Anda di halaman 1dari 13

Li1.

MM gangguan defisiensi imun


Defisiensi Imun dan Peradangan
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengindentifikasi dan
membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh
biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus
sampai cacing parasit. Serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan
mereka dari sel organisme yang sehat dari jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti
biasa.
Sistem Imun adalah struktur epektif yang menggabungkan spesifisitas dan
adaptasi. Kegagalan pertahanan dapat muncul, dan jatuh pada 3 kategori yaitu:
Defisiensi Imun, autoimunitas dan Hipersensitivitas.
1. Defisiensi Imun
Defisiensi Imun muncul ketika satu atau lebih komponen sistem Imun tidak
aktif, kemampuan sistem Imun untuk merespon patogen berkurang pada baik
golongan muda dan golonga tua, respon imun berkurang pada usia 50 tahun, respon
juga dapat terjadi karena penggunaan Alkohol dan narkoba adalah akibat paling
umum dari fungsi imun yang buruk, namun, kekurangan nutrisi adalah akibat paling
umum yang menyebabkan difisiensi imun di negara berkembang. Diet kekurangan
cukup protein berhubungan dengan gangguan imunitas selular, aktivitas komplemen,
fungsi fagosit, konsentrasi antibody, IgA dan produksi sitokin, Defisiensi nutrisi
seperti zinc, Selenium, zat besi, tembaga, vitamin A, C, E, B6 dan asam folik (vitamin
B9) juga mengurangi respon imun.
Difisiensi imun juga dapat didapat dari chronic granulomatus disease
(penyakit yang menyebabkan kemampuan fagosit untuk menghancurkan fagosit
berkurang), contohnya: Aids dan beberapa tipe kanker.
http://urangbanua85.blogspot.com/2008/11/reaksi-hipersensitivitas.html

li2. MM penyakit akibat infeksi virus HIV


AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Penyakit AIDS
yaitu suatu penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak berkembang biaknya virus HIV (
Human Immunodeficiency Virus ) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini menyerang
sel darah putih ( sel CD4 ) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh.
Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh membuat si penderita mudah sekali terjangkit
berbagai macam penyakit termasuk penyakit ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan menjadikannya tempat berkembang biak Virus HIV baru,
kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sebagaimana kita ketahui bahwa
sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka
ketika tubuh kita diserang penyakit, Tubuh kita lemah dan tidak berupaya melawan jangkitan
penyakit dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza atau pilek biasa.
Ketika tubuh manusia terkena virus HIV maka tidaklah langsung menyebabkan atau
menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bertahuntahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif yang mematikan.
Cara Penularan virus HIV AIDS
1. Melalui darah. misalnya ; Transfusi darah, terkena darah HIV+ pada kulit yang terluka,
jarum suntik, dsb.

2. Melalui cairan semen, air mani (sperma atau peju Pria). misalnya ; seorang Pria
berhubungan badan dengan pasangannya tanpa menggunakan kondom atau pengaman
lainnya, oral sex, dsb
3. Melalui cairan vagina pada Wanita. misalnya ; Wanita yang berhubungan badan tanpa
pengaman, pinjam-meminjam alat bantu seks, oral seks, dsb.
4. Melalui Air Susu Ibu (ASI). misalnya ; Bayi meminum ASI dari wanita hiv+, Pria
meminum susu ASI pasangannya, dsb.
Adapun cairan tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita HIV+ antara lain
Saliva (air liur atau air ludah), Feses (kotoran atau tinja), Air mata, Air keringat
serta Urine (Air seni atau air kencing).
Tanda dan Gejala Penyakit AIDS
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah
seperti dibawah ini :
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri
dada dan demam seperti terserang infeksi virus lainnya ( Pneumonia ). Tidak jarang diagnosa
pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti
hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga
mulut dan kerongkongan, serta mengalami diare yang kronik.
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga Wasting Syndrome, yaitu
kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem
protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga
karena gangguan absorbsi / penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang
mengakibatkan diare kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan
kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon
anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung ( Peripheral ) akan menimbulkan
nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu
mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5. System Integument ( Jaringan kulit ). Penderita mengalami serangan virus cacar air
( Herpes simplex ) atau cacar api ( Herpes zoster ) dan berbagai macam penyakit kulit yang
menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan
rambut pada kulit ( Folliculities ), kulit kering berbercak ( kulit lapisan luar retak-retak ) serta
Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit
jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih,
menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya
yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang

mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory
disease ( PID ) dan mengalami masa haid yang tidak teratur ( abnormal ).
http://herbal-xanthone.com/?%26nbsp%3B-_HIV
Penyakit yang nama panjangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah infeksi virus
yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih dan mengakibatkan AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome).
AIDS adalah suatu keadaan dimana penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga
mempermudah penyakit lain untuk menyerang. Seseorang yang baru terinfeksi HIV, bisa jadi
tidak mengalami AIDS.
Gejala
AIDS bisa jadi baru muncul setelah beberapa tahun terinfeksi.
Penyebab
Penyebab terjadinya infeksi adalah virus HIV-1 dan virus HIV-2. Infeksi virus ini bisa
disebabkan karena hubungan seksual (terutama pada orang yang sering berganti pasangan),
jarum suntik tidak steril, tranfusi darah, dan persalinan bayi yang orangtuanya mengidap
HIV/AIDS.
Gejala Infeksi yang terjadi pada bayi, tidak langsung menampakkan gejala. Sekitar 20 persen
kasus HIV pada bayi, baru memperlihatkan gejala ketika anak berusia 1-2 tahun. Selebihnya,
gejala baru terlihat bertahun-tahun kemudian.
Gejala awal yang bisa ditemukan pada anak yang terinfeksi HIV; pertumbuhan yang jelek,
penurunan berat badan, demam yang berlangsung lama atau berulang, diare yang menetap
atau berulang, pembengkakan kelenjar getah bening, pembesaran hati dan limpa,
pembengkakan dan peradangan kelenjar liur di pipi, infeksi jamur yang menetap atau
berulang (thrush) di mulut atau daerah yang tertutup popok, infeksi bakteri berulang
(misalnya infeksi telinga tengah, pneumonia dan meningitis), infeksi oportunistik virus,
jamur dan parasit, keterlambatan atau kemunduran perkembangan sistem saraf.
Pada anak-anak yang terinfeksi oleh HIV, bisa terjadi infeksi oportunistik berikut:
Pneumonia pneumokistik
Pneumonia interstisial limfoid (pneumonia yang menjadi kronis dan kadang ditandai dengan
batuk serta sesak nafas)
Infeksi bakteri
Meningitis
Infeksi jamur
Esofagitis (peradangan kerongkongan)

Kandidiasis (infeksi jamur)


Infeksi virus
Herpes
Herpes zoster
Infeksi parasit.
http://sehatnews.com/penyakit-a-z/h/3565-HIVAIDS.html
Li 3. MM pemeriksaan skrining dan diagnosis HIV/AIDS
Algoritme pemeriksaan skrining dan konfirmasi untuk diagnosis infeksi HIV AIDS
Skrining HIV mempunyai makna melakukan pemeriksaan HIV pada suatu populasi tertentu,
sementara uji diagnostik HIV berarti melakukan pemeriksaan HIV pada orang-orang dengan
gejala dan tanda yang konsisten dengan infeksi HIV.
Mengenai cara pemeriksaan, panduan Eropa tahun 2008 mengenai pemeriksaan HIV/AIDS
merekomendasikan pemeriksaan antibodi HIV-1, HIV-2, dan antigen HIV-1 p24. Sampel
untuk pemeriksaan lebih disukai bila diambil dari darah vena, namun bila pungsi vena tidak
memungkinkan, sampel dapat di ambil dari tempat lain, seperti darah hasil cukit kulit, cairan
mulut atau urin. Hati-hati jika menggunakan uji cepat karena uji cepat tidak memeriksa
antigen p24 sehingga dapat memberikan hasil negatif palsu. Pemeriksaan viral load juga tidak
direkomendasikan sebab dapat memberikan hasil positif palsu

