Anda di halaman 1dari 64

KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA DI FASILITAS PELAYANAN


KESEHATAN
(PERMENKES NO 52 TAHUN 2018)

By.Neneng Tuti S,S.Si.,MMRS


INTRODUCTION
1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) : suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif,
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat.

2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (K3 di Fasyankes):


segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi fasilitas pelayanan kesehatan, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun masyarakat di sekitar lingkungan Fasyankes
agar sehat, selamat, dan bebas dari gangguan kesehatan dan pengaruh buruk yang
diakibatkan dari pekerjaan, lingkungan, dan aktivitas kerja.

3. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Fasyankes : bagian dari
sistem manajemen Fasyankes secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko
yang berkaitan dengan aktivitas proses kerja di Fasyankes guna terciptanya lingkungan
kerja yang sehat, selamat, aman dan nyaman.

4. SDM Fasyankes : semua tenaga yang bekerja di Fasyankes baik tenaga kesehatan dan
tenaga non kesehatan.
TUJUAN

Pengaturan K3 di Fasyankes
bertujuan untuk terselenggaranya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Fasyankes secara optimal,
efektif, efisien dan
berkesinambungan.
TOPIK BAHASAN

01 02 03
LINGKUP SMK3 DI PENDIDIKAN &
Standar K3 di Fasyankes
FASYANKES PELATIHAN K3

04 05 06
PENCATATAN & PEMBINAAN DAN
PENILAIAN PENGAWASAN
PELAPORAN
LINGKUP SMK3
DI FASYANKES
SMK3 di Fasyankes meliputi:

1. Penetapan kebijakan K3 di
Fasyankes (Kebijakan & Tujuan,
Pengorganisasian)
2. Perencanaan K3 di Fasyankes
3. Pelaksanaan rencana K3 di
Fasyankes
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3
di Fasyankes
5. Peninjauan dan peningkatan kinerja
K3 di Fasyankes
1. Penetapan kebijakan K3 di Fasyankes (Kebijakan & Tujuan)

• Kebijakan dan tujuan Program K3 di Fasyankes ditetapkan


oleh pimpinan tertinggi Fasyankes dan dituangkan secara
resmi dan tertulis
• Mudah dan mengerti serta diketahui oleh seluruh
manajemen Fasyankes
• Semua pihak di Fasyankes bertanggung jawab mendukung
dan menerapkan kebijakan pelaksanaan K3
• Sosialisasi dengan berbagai upaya : rapat , spanduk, banner,
poster, audiovisual, dan lain-lain
CONTOH
1. Penetapan kebijakan K3 di Fasyankes (Pengorganisasian)

• Membentuk Tim K3 (SK Pimpinan), Penanggung Jawab K3 (Praktek Mandiri)


• Tugas penanggung jawab K3
1. Menyusun rencana program K3 di Fasyankes.

2. Melaksanakan program K3 di Fasyankes.

3. Mengumpulkan, mengolah, menganalisis data terkait K3 di Fasyankes,


dan menginformasikan kepada seluruh SDM Fasyankes.
4. Menyusun dan memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan
kepada pimpinan Fasyankes yang berkaitan dengan K3 di Fasyankes.
5. Melakukan pencatatan dan pelaporan terkait dengan pelaksanaan
kegiatan K3 di Fasyankes
Tugas tim K3 di Fasyankes :
1) Mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data terkait K3 di Fasyankes.
2) Menyusun dan memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan kepada
Pimpinan yang berkaitan dengan K3 di Fasyankes.
3) Menyusun rencana program K3 di Fasyankes.
4) Merumuskan kebijakan, pedoman, petunjuk pelaksanaan, dan standar prosedur
operasional.
5) Melaksanakan program K3 di Fasyankes.
6) Mengadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya disampaikan kepada seluruh
SDM Fasyankes.
7) Membantu pimpinan Fasyankes dalam menyelenggarakan SMK3 di Fasyankes,
promosi, penelitian sederhana, dan pelatihan terkait K3 di Fasyankes.
8) Melakukan investigasi dalam setiap kejadian penyakit akibat kerja dan kecelakaan
akibat kerja.
9) Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru dan pembangunan
gedung, serta pemeliharaannya.
10) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan K3 di Fasyankes.
11) Melakukan pencatatan dan pelaporan terkait dengan pelaksanaan kegiatan K3 di
Fasyankes
2. perencanaan K3 di Fasyankes : berdasar Man Risk
2. perencanaan K3 di Fasyankes : berdasar Man Risk

