Anda di halaman 1dari 10

PENYAKIT DAN KELAINAN PADA SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

SERTA CARA PENANGANANNYA DAN PENGOBATANNYA.

1. Sifilis

Gejala Sifilis
Gejala sipilis atau sifilis digolongkan sesuai dengan tahap perkembangan penyakitnya.
Tiap jenis sifilis memiliki gejala yang berbeda-beda. Berikut adalah penjelasannya:

 Sifilis primer
Sifilis jenis ini ditandai dengan luka (chancre) di tempat bakteri masuk.
 Sifilis sekunder
Sifilis jenis ini ditandai dengan munculnya ruam pada tubuh.
 Sifilis laten
Sifilis ini tidak menimbulkan gejala, tapi bakteri ada di dalam tubuh penderita.
 Sifilis tersier
Sifilis ini dapat menyebabkan kerusakan organ lainnya otak, saraf, atau
jantung.

Penyebab Sifilis
Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri, yang menyebar melalui hubungan seksual
dengan penderita sifilis. Meski demikian, bakteri penyebab sifilis juga bisa
menyebar melalui melalui kontak fisik dengan luka yang ada di penderita. Melihat
penularannya, sifilis rentan tertular pada seseorang yang sering bergonta-ganti
pasangan seksual.
Pengobatan  Sifilis
Pengobatan siflis atau raja singa ini akan lebih efektif jika dilakukan ketika tahap
awal. Sifilis dapat diatasi dengan antibiotik penisilin.  Selama masa pengobatan,
penderita dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seks, sampai dokter
memastikan infeksi sudah sembuh.

2. Gonore (kencing nanah)

Kencing nanah atau gonore adalah salah satu penyakit menular seksual. Pada pria,
gonore akan menimbulkan gejala berupa keluarnya nanah dari penis. Selain itu,
penderita gonore akan merasakan perih saat buang air kecil.
Berbeda dengan gonore pada pria, jika terjadi pada wanita gonore bisa tidak
menimbulkan gejala. Penyakit gonore dapat sembuh dalam beberapa hari, jika
diberikan pengobatan yang tepat dan segera.
Gejala Gonore
Gonore dapat terjadi pada pria maupun wanita, namun gejala yang muncul pada pria
dan wanita berbeda. Gejala utama gonore yang muncul pada pria berupa keluarnya
nanah dari penis dan rasa sakit saat buang air kecil. Sedangkan pada wanita, gonore
sering kali tidak menimbulkan gejala.
Di samping itu, gonore juga dapat terjadi pada bayi akibat tertular dari ibunya selama
proses persalinan. Bayi yang terkena gonore akan mengalami keluhan pada mata.

Pengobatan Gonore
Pengobatan utama untuk penyakit gonore adalah pemberian antibiotik, karena
penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri. Perlu diingat bahwa tidak hanya penderita
saja yang perlu diobati, tetapi pasangan seksual dari penderita juga perlu diobati,
karena kemungkinan besar juga menderita gonore. Setelah sembuh dari gonore, tidak
tertutup kemungkinan seseorang bisa terkena gonore lagi.
3. Herpes

Herpes adalah kelompok virus yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi
virus herpes umumnya ditandai dengan kulit kering, luka lepuh, atau luka terbuka
yang berair. Herpes simplex virus (HSV) dan varicella- zoster virus adalah dua jenis
virus herpes yang cukup sering menyerang manusia.
Virus ini dapat menyerang siapa saja. Adanya riwayat kontak dengan penderita infeksi
virus ini dan memiliki sistem kekebalan tubuh yang sedang lemah adalah faktor yang
bisa meningkatkan risiko seseorang terinfeksi virus herpes.

