Anda di halaman 1dari 7

HIV/AIDS

 HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia, yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. AIDS sebenarnya penyakit yang
berasal dari Negara Afrika dan hanya terdapat pada kera, dan tanpa disadari virus HIV tersebut
menular ke manusia dan dari situlah virus HIV menyebar ke berbagai negara. Sampai sekarang
ini masih banyak kasus HIV/AIDS di berbagai negara, mungkin karena kurangnya pengetahuan
penduduknya atau karena penduduknya yang menganggap penyakit HIV/AIDS hanya penyakit
biasa saja.

         Di Indonesia masih banyak kasus HIV/AIDS, dan pada tahun 2014 negara Indonesia
mendapat rapor merah dari The Joint United Nation Program On HIV/AIDS (UNAIDS).
Indonesia mendapat rapor merah karena dianggap kurang memperhatikan pasien-pasien
penderita penyakit HIV/AIDS dan kematian penderita penyakit HIV/AIDS di Indonesia masih
tinggi. Sampai saat ini Indonesia juga merupakan negara dengan kasus HIV/AIDS yang tinggi
karena tiap tahunnya kasus HIV/AIDS di Indonesia selalu meningkat.

          Penyakit HIV tidak hanya menular pada orang dewasa saja, tetapi penyakit HIV juga
menular kepada anak kecil sejak anak tersebut masih dalam kandungan. Penyakit HIV/AIDS
menular kepada anak kecil di karenakan orangtua nya menderita HIV/AIDS. Akan tetapi banyak
orang tua tidak mengetahui bahwa dia menderita penyakit HIV/AIDS, dan ada juga orang tua
yang membiarkan penyakit tersebut. Sehingga anaknya juga menderita penyakit yang mereka
derita.

          Masyarakat Indonesia masih banyak yang kurang memiliki pengetahuan tentang
bahayanya terkena HIV/AIDS dan menyebabkan masih banyak orang yang terkena atau pun
menderita penyakit HIV/AIDS. Dan ada juga kesalahan yang tidak di inginkan misalnya,
penularan dari pasien ke perawat juga sering terjadi, dikarekan perawat tersebut kurang berhati-
hati dalam merawat pasien penderita HIV/AIDS.

         Ada pun gejala yang dapat disebabkan oleh penyakit HIV/AIDS diantaranya infeksi jamur
pada mulut dan kerongkongan, pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh (dibawah
telinga, leher, ketiak, dan lipatan paha), dan menurunnya berat badan secara drastis dikarenakan
sistem kekebalan tubuh menurun semua itu disebabkan oleh virus HIV/AIDS yang telah
menyebar ke seluruh tubuh dan mengakibatkan terjadinya infeksi diorgan tertentu contohnya
infeksi jaringan kulit rambut.

           Cara mencegah HIV/AIDS ialah dengan kita melakukan penyuluhan kepada masyarakat
terutama pada anak usia remaja, karena anak usia remaja sangat mudah terpengaruh dengan
lingkungan sekitarnya. Dan anak usia remaja merupakan bibit kita untuk merubah bangsa ini di
kemudian hari. Dengan kita melakukan penyuluhan kepada masyarakat sama saja kita sudah
mengurangi angka penderita HIV/AIDS dan lebih utamanya kita sudah mengurangi angka
kematian akibat penyakit HIV/AIDS.
oleh : Oleh: Abdul Haris R Pangulu

Pengertian HIV dan AIDS


HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. 

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada
tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, tubuh tidak lagi memiliki
kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.

Dengan menjalani pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa memperlambat


perkembangan penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa menjalani hidup dengan
normal. 

Penyebab HIV dan AIDS


Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan melalui
hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak
steril saat memakai narkoba. 

Seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak
beberapa minggu sejak tertular. Semua orang berisiko terinfeksi HIV.

Faktor Risiko HIV dan AIDS


Kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi, antara lain:

 Orang yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan sesama
jenis maupun heteroseksual.
 Orang yang sering membuat tato atau melakukan tindik.
 Orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain.
 Pengguna narkotika suntik.
 Orang yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik. 

