Anda di halaman 1dari 2

1.

penyebab: Infeksi HIV dapat disebabkan oleh lebih dari 1 subtipe virus, terutama bila seseorang
tertular lebih dari 1 orang. Kondisi ini disebut dengan superinfeksi. Meski kondisi ini hanya terjadi
kurang dari 4% penderita HIV, risiko superinfeksi cukup tinggi pada 3 tahun pertama setelah terinfeksi.

Penatalaksanaan: Terapi ARV adalah sekumpulan obat yang biasanya digunakan untuk mengobati
infeksi akibat penyakit HIV. Tujuan utama obat ARV adalah mencegah dan mengurangi jumlah Human
Immunodeficiency Virus dalam tubuh dan menghambat virus dalam memperbanyak diri. Dengan begitu,
jumlah virusnya di dalam tubuh tidak terus bertambah.

2.-Anamnesi

AIDS disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). HIV yang masuk ke dalam tubuh akan
menghancurkan sel CD4. Sel CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang melawan infeksi. Semakin
sedikit sel CD4 dalam tubuh, maka semakin lemah pula sistem kekebalan tubuh seseorang.

Penularan HIV terjadi saat darah, sperma, atau cairan vagina dari seseorang yang terinfeksi masuk ke
dalam tubuh orang lain. Hal ini dapat terjadi melalui berbagai cara, antara lain:

Hubungan seks: Infeksi HIV dapat terjadi melalui hubungan seks baik melalui vagina maupun dubur
(anal). Meskipun sangat jarang, HIV juga dapat menular melalui seks oral. Akan tetapi, penularan lewat
seks oral hanya akan terjadi bila terdapat luka terbuka di mulut penderita, misalnya seperti gusi
berdarah atau sariawan.

Berbagi jarum suntik: Berbagi penggunaan jarum suntik dengan penderita HIV, adalah salah satu cara
yang dapat membuat seseorang tertular HIV. Misalnya menggunakan jarum suntik bersama saat
membuat tato, atau saat menggunakan NAPZA suntik.

Transfusi darah: Penularan HIV dapat terjadi saat seseorang menerima donor darah dari penderita HIV.

Selain melalui berbagai cara di atas, HIV juga bisa menular dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya.
Penularan virus HIV pada anak juga dapat terjadi pada proses melahirkan, atau melalui air susu ibu saat
proses menyusui.

Perlu diketahui, HIV tidak menyebar melalui kontak kulit seperti berjabat tangan atau berpelukan
dengan penderita HIV. Penularan juga tidak terjadi melalui ludah, kecuali bila penderita mengalami
sariawan, gusi berdarah, atau terdapat luka terbuka di mulut.

-Pemeriksaan Fisik

Tes antibodi, Tes antigen, Hitung sel CD4, Pemeriksaan viral load (HIV RNA), Tes resitensi (kekebalan)

-Pemeriksaan Penunjang

Antibodi HIV adalah protein yang diproduksi tubuh sebagai respons terhadap infeksi HIV. Tes antibodi
terdiri atas beberapa jenis, antara lain: ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay).

3. stadium I

Stadium 1 adalah fase di mana gejala HIV awal sudah mulai hilang, disebut sebagai infeksi HIV
asimtomatik. Meski begitu, fase ini tidak atau belum dikategorikan sebagai AIDS.
Pada stadium ini, penderita tidak menunjukkan gejala, dan kalau pun ada gejalanya hanya berupa
pembesaran kelenjar getah bening di berbagai bagian tubuh penderita, misalnya leher, ketiak, dan
lipatan paha.

Periode tanpa gejala dapat terjadi bertahun-tahun, bisa 5-10 tahun tergantung dari daya tahan tubuh
penderita. Rata-rata, para penderita HIV akan berada di stadium ini selama 7 tahun.

ODHA pun kerap masih tampak normal layaknya orang sehat pada umumnya. Alhasil, banyak yang tidak
menyadari bahwa mereka telah terinfeksi virus HIV dan menularkannya ke orang lain.

stadium II

Pada gejala HIV stadium ini, daya tahan tubuh ODHA umumnya sudah mulai turun. Virus menunjukkan
aktivitasnya pada daerah yang memiliki membran mukosa kecil. Gejalanya beragam, tapi masih belum
khas atau begitu spesifik.

Biasanya hal ini terjadi pada pasien yang memiliki gaya hidup tidak berisiko tinggi dan masih belum
mengetahui bahwa dirinya sudah terinfeksi. Akibatnya, mereka tidak melakukan pemeriksaan darah dan
otomatis tidak memperoleh pengobatan dini untuk mencegah percepatan masuk ke stadium infeksi HIV
berikutnya.

stadium III

Fase ini disebut fase simptomatik, yang sudah ditandai dengan adanya gejala-gejala infeksi primer.
Gejala yang timbul pada stadium III ini cukup khas sehingga kita bisa mengarah pada dugaan diagnosis
infeksi HIV/AIDS.

Penderita biasanya akan merasa lemah dan menghabiskan waktu 50% di tempat tidur. Namun,
diperlukan pemeriksaan darah untuk menegakkan diagnosis dengan tepat. Rentang waktu dari gejala
HIV stadium III menuju AIDS rata-rata 3 tahun.

4. AIDS hanya bisa menular lewat kontak cairan tubuh seperti darah, cairan vagina, cairan mani dan ASI.

5. ibu pengidap HIV/AIDS yang melahirkan secara normal meningkatkan risiko penularan HIV ke bayinya
sebanyak 1,5 kali lipat. Sebab, persalinan normal melibatkan paparan cairan vagina dan darah kepada
bayi baru lahir.

ASI juga menjadi salah satu medium penularan HIV dari ibu ke anak (transmisi vertikal).Ibu dengan
HIV/AIDS tidak boleh menyusui bayinya, karena menyusui bisa meningkatkan risiko penularan hingga
tiga kali lipat

Anda mungkin juga menyukai