Faktor Risiko
Herpes dapat diderita oleh siapa saja dalam semua golongan usia. Akan tetapi, infeksi
virus herpes ini lebih rentan terjadi pada seseorang yang sering kontak dengan
penderita virus ini, seperti petugas medis atau anggota keluarga yang merawat
penderita herpes.
Untuk jenis virus herpes simplex tipe 2, beberapa faktor berikut dapat meningkatkan
risiko terinfeksi virus ini:

 Berjenis kelamin perempuan


 Bergonta-ganti pasangan seksual
 Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah
 Menderita penyakit menular seksual
 Melakukan hubungan seksual di usia muda   

Untuk infeksi virus VZV, beberapa faktor yang membuat seseorang lebih berisiko
terinfeksi adalah:

 Berusia di bawah 12 tahun


 Pernah kontak langsung dengan penderita cacar air
 Bekerja atau beraktivitas di sekolah atau fasilitas khusus anak-anak, terutama
jika ada anak yang sedang mengalami cacar air
 Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, baik akibat penyakit maupun
obat-obatan
 Tinggal bersama anak-anak yang mengalami cacar air

Selain bisa menyebabkan cacar air, virus VZV juga bisa menyebabkan herpes zoster.
Ada beberapa faktor dan kondisi yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami
herpes zoster, yaitu:

 Pernah menderita cacar air


 Berusia 60 tahun ke atas
 Sedang menjalani kemoterapi, radioterapi, atau menggunakan
obat imunosupresan
 Menderita penyakit yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh,
seperti HIV/AIDS atau kanker

Pengobatan Herpes 
Pada umumnya, luka dan lepuhan akibat herpes dapat sembuh dengan sendirinya
dalam waktu 2–4 minggu. Hanya saja, virus masih mungkin tetap ada di dalam tubuh
penderita tanpa menimbulkan keluhan atau gejala. Hingga kini, belum ada metode
pengobatan yang dapat menghilangkan virus herpes dari dalam tubuh.
Fokus pengobatan herpes adalah untuk membantu meredakan keluhan, mencegah
penyebaran herpes, serta menurunkan risiko terjadinya komplikasi Beberapa obat-
obatan antivirus dapat digunakan untuk mengatasi infeksi virus herpes adalah:

 Acyclovir
 Valacyclovir
 Famciclovir

Selain obat antivirus, ada beberapa hal yang bisa Anda dilakukan untuk meredakan
keluhan dan mempercepat pemulihan akibat infeksi virus herpes, yaitu:

 Konsumsi paracetamol atau ibuprofen sebagai obat pereda nyeri.


 Gunakan air suam kuku untuk mandi.
 Kompres ruam kulit dengan air hangat atau atau air dingin.
 Gunakan pakaian dalam berbahan katun.
 Gunakan pakaian longgar.
 Jaga area luka tetap kering dan bersih.
4. HIV/AIDS

Penyakit aids ini disebabkan juga oleh virus sama seperti penyakit herpes. Tapi untuk
virus penyakit aids namanya virus HIV. Virus ini menyerang kekebalan tubuh
seseorang (Human Immunodeficiency Virus).
Penularan Aids ini bisa melalui jarum suntik yang sama dengan penderita aids, gonta
ganti pasangan atau seks bebas, transfusi darah dan lain lain. Gejalanya berupa demam
tinggi, sering buang air besar, linu dipersendian, gejalanya hampir mirip orang terkena
flu.
Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang
disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah stadium akhir
dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah
hilang sepenuhnya.
Sampai saat ini belum ada obat untuk menangani HIV dan AIDS. Akan tetapi, ada
obat untuk memperlambat perkembangan penyakit tersebut, dan dapat meningkatkan
harapan hidup penderita HIV (ODHA).
Gejala HIV dan AIDS

Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan dapat berlangsung hingga
beberapa minggu, yang meliputi:
 Demam hingga menggigil.
 Muncul ruam di kulit (infeksi kulit).
 Muntah.
 Nyeri pada sendi dan otot.
 Pembengkakan kelenjar getah bening.
 Sakit kepala.
 Sakit perut.
 Sakit tenggorokan dan sariawan di lidah maupun dalam rongga mulut.
Penyebab HIV dan AIDS