Gejala HIV dan AIDS


Gejala HIV dan AIDS tergantung pada tahap mana orang tersebut terinfeksi.

Tahap Pertama:

 Tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.


 Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah
terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.
 Timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah
bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.

Tahap Kedua:

 Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun.


 Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.
 Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang lain.
 Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.

Tahap Ketiga:

 Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut menjadi
AIDS.
 Demam terus-menerus lebih dari sepuluh hari.
 Merasa lelah setiap saat.
 Sulit bernapas.
 Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama.
 Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina.
 Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang.
 Hilang nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis. 

Diagnosis HIV dan AIDS


Tes HIV harus dilakukan untuk memastikan seseorang mengidap HIV atau tidak.
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai langkah diagnosis adalah dengan mengambil
sampel darah atau urine pengidap untuk diteliti di laboratorium. 

Jenis pemeriksaan untuk mendeteksi HIV, antara lain:

 Tes antibodi

Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi HIV.
Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi dalam tubuh cukup tinggi
untuk terdeteksi saat pemeriksaan.

 Tes antigen
Tes antigen bertujuan mendeteksi protein yang menjadi bagian dari virus HIV, yaitu
p24. Tes antigen tersebut dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pengidap yang dicurigai
terinfeksi HIV.

Jika skrining menunjukkan pengidap terinfeksi HIV (HIV positif), pengidap perlu
menjalani tes selanjutnya. Tujuannya untuk memastikan hasil skrining, membantu
dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan
yang tepat. 

Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pengidap, untuk selanjutnya diteliti
di laboratorium. Tes tersebut, antara lain:

 Hitung sel CD4 

CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Jumlah CD4
normal berada dalam rentang 500–1400 sel per milimeter kubik darah. AIDS terjadi jika
hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah.

 Pemeriksaan viral load (HIV RNA)

Bertujuan untuk menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan
diri. Jumlah RNA yang lebih dari 100.000 kopi per mililiter darah, menandakan infeksi
HIV baru saja terjadi atau tidak tertangani. 

Sedangkan jumlah RNA yang berada di bawah 10.000 kopi per mililiter darah,
menunjukan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat, tetapi kerusakan pada sistem
kekebalan tubuh tetap terjadi.

 Tes resitensi (kekebalan) 

Dilakukan untuk menentukan obat anti HIV jenis apa yang tepat bagi pengidap. Hal ini
dikarenakan beberapa pengidap memiliki resistensi terhadap obat tertentu.

Pengobatan HIV dan AIDS


Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada jenis
obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut
antiretroviral (ARV). 

ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk
menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Jenis obat ARV
memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz, Lamivudin, Zidovudin, dan
juga Nevirapine.

Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel
CD4 untuk menilai respons pengidap terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan
dilakukan tiap 3–6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal
pengobatan, lalu dilanjutkan tiap 3–4 bulan selama masa pengobatan.

Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus segera mengonsumsi


ARV begitu didiagnosis mengidap HIV. Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS akan
semakin besar jika pengobatan ditunda, karena virus akan semakin merusak sistem
kekebalan tubuh. 

Selain itu, penting bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter.
Konsumsi obat yang terlewat hanya akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat
dan memperburuk kondisi pengidap.

Segera minum obat jika jadwal konsumsi obat pengidap dan tetap ikuti jadwal
berikutnya. Namun jika dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan dengan
dokter. 

Kondisi pengidap juga memengaruhi resep atau dosis yang sesuai. Dokter juga dapat
menggantinya sesuai dengan kondisi pengidap. Selain itu, pengidap juga boleh untuk
mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari.

Komplikasi HIV dan AIDS


Infeksi HIV melemahkan sistem kekebalan membuat orang yang terinfeksi lebih
mungkin untuk mengembangkan banyak infeksi dan jenis kanker tertentu. Komplikasi
HIV dan AIDS yang bisa terjadi adalah:

 Pneumocystis Pneumonia (PCP)

Infeksi jamur PCP dapat menyebabkan komplikasi pneumonia parah. 