Berdasarkan identifikasi risiko tersebut, selanjutnya Fasyankes


membuat perencanaan K3 di Fasyankes. Contoh penyusunan
perencanaan K3 di Fasyankes dapat melihat tabel berikut
3. PelaksanaanRencana Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pelaksanaan rencana K3 di Fasyankes
dilaksanakan berdasarkan rencana yang telah
ditetapkan dan merupakan bagian
pengendalian risiko K3. Pelaksanaan K3 di
Fasyankes sesuai dengan standar K3 di
Fasyankes
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 di Fasyankes

• INSPEKSI SECARA TERATUR


• INSPEKSI OLEH TIM K3
• MASUKAN DARI PETUGAS
• DAFTAR PERIKSA
• TINDAKAN KOREKTIF
• LAPORAN INSPEKSI
5. Peninjauan dan peningkatan kinerja K3 di Fasyankes

• Peninjauan dilakukan setiap tahun terhadap kinerja K3 di Fasyankes.


• Peninjauan dilakukan untuk menjamin kesesuaian dan efektifitas penyelenggaraan K3 di
Fasyankes. Peninjauan dilakukan terhadap kebijakan, perencanaan, pelaksanaan
rencana, dan pemantauan dan evaluasi.
• Berdasarkan hasil peninjauan, dilakukan perbaikan dan peningkatan kinerja K3 di
Fasyankes.
• Indikator yang dapat dipakai antara lain adanya:
a. komitmen dan kebijakan pimpinan : lembar komitmen.
b. SK Tim K3 di Fasyankes atau Penunjukan pengelola K3
c. rencana kerja terkait K3
d. dukungan sumber daya terlatih, alokasi dana, sarana dan prasarana peralatan penunjang K3
e. SOP K3.
f. standar K3 dilaksanakan
g. peningkatan kapasitas dan pelatihan K3.
h. pencatatan dan pelaporan terkait K3
Standar K3
di Fasyankes
STANDAR K3 FASYANKES
1. pengenalan potensi bahaya dan pengendalian risiko K3 di Fasyankes;
2. penerapan kewaspadaan standar; 🡪 PPI Pencegahan Pengendalian Infeksi
3. penerapan prinsip ergonomi;
4. pemeriksaan kesehatan berkala;
5. pemberian imunisasi;
6. pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat di Fasyankes;
7. pengelolaan sarana dan prasarana Fasyankes dari aspek keselamatan dan
kesehatan kerja;
8. pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja;
9. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana, termasuk kebakaran;
10. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan
beracun; dan
11. pengelolaan limbah domestik
Standar 1 ; pengenalan potensi bahaya dan pengendalian risiko K3

