Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Seks Bebas Pada Remaja Terhadap Meningkatnya Resiko

Terjadinya HIV/ AIDS


Lela Tri Wahyu Liana

IIK Strada INDONESIA

Lelaliana514@gmail.com

Abstrak

Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang sel darah
putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia.
Acquired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang
timbul karena kekebalan tubuh yang menurun yang disebabkan oleh infeksi HIV. Akibatnya
ketika seseorang sudah terjangkit AIDS maka akan semakin mudah terserang infeksi lainnya
yang dapat memicu terjadinya komplikasi penyakit lainnya. Memasuki tahun 2019 kasus
yang terbaru dilaporkan bahwa terhitung per tahun s/d maret 2019 menurun sangat drastis
dari tahun sebelumnya mulai dari tahun 2016-2018 yaitu sebanyak 11.081 kasus HIV dan
1.536 kasus AIDS. Penderita HIV tidak menunjukkan gejala apapun, sehingga pendeteksi
secara dini atau tindakan yang lebih awas terhadap gejala virus harus lebih diperhatikan
sehingga ketika muncul kita bisa mengeceknya ke dokter. Penularan HIV ini hanya melalui
luka, darah, cairan sperma dan cairan vagina dari orang yang terinfeksi. Jadi berjabat tangan
dan bertukar alat makan tidak akan menularkan virus ini. Penularan tersebut dapat terjadi
misalnya yang paling banyak ditemukan melalui seks bebas atau hubungan seks berganti
pasangan maupun tanpa alat pengaman yang dapat meningkatkan resiko tertular virus HIV.