Pan American Health Organization pada tahun 2008 mengeluarkan panduan pemeriksaan
HIV menggunakan kombinasi antara uji cepat dengan ELISA. Panduan tersebut berisi tiga
macam algoritme pemeriksaan HIV, dengan penggunaannya pada kondisi yang spesifik.
Algoritme pertama yaitu dengan pemeriksaan HIV secara serial untuk diterapkan pada daerah
dengan prevalens HIV < 5%. Algoritme kedua juga melakukan pemeriksaan HIV secara
serial, hanya saja pemeriksaan ini untuk diterapkan di daerah dengan prevalens HIV > 5%
atau terhadap sasaran pemeriksaan yang memiliki perilaku berisiko tinggi. Pemeriksaan serial
yaitu memeriksakan sampel dengan satu reagen yang sangat sensitif, kemudian sampel yang
reaktif pada pemeriksaan awal diperiksa kembali dengan reagen kedua yang sangat spesifik.
Algoritme ketiga merupakan pemeriksaan HIV secara paralel, yaitu memeriksakan sampel
dengan dua reagen yang berbeda secara bersamaan. Algoritme ketiga ini diusulkan untuk
diterapkan pada keadaan semisal kunjungan pertama wanita hamil ke klinik layanan
antenatal, yang membutuhkan keputusan cepat apakah akan melakukan intervensi untuk
mencegah penularan HIV ke anaknya. Kondisi lain yang memungkinkan diterapkannya
strategi pemeriksaan secara paralel yaitu pada keadaan gawat darurat, kecelakaan kerja, dan
kekerasan seksual. Ketiga algoritme tersebut dijabarkan sebagai berikut:

Algoritme 1 pemeriksaan HIV berkelanjutan


buk.depkes.go.id/index.php?option=com_docman&task=doc

Algoritme 2 pemeriksaan HIV berkelanjutan

Algoritme 3 pemeriksaan HIV secara paralel


Tes serologik untuk mendeteksi anti-HIV dapat dikelompokkan menjadi tes saring dan tes
konfirmasi. Yang termasuk tes saring yaitu; tes EIA/Elisa, dan tes rapid/sederhana , tes
konfirmasi yaitu; western blot, IFA. Setelah tes saring dapat diidentifikasi spesimen yang
kemungkinan mengandung anti-HIV, sedangkan setelah tes konfirmasi dapat diketahui bahwa
spesimen yang reaktif pada tes penyaring mengandung antibodi spesifk terhadap HIV.
buk.depkes.go.id/index.php?option=com_docman&task=doc
Pengertian tes HIV
a. Tes HIV adalah suatu tes darah yang khusus dipakai untuk memastikan seseorang telah
terinfeksi HIV atau tidak.
b. Terjadinya infeksi HIV ini dapat dideteksi dengan mengetes
adanya zat anti atau disebut anti bodi terhadap HIV di dalam darah seseorang. Oleh sebab itu
tes semacam ini secara lengkap disebut tes antibodi HIV, walaupun kadang orang sering
menyebut: Tes HIV saja. Jadi tes ini tidak untuk melihat adanya virus dalam darah penderita.
Tes jenis inilah yang umumnya dipakai untuk penyaringan atau skrining darah donor sebelum
transfusi darah diberikan.
Walaupun demikian, terdapat juga tes untuk mengetahui adanya partikel virus atau HIV itu
sendiri, atau disebut antigen, yang dilakukan untuk tujuan tertentu.