 Kandidiasis (sariawan)

Kandidiasis adalah komplikasi dari HIV yang dapat menyebabkan peradangan dan
memicu pertumbuhan lapisan putih tebal di mulut, lidah, kerongkongan atau vagina.

 Tuberkulosis (TB)

TB adalah infeksi oportunistik umum yang terkait dengan HIV. Di seluruh dunia, TB
adalah penyebab utama kematian di antara orang-orang dengan AIDS. 

 Sitomegalovirus

Sistem kekebalan yang sehat dapat menonaktifkan virus, tetapi jika sistem kekebalan
melemah, virus bisa muncul kembali dan menyebabkan kerusakan pada mata, saluran
pencernaan, paru-paru, atau organ lainnya.

 Meningitis kriptokokus
Meningitis adalah peradangan pada selaput dan cairan yang mengelilingi otak dan
sumsum tulang belakang (meninges). Meningitis kriptokokus adalah infeksi sistem saraf
pusat umum yang terkait dengan HIV, yang disebabkan oleh jamur yang ditemukan di
tanah.

 Toksoplasmosis

Infeksi yang berpotensi mematikan ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii, parasit yang
disebarkan terutama oleh kucing. Kucing yang terinfeksi menyebarkan parasit di tinja
mereka, yang dapat menyebar ke hewan lain dan manusia. Toksoplasmosis dapat
menyebabkan penyakit jantung, dan kejang terjadi ketika menyebar ke otak.

 Limfoma

Limfoma adalah komplikasi kanker yang umumnya terjadi sebagai akibat dari HIV/AIDS.
Tanda awal paling umum dari kondisi limfoma adalah pembengkakan kelenjar getah
bening tanpa rasa sakit di leher, ketiak, atau selangkangan.

 Sarkoma kaposi

Sarkoma kaposi juga tumor yang kerap muncul sebagai komplikasi dari infeksi
HIV/AIDS. Sarkoma kaposi dapat memengaruhi organ dalam, termasuk saluran
pencernaan dan paru-paru.

 Kanker terkait HPV 

Ini adalah kanker yang disebabkan oleh infeksi human papillomavirus (HPV) dan bisa
terjadi pada area anal, mulut, dan serviks.

 Sindrom wasting 

HIV/AIDS yang tidak diobati dapat menyebabkan penurunan berat badan yang
signifikan, sering disertai dengan diare, kelemahan kronis dan demam.

 Komplikasi neurologis 

HIV/AIDS dapat menyebabkan gejala neurologis seperti kebingungan, pelupa, depresi,


kecemasan dan kesulitan berjalan. Gangguan neurokognitif terkait HIV/AIDS berkisar
dari gejala ringan perubahan perilaku dan penurunan fungsi mental hingga demensia
parah yang menyebabkan kelemahan dan ketidakmampuan untuk berfungsi.

 Penyakit ginjal

Nefropati terkait HIV adalah peradangan pada filter kecil di ginjal yang menghilangkan
kelebihan cairan dan limbah dari darah untuk kemudian diteruskan ke urine. 
 Penyakit hati

Penyakit hati juga merupakan komplikasi utama dari HIV/AIDS. 

Pencegahan HIV dan AIDS


Ada berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan AIDS,
antara lain:

 Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan intim.


 Hindari berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan.
 Bersikap jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV, agar pasangan juga
menjalani tes HIV.
 Diskusikan dengan dokter jika didiagnosis positif HIV saat hamil, mengenai
penanganan selanjutnya, dan perencanaan persalinan, untuk mencegah
penularan dari ibu ke janin.
 Bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.
 Jika menduga baru terinfeksi atau tertular virus HIV, seperti setelah melakukan
hubungan intim dengan pengidap HIV, maka harus segera ke dokter. Tujuannya
agar mendapatkan obat post-exposure prophylaxis (PEP) yang dikonsumsi
selama 28 hari dan terdiri dari 3 obat antiretroviral.

https://www.halodoc.com/kesehatan/hiv-dan-aids
https://disperkimta.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/hiv-aids-69

Anda mungkin juga menyukai