Keyword: HIV, AIDS, Seks Bebas,

1. Latar Belakang
AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan
oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007), ditemukan dalam
tubuh terutama darah, cairan sperma, cairan vagina, air susu Ibu (Depkes RI, 2007
dan Dirjen PPM&PL 2008).
Menurut data Kemenkes RI (2019), perihal grafik laporan perkembangan
penyakit HIV dan AIDS pada tahun 2016 sebanyak 41.250 kasus penyakit HIV dan
10,146 kasus penyakit AIDS. Kemudian di tahun 2017 jumlah penderita penyakit
HIV sebanyak 48.300 kasus dan 10.488 kasus penderita penyakit AIDS, sehingga di
tahun ini mengalami kenaikan kasus baru yang cukup signifikan serta yang paling
tinggi diantara tahun-tahun baik sebelum maupun sesudahnya. Pada tahun 2018
penderita penyakit HIV dan AIDS yaitu sebesar 46.659 kasus dan 10.190 kasus
sehingga sedikit mengalami penurunan. Lanjut memasuki tahun 2019 kasus yang
terbaru dilaporkan bahwa terhitung per tahun s/d maret 2019 menurun sangat drastis
dari tahun sebelumnya mulai dari tahun 2016-2018 yaitu sebanyak 11.081 kasus HIV
dan 1.536 kasus AIDS.
2. Kasus/ Masalah
Mengapa seks bebas pada remaja menjadi faktor seseorang dapat meningkatkan
resiko terkena HIV/ AIDS . Khusunya untuk para remaja yang berada pada fase yang
berubah- ubah atau masih mencari jati diri sehingga mudah sekali mendapat pengaruh
buruk dari luar.
3. Tinjauan Pustaka
a. HIV (Human Immunodeficiency Virus)
Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang sel
darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan
tubuh manusia. Alhasil, infeksi virus ini memberikan peluang besar untuk berbagai
bakteri, virus, dan penyebab infeksi lainnya menyerang tubuh Anda. Orang yang
dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum tentu
membutuhkan pengobatan. Meskipun demikian,orang tersebut dapat menularkan
virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan seks berisiko dan berbagi
penggunaan alat suntik dengan orang lain (KPAD Kab. Jember, 2015).
HIV merupakan virus penyakit yang menyerang dan menghancurkan sel
CD4. Cell CD4 adalah sel dari sistem kekebalan tubuh yang melawan infeksi.
Hilangnya sel CD4 ini menyulitkan tubuh untuk melawan infeksi dan kanker yang
disebabkan oleh jenis Human Immunodeficiency Virus tertentu.
b. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
Acquired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS adalah sekumpulan gejala
penyakit yang timbul karena kekebalan tubuh yang menurun yang disebabkan
oleh infeksi HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang maka
orang tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti TBC, kandidiasis, berbagai
radang pada kulit, paru, saluran penernaan, otak dan kanker.(KPAD Kab. Jember,
2015).
Kondisi ini bisa juga disebut ketika sel CD4 sudah benar-benar rusak sehingga
kekebalan tubuh seseorang sangat rentan sekali terjadi infeksi penyakit menular
lainnya. Karena tembok dalam tubuh sudah rusak.
c. Gejala HIV/ AIDS
Seseorang yang terkena virus HIV tidak menunjukkan gejala apapun, namun
masih dapat menularkan virusnya kepada orang lain. Virus ini membutuhkan
waktu hingga 2 sampai 15 tahun hingga bisa memunculkan gejala.
Gejala pertama dari Human Immunodeficiency Virus mirip dengan infeksi
virus lainnya, yaitu:
 Demam
 Sakit kepala
 Kelelahan
 Nyeri otot
 Kehilangan berat badan secara perlahan
 Pembengkakan kelenjar getah bening di tenggorokan, ketiak, atau pangkal
paha.
Berikut ini adalah berbagai gejala AIDS yang dapat muncul, yaitu:
 Sariawan yang ditandai dengan adanya lapisan keputihan dan tebal pada
lidah atau mulut. Sariawan ini disebabkan oleh infeksi jamur
 Infeksi jamur vagina yang parah atau berulang
 Penyakit radang panggul kronis
 Infeksi parah dan sering mengalami kelelahan ekstrem yang tidak dapat
dijelaskan penyebabnya dan mungkin muncul bersamaan dengan sakit kepala
dan atau pusing
 Turunnya berat badan lebih dari 5 kg yang bukan disebabkan karena olahraga
atau diet
 Lebih mudah mengalami memar
 Diare yang lebih sering
 Sering demam dan berkeringat di malam hari
 Pembengkakan atau mengerasnya kelenjar getah bening yang terletak di
tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha
 Batuk kering yang terus menerus
 Sering mengalami sesak napas
 Perdarahan pada kulit, mulut, hidung, anus, atau vagina tanpa penyebab yang
pasti
 Ruam kulit yang sering atau tidak biasa
 Mati rasa parah atau nyeri pada tangan atau kaki
 Hilangnya kendali otot dan refleks, kelumpuhan, atau hilangnya kekuatan
otot
 Kebingungan, perubahan kepribadian, atau penurunan kemampuan mental
d. Penularan HIV/ AIDS