1. Pengenalan potensi bahaya


2. Penilaian risiko
3. Pengendalian risiko
• Eliminasi merupakan langkah pengendalian
yang menjadi pilihan pertama untuk
mengendalikan pajanan karena
menghilangkan bahaya dari tempat kerja.
• Subtitusi merupakan upaya penggantian
bahan, alat atau cara kerja dengan alternatif
lain dengan tingkat bahaya yang lebih
rendah
• Pengendalian Teknik merupakan
pengendalian rekayasa desain alat dan/atau
tempat kerja. (kaca antara petugas loket
dengan pengunjung/ pasien)
• Pengendalian administrasi berfungsi untuk
membatasi pajanan pada pekerja.
• Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
dalam mengendalikan risiko keselamatan
dan kesehatan kerja merupakan hal yang
sangat penting, khususnya terkait bahaya
biologi dengan risiko yang paling tinggi
terjadi.
APD dan Lokasi Pemakaian
No Jenis APD Lokasi Pemakaian Gambar Kegunaan
APD
1 Penutup kepala Laboratorium, ruang melindungi kepala dari
sterilisasi, ruang mikroorganisme yang ada
tindakan, ruang KIA, dirambut & kulit kepala petugas
dapur terhadap alat- alat/daerah steril
juga sebaliknya melindungi
kepala/rambut petugas dari
percikan bahan–bahan dari
pasien.
2 Kacamata Laboratorium, ruang melindungi mata dari paparan
khusus tindakan dokter gigi, bahan kimia berbahaya, percikan
ruang sterilisasi, darah dan cairan tubuh, uap
ruang insersi IUD, panas, sinar UV dan pecahan
pertolongan kaca (scrub).
persalinan, ruang
pembuatan
kacamata
Pelindung Laboratorium, ruang tindakan melindungi wajah dari
wajah dokter gigi, ruang persalinan terpapar cairan tubuh,
darah, dan percikan
bahan-bahan kimia.

Masker Ruang persalinan, ruang melindungi pernafasan dari


tindakan untuk kasus infeksi, mikrobakterium dan virus
balai pengobatan, ruang yang ada di udara, dan
tindakan dokter gigi, balai zatzat kimia yang
pengobatan, laboratorium, digunakan
loket, ruang rekam medik,
ruang farmasi, dapur, cleaning
service, ruang pembuatan
kacamata, unit transfusi darah
Jas lab / Apron: Ruang sterilisasi, ruang melindungi tubuh dari
Apron persalinan, radiologi, ruang darah dan cairan tubuh,
tindakan dokter gigi, ruang zat-zat kimia yang
tindakan untuk kasus infeksi digunakan, dan limbah
Jas Lab : Ruang Laboratorium, yang ada.
ruang Farmasi
Sarung Ruang tindakan, melindungi tangan dari
tangan ruang KIA, ruang darah dan cairan tubuh,
tindakan dokter gigi, zatzat kimia yang dig
ruang sterilisasi,
laboratorium, dapur,
cleaning service,
optik, ruang farmasi,
unit tansfusi darah
Sepatu boot Tempat pembuangan melindungi kaki dari darah,
limbah, ruang laundry, cairan tubuh, zatzat kimia
pertolongan yang digunakan, benturan
persalinan benda keras dan tajam,
serta limbah yang ada
Coverall Ruang observasi melindungi seluruh tubuh
khusus dalam dari kepala sampai kaki dari
pelayanan penularan melalui percikan
kekarantinaan darah ataupun cairan tubuh
kesehatan sangat infeksius yang
masuk melalui mucous
membrane atau luka.
Penyediaan APD ini
diutamakan pada
Fasyankes yang melakukan
pelayanan dengan kasus
karantina atau Fasyankes
dengan pandemic wabah,
radiasi dan paparan bahan
kimia yang sangat toksik
STANDAR 2.
penerapan kewaspadaan standar

• Penerapan kewaspadaan standar


merupakan suatu upaya pencegahan
terhadap penularan infeksi dan paparan
bahan kimia dalam perawatan pasien di
Fasyankes.
 GLP
 GMP
GMPP: BEST PRACTICES

• Jangan pernah menyimpan makanan atau


minuman, atau barang-barang pribadi di • Pastikan pelabelan yang tepat
laboratorium • Lindungi dokumen tertulis dari kontaminasi
• Jangan pernah memasukkan bahan ke mulut menggunakan penghalang
• Kebersihan tangan • Bekerja saat lelah harus dihindari, jangan
• Pastikan api terbuka atau sumber panas tidak terburu-buru!
pernah ditempatkan di dekat persediaan yang • Jaga agar area kerja tetap rapi
mudah terbakar dan tidak pernah ditinggalkan • Melarang penggunaan earphone
tanpa pengawasan • Lepaskan perhiasan apa pun
• Pastikan bahwa penutup ditempatkan di atas • Menahan diri dari menggunakan perangkat
luka atau kulit yang rusak sebelum memasuki elektronik seluler
lab • Menyimpan perangkat elektronik bergerak
• Pastikan, sebelum masuk ke laboratorium, di tempat yang tidak mudah terkontaminasi
bahwa persediaan peralatan laboratorium dan atau menjadi sumber infeksi
bahan habis pakai, termasuk reagen, APD, dan
disinfektan, cukup dan sesuai
WHO Laboratory Biosafety Manual 4th. Ed
GMPP: PROSEDUR TEKNIS
Menghindari menghirup agen Menghindari agen biologis kontak
Menghindari injeksi agen biologis Mencegah penyebaran agen biologis
biologis dengan mulut kulit dan mata

