PENDAHULUAN
1
1.2.2. Bagaimana gejala-gejala HIV/AIDS?
1.2.3. Apa saja penyebab dan Faktor resiko HIV/AIDS?
1.2.4. Bagaimana Pengobatan untuk HIV/AIDS?
1.2.5. Apa pencegahan yang dilakukan untuk menghindari HIV/AIDS?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Kelelahan.
Nyeri otot.
Kehilangan berat badan secara perlahan.
Pembengkakan kelenjar getah bening di tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha.
Infeksi virus HIV umumnya memakan waktu sekitar 2-15 tahun hingga menimbulkan
gejala. Infeksi virus ini memang tidak akan langsung merusak organ tubuh kita.
Virus tersebut perlahan menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkannya
secara bertahap sampai kemudian tubuh Anda menjadi rentan diserang penyakit,
terutama infeksi. Jika infeksi virus HIV dibiarkan berkembang, kondisi ini bisa berubah
semakin parah menjadi AIDS. Berikut ini adalah berbagai gejala penyakit AIDS yang
dapat muncul:
Sariawan yang ditandai dengan adanya lapisan keputihan dan tebal pada lidah atau
mulut.
Infeksi jamur vagina yang parah atau berulang.
Penyakit radang panggul kronis.
Infeksi parah dan sering mengalami kelelahan ekstrem yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya (mungkin muncul bersamaan dengan sakit kepala dan atau pusing).
Turunnya berat badan lebih dari 5 kg yang bukan disebabkan karena olahraga atau
diet.
Lebih mudah mengalami memar.
Diare yang lebih sering.
Sering demam dan berkeringat di malam hari.
Pembengkakan atau mengerasnya kelenjar getah bening yang terletak di
tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha.
Batuk kering yang terus menerus.
Sering mengalami sesak napas.
Perdarahan pada kulit, mulut, hidung, anus, atau vagina tanpa penyebab yang pasti.
Ruam kulit yang sering atau tidak biasa.
Mati rasa parah atau nyeri pada tangan atau kaki.
Hilangnya kendali otot dan refleks, kelumpuhan, atau hilangnya kekuatan otot.
Kebingungan, perubahan kepribadian, atau penurunan kemampuan mental.
4
Ada juga kemungkinan bahwa kita akan mengalami berbagai gejala di luar yang telah
disebutkan.
2.3. Penyebab dan Faktor Resiko HIV/AIDS
HIV adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh human immunodeficiency
virus. Adapun AIDS adalah kondisi yang terdiri dari kumpulan gejala terkait
melemahnya sistem imun. ADIS terjadi ketika infeksi HIV sudah berkembang parah
dan tidak ditangani dengan baik.
Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), penularan virus
HIV dari orang yang terinfeksi hanya bisa diperantarai oleh cairan tubuh seperti:
Darah
Air mani
Cairan pra-ejakulasi
Cairan rektal (anus)
Cairan vagina
ASI yang berkontak langsung dengan luka terbuka di selaput lendir, jaringan
lunak, atau luka terbuka di kulit luar tubuh orang sehat.
1. Hubungan seksual
Jalur penularan virus umumnya terjadi dari hubungan seks tanpa kondom
(penetrasi vaginal, seks oral, dan anal).
Ingat, penularan hanya bisa terjadi dengan syarat, Anda sebagai orang yang sehat
memiliki luka terbuka atau lecet di organ seksual, mulut, atau kulit.
2. Penggunaan jarum suntik yang tidak steril
Penularan HIV juga dapat terjadi jika cairan terinfeksi tersebut disuntikkan
langsung ke pembuluh darah, misalnya dari:
Pemakaian jarum suntik secara bergantian dengan orang yang terkontaminasi
dengan human immunodeficiency virus.
Menggunakan peralatan tato (termasuk tinta) dan tindik (body piercing) yang
tidak disterilkan dan pernah dipakai oleh orang dengan kondisi ini.
Memiliki penyakit menular seksual (PMS) lainnya seperti klamidia atau gonore.
Virus HIV akan sangat mudah masuk saat sistem kekebalan tubuh lemah.