HIV/AIDS adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui kontak dengan luka,
darah, sperma, dan cairan vagina dari orang yang terinfeksi virus tersebut.
Hal ini dapat terjadi melalui berbagai cara antara lain:
 Hubungan Seks tanpa kondom (vagina, anal, oral) dengan seseorang
yang memiliki HIV. Meskipun sangat jarang, HIV juga dapat menular
melalui seks oral. Akan tetapi, penularan lewat seks oral hanya akan
terjadi bila terdapat luka terbuka di mulut penderita, misalnya seperti
gusi berdarah atau sariawan. Biasanya perempuan remaja sangat rentan
terhadap infeksi HIV karena selaput vagina mereka lebih tipis dan
lebih rentan luka infeksi dibandingkan wanita dewasa.
 Penggunaan Jarum Suntik yang Tidak Steril. Berbagi penggunaan
jarum suntik dengan penderita HIV, adalah salah satu cara yang dapat
membuat seseorang tertular HIV. Misalnya menggunakan jarum suntik
bersama saat membuat tato, atau saat menggunakan NAPZA suntik.
 Tranfusi Darah. Penularan HIV dapat terjadi saat seseorang
menerima donor darah dari penderita HIV.
 Dilahirkan dan Disusui dari Ibu yang Terinfeksi HIV. Penularan
HIV dapat terjadi saat seseorang menerima donor darah dari penderita
HIV.
 Menderita infeksi menular seksual. Sebagian besar infeksi menular
seksual menyebabkan luka terbuka di kelamin penderita, sehingga
meningkatkan risiko tertular HIV.
Beberapa kontak sehari- hari yang tidak dapat menularkan HIV
 Bersentuhan
 Berjabat tangan
 Berpelukan
 Batuk dan bersin
 Mendonorkan darah ke orang yang terinfeksi
 Menggunakan kolam renang atau dudukan toilet yang sama
 Berbagi sprei
 Berbagi peralatan makan atau makanan yang sama
 Dari hewan, nyamuk, atau serangga lainnya
e. Komplikasi HIV/ AIDS
1. Infeksi
Infeksi kuman lain bisa terjadi lebih dari satu dalam waktu yang
bersamaan. Adapun berbagai infeksi yang biasanya muncul yaitu
tuberkulosis, infeksi sitomegalovirus, kriptokokus meningitis,
toksoplasmosis, dan cryptosporidiosis.
2. Kanker
Orang yang mengalami AIDS juga bisa terkena penyakit kanker
dengan mudah. Jenis kanker yang biasanya muncul yaitu kanker paru-paru,
ginjal, limfoma, dan sarkoma Kaposi.
3. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi paling umum yang muncul saat
seseorang mengidap HIV. Pasalnya, orang dengan HIV/AIDS tubuhnya
sangat rentan terkena virus. Oleh sebab itu, tuberkulosis menjadi penyebab
utama kematian di antara orang dengan HIV/AIDS.
4. Sitomegalovirus
Sitomegalovirus adalah virus herpes yang biasanya ditularkan dalam
bentuk cairan tubuh seperti air liur, darah, urin, air mani, dan air susu ibu.
Sistem kekebalan tubuh yang sehat akan membuat virus tidak aktif.
Namun, jika sistem kekebalan tubuh melemah, misalnya karena Anda
mengidap penyakit HIV dan AIDS, virus dapat dengan mudah menjadi aktif.
Sitomegalovirus dapat menyebabkan kerusakan pada mata, saluran
pencernaan, paru-paru, atau organ lain.
5. Candidiasis
Candidiasis adalah infeksi yang juga sering terjadi akibat HIV/AIDS.
Kondisi ini menyebabkan peradangan dan menyebabkan lapisan putih dan
tebal pada selaput lendir mulut, lidah, kerongkongan, atau vagina.
6. Kriptokokus Meningitis
Meningitis adalah peradangan pada selaput dan cairan yang
mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (meninges). Meningitis
kriptokokal adalah infeksi sistem saraf umum pusat yang bisa didapat oleh
orang dengan penyakit HIV/AIDS. Kriptokokus yang disebabkan oleh jamur
di dalam tanah.
7. Toksoplasmosis
Infeksi yang mematikan ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii,
parasit yang menyebar terutama melalui kucing, Kucing yang terinfeksi
biasanya memiliki parasit di dalam tinjanya.
Tanpa disadari, parasit ini kemudian dapat menyebar ke hewan lain
dan manusia. Jika orang dengan HIV/AIDS mengalami toksoplasmosis dan
tidak segera ditangani, kondisi ini bisa menyebabkan infeksi otak serius
seperti ensefalitis.
8. Cryptosporidiosis
Infeksi ini terjadi disebabkan oleh parasit usus yang umum ditemukan
pada hewan. Biasanya seseorang bisa terkena parasit ini cryptosporidiosis
ketika Anda menelan makanan atau air yang terkontaminasi.
Nantinta, parasit akan tumbuh di usus Anda dan saluran empedu,
menyebabkan diare parah kronis pada orang dengan AIDS.
Selain infeksi, Anda juga berisiko mengalami kanker dan masalah
neurologis, dan masalah ginjal ketika Anda memiliki penyakit AIDS
f. Pengobatan
Terapi antiretoviral (ARV) merupakan obat yang biasanya digunakan untuk
mengobati infeksi akibat penyakit HIV. Obat ARV tidak dapat menyembuhkan,
tetapi bisa membantu orang dengan HIV hidup lebih lama dan lebih sehat. Selain
itu, ARV juga membantu mengurangi risiko penularan HIV.
Tujuan utama obat ARV adalah mencegah dan mengurangi jumlah Human