•Minimalkan • Hindari kontak tangan • Ganti barang pecah belah dengan • Buang sampel dan biakan untuk
pembentukan bersarung tangan dengan barang plastik dibuang dalam wadah anti bocor
• Gunakan gunting dengan ujung dengan bagian atas yang
aerosol dan tetesan wajah
tumpul atau membulat diamankan dengan tepat
saat memanipulasi • Kenakan sarung tangan • Jika peralatan gelas harus • Tempatkan wadah limbah,
sampel sekali pakai setiap saat digunakan, periksa integritasnya sebaiknya yang tidak mudah pecah
• Lepaskan sarung tangan secara teratur (misalnya plastik, logam), di setiap
secara aseptik setelah • Minimalkan risiko yang terkait tempat kerja
•Hindari digunakan dan cuci tangan dengan penggunaan jarum suntik • Kosongkan wadah limbah secara
memasukkan loop • Lindungi atau lindungi atau jarum suntik teratur dan buang limbah dengan
• Jangan pernah menggunakan jarum aman
atau instrumen mulut, mata, dan wajah suntik dengan jarum sebagai • Pertimbangkan tabung terbuka
serupa langsung ke selama operasi apa pun di alternatif alat pemipetan dengan bantalan / kain kasa yang
dalam nyala api mana percikan dapat • Jangan pernah menutup kembali, direndam disinfektan
terjadi menjepit, atau melepas jarum • Dekontaminasi permukaan kerja
• Rambut aman • Buang semua benda tajam ke dengan disinfektan yang sesuai di
dalam wadah tahan tusukan yang akhir prosedur kerja dan jika ada
• Tutupi kulit yang rusak bahan yang tumpah
dilengkapi dengan penutup
• Melarang pemipetan • Wadah pembuangan tidak boleh • Pastikan disinfektan aktif terhadap
melalui mulut terisi penuh (paling banyak tiga agen yang ditangani dan dibiarkan
perempat penuh) kontak dengan bahan limbah untuk
waktu yang tepat
WHO Laboratory Biosafety Manual 4th. Ed
STANDAR 3.
penerapan prinsip ergonomi
• Tujuan penerapan ergonomi adalah agar SDM Fasyankes dapat bekerja secara
aman, nyaman, sehat, efektif, efisien dan produktif.
• Penerapan prinsip ergonomi merupakan upaya penyesuaian pekerjaan dengan
manusia, serta bagaimana merancang tugas, pekerjaan, peralatan kerja,
informasi, serta fasilitas di lingkungan kerja. Ruang lingkup yang harus
dilaksanakan sesuai persyaratan ergonomi di Fasyankes meliputi:
• Penanganan beban manual
• Postur tubuh
• Cara kerja dengan Gerakan berulang
• Shift kerja
• Duraasi kerja
• Tata letak ruang kerja
Ergonomi Kerja :
STANDAR 4.
pemeriksaan kesehatan berkala
• Pemeriksaan kesehatan bagi SDM Fasyankes
dilakukan untuk menilai status kesehatan dan
penemuan dini kasus penyakit baik akibat pekerjaan
maupun bukan akibat pekerjaan, serta mencegah
penyakit menjadi lebih parah.
