seks
hubungan monogami antara pasangan yang tidak terinfeksi
seks non-penetratif
penggunaan kondom pria atau kondom wanita secara konsisten dan benar
Bila anda seorang pengguna narkoba suntikan, selalu gunakan jarum suntik atau
semprit baru yang sekali pakai atau jarum yang secara tepat disterilkan sebelum
digunakan kembali.
Pastikan bahwa darah dan produk darah telah melalui tes HIV dan standar standar
keamanan darah dilaksanakan.
Beralih dari napza yang harus disuntikkan ke yang dapat diminum secara oral.
Jangan pernah menggunakan atau secara bergantian menggunakan semprit, air, atau
alat untuk menyiapkan napza.
Gunakan semprit baru (yang diperoleh dari sumber-sumber yang dipercaya, misalnya
apotek, atau melalui program pertukaran jarum suntikan) untuk mempersiapkan dan
menyuntikkan narkoba.
Ketika mempersiapkan napza, gunakan air yang steril atau air bersih dari sumber yang
dapat diandalkan.
maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan, kami pun membuka
semua pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira, kami siksa
mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam terdiam berputus asa.
(Al-Anam:44)
HIV terutama terdapat di dalam darah, air mani, dan cairan vagina. Penularannya melalui:
1. hubungan seksual dengan pengidap HIV (homo atau heteroseksual)
2. transfusi darah yang mengadung HIV
3. alat suntik bekas pengidap HIV; tindik, tattoo, narkoba (IDU), injeksi, dan lain-lain
4. dari ibu hamil kepada janinnya.
Pencegahan
1} Secara Umum
Memberikan penyuluhan tentang HIV/AIDS dan kesehatan reproduksi melalui ceramah
agama, khotbah, pengajian, seminar, lokakarya, dan lain-lain. Firman Allah s.w.t.:
serulah manusia kepada jalan Allah dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantulah
pula dengan cara yang baik. (An-Nahl:25)
Hadits Rasulullah s.a.w. yang diriwayatkan oleh Arbaah:
berobatlah hai hamba Allah, karena Allah tidak menurunkan suatu penyakit, kecuali
diturunkan pula obatnya, kecuali penyakit yang satu (pikun).
Islam memberikan tuntunan dalam pengobatan HIV/AIDS yakni secara fisik, psikis, dan
social. Secara fisik melalui medis dan sejenisnya hingga yang terbaru ARV (AntiRetroviral)
secara psikis melalui kesabaran, taubat, taqarrub ilallah (dzikrullah), dan berdoa, sedangkan
secara social melalui penerimaan dan dukungan penuh masyarakat terutama keluarga.
http://www.kesrepro.info/?q=node/300