Immunodeficiency Virus dalam tubuh dan menghambat virus dalam
memperbanyak diri. Dengan begitu, jumlah virusnya di dalam tubuh tidak terus
bertambah.
4. Pembahasan
Dari data Kemenkes RI Tahun 2019 menunjukkan grafik dari tahun 2017
menunjukkan peningkatan penderita HIV dan AIDS, kemudian di tahun 2018 terjadi
peningkatan pada penderita HIV dan penurunan pada penderita AIDS, lalu pada
Maret 2019 terjadi penurunan penderita HIV dan AIDS.
Hal ini mungkin saja dipicu karena beberapa faktor, entah dari edukasi
kesehatan yang sudah atau belum terpenuhi mengenai HIV/ AIDS ini, pergaulan
bebas yang semakin merajalela atau penggunaan jarum suntik narkoba yang telah
digunakan orang yang terinfeksi HIV.
Faktor utama penularan HIV adalah dari hubungan seks yang bebas seperti
berganti pasangan, tidak menggunakan alat kontrasepsi atau melakukan hubungan
seks dibawah umur atau masih remaja. Hal tersebut sangat meningkatkan resiko
seseorang terinfeksi virus HIV. Pendidikan seks sejak dini sebenarnya harus sudah di
berikan kepada anak-anak atau mungkin remaja awal. Melihat dari banyaknya kasus
HIV yang terjadi yang diantaranya karena seks bebas ini.
Melakukan hubungan seks dengan penderita HIV sangat ditekankan harus
menggunakan alat kontrasepsi karena hal ini dapat menurunkan resiko seseorang
terinfeksi virus tersebut. Sebenarnya ketika dua orang melakukan hubungan seks yang
sehat seperti tidak berganti pasangan mereka tidak akan terjangkit virus ini. Namun
semakin berkembangnya jaman, semakin bebasnya pergaulan khusunya pada remaja
yang sedang dalam masa mencari jati diri dimana mereka akan menerima hal apapun
tanpa menyaringnya terlebih dahulu kecuali pada remaja yang memiliki kepribadian
yang kuat dimana mereka pasti akan memperhitungkan tindakan yang akan mereka
lakukan benar atau salah.
Berciuman bukan merupakan tindakan yang dapat menularkan virus HIV
kecuali jika seseorang tersebut memiliki sariawan atau luka pada gusi yang
merupakan gejala virus tersebut sehingga ketika mereka berciuman akan terkena luka
pada gusi penderita sehingga memungkinkan terinfeksi virus ini.
Setelah seseorang dinyatakan positif HIV dia akan melakukan pengobatan
untuk setidaknya membuat sistem kekebalan tubuhnya tetap stabil. Karena jika sistem
kekebalan tubuhnya semakin menurun, sel CD4 semakin rusak seseorang tersebut
akan terjangkit AIDS dimana semakin mudah orang tersebut terkena infeksi lainnya
atau mengalami komplikasi seperti Tuberkolosis. Dukungan dari keluarga sangat
dibutuhkan untuk penderita ini agar mereka tetap semangat menjalani pengobatan
untuk menstabilkan sistem kekebalan tubuh mereka dan memperpanjang umur
mereka.
5. Kesimpulan
HIV (Human Immunodeficiency Virus) tidak langsung merusak organ tubuh
akan tetapi virus ini langsung menyerang sistem kekebalan tubuh. Dimana hal ini
masih sulit dideteksi secara dini, kecuali jika kita lebih berhati hati dan
memperhatikan ketika muncul satu dua tanda gejala seseorang terkena virus. Karena
jika dibiarkan sistem kekebalan tubuh akan semakin menurun sehingga terjadi AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) dimana sel CD4 sudah rusak. Ada
beberapa gejala yang ditunjukkan dari AIDS. Virus ini juga ditularkan hanya melalui
luka, darah, cairan sperma dan vagina. Virus ini tidak semudah itu menular, tidak
melalui jabat tangan maupun bertukar alat makan.
Penularan ini paling banyak melalui seks bebas dan penggunaan jarum suntik
yang tidak steril. Pengobatan untuk penderita salah satunya adalah terapi ARV
dimana terapi ini tidak menyembuhkan namun membuat penderita dapat bertahan
lebih lama. Edukasi mengenai virus ini harus selalu ditekankan kepada masyarakat.
Karena penyakit ini adalah penyakit yang mematikan karena belum mempunyai obat
untuk menyembuhkannya namun hanya ada beberapa pengobatan yang membuat
penderita bertahan lebih lama.
6. Daftar Pustaka
Dirjen PPM&PL, Depkes RI. (2007). Pedoman Nasional Perawatan
Dukungan dan Pengobatan Bagi ODHA.
Irianto Koes, (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular
Panduan Klinis. ALFABETA, Bandung.
Nyoman S, (1990) Epidemiologi AIDS Standarisasi Diagnostik dan
Penatalaksanaan beberapa penyakit menular Seksual. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, Jakarta.
Sodik, M. A. (2018, September). Analysis of Improved Attitude of Youth in
HIV/AIDS Prevention through the Provision of Health Education with Peer
Education. In The 2nd Joint International Conferences (Vol. 2, No. 2, pp. 495-502).
WHO, (2007). Technical Working Group for The Development of an
HIV/AIDS Diagnostic Support Toolkit: p. 2

Anda mungkin juga menyukai