• Selain itu, pemeriksaan kesehatan juga bertujuan
untuk menentukan kelaikan bekerja bagi SDM
Fasyankes dalam menyesuaikan pekerjaannya
dengan kondisi kesehatannya (fit to work).
• Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan minimal 1
(satu) tahun sekali dengan memperhatikan risiko
pekerjaannya.
• Penentuan parameter jenis pemeriksaan kesehatan
berkala disesuaikan dengan jenis pekerjaan, proses
kerja, potensi risiko gangguan kesehatan akibat
pekerjaan dan lingkungan kerja.
STANDAR 5.
pemberian imunisasi
• Pemberian imunisasi adalah suatu upaya yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan
penyakit. SDM Fasyankes memiliki risiko
tertular penyakit infeksi seperti Hepatitis,
Influenza, Varicella, dan lain lain.
• Beberapa penyakit infeksi dapat dicegah dengan
imunisasi.
• SDM Fasyankes harus mendapatkan imunisasi
khusunya pada SDM Fasyankes yang memiliki
risiko tinggi.
• Pemberian imunisasi diprioritaskan untuk
imunisasi Hepatitis B, karena tingginya risiko
penularan Hepatitis B pada SDM Fasyankes
STANDAR 6.
pembudayaan perilaku hidup bersih dan
sehat PHBS di tempat kerja antara lain:
• Menerapkan peraturan dan prosedur operasi kerja
Perilaku Hidup Bersih dan
• Menggunakan Alat Pelindung Diri sesuai
Sehat (PHBS) di Fasyankes pekerjaannya
adalah upaya untuk • Tidak merokok di tempat kerja
membudayakan SDM • Melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur
Fasyankes agar • Mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat
mempraktikkan PHBS serta • Menggunakan air bersih
berperan aktif dalam • Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
• Membuang sampah pada tempatnya
mewujudkan Fasyankes yang
• Menggunakan jamban saat buang air besar dan
sehat. buang air kecil
• Tidak mengonsumsi NAPZA
• Tidak meludah sembarang tempat
• Memberantas jentik nyamuk
STANDAR 7.
pengelolaan sarana dan prasarana fasyankes dari aspek
keselamatan dan kesehatan kerja
• Bertujuan untuk menciptakan • Bangunan
lingkungan kerja yang aman dengan • APAR
memastikan kekuatan sarana dan
prasarana atau sistem utilitas dan • Tangga Darurat
meminimalisasi risiko yang mungkin • Pintu Darurat
terjadi. • Keselamatan Lift
• Aspek keselamatan dan kesehatan • Peringatan bahaya/ alarm
kerja pada sarana dan prasarana • Proteksi kebakaran
mencakup pengawasan dan • Listrik
pemeliharaan pada komponen- • Sirkulasi udara
komponen sarana (gedung), prasarana • Pencahayaan
(jaringan dan sistem).
• Sanitasi
• Pencegahan perkembangbiakan
vector penyakit
STANDAR 7.
pengelolaan sarana dan prasarana fasyankes dari aspek
keselamatan dan kesehatan kerja