Penularan HIV terjadi saat darah, sperma, atau cairan vagina dari seseorang yang
terinfeksi masuk ke dalam tubuh orang lain. Hal ini dapat terjadi melalui berbagai
cara, antara lain:

 Hubungan seks. Infeksi HIV dapat terjadi melalui hubungan seks baik melalui
vagina maupun dubur (anal). Meskipun sangat jarang, HIV juga dapat menular
melalui seks oral. Akan tetapi, penularan lewat seks oral hanya akan terjadi
bila terdapat luka terbuka di mulut penderita, misalnya seperti gusi berdarah
atau sariawan.
 Berbagi jarum suntik. Berbagi penggunaan jarum suntik dengan penderita
HIV, adalah salah satu cara yang dapat membuat seseorang tertular HIV.
Misalnya menggunakan jarum suntik bersama saat membuat tato, atau saat
menggunakan NAPZA suntik.
 Transfusi darah. Penularan HIV dapat terjadi saat seseorang menerima donor
darah dari penderita HIV.

Selain melalui berbagai cara di atas, HIV juga bisa menular dari ibu hamil ke janin
yang dikandungnya. Penularan virus HIV pada anak juga dapat terjadi pada proses
melahirkan, atau melalui air susu ibu saat proses menyusui.

Pengobatan HIV dan AIDS

Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, namun ada jenis
obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut
antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan
virus HIV untuk menggandakan diri, dan mencegah virus HIV menghancurkan sel
CD4. Beberapa jenis obat ARV, antara lain:

 Efavirenz
 Etravirine
 Nevirapine
 Lamivudin
 Zidovudin
Pengobatan HIV juga bisa digunakan untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi.
Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel
CD4 untuk menilai respons pasien terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan
dilakukan tiap 3-6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA dilakukan sejak awal
pengobatan, dilanjutkan tiap 3-4 bulan selama masa pengobatan.

Pencegahan HIV dan AIDS

Sampai saat ini, belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi HIV. Meskipun
demikian, infeksi dapat dicegah dengan beberapa langkah berikut:

 Gunakan kondom yang baru tiap berhubungan seks, baik seks melalui vagina
atau melalui dubur. Bila memilih kondom dengan pelumas, pastikan pelumas
yang berbahan dasar air. Hindari kondom dengan pelumas yang berbahan dasar
minyak, karena dapat membuat kondom bocor. Untuk seks oral, gunakan
kondom yang tidak berpelumas.
 Hindari berhubungan seks dengan lebih dari satu pasangan.
 Beri tahu pasangan bila Anda positif HIV, agar pasangan Anda menjalani tes
HIV.
 Diskusikan kembali dengan dokter bila Anda didiagnosis positif HIV dalam
masa kehamilan, mengenai penanganan selanjutnya dan perencanaan
persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke janin.
 Bagi pria, disarankan bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.

Jika Anda memiliki risiko tinggi untuk terinfeksi HIV, namun terkonfirmasi negatif,
maka dokter mungkin akan memberikan obat pre-exposure prophylaxis (PeRP). Obat
kombinasi emtricitabine-tenofovir mungkin akan diberikan oleh dokter. Namun perlu
diingat pencegahan utama, seperti yang telah disebutkan diatas wajib tetap dilakukan
5. Kanker ovarium

Penyakit ini merupakan penyakit kanker yang menyerang ovarium, biasanya


menyerang wanita yang sudah menopause. Kanker ovarium sebagian besar berbentuk
tumor kistik dan sebagian kecil berbentuk tumor padat.