c. Bila tubuh kita kemasukan suatu bibit penyakit. baik itu suatu bakteri, virus, atau lainnya
(ini semua disebut antigen) maka tubuh kita akan membuat zat anti untuk melawan antigen
tersebut. Zat anti ini disebut antibodi, yang keberadaannya di dalam darah dapat dideteksi
dengan pemeriksaan menggunakan zat-zat tertentu (yang disebut reagensia). Tubuh
membutuhkan waktu tertentu untuk membentuk antibodi, yang kemudian dapat terdeteksi
dengan pemeriksaan laboratorium.
d. Pada infeksi HIV, adanya antibodi yang dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium
ini adalah setelah 1 sampai 6 bulan seseorang terinfeksi atau tetular HIV. Sedangkan sebelum
waktu ini, permeriksaan darah tidak akan menunjukkan adanya antibodi HIV (disebut hasil
tes negatif) walaupun sebenarnya di dalam tubuhnya sudah ada HIV. Periode inilah yang
dikenal dengan sebutan periode jendela (window period). Walaupun peimeriksaan darahnya
masih negatif namun orang tersebut sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.
2. Macam-macam Tes untuk Mendeteksi Infeksi HIV
Diagnosis HIV
Ditemukanya antibodi HIV dengan pemeriksaan ELISA perlu dikonfirmasi dengan western
immunoblot. Tes HIV Elisa (+) sebanyak tiga kali ndengan reagen yang berlainan merk
menunjukan pasien positif mengidap HIV
Diagnosis AIDS
Minimal dua tanda mayor yg berhubungan dengan tanda minor tanpa diketahui kasus
imunosupresi lain seperti kanker dan malnutrisi berat, atau bila terdapat salah satu saja dari
tanda lain
Dikenal dua macam tes yang saat ini sering dipakai untuk menentukan adanya antibodi
HIV,yaitu :
a. Tes secara Elisa (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
b. Tes secara Immunoblot atau Western Blot
Pemeriksaan adanya antibodi terhadap HIV secara Elisa dipakai untuk penyaringan adanya
infeksi HIV atau skrining darah donor transfusi darah. Hasil positif dari tes Elisa ini, yang
artinya kemungkinan ada antibodi terhadap HIV, masih perlu dipastikan dengan pemeriksaan
lanjutan melalui tes secara Western Blot.
Perneriksaan secara Western Blot ini lebih spesifik terhadap HIV, walaupun lebih mahal dan
lebih sulit dilakukan. Oleh sebab itu cara Western Blot tidak digunakan untuk penyaringan,
tetapi seperti telah disebutkan, digunakan untuk memastikan hasil tes Elisa.
3. Hasil tes HIV
a. Hasil tes positif(+) berarti seseorang mempunyai antibodi (zat anti) terhadap virus HIV,
dengan demikian ia tentu telah terinfeksi HIV.
Hasil positif ini juga berarti, orang tersebut dapat menularkan HIV kepada orang lain.

b. Hasil tes negatif dapat berarti:


1.) Orang tersebut tidak terinfeksi HIV
2.) Orang tersebut terinfeksi HIV, tetapi tes tersebut dilakukan pada periode jendela yaitu
masa 1-6 bulan sejak orang tersebut terinfeksi HIV. Tubuh masih belum membentuk anti
bodi, oleh karena anti bodi baru terbentuk 1-6 bulan setelah infeksi.
c. Hasil tes Elisa yang positif, harus dipastikan dengan cara Western Blot
d. Bila hasil tes negatif, maka untuk memastikan, tes di ulangi lagi setelah 3-6 bulan.
4. Penerapan Tes HIV
Tes HIV wajib dilakukan terhadap darah transfusi, alat tubuh atau jaringan tubuh, sel telur
atau sperma yang disumbangkan atau didonorkan.
Namun tes HIV sebaiknya dilakukan pada mereka yang:
Mempunyai perilaku berisiko tinggi
Pernah menjalani transfusi darah beberapa tahun yang lalu
Tidak sembuh-sembuh dari gejala demam , batuk atau diare yang lama.
Mengalami penurunan berat badan yang banyak tanpa sebab sebab yang jelas
Orang yang kuatir sudah tertular HIV
5. Manfaat tes HIV
a. Diketahuinya status HIV (positif / negatif), apalagi bila tes dilakukan lebih dini berarti
adanya infeksi diketahui sejak dini. Dengan demikian dapat segera dimulai upaya-upaya
perawatan agar gejala AIDS tidak segera muncul.
b. Namun di samping manfaat ini, ada juga dampak negatif yang mungkin diderita oleh
sebagian orang sebagai akibat tes HIV. Bagi mereka yang diberi tahu hasil tes HIV-nya
positif, merasakan adanya masalah yang berat sehingga dapat terjadi gangguan emosi, rasa
terpukul yang hebat juga dapat terjadi, karena adanya stigmatisasi terhadap mereka, berupa
tindakan diskriminasi atas berbagai hal, seperti tempat tinggal/perumahan, pekerjaan,
pendidikan atau lain-lain serta penderita mungkin dikucilkan.
Oleh sebab itulah informasi yang benar dan tepat perlu disebarluaskan di kalangan
masyarakat dan disemua sektor kehidupan, agar stigmatisasi, dan diskriminasi terhadap
pengidap HIV tidak terjadi
http://ws-or.blogspot.com/2011/04/tes-h-i-v.html
Pencegahan

Bagaimana infeksi HIV dapat dicegah?


Penularan HIV secara seksual dapat dicegah dengan:

berpantang seks
hubungan monogami antara pasangan yang tidak terinfeksi

seks non-penetratif

penggunaan kondom pria atau kondom wanita secara konsisten dan benar

Cara tambahan yang lain untuk menghindari infeksi:

Bila anda seorang pengguna narkoba suntikan, selalu gunakan jarum suntik atau
semprit baru yang sekali pakai atau jarum yang secara tepat disterilkan sebelum
digunakan kembali.
Pastikan bahwa darah dan produk darah telah melalui tes HIV dan standar standar
keamanan darah dilaksanakan.

Apakah seks aman itu?


Tak ada seks yang 100% aman. Seks yang lebih aman menyangkut upaya-upaya
kewaspadaan untuk menurunkan potensi penularan dan terkena infeksi menular seksual
(IMS), termasuk HIV, saat melakukan hubungan seks. Menggunakan kondom secara tepat
dan konsisten selama melakukan hubungan seks dianggap sebagai seks yang lebih aman.
Seberapa efektifkah kondom dalam mencegah HIV?
Kondom yang kualitasnya terjamin adalah satu-satunya produk yang saat ini tersedia untuk
melindungi pemakai dari infeksi seksual karena HIV dan infeksi menular seksual (IMS)
lainnya. Ketika digunakan secara tepat, kondom terbukti menjadi alat yang efektif untuk
mencegah infeksi HIV di kalangan perempuan dan laki-laki.
Walaupun begitu, tidak ada metode perlindungan yang 100% efektif, dan penggunaan
kondom tidak dapat menjamin secara mutlak perlindungan terhadap segala infeksi menular
seksual (IMS). Agar perlindungan kondom efektif, kondom tersebut harus digunakan secara
benar dan konsisten. Penggunaan yang kurang tepat dapat mengakibatkan lepasnya atau
bocornya kondom, sehingga menjadi tidak efektif.
Bagaimana pengguna narkoba suntik (IDU) dapat mengurangi risiko tertular HIV?
Bagi pengguna narkoba, langkah-langkah tertentu dapat diambil untuk mengurangi risiko
kesehatan masyarakat maupun kesehatan pribadi, yaitu:

Beralih dari napza yang harus disuntikkan ke yang dapat diminum secara oral.
Jangan pernah menggunakan atau secara bergantian menggunakan semprit, air, atau
alat untuk menyiapkan napza.

Gunakan semprit baru (yang diperoleh dari sumber-sumber yang dipercaya, misalnya
apotek, atau melalui program pertukaran jarum suntikan) untuk mempersiapkan dan
menyuntikkan narkoba.