1. Gedung
Memastikan mendukung beban muatan sesuai dengan peraturan yang berlaku,
mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir
2. APAR
Jarak antar APAR < 25 m,mudah dilihat, terjangkau, deket Lorong atau koridor, di
tempat yg berpotensi kebakaran, hindari area korosif, pegawai bisa
mengoperasikan, letak APAR 120 cm dari permukaan, tidak pada suhu >49oC
atau < 4oC
3. TANGGA DARURAT
Pintu darurat, tahan api, mengarah ke tangga, dilengkapi “KELUAR/EXIT”, lebar
>1.2 m, pegangan kuat tinggi 1.1 m, lebar injakan >28 cm, tinggi injakan 15-17 cm
APAR JALUR EVAKUASI & TITIK KUMPUL
STANDAR 8.
pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan
kesehatan kerja
• Upaya memastikan sistem peralatan medis aman bagi SDM
Fasyankes, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun
masyarakat di sekitar lingkungan Fasyankes dari potensi bahaya
peralatan medis baik saat digunakan maupun saat tidak
digunakan. Kegiatan antara lain:

1. Memastikan tersedianya daftar inventaris seluruh peralatan


medis.
2. Memastikan penandaan pada peralatan medis yang
digunakan dan yang tidak digunakan.
3. Memastikan dilakukan uji fungsi dan uji coba peralatan.
4. Memastikan dilaksanakanya kalibrasi secara berkala.
5. Memastikan dilakukan pemeliharaan pada peralatan medis.
6. Memastikan penyimpanan peralatan medis dan penggunanya
sesuai standar prosedur operasional.
STANDAR 9.
Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau
bencana, termasuk kebakaran
A. Kesiapsiagaan Menghadapi Keadaan
Rangkaian kegiatan yang dirancang untuk Bencana
meminimalkan dampak kerugian atau 1. Identifikasi Risiko Kondisi Darurat atau Bencana
kerusakan yang mungkin terjadi akibat 2. Analisis risiko kerentanan bencana.
keadaan darurat baik internal maupun 3. Pengendalian kondisi darurat atau bencana
eksternal karena kegagalan teknologi, ulah 4. Menediakan alat dan sarana
manusia,atau bencana yang dapat terjadi 5. Meilai kesesuaian penampatn, dan kemudahan
setiap saat peralatan
6. Memasang tanda daurat
Tujuan : meminimalkan dampak dari
7. Simulasi
kondisi darurat dan bencana baik internal
maupun eksternal yang dapat B. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran di
Fasyankes
menimbulkan kerugian fisik, material, jiwa,
1. Identifikasi area berisiko kebakaran
bagi SDM Fasyankes, pasien, pendamping
2. Proteksi secara aktif
pasien, dan pengunjung, masyarakat di
3. Proteksi pasif
sekitar lingkungan Fasyankes,maupun
4. Pengendalian kebakaran / ledakan
sistem operasional di Fasyankes.
STANDAR 10.
Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan
berbahaya dan beracun
• Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) dan limbah B3 secara
aman dan sehat wajib dilakukan oleh
Fasyankes sesuai standar dan peraturan
yang ada. Pengelolaan bahan dan
limbah B3 dalam aspek K3 Fasyankes
harus memastikan pelaksaan
pengelolaan menjamin keselamatan
dan kesehatan kerja SDM pengelola
terbebas dari masalah kesehatan akibat
pekerjaanya
.
STANDAR 10.
Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan
berbahaya dan beracun