Gejala Kanker Ovarium


Kanker ovarium jarang menimbulkan gejala pada stadium awal. Oleh sebab itu,
kanker ovarium biasanya baru terdeteksi ketika sudah memasuki stadium lanjut atau
sudah menyebar ke organ lain.
Gejala stadium lanjut dari kanker ovarium juga tidak terlalu khas dan menyerupai
penyakit lain. Beberapa gejala yang dialami oleh penderita kanker ovarium adalah:
 Perut kembung.
 Cepat kenyang.
 Mual.
 Sakit perut.
 Konstipasi (sembelit).
 Pembengkakan pada perut.
 Penurunan berat badan.
 Sering buang air kecil.
 Sakit punggung bagian bawah.
 Nyeri saat berhubungan seks.
 Keluar darah dari vagina.
 Perubahan siklus menstruasi, pada penderita yang masih mengalami
menstruasi.
Penyebab Kanker Ovarium
Kanker ovarium terjadi karena adanya perubahan atau mutasi genetik pada sel-sel
ovarium. Sel tersebut menjadi abnormal, serta tumbuh dengan cepat dan tidak
terkontrol.
Hingga saat ini, penyebab terjadinya mutasi genetik tersebut belum diketahui dengan
pasti. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang
mengalaminya, yaitu:
 Berusia di atas 50 tahun.
 Merokok.
 Menjalani terapi penggantian hormon saat menopause.
 Memiliki anggota keluarga yang menderita kanker ovarium atau kanker
payudara.
 Menderita obesitas.
 Pernah menjalani radioterapi.
 Pernah menderita endometriosis atau kista ovarium jenis tertentu.
 Menderita sindrom Lynch.
Selain itu, kebiasaan sering menggunakan bedak pada vagina juga dapat meningkatkan
risiko terjadinya kanker ovarium. Namun, hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut.

Pengobatan Kanker Ovarium


Penanganan kanker ovarium berbeda-beda, tergantung pada stadium kanker, kondisi
penderita, dan keinginan penderita untuk memiliki keturunan. Namun secara umum,
penanganan utama kanker ovarium meliputi:
Operasi
Operasi yang dilakukan adalah mengangkat ovarium, baik salah satu maupun kedua
ovarium, tergantung kondisi pasien. Selain hanya mengangkat ovarium, operasi juga
dapat dilakukan untuk mengangkat rahim (histerektomi) dan jaringan sekitarnya, jika
kanker sudah menyebar.
Dokter akan menjelaskan manfaat dan risiko operasi yang dilakukan. Beberapa jenis
operasi dapat membuat seseorang tidak bisa memiliki anak lagi. Diskusikan dengan
dokter mengenai operasi yang akan dilakukan.
Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan dengan pemberian obat-obatan untuk membunuh sel kanker.
Kemoterapi dapat dikombinasikan dengan operasi dan radioterapi, serta bisa dilakukan
sebelum atau setelahnya.
Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi atau radioterapi bertujuan untuk
mengecilkan ukuran kanker. Sedangkan kemoterapi yang diberikan setelah operasi
atau radioterapi bertujuan untuk membunuh sel kanker yang masih tersisa.
Beberapa jenis obat-obatan untuk kemoterapi adalah:
 Carboplatin
 Paclitaxel
 Etoposide
 Gemcitabine
Radioterapi
Radioterapi dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker dengan sinar berenergi tinggi.
Radioterapi dapat dikombinasikan dengan kemoterapi atau operasi. Radioterapi
biasanya diberikan pada pasien kanker ovarium stadium awal, setelah operasi.
Selain itu, radioterapi juga dapat diberikan kepada pasien kanker ovarium stadium
akhir, dengan tujuan untuk membunuh sel-sel kanker yang sudah menyebar ke
jaringan tubuh lain.

Pencegahan Kanker Ovarium


Kanker ovarium sulit untuk dicegah karena penyebabnya belum diketahui. Namun,
ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terkena kanker
ovarium, yaitu:
 Mengonsumsi pil KB kombinasi
 Tidak menggunakan terapi penggantian hormon
 Tidak merokok
 Menerapkan pola hidup sehat
 Menjaga berat badan ideal

Anda mungkin juga menyukai