Ibu hamil pengidap HIV/AIDS dapat menularkan virus aktif kepada bayinya
(sebelum atau selama kelahiran) dan saat menyusui.
5
Namun, jangan salah sangka. KITA TIDAK dapat tertular virus HIV melalui
kontak sehari-hari seperti:
Bersentuhan
Berjabat tangan
Bergandengan
Berpelukan
Cipika-cipiki
Batuk dan bersin
Mendonorkan darah ke orang yang terinfeksi lewat jalur yang aman
Menggunakan kolam renang atau dudukan toilet yang sama
Berbagi sprei
Berbagi peralatan makan atau makanan yang sama
Dari hewan, nyamuk, atau serangga lainnya
6
Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi
HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi dalam tubuh cukup
tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan.
Tes antigen
Tes antigen bertujuan mendeteksi protein yang menjadi bagian dari virus HIV, yaitu
p24. Tes antigen tersebut dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pengidap yang dicurigai
terinfeksi HIV.
Jika skrining menunjukkan pengidap terinfeksi HIV (HIV positif), pengidap perlu
menjalani tes selanjutnya. Tujuannya untuk memastikan hasil skrining, membantu
dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan
yang tepat.
Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pengidap, untuk selanjutnya diteliti
di laboratorium. Tes tersebut, antara lain:
Hitung sel CD4
CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Jumlah CD4
normal berada dalam rentang 500–1400 sel per milimeter kubik darah. AIDS terjadi jika
hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah.
Pemeriksaan viral load (HIV RNA)
Bertujuan untuk menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi
menggandakan diri. Jumlah RNA yang lebih dari 100.000 kopi per mililiter darah,
menandakan infeksi HIV baru saja terjadi atau tidak tertangani.
Sedangkan jumlah RNA yang berada di bawah 10.000 kopi per mililiter darah,
menunjukan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat, tetapi kerusakan pada sistem
kekebalan tubuh tetap terjadi.
Tes resitensi (kekebalan)
Dilakukan untuk menentukan obat anti HIV jenis apa yang tepat bagi pengidap. Hal ini
dikarenakan beberapa pengidap memiliki resistensi terhadap obat tertentu.
7
Terapi ARV tidak dapat membasmi virus seluruhnya, tetapi bisa membantu
orang dengan HIV hidup lebih lama dan lebih sehat. Setiap pengidap HIV bisa hidup
sehat dan menjalani aktivitas secara normal selama menjalani pengobatan antiretroviral.
Selain itu, mengikuti pengobatan juga membantu mengurangi risiko penularan
terutama pada orang-orang terdekat. Terapi ARV terdiri dari penggunaan sekumpulan
obat antiviral yang dapat mengurangi jumlah virus HIV di dalam tubuh dengan
menghambat virus memperbanyak diri.
Berkurangnya virus memberi kesempatan bagi sistem kekebalan tubuh untuk
melawan virus yang menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh. Dengan begitu,
jumlah virus di dalam tubuh dapat terkendali dan infeksinya tidak menimbulkan gejala.
Di samping itu, jumlah virus yang rendah membuat kemungkinan risiko
penularan ke orang lain pun semakin berkurang. Anda biasanya diminta untuk
menjalani pengobatan ARV sesegera mungkin setelah terinfeksi HIV, terlebih jika
sedang dalam kondisi berikut:
Hamil
Memiliki infeksi oportunistik (infeksi penyakit lain bersamaan dengan HIV)
Memiliki gejala yang parah
Jumlah sel CD4 di bawah 350
Memiliki penyakit ginjal akibat HIV
Sedang dirawat karena hepatitis B atau C
Dalam terapi ART, ada banyak obat untuk HIV yang biasanya dikombinasikan
sesuai dengan kegunaannya. Beberapa jenis obat antiretroviral adalah:
Lopinavir
Ritonavir
Zidovudine
Lamivudine
Pemilihan jenis pengobatan akan berbeda untuk setiap orang karena perlu
disesuaikan dengan kondisi kesehatan pasien. Dokterlah yang akan menentukan rejimen
yang tepat untuk Anda.
8
Pengobatan di rumah
Selain terapi antiretroviral, berikut gaya hidup sehat yang perlu dilakukan ODHA untuk
menjaga kesehatan:
ODHA harus makan makanan dengan gizi seimbang dan memperbanyak sayur,
buah, biji-bijian, dan protein tanpa lemak.
Cukup istirahat.
Rutin berolahraga.
Menghindari obat-obatan terlarang termasuk alkohol.
Berhenti merokok.
Melakukan berbagai cara untuk mengelola stres seperti meditasi atau yoga.
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setiap habis memegang hewan
peliharaan.
Menghindari daging mentah, telur mentah, susu yang tidak dipasteurisasi, dan
makanan laut mentah.
Melakukan vaksin yang tepat untuk mencegah infeksi seperti radang paru dan
flu.
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sistem reproduksi adalah sebuah sistem yang terdiri dari sekumpulan organ yang
bekerja sama untuk membantu makhluk hidup dalam berkembang biak.
Seperti halnya dengan sistem pada tubuh manusia lainnya, sistem reproduksi
juga dapat mengalami gangguan. Gangguan-gangguan tersebut diakibatkan oleh adanya
penyakit tertentu yang menyerang organ-organ reproduksi. Penyakit pada sistem
reproduksi manusia disebabkan oleh berbagai faktor, yang meliputi virus, bakteri,
tumor, dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut biasanya tertular akibat aktivitas-aktivitas
tidak sehat. Salah satu penyakit sistem reproduksi yang disebabkan oleh virus adalah
HIV/AIDS.
Pengertian HIV atau kepanjangan dari human immunodeficiency virus adalah
infeksi virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. infeksi HIV adalah
kondisi yang bisa menyebabkan penyakit AIDS. Jika infeksi virus ini dalam jangka
panjang tidak diobati dengan tepat, kita akan berisiko lebih tinggi mengalami AIDS.
Gejala awal HIV/AIDS adalah Demam HIV, Sakit kepala, Kelelahan, Nyeri
otot, Kehilangan berat badan secara perlahan, Pembengkakan kelenjar getah bening di
tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha. Infeksi virus HIV umumnya memakan waktu
sekitar 2-15 tahun hingga menimbulkan gejala. Infeksi virus ini memang tidak akan
langsung merusak organ tubuh kita.
Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), penularan virus
HIV dari orang yang terinfeksi hanya bisa diperantarai oleh cairan tubuh seperti: Darah,
Air mani, Cairan pra-ejakulasi, Cairan rektal (anus), Cairan vagina, ASI yang berkontak
10
langsung dengan luka terbuka di selaput lendir, jaringan lunak, atau luka terbuka di kulit
luar tubuh orang sehat.
Beberapa orang lebih berisiko untuk terjangkit penyakit ini apabila memiliki
faktor seperti: Melakukan hubungan intim yang berisiko menyebabkan paparan
penyakit menular seksual, Memiliki lebih dari satu atau berganti-ganti pasangan
seksual, Menggunakan obat-obatan terlarang melalui jarum suntik yang digunakan
secara bergantian dengan orang lain, Melakukan prosedur STI yakni pemeriksaan pada
organ intim.
Hingga saat ini belum ada obat yang dapat menghilangkan sepenuhnya infeksi
virus HIV dari dalam tubuh. Namun, gejala penyakit bisa dikendalikan dan sistem imun
bisa ditingkatkan dengan pemberian terapi antiretoviral (ARV).
3.2. Saran
o Sebagai pembaca dapat memahami dan mengerti bahaya virus HIV/AIDS bagi diri
kita khususnya dan lingkungan pada umumnya,
o Harus adanya peran orag tua dalam mengontrol anaknya agar tidak melakukan
pergaulan bebas
11
DAFTAR PUSTAKA
https://kumparan.com/kabar-harian/penyakit-pada-sistem-reproduksi-yang-disebabkan-
virus-1widAHFgobi/4
https://hellosehat.com/seks/hivaids/penyakit-hiv-aids/
https://www.halodoc.com/kesehatan/hiv-dan-aids
12