Ketika mempersiapkan napza, gunakan air yang steril atau air bersih dari sumber yang
dapat diandalkan.

Dengan menggunakan kapas pembersih beralkohol, bersihkan tempat yang akan


disuntik sebelum penyuntikan dilakukan.

Bagaimana penularan dari ibu ke anak dapat dicegah?


Penularan HIV dari seorang ibu yang terinfeksi dapat terjadi selama masa kehamilan, selama
proses persalinan atau setelah kelahiran melalui ASI. Tanpa adanya intervensi apapun, sekitar
15% sampai 30% ibu dengan infeksi HIV akan menularkan infeksi selama masa kehamilan
dan proses persalinan. Pemberian air susu ibu meningkatkan risiko penularan sekitar 10-15%.
Risiko ini tergantung pada faktor- faktor klinis dan bisa saja bervariasi tergantung dari pola
dan lamanya masa menyusui.
http://www.aidsindonesia.or.id/dasar-hiv-aids/pencegahan
li6 MM pandangan islam ttg hiv
AIDS Dalam Pandangan Islam
Apa dan Mengapa?
Acquired Immune Deficiency Syndrome, secara harfiah Acquired artinya didapat bukan
keturunan. Immune artinya sistem kekebalan. Deficiency adalah kekurangan, dan Syndrome
yakni kumpulan gejala penyakit. Sedangkan secara terminologi AIDS merupakan kumpulan
gejala penyakit yang menyerang dan atau merusak system kekebalan tubuh manusia melalui
HIV (Human Immune Virus).
Sampai saat ini belum ada vaksin yang mampu mencegah HIV( mungkin hanya sebatas
mencegah penyebarannya melalui ARV). Orang yang terinfeksi HIV akan menjadi karier
selama hidupnya, firman Allah s.w.t. yang berbunyi:
dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit kelaparan,
ketakutan,dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang sabar. (Al-Baqarah:155)
Penyebab dan Penularannya
Kemajuan iptek telah menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersumber pada doctrine
of permissiveness yang kemudian melahirkan permissive society, hal tersebut tercermin pada
pola dan gaya hidup semisal; perdagangan seks, pengesahan perkawinan sesama jenis,
pameran seks, pornografi, legalisasi aborsi tak bertanggung jawab, dan seterusnya. Allah
s.w.t. berfirman:

maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan, kami pun membuka
semua pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira, kami siksa
mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam terdiam berputus asa.
(Al-Anam:44)
HIV terutama terdapat di dalam darah, air mani, dan cairan vagina. Penularannya melalui:
1. hubungan seksual dengan pengidap HIV (homo atau heteroseksual)
2. transfusi darah yang mengadung HIV
3. alat suntik bekas pengidap HIV; tindik, tattoo, narkoba (IDU), injeksi, dan lain-lain
4. dari ibu hamil kepada janinnya.
Pencegahan
1} Secara Umum
Memberikan penyuluhan tentang HIV/AIDS dan kesehatan reproduksi melalui ceramah
agama, khotbah, pengajian, seminar, lokakarya, dan lain-lain. Firman Allah s.w.t.:
serulah manusia kepada jalan Allah dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantulah
pula dengan cara yang baik. (An-Nahl:25)
Hadits Rasulullah s.a.w. yang diriwayatkan oleh Arbaah:
berobatlah hai hamba Allah, karena Allah tidak menurunkan suatu penyakit, kecuali
diturunkan pula obatnya, kecuali penyakit yang satu (pikun).
Islam memberikan tuntunan dalam pengobatan HIV/AIDS yakni secara fisik, psikis, dan
social. Secara fisik melalui medis dan sejenisnya hingga yang terbaru ARV (AntiRetroviral)
secara psikis melalui kesabaran, taubat, taqarrub ilallah (dzikrullah), dan berdoa, sedangkan
secara social melalui penerimaan dan dukungan penuh masyarakat terutama keluarga.
http://www.kesrepro.info/?q=node/300

Anda mungkin juga menyukai