Aspek keselamatan dan kesehatan kerja yang harus di lakukan dalam pengelolaan bahan dan
limbah B3:
a. Indentifikas dan inventarisasi bahan dan limbah B3
b. Memastikan adanya penyimpanan, pewadahan, dan perawatan bahan sesuai dengan
karekteristik, sifat, dan jumlah.
c. Tersediannya lembar data keselamatan sesuai dengan karakteristik dan sifat bahan dan
limbah B3.
d. Tersedianya sistem kedaruratan tumpahan/bocor bahan dan limbah B3.
e. Tersedianya sarana keselamatan bahan dan limbah B3 seperti spill kit, rambu dan simbol
B3, dan lain lain.
f. Mamastikan ketersediaan dan penggunaan alat pelindung diri sesuai karekteristik dan
sifat bahan dan limbah B3.
g. Tersedianya standar prosedur operasional yang menjamin keamanan kerja pada proses
kegiatan pengelolaan bahan dan limbah B3 (pengurangan dan pemilahan, penyimpanan,
pengangkutan, penguburan dan/atau penimbunan bahan dan limbah B3).
h. Jika dilakukan oleh pihak ke tiga wajib membuat kesepakatan jaminan keamanan kerja
untuk pengelola dan Fasyankes akibat kegagalan kegiatan pengelolaan bahan dan
limbah B3 yang dilakukan.
Pengeloaan Limbah :
IPAL
TPS B3
STANDAR 11.
pengelolaan limbah domestik
• Limbah yang berasal dari kegiatan non medis seperti
kegiatan dapur, sampah pengunjung, pepohonan dan
lainnya yang tidak mengandung bahan infeksius/ B3
• Pengelolaan :
• Penyediaan tempat sampah terpilah antara organik dan
non-organik dan dilengkapi oleh tutup.
• Tempat sampah dilapisi oleh kantong plastik hitam.
• Menyediakan masker, sarung tangan kebun/ Rubber
Gloves dan sepatu boots bagi petugas kebersihan.
• Cuci tangan memakai sabun setelah mengelola sampah.
• Apabila terkena benda tajam atau cidera akibat
buangan sampah, diharuskan untuk melapor kepada
petugas kesehatan untuk dilakukan investigasi
kemungkinan terjadinya infeksi dan melakukan
tindakan pencegahan seperti pemberian vaksin Tetanus
Toksoid (TT) kepada petugas kebersihan.
• sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PELATIHAN K3
Pelatihan :
1. Untukmeningkatkan pemahaman, kemampuan,
dan keterampilan tentang pelaksanaan K3 di
Fasyankes, dilakukan pelatihan atau
peningkatan kompetensi di bidang keselamatan
dan kesehatan kerja bagi sumber daya manusia
di Fasyankes.
2. Materi harus sesuai dengan standar kurikulum,
modul, dan sertifikasi yang diakreditasi oleh
Kementerian Kesehatan.
3. Dapat diselenggarakan oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan/atau lembaga
pelatihan yang terakreditasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
Contoh Pelatihan
1. Pelatihan K3 merupakan Materi Umum yang harus diperoleh setiap
pegawai.
2. Pelatihan Penggunaan APAR
3. Pelatihan kegawat daruratan untuk petugas Medis (BCLS, ACLS)
4. Pelatihan Penggunaan Bio Safety Cabinet
5. dll

Pelatihan APAR Pelatihan K3


PENCATATAN & PELAPORAN
4. PENCATATAN DAN PELAPORAN
• Mekanisme dilakukan secara berjenjang dari Fasyankes, dinas kesehatan
kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan Kementerian
Kesehatankesehatan provinsi dan Kementerian Kesehatan.

• dilakukan per semester meliputi:


1. Jumlah SDM Fasyankes
2. Jumlah SDM Fasyankes yang sakit
3. Jumlah kasus penyakit umum pada SDM Fasyankes
4. Jumlah kasus kasus dugaan penyakit akibat kerja pada SDM Fasyankes
5. Jumlah kasus penyakit akibat kerja pada SDM Fasyankes
6. Jumlah kasus kecelakaan akibat kerja pada SDM Fasyankes
7. Jumlah kasus kejadian hampir celaka pada SDM Fasyankes (near miss)
8. Jumlah hari absen SDM Fasyankes karena sakit
Pencatatan dilakukan tahunan mencakup seluruh kegiatan K3
PENILAIAN
PENILAIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

1. Untuk evaluasi penyelenggaraan K3 di


Fasyankes.
2. Dilakukan secara internal dan eksternal.
3. Penilaian internal dilakukan oleh
penanggung jawab Fasyankes paling
sedikit setiap 6 (enam) bulan sekali.
4. Penilaian eksternal K3 dilaksanakan
melalui akreditasi Fasyankes sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
1. Dilakukan oleh Menteri, kepala dinas kesehatan pemerintah
daerah provinsi, dan kepala dinas kesehatan pemerintah daerah
kabupaten/kota, sesuai dengan kewenangan masing-masing
2. Melibatkan organisasi profesi dan/atau asosiasi Fasyankes terkait
3. Pelaksanakan melalui:
a. advokasi, sosialisasi, dan/atau bimbingan teknis;
b. Pelatihan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia K3
di Fasyankes; dan/atau
c. Monitoring dan evaluasi
4. Dapat memberikan sanksi administratif berupa teguran lisan atau
tertulis kepada Fasyankes yang tidak menerapkan K3
5. Dapat memberikan penghargaan kepada setiap pimpinan
Fasyankes, institusi Fasyankes, dan/atau orang yang telah berjasa
dalam setiap kegiatan untuk mewujudkan tujuan K3
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai