Anda di halaman 1dari 9

TUGAS HIV AIDS

Di Susun Oleh:

Afandi:202001137

PROGRAM STUDI S1 NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYA NUSANTARA PALU

2020
A. Pengertian HIV dan AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada
tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, maka tubuh tidak lagi
memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.

B. Proses Penularan HIV


Pada dasarnya, HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh, termasuk darah, air mani,
cairan vagina, dan air susu ibu yang terinfeksi HIV. Siapa pun dari segala usia, ras,
maupun jenis kelamin bisa terinfeksi HIV, termasuk bayi yang lahir dari ibu dengan HIV.
Beberapa metode penularan HIV antara lain adalah melalui:
1) Hubungan seks
Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seksual tanpa kondom, baik itu
melalui vagina, anal, maupun seks oral. Selain itu seseorang yang suka berganti-
ganti pasangan seksual juga lebih berisiko untuk terkena HIV.
2) Penggunaan jarum suntik
HIV dapat ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi darah orang yang
terinfeksi HIV. Berbagi pakai jarum suntik atau menggunakan jarum suntik bekas
membuat seseorang berisiko sangat tinggi tertular penyakit, termasuk HIV.
3) Kehamilan, persalinan atau menyusui
Seorang ibu yang terinfeksi HIV dan mengandung atau menyusui berisiko tinggi
untuk menularkan HIV kepada bayinya. Penting untuk berkonsultasi dengan
dokter jika Anda adalah penderita HIV yang tengah hamil agar risiko penularan
HIV pada bayi bisa ditekan.
4) Transfusi darah
Dalam sebagian kasus, penularan HIV juga bisa terjadi melalui transfusi darah.
Namun, kejadian ini semakin jarang terjadi karena adanya penerapan uji
kelayakan donor, termasuk donor darah, organ ataupun donor jaringan tubuh
Dengan pengujian yang layak, penerima donor darah memiliki risiko yang rendah
untuk terinfeksi HIV.

C. Tanda dan Gejala HIV


Banyak orang dengan HIV tidak tahu kalau mereka terinfeksi. Hal ini karena gejala dan
tanda-tanda HIV/AIDS pada tahap awal sering kali tidak menimbulkan gejala berat.
Infeksi HIV hingga menjadi AIDS terbagi menjadi 3 fase, yaitu:
1) Fase pertama: infeksi HIV akut
Fase pertama umumnya muncul setelah 1-4 minggu infeksi HIV terjadi. Pada fase
awal ini, penderita HIV akan mengalami gejala mirip flu, seperti:
 Sariawan
 Sakit kepala
 Kelelahan
 Radang tenggorokan
 Hilang nafsu makan
 Nyeri otot
 Ruam
 Pembengkakan kelenjar getah bening
 Berkeringat
 Gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS tersebut dapat muncul karena sistem
kekebalan tubuh sedang berupaya melawan virus. Gejala ini bisa bertahan
selama 1-2 minggu atau bahkan lebih.
2) Fase kedua: fase laten HIV
Pada fase ini, penderita HIV/AIDS tidak menunjukkan tanda dan gejala yang
khas, bahkan dapat merasa sehat. Padahal secara diam-diam, virus HIV sedang
berkembang biak dan menyerang sel darah putih yang berperan dalam melawan
infeksi. Pada fase ini, tanda-tanda HIV/AIDS memang tidak terlihat, tapi
penderita tetap bisa menularkannya pada orang lain. Pada akhir fase kedua, sel
darah putih berkurang secara drastis sehingga gejala yang lebih parah pun mulai
muncul.
3) Fase ketiga: AIDS
AIDS merupakan fase terberat dari infeksi HIV. Pada fase ini, tubuh hampir
kehilangan kemampuannya untuk melawan penyakit. Hal ini karena jumlah sel

darah putih berada jauh di bawah normal. Tanda-tanda HIV AIDS pada tahap ini
antara lain berat badan menurun drastis, sering demam, mudah lelah, diare kronis,
dan pembengkakan kelenjar getah bening. Karena pada fase AIDS sistem
kekebalan tubuh sudah sangat lemah, maka penderita HIV/AIDS akan sangat
rentan terkena infeksi dan jenis kanker tertentu. Penyakit yang biasanya terjadi
pada penderita AIDS antara lain:
 Infeksi jamur pada mulut dan tenggorokan
 Pneumonia
 Toksoplasmosis
 Meningitis
 Tuberkulosis (TB)
 Kanker, seperti limfoma dan sarkoma kaposi

D. Jenis Tes HIV


Terdapat beragam jenis tes HIV. Meski begitu, tidak ada tes HIV yang sempurna. Oleh
karena itu, terkadang perlu dilakukan beberapa tes atau pengulangan tes untuk
memastikan diagnosis.
Secara umum, ada tiga jenis utama tes HIV, yaitu:
1) Tes antibodi
Tes HIV jenis ini dilakukan untuk mendeteksi antibodi HIV dalam darah.
Antibodi HIV adalah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh
sebagai respons terhadap infeksi HIV, biasanya 1–3 bulan setelah terinfeksi.
Umumnya, tes ini digunakan untuk skrining awal.
Tes antibodi terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
 ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay)
ELISA dilakukan dengan memasukkan sampel darah ke dalam wadah
yang berisi antigen HIV. Jika darah mengandung antibodi HIV, warna
darah akan mengalami perubahan.
 Rapid HIV test
Secara prosedur, rapid HIV test hampir sama dengan ELISA. Bahkan, tes
ini cenderung lebih mudah dilakukan. Hasil tes pun dapat keluar pada hari
yang sama. Hanya saja, meski prosesnya mudah dan hasilnya cepat keluar,
rapid HIV test memiliki tingkat akurasi yang rendah, sehingga
memerlukan tes lanjutan.
Umumnya, tes HIV yang mendeteksi antibodi HIV memerlukan tes lanjutan
untuk memperkuat hasil tes. Tes lanjutan tersebut dinamakan confirmatory assay.
Confirmatory assay dilakukan dengan menggunakan metode pemisahan protein
antibodi yang diekstrak dari sel darah. Selain untuk mengonfirmasi hasil tes,
confirmatory assay juga dilakukan untuk membedakan jenis virus HIV, apakah
HIV-1 atau HIV-2.
2) Tes PCR (polymerase chain reaction)
Tes PCR digunakan untuk mendeteksi materi genetik (RNA atau DNA) HIV
dalam darah. Sama seperti tes antibodi, tes ini dilakukan dengan mengambil
sampel darah untuk kemudian diperiksa lebih lanjut di laboratorium.
Tes PCR adalah tes HIV yang paling akurat. Tes ini bahkan dapat mendeteksi
infeksi HIV walaupun sistem kekebalan tubuh belum memproduksi antibodi
terhadap virus tersebut. Namun sayangnya, tes ini jarang digunakan karena
membutuhkan biaya yang cukup besar dan waktu serta tenaga yang banyak.
3) Tes kombinasi antibodi-antigen (Ab-Ag test)
Ab-Ag test dilakukan untuk mendeteksi antigen HIV yang dikenal dengan p24
dan/atau antibodi HIV-1 atau HIV-2. Antigen bisa didapatkan dalam darah lebih
cepat daripada antibodi. Oleh karena itu, tes ini dapat digunakan untuk
mendeteksi HIV sekitar 2–6 minggu setelah waktu perkiraan infeksi.

Prosedur Tes HIV


Tes HIV umumnya dilakukan melalui prosedur pengambilan sampel darah, yang hanya
memakan waktu kurang dari 5 menit. Pengambilan sampel darah ini biasanya dilakukan
di lipatan siku. Berikut ini adalah langkah-langkah pengambilan sampel darah:
1) Dokter akan mengikat lengan atas pasien dengan tali elastis untuk membendung
aliran darah, sehingga pembuluh darah di sekitar ikatan lebih terlihat dan mudah
untuk ditusuk.
2) Dokter akan membersihkan area kulit yang akan ditusuk jarum dengan alkohol.
3) Usai kulit dibersihkan, dokter akan menusukkan jarum yang terhubung dengan
tabung penampung darah ke pembuluh darah vena pasien.
4) Setelah jumlah darah yang diambil cukup, dokter akan melepaskan tali elastis dari
lengan pasien.
5) Ketika jarum dilepas, pasien perlu menekan area suntikan dengan kapas atau kain
kasa beralkohol agar perdarahan berhenti.
6) Kemudian, dokter akan menutup area suntikan dengan perban atau plester luka.

E. Perawatan Diri dan Pengobatan HIV


Perawatan Diri HIV
Setelah didiagnosis dengan HIV/AIDS, mungkin hidup Anda akan berubah. Namun,
bukan berarti hidup dengan HIV membuat Anda tidak lagi pantas memiliki hak yang
sama dengan orang yang tidak terdiagnosis. Setiap orang dengan HIV/AIDS tetap bisa
aktif mengambil peran di dalam lingkungan bermasyarakat, termasuk dengan terus
beraktivitas dan bekerja dengan normal.
1) Rajin minum obat
Tips sehat untuk ODHA yang paling pertama adalah rajin minum obat. Penyakit
HIV tidak bisa disembuhkan. Namun, penderita HIV bisa menjalani pengobatan
yang ada dilakukan untuk mencegah penyebaran virus ke orang lain sekaligus
mengendalikan gejala HIV dan risiko komplikasi. Antriretrovirus (ART)
merupakan jenis obat yang digunakan untuk penderita HIV. Pengobatan melalui
ART ini dilakukan untuk memaksimalkan penekanan virus HIV dan
menghentikan perkembangan penyakit HIV. Dokter menganjurkan ART untuk
semua penderita AIDS dan HIV sesegera mungkin setelah diagnosis. Sangat
penting bagi para ODHA untuk rutin minum obat sesuai dengan yang resepkan
oleh dokter. Pasalnya, HIV bisa berkembang melemahkan sistem kekebalan
tubuh. Bahkan, melewatkan satu dosis pengobatan dapat menyebabkan virus kebal
alias resisten terhadap obat-obatan. Ketika virus sudah kebal, risiko untuk
penderita untuk penularan HIV ke orang lain semakin besar. Tak hanya itu,
kondisi penderita AIDS dan HIV pun juga bisa semakin memburuk karena sistem
imun yang semakin lemah diserang oleh berbagai virus.
2) Jaga pola makan sehat
Asupan makanan yang sehat dan bergizi seimbang merupakan tips sehat untuk
ODHA berikutnya. Asupan makanan yang baik dapat membantu meningkatkan
sistem kekebalan tubuh penderita aids dan HIV, meringankan gejala, serta
mencegah terjadinya komplikasi HIV. Pastikan makanan yang Anda konsumsi
mengandung gizi seimbang yang meliputi protein, karbohidrat, serat, lemak baik,
serta vitamin dan mineral. Jangan lupa, hitung juga asupan kalori yang masuk ke
dalam tubuh. Biasanya ODHA mengalami penurunan berat badan secara drastis.
Jika badan penderita HIV semakin kurus, maka semakin banyak pula kalori yang
dibutuhkan.
3) Rutin olahraga
Sistem imun yang terus melemah membuat ODHA rentan terhadap berbagai
infeksi virus. Namun, penelitian menemukan bahwa olahraga dengan intensitas
rendah sampai sedang justru dapat membantu para ODHA terhindar dari berbagai
risiko infeksi virus lainnya. Pilihlah jenis olahraga yang Anda sukai, entah itu
yoga, berlari, bersepeda, berenang, atau bahkan sekadar jalan kaki. Melakukan
sesuatu hal yang memang Anda sukai dapat mendorong Anda untuk tetap
melakukannya, termasuk dalam urusan olahraga.
4) Kurangi risiko penularan kepada orang lain
HIV menyebar melalui cairan tubuh tertentu dari orang yang terinfeksi HIV
seperti darah, air mani (yang mengandung sperma), cairan praejakulasi, cairan
rektum, cairan vagina, dan ASI.

Pengobatan HIV
Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada jenis
obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebu
antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan
virus HIV untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel
CD4. Jenis obat ARV memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz,
Lamivudin, Zidovudin, dan juga Nevirapine. Selama mengonsumsi obat antiretroviral,
dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pengidap
terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3–6 bulan. Sedangkan
pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal pengobatan, lalu dilanjutkan tiap 3–4
bulan selama masa pengobatan. Agar perkembangan virus dapat dikendalikan,
pengidap harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis mengidap HIV. Risiko
pengidap HIV untuk terserang AIDS akan semakin besar jika pengobatan ditunda,
karena virus akan semakin merusak sistem kekebalan tubuh. Selain itu, penting bagi
pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter. Konsumsi obat yang
terlewat hanya akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk
kondisi pengidap. Segera minum obat jika jadwal konsumsi obat pengidap dan tetap
ikuti jadwal berikutnya. Namun jika dosis yang terlewat cukup banyak, segera
bicarakan dengan dokter. Kondisi pengidap juga memengaruhi resep atau dosis yang
sesuai. Dokter juga dapat menggantinya sesuai dengan kondisi pengidap. Selain itu,
pengidap juga boleh untuk mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari.

F. VCT
Tes HIV atau juga sering disebut dengan VCT (Voluntary Counseling and Testing)
adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui status HIV dan dilakukan secara sukarela
serta melalui proses konseling terlebih dahulu.

G. Windowplor
Masa atau periode jendela HIV (window period of HIV) adalah rentang waktu yang
dibutuhkan virus untuk membentuk antibodi dalam darah sampai infeksi virus terdeteksi
di dalam tubuh. Masa jendela HIV penting diketahui untuk menentukan kapan waktu tes
yang tepat sehingga bisa memperoleh hasil diagnosis HIV yang akurat.

Anda mungkin juga menyukai